Anda di halaman 1dari 6

Sumber referensi: https://pdfslide.

tips/download/link/etipro-ringkasandocx, diakses pada tanggal


19 Agustus 2021

BAB 2 - FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM

2.1 Hakikat Filsafat


Filsafat berasal dari dua kata Yunani: philo (cinta) dan sophia (bijaksana). Filsafat berarti
cinta terhadap kebijaksanaan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa
ragu-ragu, dan filsafat dimulai dari keduanya. Karakteristik utama berpikir filsafat adalah :
• Sifatnya yang menyeluruh, artinya mempertanyakan hakikat keberadaan dan kebenaran
tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan dari
perspektif bidang per bidang, atau sepotong-potong.
• Sifatnya yang mendasar, artinya filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu adalah
benar.
• Sifatnya yang spekulatif, karena filsafat selalu ingin mencari jawaban bukan saja pada suatu
hal yang sudah diketahui, tetapi juga yang belum diketahui.
Unsur-unsur filsafat :
• Pemikiran à kegiatan intelektual
• Interpretasi à mencari makna yang hakiki
• Objek à segala fakta dan gejala
• Metode à dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis
• Tujuan à untuk kebahagiaan manusia
Perbedaan Filsafat dengan Ilmu
No. Aspek Filsafat Ilmu
1 Ontologis Segala sesuatu yang bersifat fisik dan Segala sesuatu yang
nonfisik, baik yang dapat direkam melalui bersifat fisik dan dapat
indra maupun yang tidak direkam melalui indra
2 Epistemologis Pendekatan yang bersifat reflektif/ rasional- Pendekatan ilmiah,
deduktif menggunakan
pendekatan deduktif &
induktif
3 Aksiologis Sangat abstrak, bermanfaat tetapi tidak Sangat konkret,
secara langsung bagi umat manusia langsung dapat
dimanfaatkan bagi
kepentingan umat
manusia

2.2 Hakikat Agama


Unsur-unsur penting rumusan agama :
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transedental, yang Ilahi-Tuhan
Yang Maha Esa
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-nilai, dan norma-
norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui nabi-nabi
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat
Dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama :
• Ada kitab suci
• Kitab suci yang ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan
• Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dan menafsirkan kitab
suci bagi kepentingan umatnya
• Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang :
– Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan
– Susila, moral, etika
– Ritual, upacara, tata cara beribadat
– Tujuan agama
2.3 Hakikat Etika
Etika berasal dari kata Yunani: ethos (bentuk tunggal) yang berarti tempat tinggal, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya: ta etha,
yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata Latin: mos
(bentuk tunggal) atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak,
tabiat, akhlak, cara hidup.
Arti etika dapat dilihat dari dua hal sbb :
• Etika sebagai praksis à sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok/ masyarakat.
• Etika sebagai ilmu atau tata susila à pemikiran/ penilaiaan moral. Etika sebagai pemikiran
moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut
bersifat kritis, metodis, dan sistematis.

2.4 Hakikat Nilai


Beberapa definisi nilai menurut para ahli :

1. Doni Koesoema mendefinisikan nilai sebagai kualitas hal yang menjadikan hal itu dapat
disukai, diinginkan, berguna dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi
kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi makna dalam hidup,
yang memberikan titik tolak, isi dan tujuan dalam hidup.
2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli merumuskan nilai sebagai standar atau ukuran
(norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Selanjutnya, dikatakan bahwa
ada bermacam-macam hukum nilai sesuai dengan jenis-jenis nilai tersebut, juga sesuai
dengan beragamnya perhatian kita mengenai segala sesuatu. Ada nilai materialis (berkaitan
dengan ukuran harta pada diri kita), nilai kesehatan (mengungkapkan tentang signifikansi
kesehatan dalam pandangan kita), nilai ideal (mengungkapkan tentang kedudukan, keadilan
dan kesetiaan dalam hati kita), serta nilai-nilai sosiologis (menunjukkan signifikansi
kesuksesan dalam kehidupan yang praktis), dll.

Ada 3 hal yang dapat disimpulkan mengenai nilai :

1. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).


2. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup dikenal.
Contohnya dalam pendapat Max Scheller yaitu (1) gugus nilai-nilai sekitar yang enak dan
tidak enak (2) gugus nilai-nilai vital sekitar yang luhur dan yang hina, (3) gugus nilai-nilai
rohani, dan (4) gugus nilai-nilai tertinggi sekitar yang kudus dan profane yang dihayati
manusia dalam pengalaman religius.
3. Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hirearki dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi.

2.5 Hubungan Agama, Etika, dan Nilai


Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi, berkat kelebihan akal/ pikiran
yang diberikan Tuhan kepada manusia. Berkat pikirannya, manusia mampu memperoleh ilmu
(pengetahuan) tentang hakikat keberadaan (duniawi) melalui proses penalaran serta mampu
menyadari adanya kekuatan tak terbatas di luar dirinya yang menciptakan dan mengatur eksistensi
alam raya. Hanya manusia yang mampu menyadari perlunya mencapai nilai tertinggi atau nilai akhir
(hidup kekal di akhirat) yang harus dicapai di samping adanya nilai-nilai antara, yaitu nilai-nilai yang
lebih rendah (kekayaan, kekuasaan, kenikmatan duniawi). Semua agama melalui kita sucinya
masing-masing mengajarkan tentang 3 hal pokok, yaitu :

1. Hakikat Tuhan
2. Etika, tata susila
3. Ritual, tata cara beribadat

Tidak ada agama yang tidak mengajarkan etika/ moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas)
seseorang ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan
Tuhan), tetapi juga oleh kualitas moral/ etika (kualitas hubungan manusia dengan manusia lain
dalam masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa
dilandasi oleh nilai-nilai moral.

2.6 Hukum, Etika, dan Etiket

No. Hukum Etika Etiket


1. Persamaan : sama-sama mengatur perilaku manusia
2. Perbedaan :
a. Sumber hukum: Sumber Etika: Sumber Etiket:
Negara, Pemerintah Masyarakat Golongan Masyarakat
b. Sifat pengaturan: Sifat pengaturan: Sifat Pengaturan:
Tertulis berupa Undang-Undang, Ada yang lisan (berupa adat Lisan
Peraturan Pemerintah, dan kebiasaan) da nada yang
sebagainya tertulis (berupa kode etik)
c. Objek yang diatur: Objek yang diatur: Objek yang diatur:
Bersifat lahiriah (misalnya: Bersifat rohaniah, misalnya: Bersifat lahiriah,
hukum warisan, hukum tata perilaku etis (jujur, misalnya: tata cara
Negara) dan rohaniah (misalnya: bertanggung jawab) dan berpakaian
hukum pidana) perilaku tidak etis (korupsi, (sekolah,pesta,dll), tata
mencuri) cara menerima tamu,
tata cara berbicara
dengan orang tua dan
sebagainya
2.7 Paradigma Manusia Utuh
Beberapa konsep penting yang terkait dengan pembangunan manusia seutuhnya, antara
lain:
a) Karakter dan Kepribadian

Soedarsano mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas kejiwaan seseorang yang


menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua/ leluhur) dan sisi yang didapat dari
pendidikan, pengalaman hidup, serta lingkungannya. Karakter adalah sisi kepribadian yang
didapat dari pengalaman, pendidikan dan lingkungan sehingga bisa dikatakan bahwa
karakter adalah bagian dari kepribadian. Sisi yang didapat dari faktor keturunan (seperti:
bakat, kecerdasan dan tempramen) memang sulit diubah, namun sisi yang dibentuk
berdasarkan pendidikan, pengalaman dan lingkungannya (disebut karakter) dapat diubah.
Cloud mendefinisikan karakter sebagai kemampuan untuk memenuhi tuntutan kenyataan.
Kesimpulan :
1) Karakter adalah kompentensi yang harus dimiliki oleh seseorang. Kompentensi ini
mencakup pengembangan secara seimbang dan utuh ke-3 lapisan, yaitu: fisik, pikiran
dan jiwa/ roh
2) Karakter menentukan keberhasilan seseorang (Sentanu menyebutnya sebagai “nasib”)
3) Karakter dapat diubah, dibentuk, dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada henti
serta melalui pengalaman hidup
4) Tingkat keberhasilan seseorang ditentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang
dimilikinya dengan tuntutan kenyataan/ realita

Sejatinya, setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini hendaknya
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran Tuhan (kesadaran transcendental/
kesadaran spiritual). Sungguh menarik apa yang dikatakan oleh Chopra bahwa karakter/ sifat-sifat
yang dimiliki oleh mereka yang telah mencapai tingkat kesadaran Tuhan sebenarnya sama persis
dengan karakter/sifat-sifat yang dimiliki oleh sel tubuh manusia.

Chopra menyebutkan ada 10 karakter sel (10C) yaitu:

1) Ada maksud yang lebih tinggi. Masing-masing sel bekerja bukan untuk kepentingan sendiri-
sendiri, melainkan demi kesejahteraan tubuh secara keseluruhan.
2) Kesatuan (keutuhan). Semua sel saling berhubung dan berkomunikasi dengan segala jenis
sel lainnya.
3) Kesadaran. Sel-sel beradaptasi dari saat ke saat.
4) Penerimaan. Sel-sel saling mengenal satu dengan yang lain sebagai bagian yang sama
pentingnya.
5) Kreatifitas. Walaupun setiap sel mempunyai fungsi unik, mereka mampu menggabungkan
atau menemukan cara-cara baru yang kreatif.
6) Keberadaan. Sel-sel patuh kepada siklus universal berupa adanya saat istirahat dan saat aktif
dalam kegiatannya.
7) Efisiensi. Dalam menjalankan fungsinya, sel-sel mengeluarkan energi sekecil mungkin.
8) Pembentukan ikatan. Karena kesamaan genetika, sel-sel itu tahu bahwa mereka itu pada
dasarnya sama.
9) Memberi. Kegiatan sel yang utama adalah memberi dan memelihara integritas sel-sel
lainnya.
10) Keabadian. Sel-sel berproduksi untuk meneruskan pengetahuan, pengalaman dan talenta
mereka tanpa menahan apa pun untuk generasi sel berikutnya.

b) Kecerdasan, Karakter, dan Etika

Wahyuni Nafis (2006) menyampaikan melalui pemahamannya atas pemikiran/ ajaran


tradisional Islam dan diinspirasi oleh beberapa pemikiran Stephen R. Covey, ia menyebutkan tiga
jenis kecerdasan dengan tiga golongan etika, yaitu: (1) Psiko etika, (2) Sosio etika, dan (3) Teo etika.

Konsep etika Nafis berdasarkan paradigma manusia utuh yaitu, masalah manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dan alam, serta manusia dengan Tuhan.

c) Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh

Covey mengingatkan bahwa untuk membangun manusia berkarakter, diperlukan


pengembangan kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap empat kemampuan manusia, yaitu:
Tubuh (PQ), Intelektual (IQ), Hati (EQ), dan Jiwa/ roh (SQ). Beberapa pakar juga mengungkapkan hal
senada dengan Covey. Contohnya, Cloud (2007) mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter
adalah integritas ini tidak hanya berarti jujur atau punya prinsip moral, tetapi berarti: utuh dan tidak
terbagi, menyatu, berkonstruksi kukuh, serta mempunyai konsistensi.

d) Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual

Merumuskan karakter memang diperlukan, namun langkah konkret berikutnya adalah yang
lebih penting, yaitu bagaimana melakukan proses transformasi diri untuk mencapai atau bergerak
menuju idealisme karakter tersebut. Pada saat ini belum banyak ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mampu mengkaji ranah spiritual melalui pendekatan rasional/ ilmiah. Dan ajaran agama yang
seharusnya dijadikan panduan pengembangan batin seringkali lebih bersifat indoktrinasi, sekedar
menjalankan praktik berbagai ritual serta kurang mngedepankan pendekatan melalui proses nalar,
pengamalan, dan pengalaman langsung melalui refleksi diri, terlihat dari maraknya bentuk kejahatan
seperti korupsi, kekerasan, konflik antar pemeluk agama berbeda dan sejenisnya justru makin
menjadi-jadi.
Meskipun terlambat akhir-akhir ini sudah banyak pakar dari berbagai latar keilmuan mulai berani
dan tertarik untuk menyelami ranah spiritual ini dari pendekatan yang lebih rasional.

e) Pikiran, Meditasi, dan Gelombang Otak

Olah Pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk mengatur
gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnya sehingga bisa mencapai hasil
optimal (Senttanu, 2007). Gelombang otak dapat diukur melalui Elektroensefalogram (EEG). Dilihat
dari frekuensi gelombang otak ini, setidaknya terdapat empat golongan gelombang otak.

Ketika pikiran dalam keadaan sadar (aktif), berarti sedang berada dalam gelombang beta.
Dalam gelombang ini akan memaksa otak untuk mengeluarkan hormon kristol dan norepinephrin
yang menyebabkan timbulnya rasa cemas, khawatir, gelisah, dan sejenisnya. Sedangkan gelombang
alpha bertujuan untuk membangun karakter positif, seperti: tenang, sabar, nyaman, ikhlas, bahagia,
dan sebagainya. Kunci untuk membangun karakter adalah melatih pikiran untuk memasuki
gelombang alpha, melalui meditasi, yoga, zikir, retret, dan sejenisnya. Meditasi (termasuk zikir dan
sejenisnya) adalah upaya mendiamkan suara percakapan dalam pikiran dan menemukan ruang yang
tenang (Rodenbeck, 2007).

f) Model Pembangunan Manusia Utuh

Terdapat dua model tentang hakikat keberadaan manusia: (1) model hakikat manusia yang
dilandasi paradigma tidak utuh (paradigma materialisme) sehingga timbul berbagai permasalahan
yang memunculkan ketidakbahagiaan. Pada model ini tujuan manusia hanya mengejar kekayaan dan
kesenangan, dan kekuasaan duniawi. Kecerdasan yang dikembangkan hanya IQ dan kesehatan fisik
sehingga praktis kurang atau bahkan lupa mengembangkan EQ dan SQ. (2) model yang
dikembangkan untuk kembali kepada paradigma tentang hakikat manusia seutuhnya. Dalam
pengembangan manusia utuh, perlu dikembangkan juga secara seimbang kecerdasan emosional dan
spiritual disamping kecerdasan intelektual dan kesehatan fisik. Meditasi, zikir, retret dan sejenisnya
sangat efektif untuk melengkapi agama guna mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai