Anda di halaman 1dari 13

Hukum Pengggunaan Lampu Lalu Lintas Bagi Pengguna Jalan

(Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester (UTS) mata
kuliah Qowaid Ushiliyah)

Nama Dosen Pengampu: Marhamah Sholeh M.A.

Disusun oleh:

Syaiful Rahman 11190110000025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji ke hadirat Allah SWT meliputi segala aspek


kehidupan yang telah Allah karuniakan kepada umat manusia, yang telah memilih
manusia sebagai sebaik-baik makhluk-Nya serta menjadikannya sebagai khalifah
yang bertanggung jawab di muka bumi. Innal hamda lillah. Sholawat serta salam
tertuju kepada penuntun umat akhir zaman, Nabi Muhammad SAW, terlimpah
kepada ahlu al-bait Rasul dan para sahabat yang telah ikut berkontribusi dalam
mensyi’arkan diin al-islam.

Alhamdulillah dengan semangat yang membara, penulis dapat


menyelesaikan sebuah karya tulis ini dengan pokok bahasan “Hukum
Pengggunaan Lampu Lalu Lintas Bagi Pengguna Jalan” yang merupakan materi
ujian tengah semester (UTS) Qowaid Ushuliyah.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dosen Marhamah Sholeh M.A. yang telah membimbing kami dan senantiasa
memberikan dukungan serta doanya sehingga terselesaikannya materi ini.

Penulis meminta maaf kepada para pembaca yang budiman atas


kesalahan yang penulis perbuat, baik dari segi tekstual ataupun teoretis. Tidak
tertinggal, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan karya tulis ini. Walakhir, dengan segala puji dan
keagungan Allah SWT yang telah memberikan sedikit ilmu kepada manusia,
penulis mengucapkan banyak syukur kepada Al-‘Alim yang Maha Mengetahui.

Wassalamu’alaikum.wr.wb.

Bekasi, 30 Oktober 2021

I
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lalu Lintas..............................................................................3


B. Pengertian Lampu Lalu Lintas................................................................3
C. Pandangan Lalu Lintas Dalam Perspektif Islam ......................................4
D. Pandangan Hukum Islam Terhadap Lalu Lintas.......................................6

BAB III PENUTUP

A. Hasil Penelitian .........................................................................................8


DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari trasnsportasi dan lalu lintas menjadi sebuah


kebutuhan yang tidak terbantahkan lagi. Sebuah kebutuhan yang menuntut adanya
perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perilaku zaman. Sistem transportasi
dan lalu lintas memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan
nasional. Bahkan transportasi sangat dibutuhkan untuk menjamin
terselenggaranya mobilitas penduduk maupun barang. Pada periode 2012-2016
terdapat peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi yaitu sebesar
8,19% per tahun. Peningkatan terjadi pada semua jenis kendaraan setiap tahunnya.
Kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi terjadi pada mobil
penumpang 8,73% per tahun kemudian diikuti oleh sepeda motor, mobil barang
dan bis masing-masing 8,32%, 7,52% dan 2,26% per tahun. 1 Indikator ini
menunjukkan semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana
transportasi yang memadai sejalan dengan kebutuhan dan mobilitas penduduk
yang semakin meningkat.

Hubungan antara manusia dan lalu lintas menjadi semakin erat ketika
perkembangan teknologi dan komunikasi semakin maju. Alat-alat transportasi
semakin bertambah namun tingkat kesadaran masyarakat terhadap peraturan lalu
lintas belum tumbuh secara signifikan sebagaimana pertumbuhan transportasinya.
Penyebab kecelakaan yang terjadi khususnya di kota -kota besar 86% didominasi
oleh faktor manusia, 6% faktor kendaraan, 5,5% faktor jalan dan 2,5% faktor
lingkungan.2 Kenaikan volume kendaraan yang semakin bertambah yang tidak
diimbangi dengan kesadaran mentaati peraturan lalu lintas ditambah dengan tidak

1
Data BPS Transportasi Darat 2016, https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1134, di
akses pada hari jum’at, 29/102021 jam 22.30 WIB
2
Soni Sadono, "Budaya Tertib Berlalu lintas: Kajian Fenomenologis Atas Masyarakat
Pengendara Sepeda Motor di Kota Bandung”, Jurnal Channel, vol.4, No. 1, Yogyakarta: PSIK
UAD, hlm. 61-79.

1
didukung oleh tersedianya sarana prasana lalu lintas hanya mengakibatkan angka
kemacetan dan kecelakaan meningkat.

Peraturan yang ada pada dasarnya dibuat dengan tujuan untuk


mempermudah kehidupan manusia. Bila tidak ada peraturan dan rambu-rambu
lalu lintas maka setiap hari pengguna jalan tidak mau mengindahkan kepentingan
orang lain. Namun demikian, meskipun peraturan sudah dibuat ternyata tidak ada
jaminan akan dipatuhi. Permasalahannya tidak hanya peraturan yang ada namun
juga komponen yang lain seperti kesadaran masyarakat dalam mengindahkan
peraturan lalu lintas. Kesadaran untuk mematuhi norma-norma aturan lalu lintas
menjadi sangat penting mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah
muslim. Padahal dalam agama Islam, ketaatan kepada peraturan bukan hanya
menunjukkan karakter disiplin namun juga menunjukkan kebaikan iman
seseorang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian lalu lintas?


2. Apa pengertian lampu lalu lintas?
3. Bagaimana pandangan lalu lintas dalam perspektif islam?
4. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap lalu lintas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian lalu lintas


2. Untuk mengetahui penegrtian lampu lalu lintas
3. Untuk mengetahui pandangan lalu lintas dalam perspektif islam
4. Untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap lalu lintas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lalu Lintas

lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen - komponen.
Komponen utama yang pertama atau suatu sistem head way (waktu antara dua
kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan) meliputi
semua jenis prasarana infrastruktur dan sarana dari semua jenis angkutan yang
ada, yaitu jaringan jalan, pelengkap jalan, fasilitas jalan, angkutan umum dan
pribadi, dan jenis kendaraan lain yang menyelenggarakan proses pengangkutan,
yaitu memindahkan orang atau bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang
dibatasi jarak tertentu.3

Lalu lintas di dalam Undang - Undang No. 22 Tahun 2009 didefinisikan


gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah
prasarana yang diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang
yang berupa jalan dan fasilitas penumpang. Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan lalu lintas adalah kegiatan kendaraan bermotor dengan
menggunakan jalan raya sebagai jalur lintas umum sehari – hari. Lalu lintas
identik dengan jalur kendaraan bermotor yang ramai yang menjadi jalur
kebutuhan masyarakat umum.

B. Pengertian Lampu Lalu Lintas

. Lampu lalu lintas (menurut UU No. 22/2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan: Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas atau APILL) adalah lampu yang
mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat
penyeberangan pejalan kaki (zebra cross) dan tempat arus lalu lintas
lainnya.Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti
secara bergantian dari berbagai arah lalu lintas.

3
Sumarsono. 1996. Perencanaan Lalu Lintas. Yogyakarta : UGM.

3
Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur
pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar
dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-arus
yang ada. Instalasi lampu lalu lintas terdiri dari tampilan-tampilan warna lampu
berikut mekanisme pengendaliannya. Instalasi ini juga dapat diikuti berbagai
peralatan pendeteksi kendaraan atau berapa bentuk peralatan lainnya yang dapat
diaktipkan sesuai kebutuhan (seperti tombol tekan untuk pejalan kaki yang hendak
menyeberang jalan) warna yang menyala pada lampu lalu lintas dibedakan dengan
warna, bentuk dan konstunitasnya :

1. Merah, untuk melarang pergerakan atau mengharuskan untuk berhenti.


2. Kuning, untuk mengatur pemindahan hak berjalan dari sekelompok aliran
lalu lintas kepada kelompok lainnya untuk memberikan peringatan.
3. Hijau, untuk memberikan hak pejalan kaki kepada satu atau kombinasi
aliran lalu lintas.

Apabila terdapat lampu lalu lintas khusus bagi pejalan kaki, biasanya
berbentuk pesan tulisan atau logo yang berpendar, nyala lampu lalu lintas basa
konstan atau berkelap-kelip, seperti telah dituangkan sebelumnya, nyala lampu
kuning memperbolekan kendaraan untuk maju dengan berhati-hati. Nyala lampu
berjalan mengisyaratkan kepada pejalan kaki bahwa kondisi aliran kendaraan pada
saat yang memungkinkan bagi pejalan kaki untuk menyeberang. Nyala lampu
“dilarang berjalan” ekuivalen dengan nyala lampu kuning.4

D. Pandangan Lalu Lintas Dalam Perspektif Islam

Lalu lintas merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen dan


perilaku yang membentuk suatu kondisi lalu lintas. Komponen lalu lintas
setidaknya ada empat macam, yaitu pemakai jalan (manusia), kendaraan, jalan
sebagai tempat geraknya dan lingkungan. Komponen pemakai jalan (manusia)
terkait dengan karakter dan perilaku manusia dalam kaitannya dengan berbagai
situasi di jalan, kesadaran dalam berkendara dan akhlak dalam berlalu lintas.
4
Noto Royan, “Analisa Perencanaan Traffic Light Di Persimpangan Bandara Smb Ii
Palembang”, jurnal Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015

4
Komponen kendaraan terkait dengan alat transportasi yang digunakan oleh
pemakai jalan. Komponen jalan berkaitan dengan konstruksi jalan sebagai tempat
berinteraksi antar sesama pemakai jalan dan komponen lingkungan sebagai faktor
kondisi alam sekitar seperti cuaca buruk dan bencana alam. Keempat komponen
ini sangat menentukan tingkat keamanan dan efisiensi dalam berlalu lintas.

Aturan berlalu lintas dalam Islam secara langsung tidak di atur, namun
demikian para ulama sudah mengajarkan beberapa adab berkendara dan berjalan
dalam Islam. Mengingat berkendara dan berjalan merupakan bagian dari ruang
lalu lintas maka akan sangat berhubungan dengan pembahasan ini. Adab-adab
tersebut dilandasi oleh nilai-nilai universal agama Islam sesuai tujuan-tujuan
syariat (maqāṣid asy-syarīah). Wahbah Zuhaili dalam Uṣhūl Fiqh Islami
menjelaskan definisi maqāṣid asy-syarīah yaitu makna- makna dan tujuan yang
diperhatikan oleh syari’ (Allah) pada keseluruhan hukum-hukumnya atau
sebagian besarnya, atau tujuan dari syariat itu sendiri. 5

Asy-Syatibi menjelaskan bahwa tujuan-tujuan syariat (maqāṣid)


terklasifikasi pada tiga hal, yaitu: mewujudkan kemaslahatan dengan menjamin
kebutuhan ḍaruriyah (primer), memenuhi kebutuhan hajjiyah (sekunder) dan
memenuhi kebutuhan tahsiniyyah (tersier/pelengkap).6 Dalam al-Muwāfaqāt
disebutkan bahwa kebutuhan ḍaruriyah (primer) terklasifikasi dalam lima pilar,
yaitu menjaga agama (hifż ad-Dīn), menjaga jiwa (hifż an-Nafs), menjaga
keturunan (hifż an-Nasl), menjaga harta (hifż al-Māl) dan menjaga akal (hifż al-
Aql). Sebagian ulama ada yang menambah menjaga kehormatan (hifż al-‘Ird)
untuk menggenapkan kelima al-maqāṣid itu menjadi enam tujuan pokok/primer
atau keniscayaan.7

5
Wahbah az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, (Damaskus: Dār al-Fikr), cet. ke 1, jus 1, hlm.1017.
6
Abu Ishaq Asy-Syatibi, al-Muwāfaqāt Fi Ushul asy-Syarīah, (Lebanon: Dār al-Kutub al-
Ilmiyyah, 2005), jilid 2, hlm.7.
7
Ibid., 2: 8

5
E. Pandangan Hukum Islam Terhadap Lalu Lintas

Dalam hukum Islam, negara diberi wewenang untuk mengeluarkan aturan


dan regulasi meski tidak ada dalil khusus dan spesifik dalam Al-Qur’an dan
Sunnah, dengan syarat tidak bertentangan dengan Nash.

Sekh Abdurrahman Taj mendefenisikan sebagai berikut:

“Hukum, kebijakan atau peraturan yang berfungsi mengorganisir


perangkat kepentingan negara dan mengatururusan umat, yang sejalan dengan
jiwa syariat, sesuai dengan dasar-dasar yang universal (kully) serta (dapat)
merealisasikan tujuan-tujuannya yang bersifat kemasyarakatan, sekalipun hal itu
tidak ditunjukkan oleh nash-nash tafsili dan juz’i dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Taj kemudian membedakan antara siyasah syar’iyah dengan siyasah


wadh’iyah. Yang pertama ialah segala hukum, peraturan atau perundang-
undangan untuk mengatur persoalan umat yang bersumber atau bertumpu pada
dasar-dasar agama Islam, guna menciptakan kemaslahatan serta menghindari
kemudhratan.

Sedangkan yang kedua adalah segala peraturan atau perundang-undangan


yang dibuat oleh manusia untuk mengatur persoalan umat, dimana peraturan dan
perundang-undangan tersebut bersumber dari atau bertumpu pada urf’ (adat
kebiasaan), pengalaman, pandangan para pakar dan sebaginya tanpa ada pertalian
dengan wahyu atau sumber hukum Islam.8

Oleh karena itu, selama peraturan perundang-undangan itu dikeluarkan


berdasarkan untuk kemaslahatan kita semua maka kita wajib menaatinya, baik
peraturan itu dikeluarkan oleh pemimpin kafir atau pemimpin muslim baik ada
atau tiada dalilnya, baik sumbernya dari nash atau adat setempat, atau kebutuhan
masyarakat. Semuanya dianggap sah dan Islami.

8
Abdurrahman taj,as-siyasah asy-syar’iyah wa al-fiqh al- islami (mesir:dar at-fa’lif,1935) Lihat
jurnal https:// oleh Gus Nadirsyah Hosen. netsyariah tentang Penerapan Hukum Islam di Jalan
Raya, diakses selasa 2 Juli 2019.

6
Contoh praktis: kita tidak bisa menolak aturan yang tertera dalam Undang-
undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan itu, salah satunya menyalakan lampu
utama kendaraan di siang hari dengan alasan tidak ada dalilnya dari Al-Qur’an
dan Sunnah yang mewajibkan kita harus menyalakan lampu kendaraan pada siang
hari. Meski aturan lalu lintas ini dikeluarkan oleh pemimpin yang kita anggap
kafir sekalipun, kita harus mentaatinya. Kalau tidak taat maka akan terjadi
kekacauan yang berakibat kecelakaan fatal.

Sebagaimana Hadis Nabi SAW tentang ketaatan kepada seorang


pemimpin selain dalam hal maksiat, yaitu:

،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَى ال َّس ْم ِع َوالطَّا َع ِة فِي ال َم ْن َش ِط َوال َم ْك َر ِه‬
َ ِ ‫بَايَ ْعنَا َرسُو َل هَّللا‬
ُ‫َاز َع األَ ْم َر أَ ْهلَه‬
ِ ‫َوأَ ْن الَ نُن‬
“Kami membaiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjanji setia untuk
mendengar dan taat (kepada pemerintah), baik ketika kami semangat maupun
ketika tidak kami sukai. Dan kami dilarang untuk memberontak dari pemimpin
yang sah.” (HR. Bukhari 7199 dan Muslim 1709).

7
BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dampak diterapkannya pasal 107 ayat 2 UU N0.22 Tahun 2009 tentang


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bagi masyarakat pada dasarnya banyak
mengandung manfaat dari pada mendatangkan kemudhratan. Diterapkannya
peraturan ini bagi pengendara sepeda motor untuk membuat kepastian akan
keselamatan dan kenyamanan pengendara dan pengemudi lain dalam mengendara
sepeda motor atau kendaraan lainnya setiap hari, Peraturan ini dibuat untuk
membuat resiko motor tidak terlihat menjadi kecil. Selain itu tujuan pemerintah
yang diamanatkan pada Undang-Undang N0.22 Tahun 2009 yakni mewujudkan
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran dalam berlalu lintas.

Jika dilihat dari segi sanksi denda dan pidananya itu sudah cukup
membuat para pelanggar jera atas perilakunya. Namun kenyataan di lapangan
salah satunya di kawasan Jln. Pasar VII (Simpang Jodoh) belum signifikan
terpatuhi para pengendara tentang peraturan tersebut. Diman masih banyak
masyarakat yang tidak menyalakan lampu utama kendaraannya pada siang hari,
selain dari pada itu masih banyak pelanggaran-pelanggaran lalu lintas yang sering
ditemukan di sekitar Jln. Pasar VII (Simpang Jodoh) yaitu seperti pengendara
yang tidak memakai helm, tidak mempunyai STNK, dan juga SIM (Surat Izin
Mengendarai).

Sehingga dalam 1 hari pengendara yang melanggar peraturan ini melebihi


jumlah dari surat tilang yang disediakan dari kantor Satlantas Polsek Percut Sei
Tuan. Dari hasil wawancara di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak
positif dari peraturan yang terdapat dalam pasal 107 ayat 2 UU N0.22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan belum tercapai oleh pengendara dan
pengemudi kendaraan lainnya. Dimana sekitar Jln. Pasar VII (Simpang Jodoh)
masih sering terdengar kejadian kecelakaan lalu lintas terkhusus bagi sepeda
motor.

8
Fikih lalu lintas sebagai realita sosial bisa dielaborasi dalam perspektif
norma-norma dan nilai-nilai agama Islam. Sudud pandang elaborasinya bisa
dilihat dari perspektif yang lebih umum dari sisi asas-asas dan nilai-nilai dasar
hukum Islam. Setidaknya persoalan fikih lalu lintas bisa dimasukkan dalam tiga
pertingkatan nilai dan norma yang ada. Syamsul Anwar membagi pertingkatan
norma dalam hukum Islam menjadi tiga, meliputi (1) norma-norma hukum
konkret (al-furu’ atau al-ahkam al-far’iyyah); (2) Asas-asas umum (al-usul al-
kulliyyah); (3) Prinsip-prinsip dasar (al-mabadi’ al-asasiyyah) atau nilai-nilai
dasar (al-qiyam al-asasiyyah). Norma-norma dan nilai-nilai yang menjadi dasar
dalam fikih lalu lintas antara lain: nilai kasih sayang; nilai manfaat dan nilai
keadilan. Masingmasing dari ketiga nilai dasar tersebut dikonkretisasi dalam asas
dibawahnya: nilai kasih sayang dikonkretisasi dengan sikap saling menghormati
kemudian dikonkretisasi lagi dalam etika dan sikap berkendara yang baik; nilai
manfaat dikonkretisasi dalam kerjasama dan solidaritas lalu dikonkretisasi lagi
dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup; nilai keadilan dikonkretisasi dalam
asas persamaan hukum kemudian dikonkretisasi lagi dengan peraturan hukum lalu
lintas dalam bentuk aturan (reward and punishment) sehingga diharapkan terjadi
ketertiban berlalu lintas sesuai aturan hukum yang ada.9

9
Ziyadul Muttaqin, “FIKIH LALU LINTAS Perspektif Pertingkatan Norma dalam Islam”,
JURNAL TARJIH Vol. 16 (1) 1440 H/2019 M

9
DAFTAR PUSTAKA

Data BPS Transportasi Darat 2016

Soni Sadono, "Budaya Tertib Berlalu lintas: Kajian Fenomenologis Atas


Masyarakat Pengendara Sepeda Motor di Kota Bandung”, Jurnal Channel, vol.4,
No. 1, Yogyakarta: PSIK UAD

Sumarsono. 1996. Perencanaan Lalu Lintas. Yogyakarta : UGM

Noto Royan, “Analisa Perencanaan Traffic Light Di Persimpangan Bandara Smb


Ii Palembang”, jurnal Berkala Teknik Vol.5 No.2 September 2015

Wahbah az-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, (Damaskus: Dār al-Fikr), cet. ke 1,


jus 1

Abu Ishaq Asy-Syatibi, al-Muwāfaqāt Fi Ushul asy-Syarīah, (Lebanon: Dār al-


Kutub al-Ilmiyyah, 2005), jilid 2

Abdurrahman taj, as-siyasah asy-syar’iyah wa al-fiqh al- islami (mesir:dar at-


fa’lif,1935) Lihat jurnal https:// oleh Gus Nadirsyah Hosen. netsyariah tentang
Penerapan Hukum Islam di Jalan Raya,

Ziyadul Muttaqin, “FIKIH LALU LINTAS Perspektif Pertingkatan Norma dalam


Islam”, JURNAL TARJIH Vol. 16

10

Anda mungkin juga menyukai