Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

“Konsep Pemasaran Serta Pemasaran Sosial”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

Arni Melati 1911212003

Dian Muslimah 1911212017

Zil Himmah 1911211003

Vina Febriani 1911211011

Reta Prima Taiwa 1911212036

Selsa Malia Putri 1911212019

Nessa Iskandar 1911211047

Dosen Pengampu :

Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran yang berjudul
“Konsep Pemasaran serta Pemasaran Sosial”. Terima kasih kepada Ibu Dra. Sri Siswati, Apt,
SH, M.Kes., selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pemasaran yang telah
membimbing dan membantu kami dalam memahami semua hal yang terkait dengan tugas ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, September 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Definisi Pemasaran...........................................................................................................3
2.2 Konsep Dasar Pemasaran................................................................................................. 3
2.3 Perbedaan Pemasaran dan Penjualan............................................................................... 6
2.4 Manajemen Pemasaran.....................................................................................................7
2.5 Filosofi Manjaemen Pemasaran....................................................................................... 8
2.6 Sejarah Singkat Pemasaran Lembaga dan Layanan Kesehatan..................................... 10
2.7 Definisi Pemasaran Lembaga dan Layanan Kesehatan..................................................10
2.8 Alasan Pemasaran Kesehatan Berbeda...........................................................................11
2.9 Konsep Dasar Manajemen Pemasaran Suatu Lembaga dan Layanan Kesehatan.......... 12
2.10 Unsur-Unsur Manajemen Pemasaran...........................................................................14
2.11 Strategi Pemasaran Bisnis Hospitaliti.......................................................................... 14
2.12 Pasar Konsumen........................................................................................................... 15
2.13 Faktor-faktor yang Menentukan Tingkat Keterlibatan Konsumen.............................. 15
2.14 Pemasaran Sosial..........................................................................................................17
2.15 Teori Pemasaran Sosial................................................................................................ 17
2.16 Upaya-upaya Peningkatan Pemasaran Sosial...............................................................20
2.17 Faktor Penentu Dalam Pemasaran Sosial.....................................................................25
BAB III.................................................................................................................................... 29
PENUTUP............................................................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................29
3.2 Saran...............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan melayani kebutuhan dan keinginan
konsumen sasaran.Pasar konsumen dan perilaku pembelian konsumen harus dipahami
sebelum rencana pemasaran yang nyata dapat dikembangkan.Pasar konsumen membeli
barang & jasa untuk konsumsi pribadi, dan ini adalah pasar yang paling akhir dimana
kegiatan perekonomian diatur.
Istilah pasar banyak diartikan secara beda sesuai dengan sudut pandang penglihatan.
Disini, kebutuhan dan keinginan konsumen mengawali kehadiran produk yang dapat
memenuhinya.Hal tersebut, terungkap melalui jembatan penyebrangan motivasi dan
kemampuan membeli yang dimiliki konsumen.Akan tetapi, tidak diingkari kondisinya
bervariasi yang tercengkram perubahan.Kegenerikan produk, jenis produk, tingkatan produk,
dan persaingan merek memberikan pertolongan kita untuk menentukan pasar. Pasar yang
ditentukan dengan cara demikian, tergores garis batas jelas tujuan, keberadaan alternatif, serta
daya lenting terhadap aksi dobrakan perubahan.
Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak
sebaliknya.Pelanggan mungkin tidak memahami motivasi mereka yang lebih
dalam.Pelanggan mungkin menanggapi pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada
menit–menit terakhir perusahaan prosuk, tetap mendapat laba dari memahami bagaimana dan
mengapa pelanggan memebeli. Tidak adanya pemahaman terhadap motivasi kebutuhan dan
kesukaan/prefensi pelanggan anda jelas bias merusak pada tahap selanjutnya. Mempelajari
konsumen akan memberikan petunjuk bagi pengembanagan produk baru, keistimewaan
produk, harga, saluran pemasaran, pesan iklan dan elemen baru pemasaran lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari pemasaran?
2. Apa yang dimakud dengan konsep dasar pemasaran?
3. Apa perbedaan dari pemasaran dan penjualan?
4. Apa yang dimaksud dengan manajemen pemasaran?
5. Apa Filosofi dari manajemen pemasaran?

1
6. Bagaimana sejarah pemasaran lembaga dan layanan kesehatan?
7. Apa yang dimaksud dengan pemasaran lembaga dan layanan kesehatan?
8. Apa alasan pemasaran kesehatan berbeda?
9. Bagaimana konsep dasar manajemen pemasaran suatu lembaga dan layanan
kesehatan?
10. Apa saja unsur-unsur manajemen pemasaran?
11. Apa saja strategi pemasaran bisnis hospitality?
12. Apa yang dimaksud dengan pasar konsumen?
13. Apa saja factor-faktor yang menentukan tingkat keterlibatan konsumen?
14. Apa yang dimaksud dengan pemasaran social?
15. Apa saja teori pemasaran social?
16. Apa saja upaya-upaya peningkatan pemasaran social?
17. Apa saja factor penentu dalam pemasaran social?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari pemasaran
2. Untuk mengetahui konsep dasar pemasaran
3. Untuk mengetahui perbedaan dari pemasaran dan penjualan
4. Untuk mengetahui manajemen pemasaran
5. Untuk mengetahui Filosofi dari manajemen pemasaran
6. Untuk mengetahu bagaimana sejarah pemasaran lembaga dan layanan kesehatan
7. Untuk mengetahui maksud dari pemasaran lembaga dan layanan kesehatan
8. Untuk mngetahui alasan pemasaran kesehatan berbeda
9. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar manajemen pemasaran suatu lembaga
dan layanan kesehatan
10. Untuk mengetahui unsur-unsur manajemen pemasaran
11. Untuk mengetahui strategi pemasaran bisnis hospitality
12. Untuk mengetahui makud dari pasar konsumen
13. Untuk mengetahui factor-faktor yang menentukan tingkat keterlibatan konsumen
14. Untuk mengetahui maksud dari pemasaran social
15. Untuk mengetahui teori pemasaran social
16. Untuk mengetahui upaya-upaya peningkatan pemasaran social
17. Untuk mengetahui factor penentu dalam pemasaran social

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemasaran

Kotler (1996) mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah proses sosial dan manajerial
bagaimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui pencipaaan dan pertukaran produk dan manfaatnya dengan
yang lain (uang atau alat perkuran lainnya).(1) Dari definisi di atas kata-kata penting yang
harus kita pahami diantaranya proses sosial dan manajerial, individu-individu dan kelompok-
kelompok, pencipataan dan pertukaran. Proses sosial maksudnya terdapat interaksi antar
orang dalam hal ini adalah penjual (seller or sales person) dengan pembeli (buyer or
customer). Proses manajerial artinya bahwa kegiatan pemasaran adalah kegiatan yang perlu
direncanakan, diorganisasikan, dan dikendalikan serta dievaluasi efektivitas pelaksanaannya.
Yang dimaksud dengan individu-individu dan kelompok-kelompok adalah pembeli atau
konsumen atau pasar.

Yang perlu diperhatikan oleh bagian pemasaran adalah mengidentifikasi potensi pasar,
mengevaluasi daya traik pasar dan memilih segmen pasar untuk dijadikan sasaran, serta
mengidentikasi dan mengantisipasi kebutuhan pasar. Setelah menetapkan target pasar,
mengerti kebutuhan dan keinginannya dan permintaan pasar (market demand) jumlahnya
sangat signifikan maka diciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
pasar. Agar menarik minat pasar maka setiap produk yang dihasilkan harus memiliki manfaat
atau kegunaan (value) yang tinggi bagi pelanggan. Terjadinya pertukaran (exchange) adalah
tujuan utama dari pemasaran. Namun pertukaran ini hendaknya mampu menciptakan
kepuasan pelanggan. Jadi tujuan pemasaran adalah mendorong terjadinya pertukaran
(exchange) atau transaksi (transactions) atau penjualan (trade / sales) yang memuaskan
pelanggan. Pertukaran yang dimaksud dalam pemasaran hotel adalah tamu diberikan hak oleh
pengelola hotel untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan yang diinginkan, kemudian
pelanggan mempertukarkan uangnya agar dapat menggunakan fasilitas dan pelayanan yang
diinginkan, serta pertukaran tersebut harus dapat memberikan kepuasan bagi kedua belah
pihak yang melakukan transaksi.

2.2 Konsep Dasar Pemasaran

3
Konsep dasar pemasaran terdiri dari pasar (market), kebutuhan-keinginanpermintaan (needs-
wants-demand), produk (products), manfaat-biaya-kepuasan pelanggan (value-cost-guest
satisfaction), penjualan-transaksi-ikatan (tradetransactions-relationship).

1. Pasar
Pasar adalah sekumpulan pembeli aktual dan pembeli potensial yang mungkin
mengadakan transaksi dengan seorang penjual. Pembeli aktual adalah sekumpulan
pembeli yang sudah menggunakan produk, contoh tamu yang sudah menggunakan
fasilitas dan pelayanan hotel, restoran, spa, transportasi, dan sebagainya. Pembeli
potensial adalah sekumpulan pembeli yang memiliki minat untuk membeli produk,
tapi, belum merealisasikan keinginannya karena berbagai alas an.
2. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan
Kebutuhan adalah suatu pernyataan dari pelanggan terhadap sesuatu yang tidak
dimiliki. Wisatawan memiliki beberapa kebutuhan diantaranya transportasi, tempat
beristirahat (akomodasi), tempat makan dan minum, tempat membeli cendera mata,
menukar uang, hiburan, tempat merawat kesehatan dan sebagainya. Sedangkan
keinginan adalah cara pelanggan mengkomunikasikan kebutuhannya. Kebutuhan dari
setiap pelanggan sama, namun keinginan pelanggan berbeda-beda. Berikut perbedaan
antara kebutuhan dan keinginan. Permintaan adalah keinginan pelanggan yang sudah
didukung oleh kemampuan membeli. Misal seorang tamu memesan kamar standard di
hotel bintang lima seharga US$ 150 per malam. Mengukur besarnya permintaan pasar
(demand size) adalah hal yang penting dilakukan sebelum membuat keputusan untuk
mendesain produk; bangun hotel, restoran, spa, dan sebainya. Produk biasanya dibuat
apabila sudah diindentifikaksi terdapat permintaan dalam jumlah yang cukup dan
menjanjikan keuntungan.
3. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Produk bisnis hospitality terdiri dari unsure yang dapat dilihat dan dirasakan (tangible)
seperti ukuran kamar, porsi makanan dan minuman, kebersihan dan kualitas fasilitas,
sedangkan unsure yang tidak dapat dihat (intangible) seperti suasana dan keramah
tamahan karyawan
4. Manfaat, Biaya, dan Kepuasan Pelanggan
Semua produk memiliki manfaat (product’s value). Manfaat produk adalah
kemampuan sebuah produk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kamar standar memiliki

4
kemampuan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan pelanggan diabandingkan
dengan kamar suite. Kamar suite memiliki kemampuan yang lebih tinggi karena
ukuran kamar lebih luas, fasilitas kamar lebih lengkap dan mewah, memiliki
pemandangan yang lebih bagus. Biaya adalah besarnya pengeluaran yang dilakukan
oleh pelanggan untuk mendapatkan produk dan pelayanan yang dibutuhkan. Seorang
tamu yang vegetarian mengeluarkan seratus lima puluh ribu rupiah untuk
mendapatkan makanan yang diinginkan. Kepuasan pelanggan akan tercapai bila
produk atau pelayanan yang digunakan oleh pelanggan mampu memenuhi bahkan
melebihi harapan pelanggan Harapan pelanggan dipengaruhi oleh pengalaman
pelanggan menggunakan produk yang sejenis sebelumnya.
5. Pertukaran, Transaksi, dan Ikatan
Pertukaran dan Transaksi adalah tujuan utama dari aktivitas pemasaran. Pertukaran
adalah kegiatan pelanggan untuk memperoleh produk yang diinginkan dengan
menukarkan sesuatu sebagai alat tukar. Pertukaran antara pelanggan dengan produsen
bisa dilakukan secara barter (barang / pelayanan dengan barang / pelayanan) atau
dapat juga produk dengan uang. Transaksi suatu perdangan manfaat antara pelanggan
dengan produsen. Banyak orang beranggapan bahwa bila transaski atau penjualan
sudah terjadi maka tugas pemasaran sudah berakhir. Setelah terjadi penjualan, tugas
berikutnya seorang pemasar (marketer) adalh memastikan produk yang digunakan
oleh pelanggan memenuhi kebutuhan pelanggan dan menjaga hubungan atau ikatan
dengan pelanggan untuk penjualan yang akan datang. Implementasi konsep ini dalam
bisnis hospitaliti misalnya setelah tamu check ini di kamar receptionist menanyakan
apakah kamar yang ditempati pelanggan memenuhi harapannya, apakah pelanggan
menikmati atau senang dengan makanan dan minuman yang dihidangkan,
menginformasikan penambahan produk dan pelayanan di hotel kepada tamu-tamu
yang sudah pernah menginap di hotel (e-news letter).

5
2.3 Perbedaan Pemasaran dan Penjualan

Dalam kegiatan sehari-hari kita sering dibuat rancu atau tidak jelas untuk membedakan
pemasaran (marketing) dengan penjualan (selling). Abbey dan Astroff (2002) membedakan
pemasaran dan penjualan sebagai berikut:

2.3.1 Pemasaran

√ Fokus pada analisa pasar, perencanaan dan pengendalian terhadap perubahan-perubahan


yang terjadi di pasar. (Focuses on market analysis, planning and control of changing market
variables)

√ Fokus pada kecendrungan (trend) jangka panjang dan penciptaan produkproduk baru, pasar
dan berbagai strategi untuk pertumbuhan yang akan datang. (Focuses on long-term trends and
creating new products, markets and strategies for future growth)

√ Fokus pada perencanaan keuntungan, termasuk menentukan bauran kelompok pasar yang
paling menguntungkan. (Focuses on profit planning, including determining the optimum
market segment mix)

2.3.2 Penjualan

√ Fokus pada pekerjaan lapangan dan pekerjaan di belakang meja untuk menjual kepada
pelanggan. (Focuses on field work and desk work to sell to the consumer)

√ Fokus pada pertimbangan jangka pendek – produk, pasar, konsumen, dan strategi saat ini.
(Focuses on short-term considerations – today’s products, markets, consumers, strategies)

√ Fokus pada upaya untuk memenuhi volume dan target, penjualan saat ini, bonus dan komisi.
(Focuses on volumes and quotas, current sales, bonuses and commissions)

6
2.4 Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Pemasaran
adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan
dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangakan manajemen adalah
proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating),
pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling). Manajemen pemasaran adalah suatu
usaha untuk merencanakan, mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan
mengorganisaikan, mengarahkan, mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan
kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efesien dan
efektif yang dikenal dengan istilah fungsi manajemen. Dalam fungsi manajemen pemasaran
ada kegiatan menganalisis yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui pasar dan
lingkungan pemasarannya, sehingga dapat diperoleh seberapa besar peluang untuk merebut
pasar dan seberapa besar ancaman yang harus dihadapi.

Manajemen pemasaran sesungguhnya adalah manajemen permintaan. Manajer pemasaran


mengelola permintaan dengan melakukan riset pemasaran, perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian program pemasaran. Terdapat delapan jenis permintaan dan tugas-tugas
pemasaran dalam menghadapi permintaan tersebut, yaitu:

1. Permintaan negatif, adalah jika sebagian besar pasar tidak menyukai produk tertentu dan
bahkan orang bersedia mengeluarkan uang untuk menghindarinya. Tugas pemasaran adalah
menganalisa mengapa pasar tidak menyukai produk tersebut dan apakah program pemasaran
yang terdiri dari perancangan ulang produk, harga yang lebih rendah, promosi yang lebih
baik, dan dapat mengubah keyakinan dan prilaku pasar.

2. Permintaan nol, adalah konsumen sasaran mungkin tidak sadar atau tidak tertarik pada
produk tertentu. Tugas pemasaran adalah menemukan cara untuk menghubungkan manfaat
produk tersebut dengan kebutuhan dan minat alami seseorang.

3. Permintaan laten, adalah banyaknya konsumen yang memiliki kebutuhan yang kuat yang
tidak dapat dipuaskan oleh produk yang sudah ada. Tugas pemasaran adalah mengukur
ukuran pasar potensial dan mengembangkan produk yang dapat memuaskan permintaan
tersebut.

7
4. Permintaan menurun, adalah cepat atau lambat, setiap usaha akan menghadapi permintaan
yang menurun pada satu atau lebih produknya. Tugas pemasaran adalah membalikan arah
penurunan permintaan melalui pemasaran ulang yang kreatif.

5. Permintaan tidak teratur, adalah terdapatnya permintaan yang berubah-ubah secara


musiman atau harian bahkan setiap jam, sehingga menimbulkan masalah kelebihan atau
kekurangan kapasitas. Tugas pemasaran adalah mencari jalan untuk mengubah pola
permintaan yang sama melalui penetapan harga yang fleksibel, promosi dan insentif lainnya.
Ini yang disebut dengan synchromarketing.

6. Permintaan penuh, adalah bila perusahaan mengalami kepuasan dengan volume bisnis
mereka. Tugas pemasaran adalah mempertahankan tingkat permintaan saat ini ditengah
perubahan preferensi konsumen dan peningkatan persaingan.

7. Permintaan persaingan, adalah bilamana beberapa perusahaan mengalami tingkat


permintaan yang lebih tinggi daripada yang didapat atau yang ingin mereka layani. Tugas
pemasaran adalah mencari cara dan tujuan untuk mengurangi produk yang bersangkutan
untuk sementara waktu dengan tidak merusak permintaan. Disebut juga dengan demarketing.
Ada 2 demarketing yaitu: General demarketing, usaha mengurangi keseluruhan permintaan
seperti peningkatan harga, pengurangan promosi dan pelayanan; dan Selective demarketing,
usaha untuk mengurangi permintaan yang berasal dari pasar yang kurang menguntungkan.

8. Permintaan tak bermanfaat, adalah produk yang tak bermanfaat akan mengundang usaha
yang terorganisir untuk mengurangi konsumsinya. Tugas pemasaran adalah merangkul orang-
orang yang menyukai produk yang tak bermanfaat agar menghentikannya.

2.5 Filosofi Manjaemen Pemasaran

1. Konsep Produksi
Falsafah bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia diberbagai tempat,
mudah dicari, dengan harga yang terjangkau memaksa produsen agar berusaha keras
untuk memperbaiki produksi dan efesiensi distribusi. Konsep ini masih berlaku dan
bermanfaat pada dua situasi, yaitu: 1) bila permintaan akan produk lebih besar dari
penawarannya; 2) terjadi bila biaya produk terlalu tinggi dan perbaikan produktifitas
diperlukan untuk menurunkannya. Akan tetapi, perusahaan yang bekerja dengan
falsafah ini menghadapi resiko tinggi dengan fokus terlalu sempit pada operasinya
sendiri. Bila perusahaan berusaha menurunkan harga, yang pasti dilupakan adalah

8
kualitas, padahal yang diinginkan konsumen adalah harga rendah dengan barang yang
menarik.
2. Konsep Produk
Falsafah bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu, kinerja
dan pelengkap inovatif yang terbaik. Produsen harus mencurahkan energi untuk
menghasilkan produk yang unggul dan terus menerus meyempurnakannya. Dalam
konsep ini, perusahaan. mengasumsikan bahwa pembeli menghargai produk yang
dibuat dengan baik, dan mereka dapat menilai kualitas dan kinerja suatu produk.
3. Konsep Penjualan
Falsafah bahwa konsumen tidak akan membeli produk organisasi dalam jumlah yang
cukup kecuali organisasi mengadakan usaha penjualan dan promosi berskala besar.
Konsep ini biasanya dilakukan pada barang yang tidak dicari, yaitu barang yang
mungkin tidak terpikirkan untuk dibeli oleh konsumen, contoh: ensiklopedia, tanah
makam, dan yang lainnya. Dapat juga diterapkan pada barang yang baru ditawarkan
ke pasar, seperti asuransi kesehatan, investasi, dan yang lainnya.
4. Konsep Pemasaran
Falsafah manajemen pemasaran ini berkeyakinan bahwa pencapaian sasaran
organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan
penyampaian kepuasan didambakan itu lebih efektif dan efisien daripada pesaing.
Perbandingan antara konsep penjualan dengan konsep pemasaran, antara lain: yaitu
pemasaran yang ditujukan kepada orang-orang di luar perusahaan dan kegiatan
internal merupakan kegiatan mengenai keberhasilan dalam menerima, melatih dan
memotivasi karyawan yang memiliki kemampuan dan ingin melayani pelanggan
dengan baik.
5. Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial
Falsafah bahwa organisasi harus menentukan kebutuhan, keinginan dan permintaan
pasar serta menyerahkan kepuasan yang didambakan itu secara lebih efektif dan
efisien daripada pesaing dengan cara yang bersifat memelihara atau memperbaiki
kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Konsep ini mengajak pemasar membangun
pertimbangan sosial dan etika dalam praktek pemasaran mereka. Hal ini agar dapat
menyeimbangkan dan menyelaraskan 3 faktor yang penting, yaitu: laba perusahaan,
pemuas keinginan konsumen dan kepentingan publik.(2)

9
2.6 Sejarah Singkat Pemasaran Lembaga dan Layanan Kesehatan
Pemasaran seperti kita menggunakan istilah hari ini adalah sebuah konsep modern. Ini
pertama kali digunakan sekitar tahun 1910. Ketika lembaga dihadapkan dengan
meningkatnya persaingan, mereka sangat sangat memperluas iklan dan penjualan (Leeflang
& Beukenkamp, 1981). Konsep Amerika, dan kata Inggris "marketing" telah diadopsi oleh
bahasa lain yang tidak memiliki kata untuk konsep ini. Sejak gagasan pemasaran
diperkenalkan ke penyedia layanan kesehatan selama tahun 1970, di lapangan telah melalui
berbagai periode pertumbuhan, penurunan, penghematan, dan pertumbuhan baru.(3)
Meskipun tahun 1950 dianggap menandai awal dari "era pemasaran" di AS, pendirian
pemasaran bidang kesehatan di AS menghabiskan beberapa dekade.

Selama periode pasca Perang Dunia II, masyarakat AS menjalani angka perubahan yang
memfasilitasi pertumbuhan industri pemasaran kesehatan yang akhirnya berkembang melalui
tahapan produksi, penjualan, dan pemasaran, mengadopsi banyak konsep dan teknik industri
lainnya sepanjang jalan. Membangun pengalaman mereka dalam hubungan masyarakat dan
komunikasi, organisasi kesehatan memperluas jangkauan pemasaran mereka, teknik untuk
mencakup berbagai pendekatan yang berbeda. Awal proses ini, pemasaran sering disamakan
dengan iklan dan dimulai pada akhir 1980, organisasi kesehatan banyak diprakarsai utama
kampanye iklan. Keterbatasan (dan biaya) dari iklan tradisional akhirnya menyadari, dan
organisasi kesehatan mulai mengembangkan pendekatan yang lebih seimbang untuk
pemasaran. Seiring waktu, kemampuan penjualan langsung ditambahkan dan teknik
pemasaran yang diadopsi berbasis teknologi.

Sebuah generasi profesional kesehatan baru menawarkan lebih matang pendekatan


pemasaran sebagai abad kedua puluh menarik. Setelah pemasaran menjadi diterima sebagai
fungsi bisnis yang penting, peran pemasaran organisasi kesehatan diperbolehkan diperluas.
Selama masa pertumbuhan dan pengembangan ini, pemasaran beralih dari pinggiran
korporasi untuk fungsi inti untuk menentukan arah korporasi. Pada awal abad kedua puluh
satu, pemasaran siap untuk memiliki dampak besar ke arah masa depan kesehatan (Thomas,
2005).

2.7 Definisi Pemasaran Lembaga dan Layanan Kesehatan


Pengertian pemasaran seringkali dikacaukan dengan penjualan. Padahal kedua konsep hal
tersebut sangat berbeda. Penjualan bertolak dari produk yang telah di buat, kemudian
diupayakan untuk dijual pada konsumen. Sedangkan pemasaran bertolak dari kebutuhan dan
keinginan konsumen, kemudian baru dibuat atau di kembangkan produk yang dapat

10
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen itu. Pemasaran memainkan peranan vital
dalam membuat kehidupan lebih efisien. Secara umum, pemasaran membantu mengarahkan
alokasi sumber daya. Pemahaman yang baik mengenai pemasaran akan mendorong
pengambilan keputusan yang lebih baik dalam mengalokasikan sumber-sumber yang ada
misalnya, di Puskesmas. Pemasaran merupakan sebuah jalan keluar yang baik dalam
menjawab tantangan dalam kemampuan manajerial Puskesmas untuk dapat survive dan
sustain serta menyikapi persaingan yang kompetitif dalam pelayanan kesehatan (Widiana &
Muslichah, 2010). Dari analisis di atas, layanan kesehatan dapat kita simpulkan bahwa di
sektor pemasaran lembaga dan layanan kesehatan ini lebih daripada mencoba untuk
menciptakan hubungan jangka panjang dengan konsumen dan berbeda dengan pemasaran
Industri lain.

2.8 Alasan Pemasaran Kesehatan Berbeda


Pemasaran barang dan jasa kesehatan tidak sebanding dengan pemasaran yang terjadi di
industri lain, dan dalam hal kesehatan ini pemasaran menyajikan tantangan khusus.
Kesehatan adalah berbeda dari industri lain dalam hal karakteristik melekat dalam industri
dan atribut pembeli dan penjualnya. Kesehatan tidak melibatkan "pasar" dalam arti istilah
normal, juga tidak memiliki pola mapan pembiayaan yang industri lain miliki. Tujuan dari
penyedia layanan kesehatan tidak seperti industri lainnya, mereka dapat menyediakan
layanan yang tidak, dan bahkan tidak diharapkan, membuat keuntungan.

Berbagai organisasi kesehatan dan berbagai pola mereka kepemilikan membedakan mereka
dari organisasi lain. Campuran private sector kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
disubsidi Dalam masyarakat umum, sektor rumah sakit swasta berusaha untuk menarik pasien
yang paling diinginkan dan bersedia untuk memungkinkan pasien kurang diinginkan
(misalnya, mereka yang tidak memiliki dana) untuk mencari layanan di fasilitas umum di
daerah itu. Dengan demikian, tantangan bagi kesehatan pemasar adalah menarik yang "benar"
pasien. Kesehatan dibedakan dalam hal barang khas dan layanan menawarkan kliennya.
Tenaga profesional kesehatan sendiri juga berbeda dari para profesional di industri lain.
Mereka mungkin tidak memiliki apresiasi praktek bisnis standar dan selalu mengalami
kekhawatiran klinis atas keprihatinan keuangan (Thomas, 2005).

Yang membedakan produk bisnis hospitaliti dengan produk dari perusahaan manufaktur
adalah sebagai berikut:

1. Tidak berwujud (Intangible Nature of Service)

11
Jasa tidak dapat dicoba dan dievaluasi sebelum pelanggan membeli jasa yang
diinginkan.
2. Metode Produksi (Production Method)
Sebagian besar jasa diproduksi dan dikonsumsi pada tempat yang sama. Pengendalian
terhadap kualitas jasa tidak dapat dilakukan secara tepat (precise) karena faktor
keterlibatan manusia sebagai faktor utama yang menyediakan jasa. Juga karena
keterlibatan pelanggan dalam proses penyiapan jasa.
3. Mudah Rusak (Perishable)
Jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan yang akan datang. Jasa bersifat sangat
mudah rusak (highly perishable) maksudnya jasa yang tidak terjual menjadi kerugian
selamanya. Umur ekonomis jasa (shelf live) hanya satu hari bahkan kurang.
4. Penggunaan Saluran Distribusi (Distribution Channels)
Tidak ada distribusi secara phisik dalam pemasaran jasa karena pelanggan harus
datang ke tempat dimana jasa dihasilkan.
5. Penentuan Biaya Produksi (Cost Determination)
Kualitas jasa sangat sulit dikendalikan karena dominannya pengaruh faktor sumber
daya manusia dan keterlibatan pelanggan (customer involved), biaya produksi jasa
tidak dapat diperkirakan secara pasti (costs can not be precisely estimated)
6. Sumber Daya Manusia (Relationship of Services to Providers)
Jasa tidak dapat dipisahkan dengan individu-individu yang menyediakannya

2.9 Konsep Dasar Manajemen Pemasaran Suatu Lembaga dan Layanan Kesehatan

Pemasaran suatu lembaga dan layanan kesehatan bukan lagi sesuatu yang tabu untuk
dilakukan pada organisasi pelayanan kesehatan karena pada dasarnya pemasaran pelayanan
kesehatan mengarah pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasien dan bukan mengarah
kepada komersialisasi konsumen semata (Sari W, 2009). Pusat kegiatan pada pemasaran
sosial/suatu lembaga dan layanan kesehatan adalah konsumen atau masyarakat, atau
berorientasi pada konsumen, bukan pada perusahaan seperti pada pemasaran komersial. Hal
ini berarti bahwa tingkat keberhasilan kegiatan pemasaran sosial ditentukan berdasarkan
ukuran konsumen atau masyarakat. Menurut Cooper P.D, terdapat 4 konsep dalam pemasaran,
yaitu (Cooper, 1979) :

12
a. Konsep pelayanan, artinya orientasi hanya untuk memberikan pelayanan dan fasilitas yang
baik.

b. Konsep penjualan, artinya orientasi hanya pada usaha untuk mencapai pemanfaatan
fasilitas dengan memadai.

c. Konsep pemasaran, artinya orientasi berusaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
pasien serta menciptakan pelayanan yang memuaskan.

d. Konsep pemasaran sosial artinya orientasi pada usaha untuk memenuhi kebutuhan,
keinginan dan permintaan konsumen serta memberikan kepuasan.

Konsep pemasaran sosial meyakini bahwa tugas perusahaan adalah menetapkan kebutuhan,
keinginan, dan kepentingan pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara
lebih efektif dan efisien daripada para pesaing dengan cara-cara yang menjaga atau
meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat (Cooper, 1979). Konsep pemasaran
pada mulanya diterapkan di perusahaan-perusahaan besar di negara industri yang telah maju,
dan berkembang sedemikain rupa sehingga menjadi penentu setiap usaha. Penerapan konsep
tersebut saat ini sudah meluas sampai ke luar berbagai bidang, yaitu bidang politik dan sosial.
Konsep pemasaran dalam bidang kesehatan telah diterapkan di berbagai negara untuk
berbagai program. Indonesia telah menggunakan pendekataan ini dalam penanggulangan
diare melalui rehidraksi oral, imunisasi, penanggulan kekurangan vitamin A, keluarga
berencana dan lainnya. Pemasaran lembaga kesehatan pada dasarnya merupakan aplikasi
strategi pemasaran komersil untuk “menjual” namun yang dijual adalah gagasan dalam
rangka mengubah pandangan atau perilaku masyarakat, terutama dalam manajemen yang
mencakup analisa, perencanaan, implementasi dan pengawasan (Kertajaya, 2003). Falsafah
bahwa organisasi harus menentukan kebutuhan, keinginan dan minat pasar serta
menyerahkan kepuasan yang didambakan itu secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing
dengan cara yang bersifat memelihara atau memperbaiki kesejahteraan konsumen dan
masyarakat. Konsep ini mengajak pemasar membangun pertimbangan sosial dan etika dalam
praktek pemasaran mereka. Hal ini agar dapat menyeimbangkan dan menyelaraskan 3 faktor
yang penting, yaitu: laba perusahaan, pemuas keinginan konsumen dan kepentingan (Kotler,
1997).

Elemen penting dalam konsep pemasaran, yaitu:

a. Market oriented berorientasi pada keinginan konsumen.

13
b. Penyusunan kegiatan pemasaran secara terpadu.

c. Pencapaian tingkat kepuasan konsumen.

2.10 Unsur-Unsur Manajemen Pemasaran


Manajemen pemasaran memiliki unsur-unsur penting di dalamnya, yaitu (Yuniasih, 2014) :

a. Orientasi Pada Konsumen atau Pembeli


Konsumen adalah orientasi utama yang harus dipertimbangkan dalam segala macam
bentuk strategi bisnis. Demikian pula terhadap proses marketing, maka
mengedepankan pihak konsumen merupakan strategi bagian dari konsep pemasaran
yang harus selalu diperhatikan. Konsumen adalah raja, dan pihak perusahaan adalah
pelayan yang melayani kebutuhan sang raja dengan berbagai tawaran yang menarik
baik dalam hal produk yang dihasilkan maupun pada upaya kegiatan pemasaran.
Manajemen pemasaran menghendaki konsep pemasaran yang terbaik, yakni dengan
menjadikan konsumen sebagai orientasi utama.
b. Perencanaan Kegiatan-Kegiatan Pemasaran Secara Menyeluruh
Manajemen pemasaran menghendaki sebuah upaya yang sistematis yang jelas
sehingga bisa dilakukan analisa dan pengawasan terhadap hasil yang didapatkan.
Evaluasi terhadap sebuah manajemen pemasaran salah satunya juga didasarkan atas
kegiatan penyusunan secara integral tersebut.
c. Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen juga merupakan salah satu unsur penting yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan konsep pemasaran. Manajemen pemasaran yang baik
menghendaki adanya hasil kepuasan konsumen yang maksimal sebagai akibat dari
proses marketing yang berjalan baik. Kepuasan konsumen tidak hanya diukur dari
bagaimana kualitas produk yang dihasilkan, namun juga dari bagaimana cara dan
strategi pemasaran itu dijalankan. Tujuan Pemasaran adalah meningkatkan
pendapatan bagi organisasi yang melakukannya, dan informasi bagi yang
membutuhkannya.

2.11 Strategi Pemasaran Bisnis Hospitaliti


1) Buat produk lebih nyata dengan memberikan calon pelanggan bukti-bukti (Tangibilizing
the product - provide your prospective customers with evidences)

14
2) Bangun dan kembangkan hubungan bisnis yang baik dengan perantara pemasaran
(Develop business relationship with intermediaries)

3) Kelola persediaan dan permintaan (Manage supply and demand)

4) Kelola konsistensi dan kualitas produk (Managing consistency)

5) Kurangi resiko pembelian jasa dengan mengelola sumber daya manusia (Managing
Perceived Risk by Managing Employees).

2.12 Pasar Konsumen


Pasar konsumen merupakan pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh
perorangan atau keluarga dalamrangka penggunaan pribadi (tidak untuk dibisniskan). Para
konsumen amat beraneka ragam menurut usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola
perpindahan tempat dan selera. Sebuah perusahaan yang memahami bagaimana pelanggan
/konsumen akan bereaksi terhadap berbagai bentuk produk, harga, iklan, maka perusahaan
tersebut akan lebih baik dari perusahanperusahaan yang menjadi pesaingnya. Sangatlah
bermanfaat bagi para pemasar untuk membeda-bedakan kelompok konsumen yang memang
berbeda dan mengembangkan produk dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen
itu.

Jika sebuah lapisan atau segmen pasar cukup besar, beberapa perusahaan bisa menetapkan
program pemasaran khusus untuk melayani pasar ini. Salah satu tugas penting dari
manajemen pemasaran adalah memahami perilaku pembeli. Untuk dapat memahami perilaku
pembeli dengan keinginannya yang beraneka ragam, dan dalam upaya untuk
mengembangkan produk yang dihasilkannya, pemasar dapat mengklasifikasikan konsumen
ke dalam kelompok yang lebih spesifik. Pembagian kelompok konsumen dapat didasarkan,
antara lain berdasarkan usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola perpindahan tempat dan
selera.(4)

2.13 Faktor-faktor yang Menentukan Tingkat Keterlibatan Konsumen


Tingkat keterlibatan didalam pembelian, tenrgantung pada 5 (lima) faktor: pengalaman
sebelumnya, minat, resiko yang dirasa, situasi dan pandangan sosial.

1. Pengalaman sebelumnya (previous experience): Ketika para konsumen telah memiliki


pengalaman sebelumnya dengan barang atau jasa, tingkat keterlibatan biasanya menurun.
Setelah mengulangi produk percobaan, para konsumen mempelajari cara untuk membuat
pilihan yang cepat. Karena para konsumen telah mengetahui produk dan bagaimana produk

15
itu akan memuaskan kebutuhan mereka, maka keterlibatan di dalam keputusan pembelian
mereka menjadi berkurang.

2. Minat (interest): Keterlibatan berhubungan langsung kepada minat para konsumen, seperti
mobil, musik, film, bersepeda atau elektronik. Pada umumnya, wilayah minat ini berbeda-
beda dari satu individu ke individu lainnya. Walaupun banyak orang memiliki minat yang
kurang terhadap perawatan rumah, tetapi orang yang telah lanjut usia mungkin memiliki
minat tinggi terhadap perawatan rumah tadi.

3. Resiko (perceived risk of negative consequences): seperti resiko yang dirasakan dalam
pembelian suatu produk meningkat maka kterlibatan konsumen juga tinggi. Jenis resiko yang
membuat konsumen memperhatikan, didalamnya termasuk resiko keuangan dan resiko
psikologi. Pertama, resiko keuangan terhadap penurunan kekayaan atau daya beli. Karena
resiko yang tinggi berhubungan dengan harga pembelian yang tinggi pula, konsumen menjadi
sangat terlibat dengan keputusan pembelian produk tersebut. Oleh karena itu, harga dan
keterlibatan biasanya berhubungan langsung: Jika harga meningkat maka tingkat keterlibatan
juga meningkat. Kedua, para konsumen yang mengalami resiko sosial ketika mereka
membeli produk yang dapat memberikan efek bagi opini sosial mereka (misalnya,
mengendarai mobil tua atau memakai baju yang sudah tidak model lagi). Ketiga, para
pembeli mengalami resiko psikologi jika mereka merasa bahwa mereka salah dalam
membuat keputusan yang mungkin menyebankan banyak keprihatinan atau kegelisahan.

4. Situasi (sitation): Keadaan pembelian akan mengubah keputusan atas keterlibatan yang
rendah (low-involvement) menjadi keterlibatan yang tinggi (high-involvement). Keterlibatan
yang tinggi muncul ketika para konsumen merasakan resiko pada situasi khusus. Misalnya,
biasanya seseorang secara rutin membeli suatu merek produk yang murah, katakanlah
makanan ringan. Bagaimanapun juga, ketika atasan mereka berkunjung, konsumen mungkin
akan membuat keputusan dengan keterlibatan yang tinggi, dan membeli produk dengan
merek yang lebih terkenal.

5. Pandangan sosial (social visibility): Keterlibatan juga meningkatkan sebagai pandangan


sosial dari meningkatnya produk. Produk seringkali ditampilkan dalam berpakaian
(khususnya label desainernya), jam tangan, mobil dan furniture. Semua barang ini membuat
pernyataan tentang para pembeli dan kemudian dapat berdampak pada resiko sosial.(4)

16
2.14 Pemasaran Sosial
Pengertian pemasaran sering kali dikacaukan dengan penjualan. Padahal konsep
keduanya berbeda. Penjualan bertolak dari produk yang telah dibuat, kemudian diupayakan
untuk dijual kepada konsumen. Sedangkan pemasaran bertolak dari kebutuhan dan keinginan
konsumen, kemudian baru dibuat atau dikembangkan produk yang dapat memenuhi
kebutuhan konsumen tersebut.
Selain itu ada yang menyamakan pengertian pemasaran dengan periklanan atau media
massa. Hal ini tidak benar karena periklanan atau penggunaan media massa itu hanya
merupakan salah satu unsur dari pemasaran (Depkes, 1997).
Pemasaran sendiri adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan,
dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain (Kotler, 2005).
Kotler (2005) menjelaskan bahwa pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah
perilaku. Pemasaran sosial mengkombinasikan unsur-unsur pendekatan tradisional untuk
mengubah sosial dalam satu kerangka aksi dan perencanaan yang integral serta menggunakan
keterampilan teknologi komunikasi dan keahlian pemasaran.
Pemasaran sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan pemasaran komersial,
pemasaran sosial menggunakan teknik analisis yang sama (riset pasar, pengembangan produk,
penentuan harga, keterjangkauan, periklanan dan promosi). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan teknik pemasaran untuk
mendapatkan manfaat sosial. Tentu saja ada sedikit perbedaan antara pemasaran komersial
dengan pemasaran sosial.
Perbedaan antara pemasaran komersial dan pemasaran sosial menurut Depkes (1997)
antara lain adalah: 1) penggunaan produk sosial biasanya lebih rumit dari pada produk
komersial, misal penggunaan oralit tidak semudah minum coca-cola, 2) produk sosial sering
kali kontroversial, 3) keuntungan produk sosial tidak cepat dirasakan, 4) saluran distribusi
untuk produk-produk sosial lebih sulit dikontrol karena biasanya menyangkut banyak pihak,
5) konsumen pada umumnya tidak mampu, rawan terhadap penyakit dan berpendidikan
rendah
2.15 Teori Pemasaran Sosial
Menginjak tahun 1970-an, sebuah teori media dan masyarakat yang cukup besar
mulai mengambil bentuk yang berbeda dengan teori yang lain. Teori tersebut disebut dengan
teori social marketing. Teori ini bukan sebuah penyatuan akan sebuah tubuh pemikiran
melainkan lebih kepada koleksi pada teori pertengahan yang berurusan dengan promosi

17
mengenai informasi yang dianggap sebagai suatu informasi penting yang harus
disosialisasikan kepada masyarakat oleh sebagian orang khusus (orang elit).
Teori ini berbeda dengan teori pada umumnya, dan secara isi didominasi oleh sumber-
sumber yang ada. Teori ini memberikan penyediaan sebuah pandangan akan pendesignan,
membawa keluar, dan mengevaluasi informasi kampanye. Dalam bentuk ini, khususnya, teori
ini memberi perhatian yang lebih banyak/lebih besar kepada kegiatan khalayak dan
kebutuhan untuk menggapai khalayak aktif dengan informasi yang mereka cari. Target
khalayak/audience diidentifikasikan sesuai dengan kebutuhan informasi mereka.
Teori ini merepresentasikan usaha untuk meningkatkan keefektivitasan media-massa
didasarkan kepada kampanye informasi melalui pemahaman yang baik dan manipulasi dari
aspek sosial dan factor psikologi. Teori ini melakukannya dengan cara mengindentifikasikan
dinding level system sosial yang beragam sesuai dengan dinding secara psikologis pada arus
informasi dan mempengaruhinya melalui media massa.
Teori sosial marketing ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik, di antaranya
yaitu:
1. Metode untuk membujuk kesadaran khalayak terhadap topic kampanye atau kandidat.Hal
ini dilakukan supaya khalayak sadar dengan keberadaan mereka sendiri, supaya mereka
sadar dengan eksistensi diri mereka. Hal yang termudah sekaligus termahal adalah dengan
melalui media massa seperti televisi. Dengan banyaknya channel yang disediakan, tentu
saja akan membujuk dan membangun kesadaran khalayak akan eksistensi diri mereka
pribadi.
2. Metode untuk mentargetkan pesan pada segmen khalayak yang spesifik yang paling
dirasa bisa menerima dan sesuai dengan pesan tersebut.
Efek yang terbatas menunjukkan bahwa mengidentifikasikan khalayak adalah hal
yang paling mudah disinggung untuk menspesifikasikan tipe-tipe pesan yang ada. Saat
segmennya teridentifikasi, maka pesan akan bisa dengan mudah disampaikan pada
khalayak.
3. Metode untuk memperkuat pesan termasuk kepada segmen yang ditargetkan dan untuk
mendorong khalayak tersebut untuk mempengaruhi satu sama lain melalui komunikasi
langsung (face-to-face communication.).
Walaupun seringkali khalayak lupa dengan pesan-pesan yang sudah disampaikan,
Penegasan dan pengulangan kembali pemberian pesan setidaknya membuat para khalayak
mengetahui dan menyadari akan pesan yang disampaikan itu. Untuk menyadarkannya
bisa dengan mengirimkan langsung agen atau melalui channel televisi.

18
4. Metode untuk mengolah gambar-gambar dan kesan terhadap orang-orang (seseorang),
produk, dan jasa-jasa.Metode inilah yang seringkali dipakai jika mengalami kesulitan
dalam mengundang ketertarikan khalayak.
5. Metode untuk menstimulasikan ketertarikan dan pembujukan informasi untuk mencari
yang dilakukan oleh anggota khalayak.Pencarian informasi akan terjadi jika level yang
sufisien ide atau faktor-faktornya bisa digeneralisasikan.
6. Metode untuk membujuk hasrat pembuat keputusan atau posisi.
Saat masyarakat tersadarkan, diberi informasi, atau setidaknya mendapatkan
gambaran dan kesan yang kuat, mereka dapat melangkah ke arah pengambilan keputusan
baik itu keputusan secara sadar maupun keputusan yang didasarkan pada prioritas yang
mereka ambil.
7. Metode untuk mengaktifkan segmen khalayak, terutama dalam hal ini yang sudah
dijadikan target oleh kampanye tersebut.Idealnya, yang termasuk ke dalam khalayak yang
dimaksud adalah mereka yang memiliki kemampuan atau cocok dalam posisi mereka dan
sudah memutuskan untuk bertindak namun belum mendapatkan kesempatan.
Menurut Rice & Atkin(1989), secara mudahnya, teori social marketing adalah hierarki
dari efek-efek model, yang menyatakan bahwa hal ini penting untuk membedakan jumlah
besar efek persuasi – beberapa yang dengan mudah dibujuk dan yang lain yang lebih
membutuhkan waktu yang lebih lama dan usaha yang lebih juga.
Usaha yang dilakukan bisa jadi dimulai dengan membentuk kesadaran khalayak, lalu
mengolah gambaran-gambaran atau membujuk keinginan/ketertarikan dan pencarian
informasi, menegaskan pelajaran akan informasi atau gambaran-gambaran, tujuan-tujuan
orang dalam membuat keputusan yang “benar”, lalu membuat mereka aktif.
Hierarki ini pertama kali dikembangkan oleh produk marketer, akan tetapi sekarang
ini sudah diaplikasikan pada social marketing.
Sosial marketing berargumentasi bahwa walaupun mereka tidak bisa berharap untuk
membujuk semua target efek hasrat dalam setiap penargetan terhadap seseorang, mereka
memiliki bukti yang terstruktur, step-by-step kampanye yang menggunakan data survey
untuk menyediakan feedback yang lebih sukses lagi daripada teori persuasi yang didasarkan
kepada efek model linear.
Kemudian, model teori social marketing ini menyesuaikan dengan situasi dimana
sumber-sumber elit memiliki kemampuan/bisa lebih mendominasi elemen-elemen dari sistem
social yang lebih besar. Kekuatan sumber yang besar ini dapat mencegah counter-elit dari
penyebaran informasi atau dari jenderal oposisi.

19
Teori ini tidak memperkenankan adanya konflik social dan tidak dapat diaplikasikan
pada situasi yang tengah dilanda dengan konflik, bahkan konflik yang tengah dalam keadaan
reda sekalipun. Hal ini akan lebih mudah diaplikasikan pada bentuk informasi trivial dan
bekerja dengan baik jika politik dikurangi dalam persaingan gambaran kandidat marketing
atau transmisi yang tidak membahayakan pesan kesehatan masyarakat.
Kelebihan Teori Sosial Marketing:
1. Menyediakan nasehat praktis bagi media kampanye,
2. Dapat diterapkan untuk menyediakan hasil akhir yang baik
3. Membangun perubahan perilaku dan teori pembauran
Kekurangan/Kelemahan Teori Sosial Marketing:
1. Didominasi oleh sumber,
2. Tidak mempedulikan/mempertimbangkan hasil akhir kampanye,
3. Menyepelekan/meremehkan kemampuan/intelektual orang yang rata-rata (rata-rata orang
_ orang-orang yang biasa),
4. Mengabaikan ketidakleluasaan untuk pengulangan arus informasi,
5. Mahal untuk dilaksanakan (untuk melaksanakan)

2.16 Upaya-upaya Peningkatan Pemasaran Sosial


Ada 14 langkah dalam mengembangkan kegiatan pemasaran sosial itu, yaitu:
1. Riset Formatif
Sebelum kita menganjurkan orang untuk mengubah perilakunya, kita harus tahu
dulu bagaimana sekarang dan bagaimana sikapnya terhadap perilaku yang kita anjurkan.
Kita tidak dapat hanya menduga atau memperkirakan kedua hal tersebut. Kita harus
menggalinya dari mereka sendiri. Kita namakan penggalian demikian riset formatif,
karena dilakukan untuk menentukan format strategi kegiatan. Kita akan memilih sampel
secara acak dalam jumlah, yang memadai serta melakukan wawancara dengan mereka,
secara kelompok atau perorangan, dan biasanya kedua cara ini dipakai. Kita juga ingin
menemukan tokoh yang paling dihormati oleh kelompok sasaran, sehingga kita dapat
memanfaatkan tokoh tersebut untuk menyampaikan pesan-pesan kita. Kita akan menggali
sikap mereka terhadap pelayanan yang ada, puskesmas, posyandu, kader, dan terhadap
organisasi kemasyarakatan, seperti PKK, dan lain sebagainya.
Kita akan mewawancarai petugas dan berbagai instansi. Kita akan bertanya kepada
ibu tentang kehidupan sehari ‑ hari, bagaimana interaksi mereka dalam masyarakat dan
kelompok masyarakat dan kelompok kemasyarakatan, ke mana mereka pergi, kalau ke

20
luar rumah. Radio dan media massa yang mereka manfaatkan, berapa kali, kapan, dan
hiburan apa serta peristiwa keagamaan atau budaya apa yang mereka hadiri. Berdasarkan
kesemua itu kita kembangkan strategi kegiatan kita.
2. Penyusunan Strategi
Strategi akan mencakup:
a) Berbagai kelompok sasaran yang diperoleh dari penelitian formatif dapat dibagi
dalam 3 kelompok besar:
1) Sasaran primer, yaitu sasaran pokok yang benar-benar kita harapkan berubah
kebiasaannya. Contohnya ibu-ibu.
2) Sasaran sekunder, yaitu sasaran antara yang akan terlibat dalam
penyampaian produk atau pelayanan atau yang terlibat dalam penyampaian
pesan-pesan secara langsung. Contohnya, kader posyandu.
3) Sasaran tersier, yaitu sasaran penunjang yang terlibat secara tidak langsung,
namun dukungannya sangat diper-lukan. Contohnya, tokoh masyarakat,
tokoh agama, dsb.
b) Berbagai perilaku yang diharapkan dari tiap kelompok sasaran.
c) Sikap negatif terhadap perilaku yang diharapkan secara rinci.
d) Pemecahan yang disarankan untuk mengatasi hambatan tersebut.
e) Kata-kata yang disarankan untuk dipakai guna meyakinkan kelompok sasaran untuk
melakukan apa yang diharapkan.
f) Berbagai saluran komunikasi yang ada untuk analisis selanjutnya.
3. Menguji Coba Strategi
Setelah strategi disusun, kita kembali mengunjungi kelompok sasaran primer
untuk menguji coba strategi tersebut pada mereka. Bila perilaku yang disarankan perlu
dilaksanakan tiap hari, seperti pemberian makan anak, kita mints pars ibu melaksanakan
dalam satu minggu. Bila perilaku yang dianjurkan hanya dilaksanakan sekali, seperti
imunisasi atau menimbang-kan anak di Posyandu, kita akan minta para ibu itu
melaksana-kan sekali atau dua kali.
Kita akan menggunakan kata-kata dan tokoh yang tertuang dalam strategi untuk
meyakinkan ibu-ibu agar man melak-sanakannya. Semua pertanyaan yang dipunyai ibu-
ibu, seperti yang tergambar pads hasil riset formatif berupa sikap negatif dan hambatan
yang mungkin menghalanginya untuk berbuat, hendaknya bisa terjawab.
Kendati demikian, pelaksanaan penelitian mungkin masih menjumpai bahwa kata-
kata tersebut belum cukup menyakinkan ibu-ibu untuk berbuat. Dalam hal ini, petugas

21
lapangan akan bekerja sama dengan para ibu untuk menemukan cara melakukannya
sampai ibu-ibu tersebut sepenuhnya puss dan setuju untuk melaksanakannya. Petugas
lapangan secara cermat menulis cara-cara yang ditemukan untuk meyakinkan ibu-ibu itu.
Biasanya, setelah satu minggu petugas lapangan akan kembali mengunjungi ibu yang
sama dan membicarakan hasilnya dengan mereka. Apakah mereka melaksanakannya?
Apakah mereka akan melaksanakannya terus? Pembicaraan akan dilakukan hati-hati
dengan para ibu yang gagal, atau hanya setengah berhasil, untuk menemukan apa
masalahnya, rasa keberatan apa yang masih ada dan bagaimana masalah dan rasa
keberatan itu dapat diatasi. Percakapan ini akan dicatat dengan cermat.
Berdasarkan masukan itu, strategi yang kita buat serta menggambarkan apa yang
kita harapkan dilakukan ibu-ibu itu dan bagaimana melaksanakannya, sekarang sudah
dapat disempurnakan.
4. Menulis Arahan Kreatif dan Media
Kini kita menulis strategi kreatif dan media. Kita menulis-kan ini walaupun kita
akan melaksanakan kegiatan kreatif atau melaksanakan kegiatan media kita sendiri.
Arahan tertulis ini penting walau pelaksanaannya dilakukan instansi lain atau biro, iklan.
Arahan ini menyimpulkan tujuan dan maksud kegiatan, gambaran rinci data ekonomi,
sosial, dan geografis daerah kegiatan serta daftar kelompok sasaran primer, sekunder, dan
tersier dan gambaran keadaan mereka.
Kecuali itu juga berisikan analisis semua saluran komu-nikasi yang mungkin
dipakai untuk mencapai sasaran primer sehingga diteliti lebih lanjut serta frekuensi dan
biayanya. Mungkin akan mencakup media massa, kader, kelompok masyarakat atau
saluran lain seperti promosi di pasar lokal atao peristiwa budaya dan saluran lain yang
muncul dalam penelitian pads ibu-ibu serta mungkin dapat dipakai. Jugs catatan
bagaimana komunikasi dan motivasi sasaran sekunder dan tersier akan dilaksanakan.
Bahan komunikasi yang perlu dikembangkan mungkin meliputi TV atau slide,
bahan-bahan penyuluhan bagi kader dalam bentuk kartu konsultasi, lembar balik atau
poster dan pita kaset, spanduk (yang berguna untuk upaya promosi jangka, pendek) atau
poster-poster (sebagai pengingat pesan-pesan yang disampaikan media massa atau kader),
dan lain sebagainya. Sebagai tambahan, booklet barangkali cocok dipakai untuk
mendapatkan dukungan yang diharapkan dari kelompok sasaran sekunder dan tersier.
Pedoman pelatihan dan modul juga diperlukan untuk melatih kader. Pada arahan
dijelaskan pula anggaran yang mungkin didapat.

22
Bagian kedua dari arahan itu berupa uraian tentang kelompok sasaran, dan
kegiatan yang ditulukan pada tiap kelompok sasaran, pesan-pesan yang harus diterima
tiap, kelompok sasaran, semua keengganan yang diketahui dan menghambat penerimaan
dan bagaimana rasa keberatan itu di atasi dan tokoh yang dapat diterima kelompok
sasaran.
5. Menentukan Konsultan Kreatif dan Konsultan Media
Sangat disarankan untuk menggunakan ahli kreatif dan ahli media, apakah itu
orang yang berpengalaman di bidangnya, lembaga konsultan atau biro iklan untuk
membuat bahan-bahan media. Bila media massa digunakan, perencanaan media yang
matang disertai pengalokasian waktu dan pemantauan sangat diperlukan. Biasanya
mereka dibayar berdasarkan tarif komersial untuk produksi dan penyiarannya. Kelompok
kreatif dan media harus benar-benar mendapat arahan, baik itu ahli dari luar atau tenaga
yang ada di dalam sendiri.
6. Menyusun Peran dan Bahan serta Rencana Media
Para perencana kreatif dan perencana media kini dapat menyajikan rancangan
lengkap termasuk tatap muka dan bentuk semua bahan cetak, naskah untuk spot radio dan
bagaimana cerita untuk TV atau film. Alasan tertulis untuk semua pesan dan ilustrasi juga
dikemukakan untuk membuktikan dan memastikan bahwa strategi telah dimanfaatkan
sepenuhnya sebagai dasar penyusunan bahan-bahan tersebut.
media yang rinci dan biaya yang diperlukan juga termasuk. Rencana tersebut
harus menunjukkan jangkauan yang memadai terhadap semua kelompok sasaran dengan
frekuensi yang memadai dan biaya yang paling sesuai. Beberapa kemungkinan paduan
media bisa diajukan dalam pembicaraan. Biro iklan khususnya merupakan sumber
informasi yang baik untuk perencanaan media. Berdasarkan hasil penelitian, misal-nya
mereka tahu semua stasiun radio dan program yang ada dan pada waktu kapan ibu-ibu
desa paling banyak mendengarkan dan berapa banyak.
Kesemua itu merupakan informasi yang berharga untuk memanfaatkan radio
secara efektif. Mereka juga akan meng-analisis efektivitas kader sebagai komunikator
berdasarkan data yang diberikan pads waktu riset formatif, sehingga memberi gam-baran
berapa banyak ibu yang dapat berhubungan (kontak) dengan kader. Arahan itu akan
menjadi dasar untuk menyusun rencana pelatihan bagi kader dan menentukan bahan
penyuluhan siapa yang cocok digunakan kader (rancangannya dibuat kelompok, kreatif).
Biaya yang diperlukan untuk jangkauan, frekuensi, juga biaya kegiatan komponen
komunikasi yang dilakukan kader dibuat perkiraannya. Perkiraan yang sama juga dibuat

23
untuk jalur komunikasi formal dan informal lain, sehingga biaya yang diperlukan bisa
dibandingkan, dan bisa diketahui paduan media mana yang efektif dan efisien.
Biro iklan juga menyarankan untuk memperkuat peran serta masyarakat dengan
menggunakan bahan cetak yang menarik dan kegiatan hubungan masyarakat. Pengelola
kegiatan dapat mempelajari penyajian tersebut, memperbaikinya bila diperlukan dan
akhirnya mints kelompok kreatif membuat bahan untuk diuji coba.
7. Menguji Bahan dan Pesan
Semua bahan dipersiapkan untuk diuji coba. Spot radio sudah dibuat, bahan cetak
sudah berwarna, atau berupa ran-cangan jadi, kadang-kadang sudah tercetak bila biaya
memung-kinkan, bahan film diperlihatkan dalam bentuk story board, bends besar seperti
papan iklan atau spanduk dibuat dalam bentuk kecil. Semua bahan sekarang diuji coba
untuk memas-tikan bahwa pesannya jelas, tidak membingungkan, bisa dimengerti,
dipercaya, sejalan dengan budaya, secara emosional merangsang dan bebas dari hal-hal
yang negatif. Tiap bahan media diuji coba pada wakil kelompok sasaran yang dituju,
bahan untuk memotivasi petugas dan kelompok masyarakat diuji coba pads kelompok
yang mewakili, bahan-bahan penyuluhan yang digunakan sebagai alai bantu kader diuji
coba pada kader. Hasil uji coba dipakai untuk menyempurnakan semua bahan.
8. Memperbaiki Bahan
Kelompok kreatif sekarang diberi penjelasan tentang hasil, uji coba. Semua bahan
bisa diperbanyak. Betapapun, bila diper-lukan perubahan basar, uji coba ulang secara
informal dibutuh-kan untuk memastikan bahan perbaikan yang telah dibuat dapat diterima
kelompok sasaran.
Kegiatan uji coba bahan juga merupakan kesempatan yang sangat berguna untuk
memantapkan koordinasi. Proses uji coba termasuk uji coba kegiatan dan bahan pads
sektor-sektor yang terkait, unit-unit program di tingkat nasional dan provinsi dan semua
lembaga donor. Hal ini untuk memastikan bahwa kegiatan di daerah panduan tidak
bertentangan dengan kebijakan prog-ram.
9. Penyempurnaan Program
Program pada akhirnya bisa disempurnakan. Bila mungkin kesimpulan akhir perlu
dibuat secara tertulis dan bisa dilengkapi dengan slides untuk penyajian dan koordinasi.
10. Memproduksi Bahan
Semua bahan sudah diperbanyak dalam bentuk akhir.
11. Pengumpulan Data Dasar dan Evaluasi

24
Pengumpulan data dasar dilaksanakan di daerah uji coba dan daerah kontrol. Masa
proyek sudah ditentukan dan kegiatan evaluasi dijadwalkan.
12. Orientasi dan Pelatihan
Sebelum kegiatan dilaksanakan, kader dilatih dan semua sektor serta kelompok
masyarakat yang terlibat juga dilatih atau diberi orientasi tentang peran mereka.
13. Melaksanakan Kegiatan
Sebaiknya kegiatan promosi dan hubungan masyarakat langsung dilaksana-kan
pada saat pencanangan. Misalnya, dalam bentuk penyuluhan atau pencanangan oleh
kepala daerah yang dihadiri para pelak-sana dan instansi serta media yang terlibat.
Bahan-bahan luar ruang seperti spanduk, poster atau papan iklan dipasang.
Kelompok masyarakat dan kader memulai kegiatan komunikasi mereka dan media massa
mulai penyiaran (sebaiknya paling tidak 10-20 spot per hari di setiap stasiun ra-dio pada
bulan pertama).
14. Memantau dan Memperbaiki
Setelah dicanangkan, semua kegiatan komunikasi harus dipantau untuk
memastikan bahwa pelaksanaannya seperti yang diharapkan. Apakah spanduk dan poster
dipasang di tempat yang tepat? Apakah kader sudah dilatih? Apakah mereka sudah punya
peraga yang harus dipakai? Apakah kelompok masyarakat tabu peran mereka? Apakah
mereka aktiP Apakah bahan disiarkan? Untuk itu, semua dapat dilakukan peninjauan
lapangan. Kele-mahan dalam pelaksanaan dapat segera diperbaiki. Pemantauan harus
dilakukan setiap 6 bulan. Kegiatan pemantauan seha-rusnya lebih dalam untuk menjajagi
efektivitas pesan yang di-sampaikan. Apakah kelompok sasaran menerima pesan?
Apakah pesannya benar dan dimengerti? Apakah ada masalah atau kesulitan, atau
hambatannya yang dialami dalam menerapkan isi pesan?
Titik utama uji coba pemasaran adalah memantau dan memperbaiki kegiatan
komunikasi yang diperlukan dan ditemukan dalam proses pengalaman, apa saluran
komunikasi dan pesan yang paling efektif untuk mencapai tujuan program.

2.17 Faktor Penentu Dalam Pemasaran Sosial


Ada beberapa faktor yang menetukan keberhasilan pemasaran sosial, yaitu;
1. Manajemen
Sangat diperlukan dalam pemasaran sosial
2. Konsumen

25
Adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dan orientasi sepenuhnya pada konsumen
3. Kelompok Sasaran.
Semua program komunikasi yang berhasil menunjukan bahwa pesan – pesan
ditujukan langsung kepada kelompok sasaran teretentu
4. Identitas
Produk atau pelayanan yang dipromosikan harus memilih identitas yang jelas dan
tegas
5. Manfaat
Produk atau pelayanan yang dipromosikan sebagai sesuatu yang memberikan
manfaat atau keuntungan yang jelas dan nyata

6. Biaya
Pemasaran yang baik harus mempertimbangkan agar produk pelayanan yang
dipasarkan bisa dijangkau konsumen.
7. Ketersediaan
sudah tentu tidak satu promosi punk akan berhasil bila produk atau pelayanan
yang dipromosikan tidak bisa diperbolehkan.
8. Saluran Komunikasi
Manajer pemasaran harus berusaha agar pesan disampaikan kepada kelompok
sasaran melalui komunikasi yang dapat dipercaya.
9. Pemantauan dan Perbaikan
Sistem pemantauan merupakan bagian dari pendekatan pemasaran sosial. Dan
pemantauan dilakukan untuk mengetahui apakah semua unsur komunikasi sudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perbaikan kiranya diperlukan.
10. Evaluasi
Komponen evaluasi diperlukan bagi semua kegiatan agar dampak dan hasil yang
dicapai bisa diketahui. Dan penilitian evaluasi dilaksanakan untuk memperoleh hasil
kuantitatif

2.18 Contoh Kasus:

26
Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Belanja Online di Pasar Tradisional Kota
Semarang (Studi Kasus Pada Konsumen Situs Tumbasin.id)
Internet tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia di masa kini. Dengan semakin
berkembangnya teknologi, pertumbuhan pengguna internet juga semakin pesat. Internet dapat
diakses di mana saja dan kapan saja pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan akses untuk
menggunakan internet semakin berkembang dan menjanjikan untuk menjadi sebuah potensi
bisnis.. Keberadaan media internet saat ini membantu kehidupan umat manusia dalam hal
proses komunikasi maupun mendapatkan informasi secara cepat tanpa mengenal batasan.
Meningkatnya aktivitas masyarakat dapat tercermin dari pemenuhan kebutuhan
dengan cara jual beli berbasis internet (online). Manfaat yang didapatkan konsumen dari
berbelanja online yaitu kemudahan melakukan transaksi, kepercayaan yang tinggi, harga
terjangkau, kemudahan berkomunikasi, dan faktor lainnya. Aktivitas perdagangan barang dan
jasa yang dilakukan melalui media internet salah satunya ialah Electronic Commerce
(ECommerce). E-commerce adalah teknik pelaksanaan aktivitas komersial dengan
menggunakan berbagai alat elektronik.
Belanja online tidak hanya memberikan manfaat baik akan tetapi juga memberikan
risiko, seperti adanya penipuan kartu kredit, pesanan yang tidak terkirim, kurang adanya
privasi, dan kurangnya jaminan kualitas.
Tumbasin.id merupakan salah satu layanan e-commerce yang membantu konsumen
khususnya di Kota Semarang dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional.
Tumbasin.id adalah sebuah platform situs yang mempermudah pengguna untuk memesan
kebutuhan bahan pokok langsung dari pasar tradisional guna memfasilitasi para pembeli yang
tidak sempat berbelanja di pasar tradisional. Tumbasin.id memastikan barang yang hendak
dibeli oleh pelanggan berkualitas dan disortir terlebih dahulu. Jika ingin berbelanja, pembeli
dapat memesan menggunakan situs website mobile Tumbasin.id.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dapat disimpulkan bahwa
faktor yang berpengaruhi minat beli ulang konsumen di situs Tumbasin.id yaitu
1. Promosi dan kepercayaan
Ketika konsumen melakukan pembelian produk secara online maka akan dipengaruhi
oleh kegiatan promosi baik secara langsung maupun tidak langsung. sedangkan dalam
aspek kepercayaan ini dapat berupa pemberian pelayanan yang baik, berkualitas dan
berintegritas tinggi yang diberikan oleh situs Tumbasin.id. Kepercayaan terhadap
situs Tumbasin.id muncul ketika konsumen merasa aman dengan adanya bukti
transaksi dan testimoni dari pembeli lain, kerahasiaan dan jaminan terkait keamanan

27
data diri konsumen terlindungi dan konsumen akan mendapatkan penggantian produk
apabila produk yang didapatkan tidak sesuai harapan.
2. Sementara harga dan kemudahan penggunaan situs tidak
berpengaruh terhadap minat beli ulang.
Tidak berpengaruhnya harga terhadap minat beli ulang disebabkan karena konsumen
merasa harga masih sesuai dengan kualitas produk yang dijual, harga produk masih
terjangkau dan harga pada situs Tumbasin.id masih mampu bersaing dengan situs
online lainnya serta harga masih sesuai dengan manfaat yang didapat oleh konsumen
dari produk tersebut. sedangkan Kemudahan penggunaan situs, Mudah atau tidaknya
prosedur bertransaksi pada situs Tumbasin.id tidak akan menyebabkan perubahan
terhadap minat beli ulang karena konsumen merasa tampilan dan pengoprasian pada
situs Tumbasin.id masih mudah untuk dimengerti, situs Tumbasin.id juga masih
mudah dipelajari, fleksibel dan nyaman untuk bertransaksi.

Agar Situs Tumbasin.id berjalan dengan baik seterusnya perlu selalu memonitor harga yang
ditetapkan, sehingga sesuai dengan perubahan harga di pasaran supaya harga tidak terlalu
tinggi dan bersaing dengan situs online lainnya serta mempertahankan atau meningkatkan
kemudahan dalam pengoperasikan situs agar lebih banyak konsumen yang berminat dalam
menggunakannya.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kotler (1996) mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah proses sosial dan manajerial
bagaimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui pencipaaan dan pertukaran produk dan manfaatnya dengan
yang lain (uang atau alat perkuran lainnya). Konsep dasar pemasaran terdiri dari pasar
(market), kebutuhan-keinginanpermintaan (needs-wants-demand), produk (products),
manfaat-biaya-kepuasan pelanggan (value-cost-guest satisfaction), penjualan-transaksi-ikatan
(tradetransactions-relationship).
Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan,
mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisaikan, mengarahkan,
mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan kegiatan pemasaran dalam suatu
organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif yang dikenal dengan
istilah fungsi manajemen. Pemasaran merupakan sebuah jalan keluar yang baik dalam
menjawab tantangan dalam kemampuan manajerial Puskesmas untuk dapat survive dan
sustain serta menyikapi persaingan yang kompetitif dalam pelayanan kesehatan (Widiana &
Muslichah, 2010). Manajemen pemasaran memiliki unsur-unsur penting di dalamnya, yaitu
(Yuniasih, 2014) :
a. Orientasi Pada Konsumen atau Pembeli
b. Perencanaan Kegiatan-Kegiatan Pemasaran Secara Menyeluruh
c. Kepuasan Konsumen
Pasar konsumen merupakan pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh
perorangan atau keluarga dalamrangka penggunaan pribadi (tidak untuk dibisniskan). Para
konsumen amat beraneka ragam menurut usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola
perpindahan tempat dan selera. Tingkat keterlibatan didalam pembelian, tenrgantung pada 5
(lima) faktor: pengalaman sebelumnya, minat, resiko yang dirasa, situasi dan pandangan
sosial. Pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan teknik pemasaran untuk mendapatkan
manfaat sosial..
Perbedaan antara pemasaran komersial dan pemasaran sosial menurut Depkes (1997)
antara lain adalah: 1) penggunaan produk sosial biasanya lebih rumit dari pada produk
komersial, misal penggunaan oralit tidak semudah minum coca-cola, 2) produk sosial sering

29
kali kontroversial, 3) keuntungan produk sosial tidak cepat dirasakan, 4) saluran distribusi
untuk produk-produk sosial lebih sulit dikontrol karena biasanya menyangkut banyak pihak,
5) konsumen pada umumnya tidak mampu, rawan terhadap penyakit dan berpendidikan
rendah
Ada beberapa faktor yang menetukan keberhasilan pemasaran sosial, yaitu;
1. Manajemen
2. Konsumen
3. Kelompok Sasaran.
4. Identitas
5. Manfaat
6. Biaya
7. Ketersediaan
8. Saluran Komunikasi
9. Pemantauan dan Perbaikan
10. Evaluasi

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Kelompok
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini kelompok mampu menjelaskan
tentang Pasar Konsumen

3.2.2 Bagi Pembaca


Diharapkan dengan membaca makalah ini, pembaca mampu memahami
tentang Pasar Konsumen

30
DAFTAR PUSTAKA
1. Pltanatri PDS. Dasar - Dasar Pemasaran. Manaj Pemasar [Internet]. 2004;
Available from:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.resear
chgate.net/profile/Putu-Diah-
Pitanatri/publication/330727157_BUKU_AJAR_DASAR-
DASAR_PEMASARAN/links/5c512f74a6fdccd6b5d341bb/BUKU-AJAR-
DASAR-DASAR-PEMASARAN.pdf

2. Putri BRT. Manajemen Pemasaran. Lib Yogyakarta [Internet]. 2017; Available


from:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unu
d.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/b58765ed9f677b462ec139088213ec99.
pdf

3. Panghiyangani R. Husaini Roselina Panghiyangani. 2016; Available from:


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ulm.a
c.id/7105/1/BUKU%2520AJAR%2520PEMASARAN.pdf

4. Sugiyanto, Haryoko UB. Manajemen Pemasaran : Manajemen Pemasaran


Modern [Internet]. Vol. 9, Management Pemasaran. 2020. 26 p. Available
from:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.unpa
m.ac.id

5. Chasanah, S. U. (2015). Pemasaran Sosial Kesehatan. Deepublish.

6. Shaluhiyah, Z. (2007). Pemasaran Sosial Program Kesehatan.

7. Mendrofa, N. A. N. and Sunaryanto, L. T. (2020). Analisis Perilaku Konsumen


Terhadap Belanja Online Di Pasar Tradisional Kota Semarang. Agrika, 14(1),
p. 21.

31
8. Rahmawati. 2016. Manajemen Pemasaran. Mulawarman University
Press:Samarinda. Melalui feb.unmul.ac.id/uploads1manajemen/files/Buku-
Rahmawati-Manajemen-Pemasaran.pdf.
9. Firmansyah, Anang. 2018. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Deepublish.
Diakes Melalui https://www.researchgate.net/profile/Muhammad-Firmansyah-
4/publication/329587407_PERILAKU_KONSUMEN/links/5c24627b458515a
4c7faed1d/PERILAKU-KONSUMEN.pdf
10. Maryanto, R. (2017). Pengantar Digital Marketing: Modul Praktikum
Manajemen Pemasaran Berbasis IT (Vol. 1). Rusmanto Self-publishing.

32

Anda mungkin juga menyukai