OLEH :
NAMA: FEBY SHINTA
NIM : 10011381823175
OLEH
NAMA: FEBY SHINTA
NIM : 10011381823175
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
ridho serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Kesehatan Masyarakat di Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim. Laporan ini saya buat untuk memenuhi
syarat mata kuliah Praktikum Kesehatan Masyarakat pada semester VII Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi segenap civitas
akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Muara Enim serta bagi segenap yang membaca laporan ini. Ucapan terima
kasih saya ucapkan kepada :
Feby Shinta
NIM.10011381823175
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui gambaran tentang program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) pilar pertama yaiu Stop Buang Air Besar Sembarangan
(Stop BABS) di Puskesmas Gunung Kemala Kota Prabumulih Tahun 2021
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk menambah pengalaman dan pembelajaran dalam
mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan, serta dapat
mengembangkan sikap profesional dan keterampilan di bidang kesehatan
lingkungan sehingga lebih siap dalam berkompetisi dalam dunia kerja.
1.3.2 Manfaat Bagi Puskesmas Gunung Kemala dan Pertanahan Prov. Sumsel
1. Pihak Puskesmas Gunung Kemala sebagai bahan informasi serta masukan dan
sebagai data untuk keperluan penyuluhan dan perencanaan program dimasa
yang akan datang yang berhubungan dengan perilaku BABS di wilayah kerja
Puskesmas Gunung Kemala.
2. Sebagai sarana dalam menambah pengetahuan penulis tentang factor faktor
yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat BABS di wilayah kerja
Puskesmas Gunung Kemala.
3) Penyiapan fasilitator
Dalam rangka mensosialisasikan program dan meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk kegiatan Stop BABS, maka diperlukan
tenaga fasilitator yang handal, trampil dan memahami prinsip fasilitasi
yang benar. Tugas utama fasilitator adalah mempersiapkan dan melakukan
pemicuan kepada masyarakat. Proses penyiapan fasilitator dapat dilakukan
melalui seleksi yang dilanjutkan dengan pelatihan. Substansi pelatihan
adalah keterampilan, pengetahuan, dan sikap sebagai fasilitator serta
langkah pemicuan untuk pilar Stop BABS. Pelatihan fasilitator ini
biasanya ada dua macam yaitu pelatihan bagi pelatih (Training Of
Trainers) dan pelatihan bagi fasilitator.
Pengembangan SDM kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan
(diklat) merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suatu
departemen, instansi, atau organisasi agar pengetahuan (knowledge),
kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka sesuai tuntutan
pekerjaan yang mereka lakukan. Tenaga yang telah menduduki suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu di instansi yang bersangkutan perlu
mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan.
Diklat merupakan suatu bentuk investasi pada sumber daya manusia untuk
mencapai tingkat produktivitas yang optimum .
B. Tahap Pemicuan
Tahap Pemicuan terdiri dari beberapa langkah, antara lain:
1. Perkenalan
Petugas Puskesmas terlebih dahulu mengumpulkan warga yang
bersedia untuk mengikuti penyuluhan serta menyampaikan tujuan mereka,
dan melihat kondisi sanitasi lingkungan sekitar dan memberikan penyuluhan
Kesehatan tentang BABS (Buang Air Besar Sembarangan).
2. Analisis Partisipatif
Tim mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi lingkungan dan
kebiasaan BAB dengan alat peraga, sebagai berikut:
a. Menghitung Jumlah kotoran tinja
Perhitungan kotoran adalah menghitung bersama jumlah kotoran
manusia yang dihasilkan dari BABS dari jumlah harian, mingguan,
bulanan dan tahunan dari hasil tersebut. Kemudian di analisis dan
dikaitkan dengan kemungkinan tinja untuk mencemari sumber air dan
sumber makanan.
b. Transect Walk
Transect walk berfungsi untuk memicu rasa jijik. Transect dilakukan
dengan cara mengajak masyarakat untuk menganalisis keadaan sanitasi
secara langsung di lapangan dengan menelusuri lokasi pemicuan dari
tempat yang satu ke tempat yang lain. Memicu rasa jijik bisa dengan cara
menawarkan air minum yang telah dikotori dengan rambut. Kemudian
rambut dianalogikan sebagai kaki lalat yg telah hinggap di kotoran
manusia.
C. Pasca Pemicuan
Tahap ini tim fasilitator melakukan pendampingan untuk menjaga
komitmen komite mengenai rencana pembangunan sarana sanitasi. Hal yang
dilakukan adalah memantau perkembangan perubahan perilaku, bimbingan
teknis dengan menyampaikan tangga sanitasi dan opsi teknologi.
Pendampingan dilaksanakan selambat- lambatnya 5 hari setelah pemicuan.
Selain kepada komite, tim fasilitator juga mengadvokasi sasaran tidak
langsung yaitu kepala desa dan perangkatnya. Pendampingan dilakukan hingga
desa mencapai kondisi ODF. Desa yang dinyatakan ODF dilakukan verifikasi
oleh Dinas Kesehatan dan desa tetangga ( PKK, Perangkat desa, Tokoh
masyarakat dan lain-lain)
2.4. Masyarakat
2.4.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat (society) diartikan sebagai sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi terbuka atau tertutup, dimana sebagian besar
interaksi antara individu yang berada dalam kelompok. Kata "masyarakat"
sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya,
sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubunganhubungan antar entitas-
entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling
tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacuh sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang
teratur.
Pengertian masyarakat menurut para ahli, sebagai berikut:
1. Menurut Solo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan .
2. Menurut Max Weber. Masyarakat sebagai uatu struktur atau aksi yang pada
pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada
warganya.
3. Menurut Emile Durkheim, Masyarakat adalah suatu kenyataan objektif
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
4. Menurut Karl Marx, Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan
antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Kegiatan STBM Pilar I tentang Stop BABS di Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung Kemala
a. Kegiatan Pemicuan
c. Bimbingan Teknis
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Gunun 3 3 100 3 100 3 100
g % % %
Kemal
a
Jumlah 3 3 100 3 100 3 100
% % %
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Gunung Kemala kota Prabumulih
4.3. Capaian Kemajuan SBS Dengan Disediakan Fasilitas Sanitasi Yang Layak
(JAMBAN SEHAT) di Puskesmas Gunung Kemala
Kel/Des KK Sharing/Komunal Jamban Sehat Jamban Sehat
a Semi Permanen Permanen (JSP)
(JSSP)
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Penduduk Sarana Pendudu Sarana Pengguna
Pengguna k
Pengguna
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gunung 796 102 408 0 0 694 3470 87 %
Kemala
Payu 1.13 118 752 0 0 942 4710 83 %
Putat 0
Tanjung 505 12 48 0 0 493 2465 97 %
Telang
Jumlah 2431 302 1.208 0 0 2129 10.645 88 %
4.4. Desa SBS ( Stop Buang Air Besar Sembarangan ) Di Puskesmas Gunung
Kemala
Tabel 4.1
2. Belimbing 10 10 - 1
3. Benakat 6 4 2 3
4. Gelumbang 23 22 1 4
5. Gunung megang 13 8 5 8
6. Kelekar 7 7 - 0
7. Lawang Kidul 7 6 1 1
8. Lembak 10 10 - 10
9. Lubai 10 10 - 3
10. Lubai Ulu 11 11 - 0
11. Muara Belida 8 7 1 0
12. Muara Enim 16 12 4 6
13. Rambang 13 13 - 7
14. Rambang Dengku 26 22 4 4
15. Semendo Darat 10 10 - 6
Laut
16. Semendo Darat 12 12 - 8
Tengah
17. Semendo Darat 10 10 - 7
Ulu
18. Sungai Rotan 19 12 7 5
19. Tanjung Agung 26 21 5 5
20. Ujan Mas 8 5 3 1
Jumlah 255 222 33 89
Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan
Berdasarkan tabel diatas, dari jumlah keseluruhan desa yaitu 255 desa.
Jumlah desa yang telah melaksanakan STBM ( yang telah melakukan pemicuan )
sebanyak 222 desa dan desa yang belum melaksanakan STBM ( yang belum
melakukan pemicuan ) sebanyak 33 desa. Jumlah desa SBS ( Stop Buang Air
Besar ) pada bulan agustus mengalami kenaikan sebanyak 90 desa dengan
persentase 35,29%. Target pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs)
sanitasi dasar yaitu 100% pada tahun 2019 yang berarti bahwa Kabupaten Muara
Enim belum mencapai target tersebut karena pencapaian desa SBS baru
mencapai 35,29%.
1. Dana
Dana yang digunakan untuk kegiatan ini berasal dari dana pusat
( Kemenkes ) dan dana yang berasal dari Bantuan Operasional Kegiatan ( BOK
) Puskesmas. Pemerintah telah menetapkan desa-desa yang dijadika lokus-
lokus pemicuan STBM , karena itu dana tersebut berasal dari Kemenkes.
Apabila desa tersebut tidak menjadi bagian dari lokus pemerintah pusat, maka
pihak puskesmas dapat mengajukan kegiatan puskesmas dalam RUK
Puskesmas melalui dana Puskesmas.
Pembangunan jamban di sebagian desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Gunung Kemala di dukung dengan dana desa (ADD) dan bantuan dari sektor
lain sehingga membantu mempercepat pembangunan jamban di desa.
Sedangkan desa yang kurang dukungan dana dari desa maupun sektor lainnya,
perkembangan pembangunan jamban sangat lambat karena masyarakat
beranggapan bahwa membuat jamban itu membutuhkan biaya yang sangat
besar.
2. Tenaga
3. Perilaku Masyarakat
4. Letak Geografis
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka pelaksanaan kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat ( STBM ) pilar pertama Stop Buang Air Besar
Sembarangan di Puskesmas Gunung Kemala dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses Kegiatan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada
pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan yaitu berupa Pelaporan
dan Pencatatan, Kegiatan Pemicuan, Kegiatan Pasca Pemicuan.
2. Target dari SDGs 100% sanitasi masih belum tercapai. 255 desa yang ada di
Kabupaten Muara Enim sebanyak 222 desa telah melakukan pemicuan, 33
desa belum melakukan pemicuan dan 90 desa ( 35,29%) telah SBS ( Stop
Buang Air Besar Sembarangan ).
3. Dua kecamatan di Kabupaten Muara Enim telah mendeklarasikan diri sebagai
Wilayah SBS ( Stop Buang Air Besar Sembarangan ) yaitu Kecamatan Belida
Darat dan Kecamatan Lembak.
4. Seluruh petugas sanitasi di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Muara
Enim telah mengikuti TOT ( Training Of Trainer ) atau pelatihan STBM.
5.2. SARAN
1. Peserta yang telah dilatih agar tetap melakukan pemicuan secara
berkesinambungan selalu melakukan monitoring pasca pemicuan agar hasil
pemicuan STBM tercapai dengan sebagaimana yang diharapkan.
2. Seluruh kecamatan di Kabupaten Muara Enim dapat mendukung sepenuhnya
terhadap kegiatan STBM dengan penduduk, tokoh masyarakat, dan bidan desa
agar dapat melakukan pemicuan di banyak wilayah kerja sehingga tercapai
seluruh desa atau kelurahan di Kabupaten Muara Enim bebas dari buang air
besar sembarangan.
3. Diharapkan agar petugas sanitasi lebih aktif melakukan pendekatan terhadap
masyarakat untuk merubah perilaku sehingga dapat mendorong SBS diwilayah
kerja masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Fadmi, F. R., & Buton, L. D. (2021). Peningkatan Perilaku Tidak Bab Sembarangan
Melalui Pembuatan Septic Tank Komunal Pada Masyarakat Pesisir Desa
Pamataraya. MONSU’ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1), 66–74.
https://doi.org/10.32529/tano.v4i1.825
Fatonah, N. S. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat Pilar Pertama ( Stop Babs ) Di Desa Purwosari
Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Universitas Negeri Semarang, 1–90.
Kementrian Kesehatan RI. (2008). Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Kepmenkes RI No 852, 1–11. http://www.un.org/millenniumgoals/
Kementrian Kesehatan RI dan Millenium Cahallenge Account Indonesia. (2016).
Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa Program Kesehatan dan Gizi Berbasis
Masyarakat (PKGBM) untuk Menurut Stanting. Kemenkes RI, 1–31.
Masli, J., Suwarni, A., Kesehatan, D., Pasaman, K., Barat, S., Kesehatan Yogyakarta,
P., & Penelitian Kependudukan, P. (2010). Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengadaan Jamban Keluarga Melalui Community Lead Total Sanitation
Community Participation in the Provision of Family Toilet Through Community
Lead Total Sanitation. Berita Kedokteran Masyarakat, 26(3), 144–151.
Musriyati, S. (2019). Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Jamban Bersih Dan
Sehat di Dusun Banglandek, Desa Gunung Kesan, Kecamatan Karang Penang.
Wiraraja Medika, 9(1), 11–16. https://doi.org/10.24929/fik.v9i1.690
Syam, S., & Asriani, A. (2019). Penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm)
Pilar 1 Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop Babs) Dengan Kejadian Penyakit
Diare Di Kelurahan Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar. Sulolipu: Media
Komunikasi Sivitas Akademika Dan Masyarakat, 19(1), 109.
https://doi.org/10.32382/sulolipu.v19i1.1035
LAMPIRAN