I. Pendahuluan
Pala (Myristica fragrans Houtt. Myristicaceae) adalah pohon cemara asli Indonesia dan
dibudidayakan di negara tropis. Buahnya terdiri dari kulit buah, bunga pala, cangkang, dan
biji. Bunga pala dan biji pala banyak digunakan sebagai bumbu pada produk pangan dan
dalam pengobatan tradisional sebagai obat perut, analgesik, dan salah satu bahan dalam
sediaan pengobatan Ayurveda. Studi tentang bunga pala dan bijinya telah menunjukkan
bahwa ekstraknya mengandung banyak senyawa dengan aktivitas antioksidan, antiinflamasi,
antijamur, antidiabetes dan antikanker (Zhang dkk., 2015). Minyak atsiri dari biji pala
mengandung asam miristat, trimiristin, lauric, stearat, dan gliserida palmitat. Senyawa utama
minyak atsiri dari pala Papua adalah miristisin (4-methoxy-6-(2-propenyl)1,3- benzodioxole),
dikenal sebagai zat halusinogen, antikanker, dan hepatoprotektif. Miristisin merupakan
komponen bioaktif alami dan terdapat pada tumbuhan lain, seperti pala Maluku, peterseli,
seledri, dan adas (Luna & Agustinisari, 2019).
Trimiristin merupakan ester dengan rumus kimia C45H86O6, dimana lemak jenuh berupa
trigliserida dan asam miristat. Biji pala (Myristica fragrans) kaya akan myristicin sebagai
salah satu komponen penting dari minyak atsiri dan trimiristin sebagai komponen trigliserida
utama. Trimiristin adalah padatan berwarna putih hingga abu-abu kekuningan pada suhu
kamar, dibentuk oleh esterifikasi gliserol dengan asam miristat sebagai asam lemak jenuh.
Seperti diketahui, trimiristin adalah komponen lipid netral, maka pelarut non-polar seperti
eter, n-heksana, dan kloroform cocok untuk mengekstraksinya. Trimiristin merupakan bahan
baku industri sabun dan oleokimia serta banyak digunakan dalam industri kosmetik. Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengembangkan prosedur ekstraksi yang efisien untuk
mendapatkan trigliserida khusus ini dengan hasil yang tinggi (Yildirim dkk., 2020).
Lampiran
1. Sitasi jurnal