Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Alfajri · 11850314793 · Fakultas Sains dan Teknologi · Sistem

Informasi · Kelas C · Semester 1

MAKNA ILLAH DAN RABB BERKAITAN DENGAN TAUHID


RUBUBIYAH DAN ULUHIYAH

Akidah Akhlak

Pengertian Rabb adalah yang menciptakan, menguasai, dan yang mengatur


alam sebagaimana yang Allah kehendaki. Makna Rabb adalah yang memiliki sifat
rububiyah terhadap seluruh makhluk-Nya dalam hal menciptakan, menguasai,
berbuat sekehendak-Nya dan mengatur mereka. (Abdullad bin Taslim al-Buthoni,
2013). Rabb berkaitan dengan Tauhid Rububiyah yang berarti mengesakan Allah
dalam penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan.

Adapun dalil-dalilnya adalah:

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (QS. Al Fatihah: 2)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha
suci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al A’raf: 54)

“...Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada


kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah
kamu berpaling?” (QS. Fathir: 3)

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.”


(QS. Az Zumar: 62)

“Maha suci Allah yang di tanganNya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Mulk: 1)

Akan tetapi, seseorang belum bisa dikatakan sebagai seorang muslim jika
hanya mengakui tauhid Rububiyah saja. Karena kaum musyrikin pun mengakui
tauhid rububiyah ini. mereka pun mengakui bahwa Allah-lah Rabb alam ini,
pemelihara semesta ini.

“Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan


bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan,

1
Muhammad Alfajri · 11850314793 · Fakultas Sains dan Teknologi · Sistem
Informasi · Kelas C · Semester 1

dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka
mereka akan menjawab: ‘Allah’. Maka Katakanlah ‘Mangapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya)?’” (QS. Yunus: 31)

Abdullah bin Abbas berkata, “Termasuk keimanan mereka yaitu apabila


ditanyakan kepada mereka siapa yang menciptakan langit, bumi dan gunung-
gunung? Mereka menjawab: ‘Allah’. Dan mereka adalah orang-orang yang
musyrik”

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, “Tidak ada seorang-pun yang
menyembah Allah dan juga menyembah yang selainNya, melainkan dia meyakini
Allah dan mengetahui bahwa Allah adalah sebagai Rabb,dan Penciptanya, yang
memberikan rizqi kepadanya, tetapi keadaannya adalah sebagai orang yang
mempersekutukanNya. Tidakkah engkau perhatikan bagaimana ucapan Ibrahim,
‘Maka apakah kalian tidak memperhatikan apa yang kalian sembah.,kalian dan
nenek moyang kalian yang dahulu?. Karena sesungguhnya apa yang kalian
sembah itu adalah musuhku, kecuali Rabb semesta alam’ (QS. Asy Syu’ara: 75-
77)”

Tauhid ini merupakan fitrah segenap manusia. Dalam nurani setiap orang, ia
akan mengakui bahwa alam ini ada yang menciptakan, ada yang memelihara, dan
ada yang menguasainya. Namun, banyak diantara manusia yang ditutupi keragu-
raguannya sendiri.

“...Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan


bumi?...” (QS. Ibrahim: 10)

Begitu pun orang-orang yang mengingkari Rabb alam semesta karena


kesombongan mereka. Dalam hati mereka tahu bahwa alam ini pasti ada yang
mengaturnya sedemikian rupa sehingga alam ini berjalan sebagaimana mestinya.

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang


menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan
bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (QS.
Ath Thur: 35-35)

2
Muhammad Alfajri · 11850314793 · Fakultas Sains dan Teknologi · Sistem
Informasi · Kelas C · Semester 1

Adapun pengingkaran adanya Tuhan oleh orang-orang atheis adalah karena


kesombongan dan karena lemahnya akal mereka. Mereka menolak hasil renungan
dari pikiran yang sehat. Siapa yang seperti ini sifatnya maka dia telah membuang
akalnya dan mengajak orang lain untuk menertawakan dirinya.

Ilah bermakna ma’bud bi haqqin (yang diibadahi dengan benar). Ilah


berkaitan dengan tauhid uluhiyah yang merupakan tauhid ibadah. Tauhid uluhiyah
ini dibangun di atas keikhlasan dalam beribadah kepada Allah ta'ala. Tauhid inilah
tujuan dakwah para Nabi, karena dengan tauhid uluhiyah ini manusia akan
mengesakan Allah dengan ibadah, dengan kata lain agar manusia tidak
menyekutukan Allah dengan seorang pun, baik dengan menyembah atau
mendekatkan diri kepadanya, sebagaimana ia menyembah dan mendekatkan diri
kepada Allah.

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada ilah melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiya' : 25)

Adapun dalil-dalil untuk menetapkan tauhid uluhiyah ini adalah,

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah


kami mohon pertolongan.” (QS. Al Fatihah: 4)

“Hai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa” (QS. Al Baqarah: 21)

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya.


Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya’”. (QS. Az Zumar: 2-3)

“Katakanlah: ‘Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan


ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku’. Maka sembahlah olehmu
(hai orang-orang musyrik) apa yang kalian kehendaki selain Dia.” (QS. Az
Zumar: 14-15)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,

3
Muhammad Alfajri · 11850314793 · Fakultas Sains dan Teknologi · Sistem
Informasi · Kelas C · Semester 1

dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)

Tauhid ini merupakan pondasi tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa


merealisasikan tauhid ini, maka semua amal ibadah tidak akan diterima. Kalau ia
tidak terwujud, maka bercokollah kesyirikan.

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)


yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumar:
65)

Tauhid ini juga kewajiban pertama segenap hamba. Sebagaimana firman


Allah,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak...” (QS. An Nisa’:
36)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya...” (QS. Al Israa’: 23)

Dengan kata lain, tauhid uluhiyah inilah yang membedakan antara kaum
muslimin dengan kaum musyrikin. kaum musyrikin hanya mengakui bahwa Allah
Rabb mereka tetapi mereka tidak beribadah kepada-Nya. Ada pun kaum muslimin
adalah yang mengaku bahwa Rabb alam semesta adalah Allah dan yang berhak
diibadahi dengan benar dan sempurna dengan segala macam bentuk ibadah
hanyalah Allah semata.

Anda mungkin juga menyukai