Anda di halaman 1dari 6

RESUME PRAKTIKUM ISOLASI SENYAWA ORGANIK

Destilasi Minyak Atsiri

I. Pendahuluan
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang berasal dari tumbuhan.
Minyak atsiri banyak ditemukan di berbagai bagian tumbuhan, antara lain akar, batang, kulit
kayu, batang, daun, bunga, dan buah. Minyak atsiri tumbuhan memiliki aktivitas biologis
yang baik, antara lain antibakteri, antijamur, antivirus, dan antioksidan. Sejak abad
pertengahan, minyak atsiri dapat diperoleh dengan distilasi, minyak ini telah banyak
digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, makanan, dan kimia (Cui dkk., 2019).
Minyak atsiri merupakan senyawa aromatik yang diturunkan secara alami, dengan
aktivitas biologis berspektrum luas. Pada saat ini, minyak atsiri telah dieksploitasi sebagai
aditif penyedap, sebagai obat-obatan atau kosmetik, sebagai insektisida, antioksidan, anti-
inflamasi, anti-alergi, dan agen antikanker. Namun, banyak juga yang menggunakan minyak
atsiri dalam hal ini sebagai antibakteri, antivirus, dan aktivitas antijamur, serta antimikroba
dalam produk makanan dan minuman. Minyak atsiri adalah campuran kompleks dari senyawa
yang tidak mudah menguap dan mudah menguap. Pada umumnya bersifat lipofilik, hampir
tidak larut dalam air, serta dapat diklasifikasikan secara luas dalam alkaloid, flavonoid,
isoflavon, monoterpen, asam fenolik, karotenoid, dan aldehida. Di antara lebih dari 3000 jenis
minyak atsiri yang diketahui, hanya sekitar 300 yang saat ini memiliki kepentingan komersial.
Minyak atsiri disintesis sebagai metabolit sekunder di organ tumbuhan yang berbeda untuk
memberikan perlindungan dari agen eksternal, seperti sinar UV, herbivora, serangga, dan
patogen. Karena reaktivitas molekulernya yang tinggi, minyak atsiri terakumulasi dan
disimpan dalam struktur khusus yang terletak di permukaan tanaman, seperti kelenjar
sekretori atau di organ sel internal, seperti vakuola (Donsì dan Ferrari, 2016).
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak digunakan dalam
industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh
kualitas minyak dan kadar komponen utamanya. Kualitas minyak atsiri ditentukan oleh
karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang
tercampur di dalamnya. Faktor lain yang menentukan mutu minyak, yaitu sifat-sifat fisika-
kimia minyak, jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis
peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya, perlakuan minyak setelah penyulingan,
kemasan, serta penyimpanan (Nugraheni dkk., 2016).
Penanganan pendahuluan terhadap bahan baku yang kurang tepat sebelum penyulingan
akan menyebabkan kehilangan minyak atsiri yang cukup besar dan juga menurunkan mutu.
Dalam hal ini, diperlukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan untuk mempertinggi
rendemen dan mutu yang dihasilkan. Beberapa cara perlakuan pendahuluan yang dapat
dilakukan meliputi pengecilan ukuran bahan, pengeringan, pelayuan, pemeraman, dan
fermentasi mikroorganisme. Pengecilan ukuran biasanya dilakukan dengan perajangan
dimana tujuan untuk menambah luas permukaan bahan sehingga minyak yang dihasilkan
lebih banyak. Tujuan dari pelayuan dan pengeringan yaitu untuk menguapkan sebagian kecil
air dari bahan sehingga proses destilasi menjadi lebih mudah dan memerlukan waktu yang
relatif singkat. Proses pemeraman maupun fermentasi mikroorganisme dilakukan pada
minyak-minyak tertentu untuk memecahkan sel-sel minyak pada bahan yang digunakan
dalam percobaan. Perlakuan pemeraman dilakukan dengan meremas-remas serta menyobek
bahan minyak atsiri yang digunakan (Nugraheni dkk., 2016).
Pada umumnya persenyawaan minyak atsiri bersifat tidak stabil pada suhu tinggi,
sehingga dalam melakukan perbandingan hasil rendemen minyak atsiri dengan metode
destilasi dilakukan pada suhu rendah atau pada suhu tinggi dalam waktu yang singkat agar
didapatkan minyak atsiri yang bermutu tinggi. Sesuai hukum Roult, penambahan uap air akan
menyebabkan titik didih campuran minyak atsiri-air akan lebih kecil daripada 100°C. Proses
distilasi minyak atsiri menggunakan bahan baku jahe merah yang yang masih segar, hal ini
dikarenakan kualitas senyawa bioaktif dan minyak atsiri yang terkandung dalam jahe lebih
baik (Kusnadi dan Tivani, 2017).
Kadar air merupakan salah satu parameter penting untuk menghasilkan rendemen
minyak atsiri. Kadar air yang terdapat pada sampel dapat mempengaruhi hasil rendemen
minyak. Minyak atsiri dalam tanaman tersimpan pada jaringan yang terlindungi oleh air
sehingga apabila kadar air terlalu besar minyak akan sulit menguap saat destilasi. Akan tetapi,
jika kadar air terlalu rendah, minyak atsiri akan ikut menguap dalam proses pengeringan
(Nugraheni dkk., 2016).
Jahe sebagai tanaman obat memiliki banyak khasiat, diantaranya sebagai antiinflamasi,
antipiretik, gastroprotective, cardiotonic, antihepatoksik, antioksidan, antikanker, anti-
angiogenesis, dan anti-artherosclerotic. Aktivitas-aktivitas tersebut pada umumnya
disebabkan oleh adanya senyawa bioaktif yang terkandung dalam rimpang jahe, seperti
senyawa fenol, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri. Beberapa senyawa bioaktif yang
terkandung dalam jahe tersebut dapat diperoleh dari beberapa varietas, yakni jahe merah, jahe
gajah, dan jahe emprit. Jahe merah (Zingiber officionalvar rubrum rhizoma) merupakan salah
satu komoditas rempah dan penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri biasanya digunakan
sebagai salah satu campuran pada bahan baku pada industri kosmetik, sabun, deterjen,
farmasi, produk makanan, dan minuman (Kusnadi dan Tivani, 2017).
Zingiber officinale Rosc atau Jahe merupakan tanaman berbunga dari keluarga
Zingiberaceae. Rimpang (akar) banyak digunakan sebagai bumbu, dan juga telah digunakan
sebagai pengobatan tradisional sejak ribuan tahun yang lalu. Jahe sudah lama dikenal selama
lebih dari 2000 tahun sebagai salah satu tanaman obat yang paling serbaguna memiliki
spektrum aktivitas biologis yang luas dan bumbu untuk berbagai makanan dan minuman
(Ugbabe dkk., 2019).

Gambar 1.1 Struktur Kimia Jahe

II. Isi
Percobaan destilasi minyak atsiri ini bertujuan untuk mengisolasi minyak atsiri dari
rimpang jahe dengan metode Stahl. Destilasi atau penyulingan didefinisikan sebagai pemisah
komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih yang berdasarkan
perbedaan tekanan uap dari masing- masing zat tersebut. Prinsip dalam percobaan ini, yaitu
menggunakan destilasi stahl. Prinsip destilasi stahl, yakni pemisahan senyawa berdasarkan
perbedaan titik didih dan massa jenis, dimana senyawa yang memiliki titik didih rendah akan
menguap dan mengembun sebagai destilat, serta massa jenis yang lebih kecil akan berada
pada lapisan bagian atas (minyak atsiri), sedangkan senyawa yang memiliki massa jenis besar
akan berada di lapisan bawah (aquades). Secara umum ada tiga macam sistem destilasi
minyak atsiri, yakni penyulingan dengan air, penyulingan dengan air dan uap, dan
penyulingan dengan uap langsung (Nugraheni dkk., 2016). Metode destilasi stahl yaitu
memisahkan campuran berdasarkan pada berdasarkan perbedaan titik didih dan berat jenisnya
dengan penguapan dan pegembunan pada suhu tertentu. Sesuai dengan SNI, pemisahan
minyak atsiri dalam sampel dapat dilakukan melalui destilasi Stahl, yang merupakan
rangkaian alat dengan prinsip steam distillation (destilasi uap) (Kusnadi dan Tivani, 2017).
Metode ini paling sering dipakai oleh industri kecil minyak atsiri karena penanganannya
mudah dan menggunakan peralatan yang sederhana. Dalam proses destilasi uap, semakin
besar laju alir uap maka difusi uap pada permukaan bahan baku semakin baik dan
menyebabkan hasil minyak atsiri menjadi optimal (Ma'sum dan Proborini, 2016). Kelebihan
menggunakan metode destilasi stahl, yaitu dapat digunakan untuk menghasilkan produk
dalam jumlah besar maupun kecil, minyak atsiri yang dihasilkan tidak berhubungan langsung
dengan udara luar sehingga tidak mudah menguap, dengan demikian diharapkan kehilangan
minyak atsiri selama proses penyulingan dapat diminimalkan, dan dapat menetapkan kadar
minyak atsiri secara langsung dengan mengukur volume minyak pada alat karena sudah
dilengkapi dengan skala.
Tabel 2.1 Data Pengamatan
No Parameter Hasil
.
1. Bahan
a. Massa Awal 100,038 gram
b. Warna Kuning kecoklatan
2. Minyak Atsiri
a. Volume 0,68 mL
b. Massa 0,549 gram
c. Bau Pedas jahe
d. Warna Kuning bening

Peralatan lain yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu batu didih, kondensor stahl,
labu leher dua, termometer, gelas beaker, flakon, corong kaca, kaca arloji, pipet tetes,
penangas, hotplate, klem, statif, dan neraca analitik. Sedangkan bahan yang dibutuhkan, yakni
jahe, minyak, dan aquades. Pertama-tama, percobaan dilakukan dengan menimbang sebanyak
100 gram jahe yang telah diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan dengan menggunakan neraca
analitik. Tujuan dari jahe yang diangin anginkan adalah untuk mengurangi kadar air dalam
sampel dimana supaya proses isolasi dapat berlangsung lebih cepat. Selain itu, pada sampel
segar yang tidak diangin-anginkan keadaan dinding sel masih dalam keadaan utuh sehingga
metabolit sekunder, dalam hal ini minyak atsiri juga akan sulit keluar melewati dinding sel
tersebut yang dapat menyebabkan proses penyarian berjalan tidak optimal dan akan
berpengaruh pada hasil rendemen. Apabila sampel yang digunakan dalam keadaan kering
dikhawatirkan senyawa yang akan diambil minyak atsirinya sudah hilang. Metode destilasi
dapat digunakan berbagai bentuk sampel, mulai dari rimpang, daun, ataupun dari simplisia
(bubuk). Pada umumnya untuk destilasi minyak atsiri dari tanaman jahe digunakan
rimpangnya yang diiris tipis-tipis dan dalam keadaan sudah diangin anginkan.
Setelah itu, dimasukkan jahe kedalam labu leher dua. Selanjutnya, disiapkan penangas
dan hotplate dan dimasukkan minyak kedalam penangas. Mulai merangkai alat destilasi,
dipasang klem sebagai penahan. Langkah selanjutnya, disiapkan 500 mL aquades. Kemudian
pasang labu leher dua yang sudah dimasukkan jahe pada klem. Pada pemasangan labu leher
dua ke klem menggunakan tisu yang berfungsi untuk untuk menjaga agar antara (labu dan
klem) alat terpasang rapat dan kuat, tidak ada celah, sehingga tidak akan jatuh pada saat
digunakan dimana dikhawatirkan membuat pecah alat karena langsung bersentuhan dengan
besi. Setelah terpasang, dimasukkan aquades tadi pada labu leher dua. Selanjutnya, destilator
stahl dipasang pada rangkaian, stahl diolesi dengan vaseline terlebih dahulu sebelum dipasang
supaya mudah dilepas ketika percobaan telah selesai. Lalu mulai dinyalakan hotplate dan
ditambahkan batu didih. Kemudian dipasang termometer dengan penutupnya hingga
menyetuh larutan. Lalu selang untuk air masuk dipasang pada kondensor bagian bawah,
sedangkan selang untuk air keluar pada bagian atas. Dan mulai dinyalakan pompa air.
Selanjutnya, ditambahkan aquades pada kondensor melalui tabung kecil bagian tengah
kondensor sebanyak kurang lebih setengah tabung. Termometer yang digunakan dipasang
sampai menyentuh larutan agar dapat mengukur suhu dari larutannya. Pada percobaan ini
yang diukur suhu larutan bukan suhu dari uapnya.
Aquades bersifat polar, sedangkan minyak atsiri bersifat non-polar. Akan tetapi,
aquades dapat menarik minyak atsiri dari jahe karena kepolaran aquades akan menurun ketika
proses pemanasan, sehingga bisa digunakan sebagai pelarut. Hal itu dikarenakan proses
pemanasan membuat ikatan hidrogen antar molekul air melemah sehingga momen dipol dan
kepolarannya menurun. Pada penangas dimasukkan minyak dan bukan air karena titik didih
air yang lebih rendah menyebabkan air lebih cepat mendidih sehingga akan lebih cepat habis
sebelum produk minyak atsiri didapatkan. Oleh karena itu, digunakan minyak yang titik
didihnya lebih tinggi, yaitu sekitar 180oC (Arizona dkk., 2019). Pemanasan dalam percobaan
ini dijaga pada suhu 95-100oC. Suhu alat diatur sehingga destilat yang keluar dapat menetes
teratur. Pemanasan terlalu tinggi akan menyebabkan destilat menetes cepat dan akan teruap
kembali, sedangkan bila terlalu dingin maka waktu destilasi akan lama sehingga tidak efisien
(Fatimah dkk., 2017). Setelah dilakukan pemanasan selama 30 menit, uap minyak atsiri yang
didinginkan pada kondensor mengembun, lalu keluar menuju pipa skala volume dalam bentuk
cairan.
Proses destilasi dihentikan setelah dilakukan selama ± 2 jam karena tidak terdapat
penambahan jumlah minyak atsiri lagi. Sembari menunggu, dikurangi aquades yang terus
bertambah saat proses destilasi dengan menggunakan pipet tetes melalui tabung kecil ditengah
kondensor. Dapat diamati banyaknya minyak yang diperoleh pada skala kondensor. Setelah
itu, destilat yang berupa minyak atsiri dikeluarkan melalui keran dan ditampung dalam flakon.
Pada percobaan ini, diperoleh minyak sebanyak 0,68 mL dengan massa seberat 0,549 gram.
Berdasarkan hal tersebut diperoleh rendemen minyak atsiri sebesar 0,54879 %. Hal ini
berbeda dengan literatur, dimana rimpang jahe biasanya menghasilkan 2,58 – 3,90 % minyak
atsiri (Nurhadianty, 2016). Hal tersebut dapat disebabkan karena minyak atsiri yang
dihasilkan beberapa telah menguap dikarenakan sifatnya yang mudah menguap. Selain itu,
juga terdapat perbedaan dari jenis rimpang jahe yang digunakan dimana dapat mempengaruhi
% dari minyak atsiri yang terbentuk. Minyak atsiri yang terkandung dalam sampel jahe yang
diuji belum sepenuhnya terisolasi secara sempurna juga merupakan faktor lain dari nilai %
minyak atsiri dalam jahe pada percobaan ini yang berbeda dengan literatur.

III. Penutup
Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri dari
rimpang jahe dapat diperoleh dengan metode destilasi stahl. Destilasi stahl merupakan metode
pemisahan campuran berdasarkan pada perbedaan titik didih serta massa jenisnya melalui
proses penguapan dan pengembunan pada tekanan tertentu. Dimana massa jenis yang lebih
kecil akan berada pada lapisan bagian atas (minyak atsiri), sedangkan senyawa yang memiliki
massa jenis besar akan berada di lapisan bawah (aquades). Proses destilasi dihentikan setelah
dilakukan selama ± 2 jam karena tidak terdapat penambahan jumlah minyak atsiri lagi. Dapat
diamati banyaknya minyak yang diperoleh pada skala kondensor. Berdasarkan percobaan
diperoleh minyak atsiri sebanyak 0,68 mL dengan nilai rendemen sebesar 0,54879 %, dan
massa minyak atsiri jahe sebesar 0,549 gram.

Daftar Pustaka
Arizona, K., Nurhuda, M., dan Saroja, G. 2019. Optimalisasi Titik Didih Minyak Goreng pada Suhu
Tinggi dengan Metode Perangkap Suhu. KONSTAN-Jurnal FIisika dan Pendidikan Fisika, 4(2): 98-
115.
Cui, H., Zhang, C., Li, C., dan Lin, L. 2019. Antibacterial Mechanism of Oregano Essential Oil.
Industrial Crops and Products, 139(1): 1-9.
Donsì, F. dan Ferrari, G. 2016. Essential Oil Nanoemulsions as Antimicrobial Agents in Food. Journal of
biotechnology, 233(1): 106-120.
Fatimah, S.F., Widyaningsih, W., dan Ikhsanudin, A. 2017. Uji Sifat Fisik Repelan Minyak Atsiri
Kombinasi Rimpang Temulawak dan Rimpang Jahe Basis Cold Cream. Pharmaciana, 7(1): 77-84.
Kusnadi, K. dan Tivani, I. 2017. Pengaruh Pemberian Urine Kelinci dan Air Kelapa terhadap
Pertumbuhan Rimpang dan Kandungan Minyak Atsiri Jahe Merah. Kultivasi, 16(3): 444-450.
Ma'sum, Z. dan Proborini, W.D. 2016. Optimasi Proses Destilasi Uap Essential Oil. Reka Buana: Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 1(2): 105-109.
Nugraheni, K.S., Khasanah, L.U., Utami, R., dan Ananditho, B.K. 2016. Pengaruh Perlakuan
Pendahuluan dan Variasi Metode Destilasi Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Kayu
Manis (C. Burmanii). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 9(2): 51-64.
Nurhadianty, V., Cahyani, C., Dewi, L.K., Triani, L., dan Putri, R.K. 2016. Peningkatan Rendemen
Destilasi Minyak Jahe Melalui Fermentasi Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum)
Menggunakan Trichoderma harzianum. Indonesian Journal of Essential Oil, 1(1): 53-62.
Ugbabe, G.E., Okhale, S.E., Ashwe, J.D., Egharevba, H.O., Ibrahim, J.A., dan Kunle, O.F. 2019.
Comparative studies of essential oils from Zingiber Officinale grown in Nigeria. Journal of
Phytomedicine and Therapeutics, 18: 237-252.

Lampiran
1. Perhitungan
2. Sitasi jurnal

Mengetahui, Surakarta, 03 November 2021


Asisten Praktikum Praktikan

Annisa Firda Lestari


Rahmat Untung Prasetya
M0320009
M0318052
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui :
Massa awal sampel jahe = 100,038 gram
Massa minyak atsiri = 0,549 gram
massa minyak atsiri
% Rendemen minyak atsiri = x 100 %
massa awal sampel jahe
0,549 gram
= x 100 %
100,038 gram
= 0,54879 %

Anda mungkin juga menyukai