Anda di halaman 1dari 24

TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHI

DENGAN KASUS FRAKTUR


DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan I


di Instalasi Radiologi RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten

Disusun oleh :
KIRENIUS.MAITINDOM
NIM :151330

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI (ATRO)


YAYASAN CITRA BANGSA YOGYAKARTA
TAHUN 2016-2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Teknik Pemeriksaan ”OS ANTEBRACHI” pada Praktek Kerja
Lapangan I di ”RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO ”. Sebagai kelengkapan kesempurnaan-
nya PKL-1 di ”RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN”.
Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak
terimah kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Anityo Mochtar, Sp.PD.KKV.Sp.JK (K) selaku ketua STIKES Widya Husada
Semarang.
2. Bapak H. Nur Utama, B.sc selaku ketua prodi D.III Teknik Rontgen Stikes Widya Husada
Semarang.
3. Dosen wali penulis Ibu Yuli Astuti Amd.Rad yang selalu membimbing penulis dalam segala
hal.
4. Dosen pembimbing penulis dalam praktek di orthopedi ibu Dian Martiningrum Amd. Rad
5. Dosen-dosen kami yang telah memberikan pembekalan sebelum kami melakukan PKL I.
6. Dr.Handry TH,Sp Rad kepala instalasi/radiologi RS ORTHOPEDI
PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA.
7. Bapak Wasripin Wakil Kepala instalasi Radiographer ORTHOPEDI
PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA.
8. Bapak Ahmad Rofiq selaku pembimbing (CI) penulis di RS ORTHOPEDI
PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA.
9. Seluruh Radiografer, staf, maupun karyawan Instalasi Radiologi RS ORTOPEDI PROF.
SOEHARSO SURAKARTA
10. Teman-teman ATRO Stikes Widya Husada Semarang seangkatan.
11. Teman-teman PKL-1 dari ATRO Depkes Semarang dan ATRO Yayasan Citra Bangsa
Yogyakarta.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,mengingat
keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada
umumnya.

Yogyakarta, 25 Desember 2017

Penulis

Kirenius.Maitindom
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 7
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 7
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................... 8
1.4 Manfaat penulisan ................................................................. 8
1.5 Metode Penulisan................................................................... 8
1.6 Sistematika Penulisan............................................................ 9
BAB II DASAR TEORI
2.1 Anatomi Ossa Antebrachi...................................................... 10
2.2 Indikasi Pemeriksaan............................................................. 12
2.2.1. Trauma ........................................................................
2.2.2. Patologis ......................................................................
2.2.3. Benda Asing ( Corpus alienum ) .................................
2.2.4. Cacat Bawaan ( Congenentel ) ....................................
2.3 Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii.............................. 15
2.3.1 Persiapan Pasien............................................................ 15
2.3.2 Persiapan Alat..................................................................... 15
2.3.4 Teknik Pemeriksaan Ossa Antebrachii .............................. 15
2.4 Proteksi Radiasi .................................................................... 17
2.4.1 Tujuan Proteksi Radiasi...................................................... 17
2.4.2 Usaha Proteksi Radiasi................................................. 18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 19
3.1.1 Ilustrasi Kasus .............................................................. 19
3.1.2 Riwayat Penyakit ......................................................... 19
3.1.3 Prosedur Pemeriksaan................................................... 19
3.1.4 Processing Film............................................................. 21
3.1.5 Hasil Pembacaan Dokter .............................................. 21
3.2 Pembahasan............................................................................ 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................... 23
4.2 Saran...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 24
LAMPIRAN ................................................................................................ 25
DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Radius........................................................................................... 11
Gambar 2. Ulna ............................................................................................. 12
Gambar 3. Posisi Ossa Antebrachii AP dan Hasil Radiograf ...................... 16
Gambar 4. Posisi Ossa Antebrachii Lateral Dan Hasil Radiograf................. 17
Gambar 5. Radiograf Ossa Antebrachii Lateral dan AP................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk
membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu
penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf. Pemeriksaan dengan
memanfaatkan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali
ditemukan pada tanggal 8 Nopember 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini
merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat
digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah
tercapai.
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia
radiologi sudah mengalami banyak perkembangan. Adapun pemeriksaan radiologi ada dua
macam yaitu :
a. Pemeriksaan sederhana
Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Yang termasuk
pemeriksaan sederhana antara lain, pemeriksaan pada tulang belakang, tulang kepala,
tulang panjang, tulang dada dan sebagainya.
b. Pemeriksaan canggih
Merupakan pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan media kontras. Yang
termasuk pemeriksaan canggih antara lain, pemeriksaan pada traktus urinarius, saluran
pencernaan, pemeriksaan pada pembuluh darah, pemeriksaan pada pembuluh limfe dan
sebagainya.
Pemeriksaan ossa antebrachi adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa
menggunakan media kontras. Indikasi pada ossa antebrachi yang sering terjadi adalah
fraktur. Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang ( patah tulang ) yang biasanya
disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Dengan alasan diatas
maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul ” teknik
Pemeriksaan Ossa Antebrachii dengan pediatrik Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi
RSUD PRAMBANAN ”.

1.2. Rumusan Masalah

Pada penulisan laporan kasus ini, penulis membatasi permasalahan yang akan
dibahas antara lain:
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan ossa antebrachi di Instalasi Radiologi
RSUD`PRAMBANAN ?
2. Bagaimanakah manfaat pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan
Lateral di Instalasi Radiologi RSUD PRAMBANAN untuk mendukung diagnosa suatu
penyakit atau Fraktur ?
1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :


1. Untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan II Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi yogyakarta citra bangsa
2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan ossa antebrachii di Instalasi Radiologi RSUD
PRAMBANAN
3. Untuk mengetahui sejauh mana pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan
Lateral di Instalasi Radiologi RSUD PRAMBANAN dalam membantu diagnosa suatu
penyakit atau fraktur.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teori
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan informasi
kepada pembaca mengenai pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan
Lateral.
2. Manfaat praktek
a. Sebagai bahan masukan bagi Instalasi Radiologi RSUD PRAMBANAN, dalam
meningkatkan mutu dan kualitas dan kualitas radiograf secara optimal sehingga
dapat menegakkan diagnosa dengan tepat.
b. Mengetahui tata laksana pemeriksaan Ossa antebrachii dengan kasus fraktur di
Instalasi Radiologi RSUD PRAMBANAN

1.5. Metode Penulisan

Penulisan laporan kasus ini menggunakan metode yang berhubungan dengan prosedur
pemeriksaan ossa antebrachii. Sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi
Melihat dan melakukan secara langsung pemeriksaan ossa antebrachii pada kasus
fraktur di Instalasi Radiologi RSUD PRAMBANAN
2. Studi Pustaka
Untuk mendukung permasalahan yang ada pada kasus ini, studi pustaka
merupakan dasar teori dalam melakukan pengamatan di lapangan sebagai acuan
laporan.

1.6. Sistematka Penulisan

Untuk lebih memudahkan dalam mempelajari isi, maka laporan kasus ini disusun
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Berisi tentang Anatomi Ossa Antebrachii, Indikasi pemeriksaan Ossa Antebrachii,
Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii, Proteksi Radiasi.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan.
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Anatomi Ossa Antebrachii

Antebrachi terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna, namun kita harus
memperhatikan syarat pada setiap pemerksaan tulang panjang, selain objek inti yang kita
foto, kedua persendian tulang harus tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachii kita juga
perlu mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan dan juga sendi
siku yaitu 1/3 distal humerus.

a. Radius
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan
sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.

 Ujung atas radius


Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan permukaan
dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala radius
bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah
serta di sebelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada
tendondari insersi otot bisep.
 Batang radius
Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar daripada di bawah dan
melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya melengkung ke sebelah luar dan
terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada
flexor pronator yang letaknya dalam di sebelah posterior memberi kaitan pada
extensor dan supinator di sebelah dalam lengan bawah dan tangan ligamentum
interosa berjalan dari radus ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan
lengan bawah.
 Ujung bawah radius
Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua buah sendi. Persendian
inferior dari ujung bawah radius bersendi dengan skafoid (os navikular radii ) dan
tulang semilunar ( linatum ) dalam formasi persendian pergelangan tangan.
Permukaan di sebelah medial dari ujung bawah bersendi dengan kepala dari ulna
dalam formasi persendian radio-ulnar inferor. Sebelah lateral dari ujung bawah
diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid radius.
Gambar 1
Radius ( Evelyn, 2002 )

b. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang
dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan bawah dan lebih
panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.

 Ujung atas ulna


Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku. Prosesus olekranon menonjol ke
atas di sebelah belakang dan tepat masuk di dalam fossa olekranon dari humerus.
Prosesus koronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil dari pada prosesus
olekranon dan tepat masuk di dalam fossa koronoid dari humerus bila siku
dibengkokan.
 Batang ulna
Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Memberi kaitan kepada otot yang
mengendalikan gerakan dari pergelangan tangan dan jar. Otot-otot flexor dating dari
permukaan anterior dan otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang
mengadakan pronasi atau perputaran ke depan, dan otot yang mengadan supinasi atau
putaran ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada batang ulna.
 Ujung bawah ulna
Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya. Sebuah eminensi kecil bundar,
kepala ulna, mengadakan sendi dengan sisi medial dari ujung bawah radius dalam
formasi persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah prosesus runcing, prosesus
stiloideus menonjol ke bawah dari belakang ujung bawah.
Gambar 2
Ulna ( Evelyn, 2002 )

c. Karpal
Tulang carpal terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat tulang
dalam setiap baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah berikut, navikular
( skafoid ), lunatum ( semilunar ), trikwertum dan psiform. Baris bawah adalah trapezium
( multangulum mayus ), trapezoid ( multangulum minus ), kapitatum, hamatum.
Navikulare (skafoid ) adalah tulangberbentuk perahu, lunatum ( semilunare )
adalah berbentuk seperti bulan sabit dan dua tulang itu bersendi di atas dengan ujung
bawah radius dalam formasi pergelangan, dan di bawah bersendi dengan beberapa dari
tulang karpal dari baris kedua.

d. 1/3 distal humerus


Ujung bawah humerus lebar dan agak pipih. Pada bagian paling bawah terdapat
permukaan sendi yang di bentuk bersama tulang lengan bawah. Trokhlea yang terletak di
sini sebelah dalam berbentuk gelondong-benang tempat persendian dengan ulna, dan di
sebelah luar terdapat kapitulum yang bersendi dengan radius.
Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat dua epikondil, yaitu
epikondil medial di sebelah dalam.

2.2. Indikasi Pemeriksaan

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis untuk
mendukung diagnosa kelainan pada tulang. Untuk itu pemeriksaan ossa antebrachii
ditujukan untuk indikasi patologis sebagai berikut :

2.2.1. Trauma ( kecelakaan )

Trauma adalah terjadi benturan dengan benda tajam yang mengakibatkan cidera.
Yang termasuk trauma adalah :
1. Fraktur
Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Jenis-jenis fraktur yang perlu diketahui secara radiologis adalah :
a. Complete Noncominuted Fracture
Secara radiologis akan terlihat sebagai garis Radioluscent di tempat
fraktur dimana terjadi diskontinuitas tulang.
Keadaan ini disertai bermacam-macam bentuk antara lain :
1. Fraktur transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah
direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen
itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
2. Fraktur oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
3. Fraktur spiral
Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik adalah bahwa jenis
fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan
lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan
imobilisasi luar.
4. Fraktur multipel
Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat lebih dari satu
fraktur complete pada satu tulang panjang.
5. Fraktur avulsi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi
tendon maupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang
diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau
hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan
pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang
tersebut.
6. Chip fracture
Fraktur ini sejenis dengan avultion fracture, tetapi hanya sedikit fragmen
dari sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-tulang pendek
pada phalanges.
b. Incomplete fracture
Dinamakan suatu fraktur inkomplet bila tidak semua struktur tulang
terputus. Ini hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan radiologis.
Ada beberapa golongan fraktur inkomplet :
1. Green stick fracture
Adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.
Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum.
Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-
modelling ke bentuk dan fungsi normal.
2. Impacted fracture
Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang masuk ke bagian fragmen
lainnya. Garis fraktur terlihat sebagai garis dens dan disertai terjadinya
pemendekan tulang.
c. Fraktur kompresi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga
yang berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pada
orang muda fractur kompresi dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang
cukup berat.
d. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali
menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-
fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.
e. Fraktur traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan
menyebabkan suatu fraktur.
f. Fraktur beban lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah
tingkat aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul, radiogram mungkin tidak
menunjukkan adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah 2 minggu, timbul
garis-garis radio-opak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang.
Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu diimobilisasi
selama beberapa minggu. Tetapi jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu
dapat bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan
seharusnya. Penderita semacam ini harus dianjurkan untuk memakai alat
proteksi seperti tongkat, atau bidai gips yang tepat. Setelah 2 minggu, harus
dilakukan pemeriksaan radiografi.

2. Fisura
Fisura adalah retak tulang.

3. Dislokasi
Dislokasi adalah tulang keluar dari mangkok sendi.

4. Luksasi
Luksasi lebih ringan dari dislokasi.

5. Ruptur
Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat.
2.2.2 Pathologis

1. Artheritis
Artheritis adalah suatu radang pada persendian.
2. Osteoma
Osteoma adalah suatu kanker pasa tulang.

2.2.3. Benda asing ( corpus alienum )

Benda asing yatu benda yang tidak seharusnya ada dalam sistem fisiologi,
masukny tidak disengaja atau menyalahi prinsif fisiologi, dan mengganggu sirkulasi
tubuh atau sistem fisiologi tubuh.
Benda asing pada gambaran radiograf bisa berwarna lusen atau opaq.
Berwarna lusen bila berasal dari benda non logam, nomor atomnya lebih rendah
seperti kayu, duri, plastik, dan lain-lain. Berwarna opaq bila berasal dari logam,
nomor aomnya lebih tinggi dari jaringan sekitar seperti paku, jarum, peluru, dan
lain-lain.

2.2.4. Cacat bawaan ( Congenental )

Cacat bawaan adalah Suatu keadaan yang tidak lajim yang dibawa sejak
lahir.

2.3. Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii

Pemeriksaan ossa antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi dengan


menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan pada ossa antebrachii.

2.3.1. Persiapan Pasien

Pemeriksaan ossa antebrachii tidak ada persiapan secara khusus cukup


dengan memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan
dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda
yang mengganggu radiograf, seperti gelang.

2.3.2. Persiapan Alat

Adapun persiapan alat pada pemeriksaan ini adalah :


1. Pesawat sinar-X
2. Kaset dan Film sesuai ukuran,biasanya memakai ukuran 24 x 30
3. Marker R / L
5. Alat proteksi radiasi ( apron, gonad shield, ovarium shield, dan lain-lain )
6. Pakaian pasien
7. Alat fiksasi ( sand bag, soft bag )
8. Alat processing
9. ID Camera.

2.3.3. Teknik Pemeriksaan Ossa Antebrachii

1. Proyeksi Antero Posterior ( AP )


Indikasi pemeriksaan :
Fraktur, dislokasi pada tulang radius dan ulna. selain itu osteomyelitis dan
arthritis.
Posisi Pasien :
Posisi pasien duduk menghadap meja pemeriksaan, dengan tangan di atas
meja pemeriksaan Full ektensi.
Posisi obyek :
- Kedua lengan lurus di atas kaset.
- Atur ossa antebrachii true AP dengan cara mengukur ketinggian yang sama
kedua epicondilus dengan permukaan kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 100 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Kriteria Radiograf :
- Tampak os radius dan ulna dalam posisi tidak superposisi.
- Tampak batas bawah adalah gambaran wrist joint dan batas atas elbow joint.
- Caput radius, ulna dan collum radius dan ulna saling overlaping.
Epicondilus medial dan lateral os humerus tidak mengalami elongasi dan
foreshotened.
Gambar 3
Posisi ossa antebrachii AP dan hasil Radiograf ( Bontrager, 2001 )

2. Proyeksi Lateral
Indikasi pemeriksaan :
Fraktur, dislokasi pada tulang radius dan ulna. selain itu osteomyelitis dan
arthritis.
Posisi pasien :
Posisi duduk menyamping meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
- Atur lengan bawah fleksi 90o dengan lengan atas dengan tepi ulnaris
menempel kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 100 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Kriteria Radiograf :
- Radus dan ulna tampak superposisi pada bagian distal dengan batas atas
elbow joint dan batas bawah wrist joint masuk dalam film.
- Caput radus dan prosesus coronoid overlap.
- Epicondilus humerus superposisi.
- Elbow kelihatan fleksi.
- Softissue dan trabecula tampak dalam gambaran radiograf.

Gambar 4
Posisi ossa antebrachii Lateral dan hasil Radiograf ( Bontrager, 2001 )

2.4. Proteksi Radiasi

Sebagai sarana bantu diagnostik, sinar-X mempunyai daya tembus yang besar
sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan yang terkena radiasi. Oleh sebab itu harus
ada suatu usaha proteksi terhadap bahaya radiasi ini, untuk mempertahankan keutuhan dan
fungsi jaringan lokal ( setempat ) atau seluruh tubuh.
Usaha proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya, seperti peraturan-
peraturan maupun pedoman kerja yang telah ditetapkan oleh Komisi Internasional Proteksi
Radiasi dan Badan Tenaga Atom Nasional.
2.4.1. Tujuan Proteksi Radiasi

Sesuai dengan rekomendasi I.C.R.P atau N.C.R.P ( National Council of


Radiation ), maka dapat disimpulkan bahwa tujuan proteksi radiasi adalah sebagai
berikut :
1. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh pasien hingga sekecil mungkin
sesuai dengan ketentuan klinik.
2. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh petugas radiasi hingga sekecil
mungkin dan tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan.
3. Membatasi dosis yang diterima oleh masyarakat umum agar berda pada batas-
batas normal.
4. Pengawasan, penyimpanan dan penggunaan sumber-sumber radiasi harus
mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah, begitu pula dengan
transportasi zat radioaktif.

2.4.2. Usaha Proteksi Radiasi

a. Proteksi radiasi terhadap pasien,diataranya :


1. Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.
2. Membatasi luas lapangan penyinaran seluas daerah yang diperiksa.
3. Menggunakan faktor eksposi yang tepat, serta memposisikan pasien dengan
tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto.
4. Menggunakan apron dan gonad shield pada waktu pemeriksaan.
b. Proteksi radiasi terhadap petugas, diantaranya :
1. Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat bertugas.
2. Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan eksposi.
3. Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya tidak berada di area penyinaran.
4. Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas.
5. Petugas menggunakan alat ukur radiasi personal (film badge) sewaktu
bertugas yang setiap bulan dikirimkan ke BPFK (Balai Pengaman Fasilitas
Kesehatan) guna memonitor dosis radiasi yang diterima oleh petugas.
c. Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya :
1. Sewaktu pemeriksaan berlangsung, selain pasien jangan ada yang berada di
daerah radiasi ( kamar pemeriksaan ).
2. Ketika penyinaran berlangsung pintu kamar pemeriksaan selalu ditutup.
4. Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman ( jangan mengarah ke ruang
tunggu ).
5 Perawat atau keluarga yang terpaksa beradadi dalam kamar pemeriksaan
sewaktu penyinaran wajib menggunakan apron.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang teknik pemeriksaan radiografi ossa antebrachii pada kasus
fraktur di Instalasi Radiologi RSUD PRAMBANAN, berupa laporan kasus yang meliputi
pelaksanaan pemeriksaan atau prosedur pemeriksaan yang akan diuraikan di bawah ini.
Adapun laporan kasus tersebut adalah :

3.1.1. Ilustrasi Kasus

Pada tanggal 7 agustus 2019 pasien dari IGD datang ke Instalasi Radiologi
RSUD prambanan dengan identitas sebagai berikut :
Nama : An. ID
Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : maredan
Nomor Foto : 3770
Diagnosa : susp,radius dd ulna
Pemeriksaan Foto : X Foto Antebrachii Sinistra AP dan Lateral
Kiriman Foto : IGD
Dokter Pengirim : dr. Rossa

3.1.2. Riwayat Penyakit

Pada saat itu pasien jatuh saatbermain bola,nyeri gerak di sekitar lengan bawah.
Pada tanggal 07 agustus 2019 pasien di bawa ke IGD RSUD prambanan kemudian
pasien di kirim ke Instalasi Radiologi RSUD prambanan Untuk dirontgen dengan
permintaan X Foto antebrachii sinistra AP da Lateral.

3.1.3. Prosedur Pemeriksaan

Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut :


A. Persiapan Pasien :
Membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu
radiograf, seperti gelang.
B. Persiapan Alat
1. Pesawat sinar-X
Merk : Trophy Rajawali Indonesia
Type : OMNIX N 200 ST
Nomor Seri Tabung : 21184
Type Tabung : D 17-20 / 40-125
kV Maximum : 110 kV
mA Maximum : 200 mA
Tahun Pembuatan : 1995
Tahun Pemasangan : 1999
2. Kaset dan Film ukuran 24 x 30
3. Marker L
4. Plester
5. Processing Otomatic
6. ID Camera
C. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi Antero Posterior ( AP )
Indikasi pemeriksaan :
Fraktur
Posisi Pasien :
Posisi pasien duduk menghadap meja pemeriksaan, dengan tangan di atas
meja pemeriksaan Full ektensi.
Posisi obyek :
- Kedua lengan lurus di atas kaset.
- Atur ossa antebrachii true AP dengan cara mengukur ketinggian yang
sama kedua epicondilus dengan permukaan kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 100 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Faktor Eksposi
kV : 46 kV
mAs : 6
s : 0,12
mA : 250
2. Proyeksi Lateral
Indikasi pemeriksaan :
Fraktur
Posisi pasien :
Posisi duduk menyamping meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
- Atur lengan bawah fleksi 90o dengan lengan atas dengan tepi ulnaris
menempel kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 100 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Faktor Eksposi
kV : 46 kV
mAs : 6
s : 0,06
mA : 100
Selanjutnya film diberi identitas dan diproses di kamar gelap dengan
menggunakan processing automatic. Adapun radiograf hasil pemeriksaan dapat
dilihat dibawah ini :

Gambar 5
( Radiograf ossa antebrachii Lateral dan AP )

3.1.4. Pengolahan Film

Pengolahan film di instalasi radiologi RSUD Prambanan menggunakan system


pengolahan film secara digital yaitu dengan menggunakan CR (Computer Radiografi). Proses
pengolahan ini dimulai dengan pemasukan data input pasien yang meliputi (nama pasien, umur,
jenis kelamin, tech ID di isi dengan nama radiogafer yang jaga, depertement poliklinik atau
ruangan pengirim, dokter pengirim, kaset ID, proyeksi pemeriksaan, posisi pasien, posisi kaset),
setelah semua data diketik kaset di submit dan dimasukkan, secara otomatis dan menggunakan
kemampuan digital CR memproses bayangan latent dari imaging plate dengan system laser.
Setelah gambar muncul di monitor komputer selanjutnya di beri marker dan di atur kontras dan
ketajaman gambarnya, setelah semua di atur gambar lalu di print dengan pengaturan jumlah film
dan ukuran film yang sesuai proyeksi pemeriksaan.

3.1.5. Hasil Pembacaan Dokter

-Completa fracture radius rt ulna sinistra part distalis, aposisi dan aligment jelek
wrist joint sinistra tidak dislokasi
3.2. Pembahasan

3.2.1. Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii pada Kasus Fraktur di Instalasi


Radiologi RSUD Ungaran.

Pemeriksaan ossa antebrachii tidak ada persiapan secara khusus cukup


dengan memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan
dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda
yang mengganggu radiograf, seperti gelang. Pada pemeriksaan ossa antebrachii di
Instalasi Radiologi RSUD Ungaran menggunakan proyeksi AP dan Lateral

3.2.2. Bagaimanakah manfaat pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP


dan Lateral di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran untuk mendukukng
diagnosa suatu penyakit atau Fraktur ?

Pemeriksaan ossa antebrachii di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran di


lakukan dengan proyeksi AP dan Lateral. Proyeksi ini sangat membantu dokter
dalam mendiagnosa suatu penyakit. Pada proyeksi PA ossa antebrachii akan terlihat
secara keseluruah dari arah depan, sedangkan dengan proyeksi lateral ossa
antebrachii akan terlihat secara keseluruhan dari samping. Proyeksi lateral
dimaksudkan untuk membantu mendiagnosa suatu penyakit yang tidak terlihat pada
posisi AP agar diagnosa tepat.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Teknik pemeriksaan ossa antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi dengan


menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan ossa antebrachii.
2. Proyeksi yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran sudah sesuai dengan
teori yaitu menggunakan proyeksi AP dan Lateral yang sangat membantu seorang
dokter radiolog dalam mendiagnosa suatu penyakit.
3. Proteksi radiasi yang di terapkan di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran masih kurang,
yaitu diantaranya :
 Tidak di gunakanya apron
 Ukuran lapangan penyinaran tidak di minimalkan
4. Pengolahan film sudah menggunakan processing otomatic.

4.2. Saran

1. Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar penderita paham
maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Sebaiknya Instalasi Radiologi RSUD Ungaran memperhatikan proteksi radiasi agar
mengurangi radiasi yang diterima pasien petugas dan masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Tenaga Atom Nasional. Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Tempat
Praktek Lainnya. Jakarta: BATAN. 1985.

Bloch, Bernard. Fraktur dan Dislokasi. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica, 1986.

Bontrager, Kennith L. Text Books of Radiographic Positioning and Anatomi. United State of
America: The Mosby Company. 2001.

Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2002.

Syaifuddin. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
1987.
Sylvia, A.P. Patofisiologi. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. 1995.

Anda mungkin juga menyukai