Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester (UTS) mata
kuliah Qowaid Ushiliyah)
Disusun oleh:
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dosen Marhamah Sholeh M.A. yang telah membimbing kami dan senantiasa
memberikan dukungan serta doanya sehingga terselesaikannya materi ini.
Wassalamu’alaikum.wr.wb.
I
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
II
BAB I
PENDAHULUAN
Hubungan antara manusia dan lalu lintas menjadi semakin erat ketika
perkembangan teknologi dan komunikasi semakin maju. Alat-alat transportasi
semakin bertambah namun tingkat kesadaran masyarakat terhadap peraturan lalu
lintas belum tumbuh secara signifikan sebagaimana pertumbuhan transportasinya.
Penyebab kecelakaan yang terjadi khususnya di kota -kota besar 86% didominasi
oleh faktor manusia, 6% faktor kendaraan, 5,5% faktor jalan dan 2,5% faktor
lingkungan.2 Kenaikan volume kendaraan yang semakin bertambah yang tidak
diimbangi dengan kesadaran mentaati peraturan lalu lintas ditambah dengan tidak
1
Data BPS Transportasi Darat 2016, https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1134, di
akses pada hari jum’at, 29/102021 jam 22.30 WIB
2
Soni Sadono, "Budaya Tertib Berlalu lintas: Kajian Fenomenologis Atas Masyarakat
Pengendara Sepeda Motor di Kota Bandung”, Jurnal Channel, vol.4, No. 1, Yogyakarta: PSIK
UAD, hlm. 61-79.
1
didukung oleh tersedianya sarana prasana lalu lintas hanya mengakibatkan angka
kemacetan dan kecelakaan meningkat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen - komponen.
Komponen utama yang pertama atau suatu sistem head way (waktu antara dua
kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan) meliputi
semua jenis prasarana infrastruktur dan sarana dari semua jenis angkutan yang
ada, yaitu jaringan jalan, pelengkap jalan, fasilitas jalan, angkutan umum dan
pribadi, dan jenis kendaraan lain yang menyelenggarakan proses pengangkutan,
yaitu memindahkan orang atau bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang
dibatasi jarak tertentu.3
. Lampu lalu lintas (menurut UU No. 22/2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan: Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas atau APILL) adalah lampu yang
mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat
penyeberangan pejalan kaki (zebra cross) dan tempat arus lalu lintas
lainnya.Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti
secara bergantian dari berbagai arah lalu lintas.
3
Sumarsono. 1996. Perencanaan Lalu Lintas. Yogyakarta : UGM.
3
Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur
pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar
dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-arus
yang ada. Instalasi lampu lalu lintas terdiri dari tampilan-tampilan warna lampu
berikut mekanisme pengendaliannya. Instalasi ini juga dapat diikuti berbagai
peralatan pendeteksi kendaraan atau berapa bentuk peralatan lainnya yang dapat
diaktipkan sesuai kebutuhan (seperti tombol tekan untuk pejalan kaki yang hendak
menyeberang jalan) warna yang menyala pada lampu lalu lintas dibedakan dengan
warna, bentuk dan konstunitasnya :
Apabila terdapat lampu lalu lintas khusus bagi pejalan kaki, biasanya
berbentuk pesan tulisan atau logo yang berpendar, nyala lampu lalu lintas basa
konstan atau berkelap-kelip, seperti telah dituangkan sebelumnya, nyala lampu
kuning memperbolekan kendaraan untuk maju dengan berhati-hati. Nyala lampu
berjalan mengisyaratkan kepada pejalan kaki bahwa kondisi aliran kendaraan pada
saat yang memungkinkan bagi pejalan kaki untuk menyeberang. Nyala lampu
“dilarang berjalan” ekuivalen dengan nyala lampu kuning.4
4
Komponen kendaraan terkait dengan alat transportasi yang digunakan oleh
pemakai jalan. Komponen jalan berkaitan dengan konstruksi jalan sebagai tempat
berinteraksi antar sesama pemakai jalan dan komponen lingkungan sebagai faktor
kondisi alam sekitar seperti cuaca buruk dan bencana alam. Keempat komponen
ini sangat menentukan tingkat keamanan dan efisiensi dalam berlalu lintas.
Aturan berlalu lintas dalam Islam secara langsung tidak di atur, namun
demikian para ulama sudah mengajarkan beberapa adab berkendara dan berjalan
dalam Islam. Mengingat berkendara dan berjalan merupakan bagian dari ruang
lalu lintas maka akan sangat berhubungan dengan pembahasan ini. Adab-adab
tersebut dilandasi oleh nilai-nilai universal agama Islam sesuai tujuan-tujuan
syariat (maqāṣid asy-syarīah). Wahbah Zuhaili dalam Uṣhūl Fiqh Islami
menjelaskan definisi maqāṣid asy-syarīah yaitu makna- makna dan tujuan yang
diperhatikan oleh syari’ (Allah) pada keseluruhan hukum-hukumnya atau
sebagian besarnya, atau tujuan dari syariat itu sendiri. 5
5
Wahbah az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, (Damaskus: Dār al-Fikr), cet. ke 1, jus 1, hlm.1017.
6
Abu Ishaq Asy-Syatibi, al-Muwāfaqāt Fi Ushul asy-Syarīah, (Lebanon: Dār al-Kutub al-
Ilmiyyah, 2005), jilid 2, hlm.7.
7
Ibid., 2: 8
5
E. Pandangan Hukum Islam Terhadap Lalu Lintas
8
Abdurrahman taj,as-siyasah asy-syar’iyah wa al-fiqh al- islami (mesir:dar at-fa’lif,1935) Lihat
jurnal https:// oleh Gus Nadirsyah Hosen. netsyariah tentang Penerapan Hukum Islam di Jalan
Raya, diakses selasa 2 Juli 2019.
6
Contoh praktis: kita tidak bisa menolak aturan yang tertera dalam Undang-
undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan itu, salah satunya menyalakan lampu
utama kendaraan di siang hari dengan alasan tidak ada dalilnya dari Al-Qur’an
dan Sunnah yang mewajibkan kita harus menyalakan lampu kendaraan pada siang
hari. Meski aturan lalu lintas ini dikeluarkan oleh pemimpin yang kita anggap
kafir sekalipun, kita harus mentaatinya. Kalau tidak taat maka akan terjadi
kekacauan yang berakibat kecelakaan fatal.
،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَى ال َّس ْم ِع َوالطَّا َع ِة فِي ال َم ْن َش ِط َوال َم ْك َر ِه
َ ِ بَايَ ْعنَا َرسُو َل هَّللا
َُاز َع األَ ْم َر أَ ْهلَه
ِ َوأَ ْن الَ نُن
“Kami membaiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjanji setia untuk
mendengar dan taat (kepada pemerintah), baik ketika kami semangat maupun
ketika tidak kami sukai. Dan kami dilarang untuk memberontak dari pemimpin
yang sah.” (HR. Bukhari 7199 dan Muslim 1709).
7
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Jika dilihat dari segi sanksi denda dan pidananya itu sudah cukup
membuat para pelanggar jera atas perilakunya. Namun kenyataan di lapangan
salah satunya di kawasan Jln. Pasar VII (Simpang Jodoh) belum signifikan
terpatuhi para pengendara tentang peraturan tersebut. Diman masih banyak
masyarakat yang tidak menyalakan lampu utama kendaraannya pada siang hari,
selain dari pada itu masih banyak pelanggaran-pelanggaran lalu lintas yang sering
ditemukan di sekitar Jln. Pasar VII (Simpang Jodoh) yaitu seperti pengendara
yang tidak memakai helm, tidak mempunyai STNK, dan juga SIM (Surat Izin
Mengendarai).
8
Fikih lalu lintas sebagai realita sosial bisa dielaborasi dalam perspektif
norma-norma dan nilai-nilai agama Islam. Sudud pandang elaborasinya bisa
dilihat dari perspektif yang lebih umum dari sisi asas-asas dan nilai-nilai dasar
hukum Islam. Setidaknya persoalan fikih lalu lintas bisa dimasukkan dalam tiga
pertingkatan nilai dan norma yang ada. Syamsul Anwar membagi pertingkatan
norma dalam hukum Islam menjadi tiga, meliputi (1) norma-norma hukum
konkret (al-furu’ atau al-ahkam al-far’iyyah); (2) Asas-asas umum (al-usul al-
kulliyyah); (3) Prinsip-prinsip dasar (al-mabadi’ al-asasiyyah) atau nilai-nilai
dasar (al-qiyam al-asasiyyah). Norma-norma dan nilai-nilai yang menjadi dasar
dalam fikih lalu lintas antara lain: nilai kasih sayang; nilai manfaat dan nilai
keadilan. Masingmasing dari ketiga nilai dasar tersebut dikonkretisasi dalam asas
dibawahnya: nilai kasih sayang dikonkretisasi dengan sikap saling menghormati
kemudian dikonkretisasi lagi dalam etika dan sikap berkendara yang baik; nilai
manfaat dikonkretisasi dalam kerjasama dan solidaritas lalu dikonkretisasi lagi
dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup; nilai keadilan dikonkretisasi dalam
asas persamaan hukum kemudian dikonkretisasi lagi dengan peraturan hukum lalu
lintas dalam bentuk aturan (reward and punishment) sehingga diharapkan terjadi
ketertiban berlalu lintas sesuai aturan hukum yang ada.9
9
Ziyadul Muttaqin, “FIKIH LALU LINTAS Perspektif Pertingkatan Norma dalam Islam”,
JURNAL TARJIH Vol. 16 (1) 1440 H/2019 M
9
DAFTAR PUSTAKA
10