Anda di halaman 1dari 19

Penyakit Paru Obstruktif Menahun

(PPOM)
DEFINISI

Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah suatu penyumbatan menetap pada
saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis.

PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.


PPOM juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yang
dirurunkan.

Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak berbahaya,
bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOM. Tetapi kebiasaan merokok pengaruhnya
lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana sekitar 10-15% perokok
menderita PPOM.

Angka kematian karena emfisema dan bronkitis kronis pada perokok sigaret lebih tinggi
dibandingkan dengan angka kematian karena PPOM pada bukan perokok.
Sejalan dengan pertambahan usia, perokok sigaret akan mengalami penurunan fungsi
paru-paru yang lebih cepat daripada bukan perokok. Semakin banyak sigaret yang
dihisap, semakin besar kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru-paru.

PENYEBAB
Ada 2 (dua) penyebab dari penyumbatan aliran udara pada penyakit ini, yaitu emfisema
dan bronkitis kronis.

Emfisema adalah suatu pelebaran kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru, yang disertai
dengan kerusakan pada dindingnya.
Dalam keadaan normal, sekumpulan alveoli yang berhubungan ke saluran nafas kecil
(bronkioli), membentuk struktur yang kuat dan menjaga saluran pernafasan tetap terbuka.
Pada emfisema, dinding alveoli mengalami kerusakan, sehingga bronkioli kehilangan
struktur penyangganya. Dengan demikian, pada saat udara dikeluarkan, bronkioli akan
mengkerut. Struktur saluran udara menyempit dan sifatnya menetap.

Bronkitis kronis adalah batuk menahun yang menetap, yang disertai dengan pembentukan
dahak dan bukan merupakan akibat dari penyebab yang secara medis diketahui (misalnya
kanker paru-paru). Pada saluran udara kecil terjadi pembentukan jaringan parut,
pembengkakan lapisan, penyumbatan parsial oleh lendir dan kejang pada otot polosnya.
Penyempitan ini bersifat sementara.

Adanya bahan-bahan iritan menyebabkan peradangan pada alveoli. Jika suatu peradangan
berlangsung lama, bisa terjadi kerusakan yang menetap.
Pada alveoli yang meradang, akan terkumpul sel-sel darah putih yang akan menghasilkan
enzim-enzim (terutama neutrofil elastase), yang akan merusak jaringan penghubung di
dalam dinding alveoli.
Merokok akan mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada pertahanan paru-paru, yaitu
dengan cara merusak sel-sel seperti rambut (silia) yang secara normal membawa lendir ke
mulut dan membantu mengeluarkan bahan-bahan beracun.

Tubuh menghasilkan protein alfa-1-antitripsin, yang memegang peranan penting dalam


mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil estalase.
Ada suatu penyakit keturunan yang sangat jarang terjadi, dimana seseorang tidak
memiliki atau hanya memiliki sedikit alfa-1-antitripsin, sehingga emfisema terjadi pada
awal usia pertengahan (terutama pada perokok).

GEJALA

Gejala-gejala awal dari PPOM, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok, adalah
batuk dan adanya lendir.
Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan sebagai batuk normal perokok,
walaupun sebetulnya tidak normal.

Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau hijau
karena adanya nanah.
Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering dirasakan. Bisa juga disertai
mengi/bengek.

Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah
parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan
kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian dan
menyiapkan makanan.
Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan, karena setelah selesai makan
mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga penderita menjadi malas makan.

Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung.


Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat
istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.

DIAGNOSA

Pada PPOM yang ringan, mungkin tidak ditemukan kelainan selama pemeriksaan fisik,
kecuali terdengarnya beberapa mengi pada pemeriksaan dengan menggunakan
<>I>stetoskop. Suara pernafasan pada stetoskop juga terdengar lebih keras.
Biasanya foto dada juga normal.

Untuk menunjukkan adanya sumbatan aliran udara dan untuk menegakkan diagnosis,
dilakukan pengukuran volume penghembusan nafas dalam 1 detik dengan menggunakan
spirometri.
Pada penderita PPOM akan terjadi penurunan aliran udara selama penghembusan nafas.

Jika PPOM terjadi pada usia muda, dicurigai adanya kekurangan alfa-1-antitripsin,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar afa-1-antitripsin
dalam darah.

PENGOBATAN

Karena merokok sigaret merupakan penyebab paling penting dari PPOM, maka
pengobatan utama adalah berhenti merokok. Menghentikan kebiasaan merokok pada saat
penyumbatan airan udara masih ringan atau sedang, akan memperlambat timbulnya sesak
nafas. Tetapi, berhenti merokok pada stadium manapun dari penyakit ini, pasti akan
memberikan banyak keuntungan.
Penderita juga harus mencoba untuk menghindari pemaparan terhadap bahan iritan
lainnnya di udara.

Unsur-unsur dari penyumbatan aliran udara yang bisa diperbaiki adalah kejang otot,
peradangan dan peningkatan jumlah lendir. Perbaikan dari unsur-unsur tersebut akan
mengurangi gejala-gejala.
Kejang otot bisa dikurangi dengan memberikan bronkodilator, termasuk agonis reseptor
beta-adrenergik (albuterol inhaler) dan theophylline per-oral (melalui mulut) yang diserap
lambat.
Peradangan bisa dikurangi dengan memberikan corticosteroid, tetapi hanya 20%
penderita yang memberikan respon terhadap corticosteroid.
Tidak ada pengobatan terpercaya yang dapat mengurangi kekentalan lendir sehingga
mudah dikeluarkan melalui batuk. Tetapi menghindari dehidrasi bisa mencegah
pengentalan lendir. Minum cairan yang cukup untuk menjaga air kemih tetap encer dan
bening. Pada PPOM yang berat, terapi pernafasan bisa membantu menghilangkan lendir
di dada.

Terapi oksigen jangka panjang akan memperpanjang hidup penderita PPOM yang berat
dan penderita dengan kadar oksigen darah yang sangat rendah.
Oksigen diberikan 12 jam/hari. Hal ini akan mengurangi kelebihan sel darah merah yang
disebabkan menurunnya kadar oksigen dalam darah, memperbaiki fungsi mental dan
memperbaiki gagal jantung akibat PPOM.
Terapi oksigen juga bisa memperbaiki sesak nafas selama beraktivitas.

Program latihan bisa dilakukan di rumah. Program ini bisa meningkatkan kualitas hidup
dan kemandirian penderita, menurunkan frekuensi dan lamanya perawatan di rumah sakit
dan meningkatkan kemampuan berlatih meskipun fungsi paru-parunya belum pulih
sempurna.
Untuk melatih kaki bisa dilakukan latihan sepeda statis, naik-turun tangga dan berjalan.
Untuk melatih lengan bisa dilakukan latihan angkat beban.

Untuk penderita dengan kekurangan alfa-1-antitripsin yang berat, bisa diberikan protein
pengganti melalui pemberian protein melalui infus setiap minggu.
Pencangkokan paru-paru bisa dilakukan pada penderita dibawah usia 50 tahun.

Pada penderita dengan emfisema yang berat, bisa dilakukan pembedahan yang disebut
operasi reduksi volume paru-paru. Prosedurnya rumit dan penderita harus berhenti
merokok setidaknya 6 bulan sebelum pembedahan dan menjalani program latihan
intensif.
Pembedahan akan memperbaiki fungsi paru-paru dan kemampuan berlatih.

PROGNOSIS

30% penderita PPOM dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu 1 tahun,
dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun.
Kematian bisa disebabkan oleh kegagalan pernafasan, pneumonia, pneumotoraks
(masuknya udara ke dalam rongga paru), aritmia jantung atau emboli paru (penyumbatan
arteri yang menuju ke paru-paru).
Penderita PPOM juga memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya kanker paru.

PENCEGAHAN

Jika penderita mengalami influenza atau pneumonia, PPOM akan semakin memburuk
dengan jelas. Karena itu, penderita PPOM harus mendapatkan vaksinasi influenza setiap
tahun dan vaksinasi pneumokokus setiap 6 tahun atau lebih.
Informasi yang tersedia di medicastore.com dikumpulkan dari berbagai sumber
dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat, saran, konsultasi ataupun kunjungan
kepada dokter anda. Bila anda memiliki masalah kesehatan, hubungilah dokter anda.

copyright© www.medicastore.com 2004

Pengkajian Sistem pernafasan


Juli 25th, 2007 · No Comments

Perawat berperan penting dalam merawat pasien dengan masalah pernapasan dengan
mengambil riwayat penyakit khusus dan melakukan perneriksaan fisik dada. Pengkajian
ini memungkinkan perawat mempunyai kesempatan untuk mendapatkan informasi dasar
dan memberikan kerangka kerja untuk deteksi beberapa perubahan cepat pada kondisi
pasien. Pengkajian bermakna bila dilakukan sebelum dan sesudah intervensi yang dapat
menunjukan perubahan atau perbaikan status pernapasan. Karena perawat lebih sering
dengan pasien, maka seringkali perawat yang mendeteksi perubahan kondisi pasien
daripada dokter yang hanya mengunjungi pasien sekali atau dua kali sehari dan meskipun
dengan hanya informasi dari hasil foto dada akan kurang menyadari perubahan cepat
status pasien.

Riwayat
Riwayat pasien harus dimulai dengan informasi tantang adanya penyakit. Seringkali, bila
pasien sangat lemah, maka informasi lebih banyak diperoleh dari saudara atau teman
dekat.

Bila ada dispnea, informasi tentang timbulnya gejala penting sekali. Tanyakan apakah hal
ini terjadi hanya bila melakukan aktivitas atau bila hanya berbaring (untuk itu minta
pasien untuk bangun duduk, ini umum terlihat pada pasien gagal jantung) dan apakah
membuat pasien terbangun pada malam hari (dispnea paroksismal nokturnal). Dispnea
paroksismal nokturnal sering merupakan tanda gagal jantung tetapi dapat terlihat pada
dispnea berat pada kasus lain. Semua penyebab dipsnea harus digambarkan, termasuk
faktor eksaserbasi, lamanya episode, dan upaya yang mengurangi keluhan.
Seringkali dispnea terlihat pada penyakit paru sehubungan dengan ketidaknyamanan dada
anterior yang harus dibedakan dari angina. Bila ada nyeri dada, harus ditentukan apakah
itu lebih dari satu tipe nyeri. Untuk tiap tipe nyeri dada, harus ditentukan lamanya, faktor
yang berhubungan seperti aktivitas (yang selalu terlihat pada nyeri jantung), posisi, atau
kebiasaan makan; apakah nyeri memburuk dengan bernapas atau gerakan (mis., pleurisi);
dan tindakan apa yang mengurangi yang pernah digunakan (mis., istirahat, nitrogliserin,
antasida, atau bertahak).
Penyakit pada sistem pernapasan sering menyebabkan produksi, atau perubahan produksi
sputum. Perawat dapat menanyakan seberapa banyak sputum dihasilkan dalam 24 jam,
berikan pasien tempat untuk menghitungnya (penampung sputum). Warna sputum
memberikan informasi penting tentang infeksi. Warna kuning, hijau atau coklat selalu
menandakan adanya infeksi bakteri, tetapi sputum yang bersih atau putih menunjukan tak
ada infeksi bakteri. Warna selalu disebabkan oleh sel darah putih dalam sputum. Namun
demikian warna kuning dapat terjadi bila ada banyak eosinofil dalam sputum, yang lebih
disebabkan oleh alergi daripada infeksi. Peningkatan pada warna atau jurnlah sputum
sering berarti infeksi. Kadang-kadang pada infeksi pasien tak mampu membatukkan
sputum; penurunan sputum karena memburuknya hipoksemia dan silent chest dapat
menandakan terjadinya bronkiolitis. Biasanya batuk tanpa produk sputum berarti infeksi
bakteri tidak terjadi. Harus dicoba menentukan apakah mukus datang dari hidung atau
sinus sebagai drainase postnasal atau apakah mukus berasal dari dada.

Penting untuk menanyakan apakah ada darah dalam sputum; kadang-kadang pasien takut
memperhatikan hal tersebut. Jumlah darah harus dievaluasi berupa lapisan atau bercak-
bercak, warna darah mukus, terhadap darah yang sedikit (warna merah terang atau gelap).
Juga harus ditentukan apakah darah berhubungan dengan produksi sputum seperti yang
sering terdapat pada bronkitis dan pnemonia, atau apakah terjadi sebagai kejadian
tunggal, seperti sering pada kasus emboli paru.

Penting untuk mengumpulkan data termasuk riwayat kesehatan lalu. Data ini harus
meliputi pemajanan lingkungan dan faktor risiko, riwayat kesehatan lalu, dan riwayat
keluarga. Penggunaan tembakao harus dihitung jumlah dan lamanya pasien merokok atau
pernah merokok. Khususnya pada pasien lansia, penting untuk menentukan apakah isi
regurgitasi dan aspirasi gaster, sering terjadi pada malam, penyebab gejala batuk, mengi,
atau dipsnea.

Pemeriksaan Fisik
Kadang-kadang pemeriksaan dada oleh perawat adalah pengkajian paling cepat dan
paling nyata terhadap situasi. Diagnosis fisik terhadap dada meliputi empat prosedur:
· inspeksi, atau melihat pada pasien
· palpasi, atau merasakan pasien
· perkusi, atau mengetok pasien
· auskultasi, atau mendengar dada pasien dengan
· stetoskop

Inspeksi
Inspeksi pasien meliputi pemeriksaan terhadap adanya atau tak adanya beberapa faktor.
Sianosis adalah satu faktor dimana kita paling tertarik. Sianosis memang sulit untuk
mendeteksi bila pasien anemis, dan pasien yang mengalami polisitemik dapat mengalami
sianosis pada ekstremitas meskipun tekanan oksigen normal.
Secara umum kita membedakan antara sianosis perifer dengan sianosis sentral. Sianosis
perifer terjadi pada ekstremitas atau pada ujung hidung atau telinga, meskipun dengan
tekanan oksigen normal, atau bila ada penurunan aliran darah pada area ini, khususnya
bila area ini dingin atau sakit. Sianosis sentral terlihat pada lidah dan bibir, mempunyai
arti paling besar; ini berarti pasien secara nyata mengalami penurunan tekanan oksigen.
Pernapasan “bekerja” adalah tanda penting untuk diperiksa; kita tertarik untuk
mengetahui apakah pasien menggunakan otot asesori pernapasan. Terdapat bicara
terbata-bata dapat diobservasi. Pola bicara yang terhenti ini disebabkan oleh udara napas.
Kadang-kadang jumlah kata yang dapat disebutkan oleh pasien sebelum menarik napas
untuk napas berikutnya adalah pengukuran yang baik terhadap jumlah pernapasan
bekerja.

Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dada (mis., peningkatan dalam ukuran dada
dari depan ke belakang) juga diperiksa. Ini sering disebabkan oleh ekspansi maksimal
paru pada penyakit paru obstruksi, tetapi peningkatan dalam diameter AP juga dapat
terjadi pada pasien yang mengalami kifosis (lengkung ke depan pada tulang belakang.

Deformitas dan jaringan parut dada penting dalam membantu menentukan penyebab
distres paru. Sebagai contoh, jaringan parut dapat merupakan indikasi pertama bahwa
pasien pernah mengalami pengangkatan paru. Deformitas paru seperti kifoskoliosis dapat
menunjukan mengapa pasien mengalami distres paru.

Postur pasien juga harus dikaji, karena pasien dengan penyakit paru obstruktif sering
duduk dan menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di meja sebagai
upaya untuk tetap-mengangkat klavikula sehingga memperluas kernampuan ekspansi
dada.

Posisi trakea juga penting diobservasi. Apakah trakea pada garis tengah leher atau deviasi
ke satu sisi? Efusi pleural atau tekanan pnernotoraks selalu membuat deviasi trakea ke
sisi jauh dari yang sakit. Pada atelektasis, trakea sering tertarik pada sisi yang sakit.

Frekwensi pernapasan adalah parameter penting untuk diperhatikan; ini harus dihitung
sedikitnya 15 detik lebih sering dari baisanya. Seringkali frekwensi pernapasan dicatat
sebagai 20 kali per menit, yang sering berarti bahwa frekwensi diperkirakan daripada
menghitungnya.
Kedalaman pernapasan sering berarti sebagai frekwensi pernapasan. Sebagai contoh, bila
pasien bernapas 40 kali per menit, seseorang dapat berpikir masalah pernapasan berat
terjadi, tetapi bila pernapasan sangat dalam pada frekwensi tersebut, ini dapat berarti
pasien mengalami pernapasan Kussmaul sehubungan dengan sidosis diabetik atau
asidosis lain. Namun demikian, bila pernapasan dangkal pada frekwensi 40 kali per
menit, dapat menunjukan distres pernapasan berat karena penyakit paru obstruktif,
penyakit paru restriktif, atau masalah paru lain.

Durasi inspirasi versus durasi ekspirasi penting dalam menentulcan apakah ada obstruksi
jalan napas. Pada pasien dengan penyakti paru obstruktif, ekspirasi memanjang lebih dari
1½ kali panjang inspirasi.
Observasi ekspansi dada umum adalah bagian integral dalam pengkajian pasien. Secara
normal kita mengharapkan kurang lebih 3 inci ekspansi pada ekspirasi maksimal ke
inspirasi maksimal. Gerakan abdomen dalarn upaya pernapasan (normal terjadi pada pria
daripada wanita) dapat diobservasi. Spondilitis ankilosis atau artritis Marie- StAimpell
adalah satu kondisi dimana ekspansi dada umurn terbatas. Perbandingan ekspansi dada
atas dengan dada bawah dan observasi gerakan diafragma untuk menentukan apakah
pasien dengan penyakit obstruksi paru difokuskan pada ekspansi dada bawah dan
penggunaan diafragma dengan benar. Lihat pada ekspansi satu sisi dada versus sisi yang
lain, memperlihatkan bahwa atelektasis, khususnya yang disebakan oleh plak mukus,
dapat menyebabkan menurunnya ekspansi dada unilateral.
Emboli paru, pnemonia, efusi pleural, pnemotoraks, atau penyebab nyeri dada lain seperti
fraktur iga, dapat menimbulkan menurunnya ekspansi paru. Pemasangan endotrakeal atau
nasotrakeal yang terlalu dalarn sehingga meluas ke antara trakea kedalam salah satu
cabang utama bronkus (biasanya kanan) adalah penyebab serius dan sering menurunkan
ekspansi salah satu dada. Bila selang masuk ke cabang utama bronkus kanan maka paru
kanan tidak ekspansi, dan pasien biasanya mengalami hipoksemia dan atelektasis pada
sisi kiri. Untungnya perawat selalu menyadari potensial masalah ini sehingga mengenali
masalah ini.
Bila terjadi retraksi interkostal (mis., penyedotan pada otot dan kulit atau iga selama
inspirasi) selalu berarti bahwa pasien membuat upaya lebih besar pada inspirasi daripada
normal. Biasanya ini menandakan bahwa paru kurang komplain (lebih kaku) dari
biasanya. Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat bahu,
menunjukan peningkatan kerja pernapasan.
Efektivitas dan frekwensi batuk pasien penting untuk dilaporkan, juga karakteristik
sputum seperti jumlah, warna, dan konsistensi.

Palpasi
Palpasi dada dilakukan dengan meletakan turnit tangan mendatar di atas dada pasien.
Seringkali kita menentukan apakah fremitus taktil ada. Kita melakukan ini dengan
meminta pasien mengatakan “sembilan-sembilan.” Secara normal, bila pasien mengikuti
instruksi itu, vibrasi terasa pada luar dada di tangan pemeriksa. Ini mirip dengan vibrasi
yang terasa pada peletakan tangan di dada kucing bila ia sedang mendengkur. Pada
pasien normal fremitus taktil ada. Ini dapat menurun atau takada bila terdapat sesuatu
dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada
efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan tidak mungkin merasakan vibrasi
ini atau vibrasi menurun. Bila pasien mengalami atelektasis karena sumbatan jalan napas,
vibrasi juga takdapat dirasakan. Fremitus taktil agak meningkat pada kondisi konsolidasi,
tetapi deteksi terhadap ini sulit. Hanya dengan palpasi pada dada pasien dengan napas
perlahan, seseorang dapat merasakan ronki yang dapat diraba yang berhubungan dengan
gerakan mukus padajalan napas besar.

Perkusi
Pada perkusi dada pasien, kita harus mengunakan jari yang ditekan mendatar di atas
dada; ujung jari ini diketokan di atas tulang tengah jari dengan jari dominan. Normalnya
dada mempunyai bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit dimana ada
peningkatan udara pada dada atau, paru-paru seperti pada pneumotoraks dan emfisema
dapat terjadi hiperesonan (bahkan lebih seperti bunyi drum). Perkusi hiperesonan kadang-
kadang sulit dideteksi. yang lebih penting adalah perkusi pekak atau kempis seperti
terdengar bila perkusi di atas bagian tubuh yang berisi udara. Perkusi pekak dan kempis
terdengar bila paru di bawah tangan pemeriksa mengalami atelektasis, pnemonia, efusi
pleural, penebalan pleural atau lesi massa. Perkusi pekak atau kempis juga terdengar pada
perkusi di atas jantung.
Auskultasi
Pada auskultasi, secara umum menggunakan diafragma stetoskop dan menekannya di
atas dinding dada. Penting untuk mendengarkan intensitas atau kenyaringan bunyi napas
dan menyadari bahwa secara normal ada peningkatan kenyaringan bunyi napas bila
pasien menarik napas dalam maksimum sebagai lawan napas sunyi. Intensitas bunyi
napas dapat menurun karena penurunan aliran udara melalui jalan napas atau peningkatan
penyekat antara stetoskop dengan paru. Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru
obstruksi menahun (PPOM) atau atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Dengan
napas dangkal ada penurunan gerakan udara melalui jalan napas dan bunyi napas juga
tidak keras. Pada gerakan ter batas dari diafragma toraks, dapat menurunkan bunyi napas
pada area yang terbatas gerakannya. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pnemotoraks,
dan kegemukan ada substansi abnormal Oaringan fibrosa, cairan, udara, atau lemak)
antara stetoskop dan paru di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari
stetoskop, membuat bunyi napas menjadi tak nyaring.
Secara umum, ada tiga tipe bunyi yang terdengar pada dada normal:
o bunyi napas vesikuler, yang terdengar pada perifer paru normal;
o bunyi napas bronkial, yang terdengar di atas trakea;
o bunyi napas bronkovesikuler yang terdengar pada kebanyakan area paru dekat jalan
napas utama
Bunyi napas bronkial adalah bunyi nada tinggi yang tampat terdengar dekat telinga,
keras, dan termasuk penghentian antara inspirasi dan ekspirasi. Bunyi napas vesikuler
lebih rendah, mempunyai kualitas desir, dan termasuk takada penghentian antara inspirasi
dan ekspirasi. Bunyi napas bronkovesikuler menunjukan bunyi setengah jalan antara
kedua tipe bunyi napas.
Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang normal, juga terdengar pada
beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya pnemonia. Bunyi napas bronkial juga
terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan. Dimanapun terdengar napas
bronkial, di sini bisajuga terjadi dua hal lain yang berhubungan dengan perubahan: (1)
perubahan E ke A, dan (2) desiran otot pektoralis. Perubahan E ke A hanya berarti bahwa
bila seseorang mendengar dengan stetoskop dan pasien mengatakan “E” apa yang
didengar orang tersebut secara nyata adalah bunyi A daripada bunyi E. Ini terjadi bila ada
konsolidasi.

Desiran otot pektoralis adalah adanya volume keras yang terdengar melalui stetoskop bila
pasien berbisik. Pada pernapasan bronkial dan dua perubahan akan ada, yang harus ada
juga adalah (1) terbukanya jalan napas dan tertekannya alveoli, atau (2) alveoli dimana
udara telah digantikan oleh cairan.

Bunyi lain yang terdengar dengan stetoskop meliputi crackles, mengi, dan gesekan.
Crackles adalah bunyi yang jelas, bunyi terus menerus terbentuk oleh jalan napas kecil
yang terbuka kembali atau tertutup kembali selama akhir inspirasi. Crackles terjadi
padapnernonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi
maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Crackles keras dapat terdengar
pada edema pulmonalis dan pada pasien sekarat. Seringkali crackles keras dapat
terdengar tanpa stetoskop karena ini terjadi padajalan napas besar.
Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan
oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain. Bila mengi
terdengar hanya pada ekspirasi, disebut mengi; bila bunyi mengi terjadi pada inspirasi
dan ekspirasi, biasanya berhubungan dengan tertahannya sekresi.

Friction rub terdengar bila ada penyakit pleural seperti emboli pulmonal, pnemonia
perifer, atau pleurisi, dan ini sering sulit untuk membedakannya dari ronki. Bila bunyi
abnormal makin jelas setelah batuk, biasanya berarti bunyi tersebut lebih sebagai ronki
daripada friction rub.
Untuk itu, perawat unit kritis dan ahli terapi pernapasan harus belajar utuk berpartisipasi
dalam diagnosa fisik dada sehingga mereka. dapat mendeteksi perubahan kondisi pasien
segera saat itu tedadi, daripada menunggu kunjungan dokter yang hanya sekali atau dua
kali sehari atau tergantung foto dada harian.

Pengkajian tanda dan gejala pernapasan


Tanda dan gejala utama penyakit respiratori adalah dispnea, batuk, pembentukan sputum,
nyeri dada, mengi, jari tabuh, hemoptisis, dan sianosis, manifestasi klinis ini berkaitan
dengan durasi dan keparahan penyakit

Dispnea
Dispnea (kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah gejala umum
pada banyak kelainan pulmonal dan jantung terutama jika terdapat peningkatan kekakuan
paru dan tahanan jalan napas.
Dispnea mendadak pada individu normal dapat menunjukkan pneumotoraks (udara dalam
rongga pleura). Pada pasien yang sakit atau setelah menjalani pembedahan disonea
mendadak menunjukkan adanya embolisme pulmonal.
Orthopnea (tidak dapat bernapas dengan mudah kecuali dalam posisi tegak, mungkin
ditemukan pada orang yang mengidap penyakit jantung dan penyakit obstruktif paru
menahun (PPOM). Pernapasan bising dapat dijumpai akibat penyempitan jalan napas
atau obstruksi setempat bronkus besar oleh tumor atau benda asing.
Pertanyaan yang perlu diajukan pada klien dispnea sebagai berikut:
· Berapa besar latihan fisik yang mencetuskan sesak napas?
· Apakah ada batuk yang ditimbulkan
· Apakah dispnea berhubungan dengan gejala lain?
· Apakah awitan sesak napas mendadak atau bertahap?
· Kapan dispnea terjadi? Siang atau malam hari?
· Apakah sesak napas memburuk ketika klien berbaring terlentang ditempat tidur?
· Apakah sesak napas terjadi ketika istirahat? Saat olah raga? Atau menaiki tangga?
· Apakah sesak napas memburuk ketika berjalan? Jika ya saat berjalan berapa jauh?
Tindakan untuk meredakan sesak napas adalah membaringkan pasien dengan kepala
dinaikkan, dan pada kasus yang berat dengan memberikan oksigen.

Batuk
Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam saluran pernapasan.
Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau suatu iritan
yang dibawa oleh udara, seperti asap, kabut, debu, atau gas. Tipr batuk kering, iritatif
menandakan infeksi saluran napas ats dengan asal virus. Laringotrakeitis menyebabkan
batuk dengan puncak bunyi tinggi an iritatif. Lesi trakeal mengahsilkan batuk brassy.
Batuk berat atau changing dapat menandakan kasinoma bronkogenik. Nyeri dada saat
batuk dapat menandakan keterlibatan pleural atau dinding dada.
Evaluasi karakteristik batuk, apakah batuk kering? Hacking? Brassy? Mengi?. Waktu
batuk diicatat. Batuk malam hari dapat menadakan awitan gagal jantung kiri dan asma
bronkial. Batuk pada pagi hari dengan pembentukan sputum menunjukkan bronkitis.
Batuk yang memburuk ketika pasien berbaring menunjukkan drip pascanasal (sinisitis).
Pembentukan Sputum
Pembentukan sputum adalah reaksi paru-paru setiap iritan yang kambuh secara konstan.
Pada infeksi bakteri, sputum menandakan purulen (kental dan kuning atau hijau. Sputum
rusty menandakan adanya pneumonia bakterialis. Sputum mukoid atau encer sering
disebabkan oleh bronkitis virus. Peningkatan sputum secar bertahap dapat menunjukkan
adanya bronkitis kronis dan bronkirktase. Sputunm mukoid yang berwarna merah muda
menandakan tumor paru, sementara bahan berwarna pink berbusa, dan banyak, yang
sering mengalir ketenggorokan dpat menunjukkan edema pulmonal. Sputum yang sangat
bau dan napas buruk menunjukkan adanya abses paru.
Tindakan pereda adalah hidrasi adekuat (minum air) dan inhalasi larutan yang
mengandung aerosol, yang mungkin diberikan dengan suatu jenis nebuliser. Selanjutnya
adalah batuk efektif, hentikan merokok karena merokok mengganggu kerja siliaris,
meningkatkan sekresi bronkial, menyebabkan inflamasi dan hiperplasia membran
mukosa, serta mengurangi pembentukan surfaktan.

Nyeri dada
Nyeri dada yang berkaitan dengan kondisi pulmonary mungkin terasa tajam, menusuk,
dan intermitten atau mungkin pekak, sakit and persisten.Nyeri biasnya terasa pada tempat
dimana terjadi patologi, tetapi mungkin dapat beralih kesembarang tempat, misalnya
leher, punggung, atau abdomen. Penyakit paru tidak selamanya menimbulkan nyeri dada
karena paru-paru dan pleura viseral tidak mengandung saraf sensory dan tidak sensistif
terhadap nyeri. Tetapi pleura parietalis mempunyai sangat banyak saraf sensory yang
terstimulasi oleh inflamasi dan regangan membrane. Nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
parietalis terasa tajam dan tampak seperti catch pada inspirasi. Nyeri ini sering
digambarkan seperti tusukan pisau. Pasien merasa lebih nyaman jika berbaring pada sisi
yang sakit, yaitu postur yang cenderung membelat dinding dada dan mengurangi friksi
antara pleura yang cedera atau sakit pada sisi tersebut.
Kualitas, intensitas, dan penjalaran nyeri dikaji dan faktor-faktor pencetusnya
diidentifikasi dan digali. Apakah terdapat hubungan antara nyeri dengan postur harus
ditentukan.
Tindakan peredaan, dengan medikasi analgesik. Blok analgesik regional dilakukan pada
waktunya untuk meredakan nyeri yang sangat hebat. Preparat anestesis lokal disuntukkan
sepanjang saraf interkostal yang memperssarafi area yang nyeri.

Mengi
Mengi terjadi karena bronkokonstriksi atau penyempitan jalan napas. Mengi adalah bunyi
yang mempunyai puncak yang tinggi, berirama yang terutama terdengar pada saat
ekspirasi
Jari tabuh
Jari tabuh ditemukan pada klien dengan kondisi hipoksia kronis, infekai paru kronis dan
keganasan paru.

Hemoptisis
Adalah ekspektorasi darah dari saluran pernapasan. Hemoptisi beragam mulai dari
sputum bersemu darah sampai hemoragi mendadak dengan banyak darah.
Penyebab yang paling umum adalah :
(1) infeksi pulmonal
(2) karsinoma paru
(3) abnormalitas pembuluh atau jantung
(4) abnormalitas arteri atau vena dan
(5) emboli dan infark pulmonari

Sianosis
Sianosis adalah diskolorasi kebiruan pada. darah yang terjadi apabila sejumlah besar
hemoglobin dalam darah tidak berikatan maksimum dengan molekul oksigen. Terdapat
empat tempat pada. setiap molikul hemoglobin yang dapat mengikat molekul oksigen.
Hemoglobin yang mengikat penuh oksigen disebut jenuh (tersaturasi). Hemoglobin
terdeoksigenasi atau terdesaturasi tidak mengikat oksigen secara maksimum.
Apabila konsentrasi hemoglobin dalam darah normal, tetapi ketersediaan oksigen untuk
mengikat hemoglobin berkurang, maka molekul-molekul hemoglobin akan mengalami
deoksigenasi. Dalam keadaan normal terdapat sekitar 15 gram hemoglobin per 100
mililiter darah. Dalam darah arteri, 98%, atau 14,7 gram per 100 mililiter darah, akan
tersaturasi oleh oksigen. Darah vena secara normal memiliki sekitar 75%, atau 11,3 gram
hemoglobin per 100 mililiter darah, tersaturasi oleh oksigen, Apabila saturasi oksigen
hemoglobin arteri turun di bawah 70%, yang menyebabkan 5 gram atau lebih hemoglobin
per 100 mililiter darah tidak tersaturasi, maka sianosis akan jelas tampak.

Pada hipoksemia akibat penurunan konsentrasi hemoglobin, misaInya. anemia normositik


normokromik, sianosis tidak akan timbul karena tidak terdapat lebih daripada 5 gram
hemoglobin deoksigenasi per 100 mililiter darah. Sianosis tidak akan terjadi pada
keracunan karbon monoksida karena tempat-tempat pengikatan di hemoglobin akan
tersaturasi, walaupun oleh karbon monoksida dan bukan oksigen. Pada kedua situasi
tersebut, hipoksemia terjadi tanpa sianosis.

Pengkajian Kemampuan Bernafas


Frekuensi pernapasan
Orang dewasa normal yang cukup istirahat bernapas 12 s.d 18 kali permenit (Brunner,
2000). Bradipnea, atau pernapasan lambat berkaitan dengan penurunan tekanan intra
kranial, cedera otak, dan takar lajak obat, sedangakan takipnea adalah pernapasan cepat,
umumnya tanpak pada pasien pneumonia, edema pulmonal, asidosis metabolik,
septikemia, nyeri hebat, dan fraktur iga.

Tes Fungsi Pernapasan


Tes fungsi ventilasi atau paru-paru mengukur kemampuan dada dan paru-paru untuk
menggerakan udara masuk dan keluar alveoli. Pengukuran ini dipengaruhi oleh latihan
dan penyakit. Usia, jenis kelamin, ukuran dan postur tubuh adalah variabel lain yang
dipertimbangkan bila hasil tes diinterpretasi.

Pengukuran Volume
Pengukuran volume menunjukan jumlah udara. dalam paru-paru selama beberapa
berbagai siklus pernapasan. Tiap volume tidak dapat dibagi kedalam bagian ang lebih
kecil, karena ini menunjukan unit dasar.
· Volume tidal (VT) adalah volume udara yang digerakkan masuk dan keluar pada tiap
pernapasan normal. Ini terukur kurang lebih 500 ml pada pria muda normal.
· Volume cadangan inspirasi (VCI) menunjukkan jumlah udara dimana seseorang dapat
dengan sekuat-kuatnya menghirup udara setelah inspirasi tidal normal. VC1 biasanya
kira-kira 3.000 MI.
· Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume udara dimana seseorang dapat dengan
sekuat-kuatnya mengeluarkan udara setelah ekshalasi tidal normal. VCE biasanya kira-
kira 1. 100 MI.
· Volume residu (VR) adalah volume udara sisa setelah ekspirasi kuat. Volume ini dapat
diukur hanya dengan spirometer tak langsung, sedangkan yang lain dapat diukur secara
langsung.

Pengukuran Kapasitas
Pengukuran kapasitas menghitung sebagian siklus paru-paru. Ini diukur sebagai
kombinasi volume sebelumnya.
· Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah udara yang dapat diinhalasi (dihirup) sengan kuat
bila mulai dari tingkat ekspirasi normal. Ini sama dengan VT ditambah VCI dan kurang
lebih 3.500 ml.
· Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah j umlah sisa udara pada akhir ekspirasi
normal. Ini adalah jumlah dari VCE dan VR dan kurang lebih 2.300 ml.
· Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat dengan kuat diekspirasi
setelah inspirasi kuat maksimal. Ini jumiah dari VD VT, dan VCE. Volume ini kurang
lebih 4.600 ml pada pria normal.
· Kapasitas paru total (KPT) sama dengan volume dimana paru-paru dapat diekspansi
dengan upaya inspirasi paling kuat. Volume kapasitas kurang lebih 5.800 ml.

Pengukuran Dinamika
Pengukuran berikut disebut pengukuran dinamika, memberikan data tentang tahanan
jalan udara dan energi yang dibutuhkan dalam pernapasan (kerja napas).
ü Frekwensi atau kecepatan pernapasan (f) adalah jumlah napas per menit. Pada istirahat,
f sama dengan kira-kira 15.
ü Volume semenit, kadang-kadang disebut ventilasi semenit (VE) adalah volume udara
inhalasi dan ekshalasi per menit. Ini dihitung dengan mengalikan VT dengan f. Pada saat
istirahat VF, kurang lebih 7.500 ml/mnt.

Ruang mati (VD) adalah bagian dari VT yang tidak berpartisipasi dalam pertukaran
gas,alveoli. VD (diukur dalam ml) terdiri dari udara dalam jalan napas (area mati
anatomis) ditambah volume udara alveolar yang tidak terlibat dalam pertukaran gas (area
mati fisiologis; mis., udara tak diperfusi dalam alveolus karena embolisme paru atau
bergerak atau, lebih umum, udara di alveoli yang diperfusi).

Area mati anatomis orang dewasa selalu sama dengan berat badan dalam pon (mis., 140
ml pada orang dengan berat 63 kg). Pada orang sehat, VD hanya terdiri dari area mati
anatomis. Ruang mati fisiologis terjadi pada penyakit tertentu.
Pengambilan VD dengan mengurangkan tekanan parsial karbon diokasida arteri (PaC02)
dari tekanan parsial karbon dioksida udara alveolar (PaC02). Nilai normal VID pada
orang dewasa sehat kurang dari 40% dari VT. Nilai rasio VD/VT ini digunakan untuk
mengikuti efektivitas ventilasi mekanis.
Ventilasi alveolar, komplemen dari VD, ditunjukan sebagai volume udara tidal yang
terlibat dalam pertukaran gas alveolar. Volume ini ditunjukkan sebagai volume per menit
dengan simbol VA. VA menandakan ventilasi efektif. Ini lebih relevan untuk nilai gas
darah daripada VD atau VT karena dua ukuran terakhir ini termasuk ruang mati
Fisiologis. VA dihitung dengan mengurangkan VID dari VT dan mengalikan hasilnya
dengan frekwensi pernapasan per menit:
VA =(VT – VD) x f
Kurang lebih 2.300 ml udara (KRF) tersisa dalam paru saat akhir ekspirasi. Tiap
pernapasan baru memasukan kurang lebih 350 ml udara ke dalam alveoli. Rasio udara
alveoli baru terhadap volume total udara sisa dalam paru adalah:
350 ml
2300 ml
Namun demikian, udara baru hanya kurang lebih sepertujuh dari volume total yang ada
dalam paruparu. VA normal adalah 5250 ml/mnt (350 ml/napas x 15 napas/mnt = 5250
ml/menit)

Pernapasan normal (VT) dapat menggantikan 7500 ml udara per menit (500 ml/napas x
15 napas/ mnt = 7500 ml/mnt), membutuhkan waktu 0,008 dtk/ml:
1 menit x 60 detik
= 0,008 detik/ml
750-0 ml x I mnt
Namun demikian, KRF paru-paru dapat menggantikan seluruhnya dalam 18A detik (2300
ml x 0,008 dtk/mI = 18,4 dtk), bila ada keseragaman difusi udara. Lambatnya frekwensi
keluar-masuk mencegah fluktuasi cepat konsentrasi gas dalam alveoli pada tiap
pernapasan.

Ventilasi Mekanis
Udara mengalir dari bagian tekanan tinggi ke bagian dengan tekanan rendah. Namun
demikian, bila tak ada aliran udara masuk atau keluar paru-paru, tekanan alveolar dan
atmosfir dalam keadaan seimbang. Untuk memulai pernapasan, aliran udara kedalam
paru-paru harus dicetuskan oleh turunnya tekanan dalam alveoli. Ini melibatkan proses
rumit dari banyak variabel, ini sesuai dengan ventilasi mekanis dan melibatkan adanya
elastisitas, komplain, tekanan, dan gravitasi.

Rekoil Elastis
Elastisitas adalah kembalinya bentuk asli setelah perubahan karena kekuatan dari luar.
Paru-paru dan dada bersifat elastis, memerlukan energi untuk bergerak tetapi dengan
cepat kembali ke bentuk awalnya bila energi tidak efektif lagi.
Gerakan ke atas dan ke bawah dari diafragma, yang memanjangkan dan memendekan
kapasitas dada, dikombinasi dengan naik dan turunnya iga-iga yang meningkatkan dan
menurunkan diameter rongga anteroposterior, menyebabkan ekspansi dan kontraksi
Paru-paru. Ini diperkirakan kurang lebih 70 % ekspansi dan kontraksi paru-paru
diselesaikan oleh perubahan ukuran anteroposterior dan kurang lebih 30 % dicapai
mdalui perubahan panjang karena gerakan diafragma.
Paru-paru-dua struktur busa (spon) berisi udara melekat pada tubuh hanya pada ligamen
paru-paru di mediastinum. Tiga lobus dari paru-paru kanan dan dua lobus paru-paru kiri
yang tidak saling melekat. Namun demikian, lapisan membran ruang intrapleural secara
konstan menyerap cairan dan gas yang masuk area ini, sehingga membentuk area bebas
udara (vakum). Kondisi vakum ini menahan viseral pleural paru-paru dengan kuat
terhadap parietal paruparu dinding dada. Parietal (lapisan dinding dada) dan viseral
(menutup jaringan paru-paru) pleura bergesekan satu sama lain pada tiap inspirasi dan
ekspirasi, dilumasi oleh beberapa milimeter jaringan protein yang mengandung air pada
ruang intrapleura.
Komplain
Bukti dari pembahasan sebelumnya bahwa paru-paru dan toraks sendiri mempunyai
karakteristik elastis dan menunjukkan kernampuan mengembang. Kemampuan ini
disebut komplain (compliance) dan merupakan ukuran dari elastisitas paru-paru.
Komplain ditunjukan sebagai peningkatan volume dalam paru-paru untuk tiap unit
peningkatan tekanan intra-alveolar.
perubahan volume paru ( liter )
Komplain =
perubahan tekanan paru ( cm H20)

Komplain paru-paru total normal, pada kedua paru-paru dan torak adalah 0, 13 L/cm
tekanan air. Dengan kata lain tiap waktu tekanan ditingkatkan sampai jumlah tertentu
untuk meningkatkan tinggi kolom air I cm, pengembangan paru-paru dengan volume 130
ml. Karena inspirasi memerlukan kontraksi otot, ini merupakan proses aktif yang
mernerlukan energi. Energi juga diperlukan untuk menghasilkan dua faktor lain yang
cenderung untuk mencegah ekspansi paru-paru: (1) tahanan jaringan takelastis; dan (2)
tahanan jalan napas, berarti energi tersebut dibutuhkan untuk mengatur besar molekul
jaringan liat paru-paru itu sendiri sehingga saling bergesekan satu sama lain selama
gerakan ekspirasi. Pada kondisi normal ekshalasi adalah proses pasif yang tidak
memerlukan energi. Paru-paru dengan dinding dada, rekoil sederhana ke posisi semula.
Orang normal pada saat istirahat menggunakan kurang dari 6% dari oksigen total
tubuhnya pada waktu bernapas. Persentase ini meningkat sesuai penurunan diameter jalan
napas atau penurunan komplain.
Kondisi atau situasi yang merusak jaringan paruparu menyebabkannya menjadi fibrotik,
menghasilkan edema paru-paru, blok alveoli, atau menggang4u ekspansi paru-paru dan
kemapuan berkembang toraks sehingga menurunkan komplain paruparu. Bila komplain
menurun, akan lebih sulit bagi paru-paru untuk mengembang pada inspirasi. (Bila
komplain meningkat, lebih mudah jaringan paru-paru mengembang). Pada adanya edema
jaringan, paruparu kehilangan banyak kualitas elastisnya dan jaringan meningkat sifat
liatnya dan cairan meningkatkan tahanan takelastis. Kerja pernapasan meningkat, dan
energi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas juga meningkat besar. Energi
diperlukan untuk ekshalasi bila elastisitas hilang (ernfiserna) atau jalan napas tersumbat
(asma).

Pengakajain Diagnostik Fungsi Pernapasan

Uji Fungsi Pulmonal


Uji fungsional paru meliputi pengukuran volume paru, fungsi ventilatory, mekanisme
pernapasan, difusi, dan pertukaran gas. Tes ini bergun sebagai uji skreening.

Pemeriksaan Gas Darah Arteri


Pemeriksaan ini membantu dalam mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu untuk
memberikan oksigen yang adekuat dan membuang carbon dioksida serta tingkat dimana
ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengeksresi ion-ion bikarbonat untuk
mempertahnkan PH darah yang normal.

Oksimetri Nadi
Adalah metode pemantauan non-invasif terhadap saturasi oksigen hemoglobin. Sensor
atau probe sekali pakai diletakkan pada ujung jari, dahi, daun telinga, atau batang hidung.
SaO2 normal adalah 95 % s.d 100 %. Nilai dibawah 85 % menunjukkan bahwa jaringan
tidak mendapat cukup suplai oksigen.

Pemeriksaan radiologi Dada


Rontgen dada rutin biasanya terdiri atas dua bidang projeksi anteroposterio dan lateral.
Rontgen dada diambil saat inspirasi penuh.
Tomografi memberikan bayangan pada paru-paru pada bidang yang berbeda di dalam
toraks, berguna pada pasien TB dimana dapat memberikan gambaran infiltrt noduler,
memperlihatkan rongga, dan bronkiektase yang berkaitan dengan TB pulmonal.

Computed Tomograph, bayangan yang dihasilkan memberikan pandangan potongan


melintang dari dada. Film sinar x regular memperlihatkan perbedaan besar antara densitas
tubuh seperti tulang, jaringan lunak, dan udara.

Positron emission tomograph, untuk mengetahui cara sel-sel berfungsi dalam individu
yang hidup. Radioisotop mengeluarkan partikel atomik yang disebut positron. Ketika
positron bertemu dengan elektron, yang terjadi tepat setelah emisi, keduanya akan
dihancurkan dan dua gelombang gamma dilepaskan, semburan energi ini dicatat oleh
pemindai PET.

Fluroskopi, digunakan untuk membantu dalam prosedur invasif, seperti biopsi jarum dada
atau biopsi tranbronkial.

Telan barium, menunjukkan esofagus dan memperlihatkan perubahan letak esopagus


serta gangguan pada lumennya oleh struktur jantung, paru-paru, atau mediatinum..
Bronkografi, jarang digunakan sejak diketemukannya bronkoskopi serat optik dan CT
scan.

Pemeriksaan Angiography Pembuluh-pembuluh pulmonary


untuk menyelidiki penyakit tromboembolik paru-paru, seperti emboli pulmonal, dan
abnormalitas kongenital pohon vaskular pulmonal. Angograph pulmonal adalah
penyuntikan cepat medium radiopaque kedalam vaskula paru-paru untuk keperluan
pemeriksaan radiograph pembuluh pulmonal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
menyuntikkan bahan radiopaque kedalam vena atau salah satu atau kedua lengan (secara
simultan) atau kedalam vena femoral, dengan menggunakan jarum atau kateter yang
sebelumnya telah dipasang didalam arteri pulmonal yang besar atau percabangannya atau
kedalam vena proksimal besar kearteri pulmonal
Prosedur Endoskopi
Bronkoskopi
Adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea, dan bronki baik
melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku.

Bronkoskopi diagnostik bertujuan :


1. untuk memeriksa jaringan dan mengumpulksn sekret.
2. Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses proses patologi dan untuk mendapatkan
contoh jaringan guna menegakkan diagnosis (dengan forsep biopsi, kuretase, sikat
biopsi).
3. menentukan apakah suatu tumor dapat direseksi atau tidak melalui tindakan bedah.
4. mendiagnosa tempat perdarahan (sumber hemoptisis)

Bronkoskopi terapeutik bertujuan:


1. mrngangkat benda asing dari pohon trakeobronkial.
2. mengangkat sekresi yang menyumbat pohon trakeabronkial, ketika pasien tidak dapat
membersihkannya.
3. memberikan pengobatan pascaoperatif pada atelektase.
4. menghancurkan dan mengeksisi lesi
Komplikasi bronkoskop mencakup: reaksi terhadap anestesi lokal, infeksi, aspirasi,
bronkospasme, hipoksemia pneumotoraks, perdarahan dan perfusi.

Torakoskopi
Adalah prosedur diagnostik dimana kavitas pleura diperiksa. Insisi kecil dibuat kedalam
kavitas pleura dalam suatu spasium interkosta, lokasi insisi tergantung pada temuan-
temuan klinis dan diagnostik. Setelah cairan yang ada dalam kavitas pleura diaspirasi,
mediastinoskop serat optik dimasukkan kedalam kavitas pleural dan permukaannya
dinspeksi melalui intstrumens tersebut.
Indikasi torakoskopi adalah untuk evaluasi diagnostik efusi pleura, penyakit pleura, dan
pentahapan tumor.

Pemeriksaan Sputum
Secara umum kultur sputum digunakan untuk mendiagnosis, pemeriksaan sensitivitas
obat, dan sebagai pedoman pengobatan.
Ekspektorasi adalah metode yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan spesimen
sputum. Pasien diintruksikan untuk membersihkan hidung dan tenggorok dan membilas
mulut untuk mengurangi kontaminasi sputum. Setelah melakukan beberapa kali napas
dalam, pasien membatukkan (meludahkan), menggunakan diafragma dan mengeluarkan
kedalam wadah streil.
Jika sputum tidak bisa keluar secara spontan, pasien sering dirangsang untuk batuk dalam
dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang mengiritasi
atau suatu agen lainnya yang diberikan dengan nebuliser ultrasonik. Metode lainnya
seperti : pengumpul spesimen termasuk aspirasi endotrakeal, pembuangan dengan
bronkoskopik, penyikatan bronkial, aspirasi trantrakeal, dan aspirasi lambung. Umumnya
spesimen yang lebih dalam didapatkan pada pagi hari. Spesimen segera dikirim
kelaboratorium.
Pemerikaaan kualitatif dilakukan untuk menentukan apakah sekresi adalah saliva, lendir
dan pus atau bukan. bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasnya
menandakan iinfeksi.

Aspirasi sputum trantrakeal à diselesaikan dengan mempungsi peura melalui memberan


krikotiroid dan dengan memasukkan kateter halus melalui jarum kedalam trakea.

Torasentesis
Adalah aspirasi cairan pleural untuk tujuan diagnosa dan terapeutik. Biopsi jarum pleura
mungkin dilakukan pada saat yang bersamaan dengan tindakan torasentesis.

Biopsi Pleura
Biopsi pleural diselesaikan dengan biopsi jarum pleural atau dengan pleuroskopi, yang
merupakan eksplorasi visual bronkoskopi serat optik yang dimasukka kedalam spasium
pleural. Biopsi pleural dilakukan ketika terdapat kebutuhan untuk kultur atau pewarnaan
jaringan untuk mengidentifikasi tuberkulosis atau fungi
Prosedur diagnostik Radioisotop (pemindaian paru)
Terdapat 3 pemindaian paru yaitu pemindaian perfusi, pemindaian ventilasi, dan
pemindaianinhalasi. Prosedur ini digunkan untuk mendetekasi fungsi normal paru, suplai
vaskuler pulmonal, dan pertukaran gas.

Pemindaian paru perfusi


Dilakukan dengan menyuntikkan agen radioaktif (teknetium) kedalam vena perifer dan
kemudian dada dan tubuh lainnya dipindai untuk mendeteksi radiasi. Prosedur ini
digunakan secara klinis untuk mengukur integritas pembuluh pulmonal relatif terhadap
tekanan darah dan untuk mengevaluasi abnormalitas aliran darah sepeerti yang terjadi
pada emboli. Waktu pencitraan 20 s.d 40 menit. Selama waktu tersebut pasien akan
berbaring dibswah kamera dengan masker yang dipasangkan diatas hidung dan mulut
selama waktu pemeriksaan.

Pemindiain ventilasi
Dilakukan setelah pemindaian perfusi.mpasien melakukan napas dalam untuk menghirup
oksigen dan gas radioaktif (xenon, kripton), yang bedifusi keseluruh paru. Pemindaian
dilakukan untuk mendeteksi abnormalitas paru terutam bronkitis, asma, fibrosis
inflamatorik, pneumonia, empisema, dan kanker paru.

Pemindaian Inhalasi
Dilakukan dengan memberikan droplet bahan radioaktif melalui ventilator tekanan
posistif. Pemindaian ini bermanfaat terutama dalam memvisualisasi trakea dan jalan
napas besar.
Pemindaian gallium
Adalah pemindaian paru radioisotop yang digunakan untuk mendeteksi kondisi-kondisi
inflamatorik, abses, adesi, dan keberadaan dan lokasi tumor setelah kemoterapi dan
radiasi.

Prosedur biopsi paru


Ada 3 biopsi paru non bedah denga angk akesakitan yang rendah yaitu:
1. Penyikatan bronkial trankateter à prosedur ini berguna untuk evaluasi sitologi lesi paru
dan untuk identifikasi organisme patogenik, metode ini hanya menyagkut pemasukan
kateter melalui membrane transkrikotiroid dengan pungsi jarum, setelah prosedur ini
pasien diinstruksikan untuk menekankan jari atau ibu jari diatas tempat pungsi ketika
batuk untuk menghambat kebocoran udara kedalam jaringan sekitarnya.
2. Biopsi jarum perkutan à aspirasi menggunakan jarum jenis spinal yang memberikan
spesimen jaringan untuk pemeriksaan histologi.
3. Biopsi paru tranbronkial à menggunakan forsep pemotong yang dimasukkan dengan
bronkoskop serat optik. Biopsi diindikasikan ketika diduga lesi paru dan pemeriksaan
sputum rutin, serta pencucian bronkoskop menunjukkan hasil negatif. Anestesi diberikan
sebelum prosedur. Kulit tempat biopsi dibersihkan dan dianestesi dan dibuat insisi kecil.
Jarum biopsi dimasukkan melalui insisi kedalam pleura dengan pasien menahan napas
saat midekspirasi.

Biopsi Nodus Limfe


Biopsi ini dilakukan untuk mendeteksi penyebaran penyakit pulmonal melalui nodus
limpe dan untuk menegakkan diagnosa atau prognosis pada penyakit seperti penyakit
hodgkin, sarkoidosis, penyakit jamur, tuberkulosis dan karsinoma.

Mediastinoskopi à pemeriksaan endoskopi mediastinum untuk mengeksplorasi dan biopsi


nodus limpe mediastinum yang mengaliri paru-paru. Biopsi dilakukan melalui insisi
suprasternal.

Mediastinotomi anterior à insisi dibuat pada kartilago kosta kedua atau ketiga.
Mediastinum dieksplorasi, dan biopsi dilakukan pada nodus limpe yang ditemukan.
Drainase selang dada akan dibutuhkan setelah prosedur. Diagnmosis ini sangat
bermanfaat untuk menentukan apakah Lesi pulmonal dapat direseksi.

Anda mungkin juga menyukai