Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
terhadap Kinerja Pemerintah Daerah dengan Opini Audit sebagai Variabel
Moderasi
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)
Abstract: The purpose of this study is to examine the influence of Local Own Revenue or
Pendapatan Asli Daerah (PAD) and General Allocation Grant or Dana Alokasi Umum (DAU) to
regional government performance of Indonesia’s districts/cities and audit opinion as its moderate
variabel. This research uses 1135 districts/cities with purposive sampling methods that are listed
in Badan Pusat Statistik (BPS). Data analyzes method used in this paper is multiple linear
regression. The results show that PAD and Audit Opinion has a significant and positive
relationship with regional government performance. On the other hand, DAU has a significant
variabel (auidit opinion) is able to moderate the relationship between PAD and regional
government performance to a positive direction and be able to moderate DAU relationship with
Keywords: Local Own Revenue, General Allocation Grant, Audit Opinion, Regional
Government Performance
1. Pendahuluan
Adanya perubahan pola sistem pemerintahan sentralisasi pada masa orde baru ke pola
desentralisasi pada masa reformasi, telah menghasilkan konsep baru mengenai kebijakan
pemerintahan di dalam kerangka otonomi daerah. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
daerah kepada pemerintah pusat dapat berkurang sehingga kemandirian daerah dapat terwujud
(Hasthoro dan Sunardi 2016). Jadi Otonomi daerah dapat memberikan kebebasan bagi
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya serta menggali potensi yang dimiliki
daerah demi tercapainya pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kinerja daerah dan
pelayanan publik.
Tercapainya pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat juga berasal dari tata
cara pengelolaan keuangan daerah secara efektif dan efisien. Pengelolaan keuangan daerah yang
efektif dan efisien akan berdampak pada kinerja daerah yang salah satunya ditunjukkan dengan
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber pembiayaan daerah bukan hanya berasal
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) saja, namun juga berasal dari Dana Perimbangan yang terdiri
dari Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Bagi Hasil (DBH)
(Mulya dan Bustamam 2016). Kebijakan dari pemerintah tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi
kesenjangan fiskal dan perbedaan kemampuan pada setiap daerah. Namun penggunaan DAU
dianggap yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan sejumlah penggunaan Dana
Perimbangan lainnya, dengan harapan penggunaan DAU tersebut dapat dikelola secara tepat
Menurut Kuncoro (2007) sumber dana kegiatan pembiayaan belanja pemerintah daerah
yang berasal dari PAD hanya mampu berkontribusi 20%. Lebih lanjut, Calvin dan Yuliana
(2016) menyatakan bahwa penerimaan DAU yang lebih besar akan diberikan kepada daerah
dengan kapasitas fiskal yang rendah sehingga ketergantungan daerah pada transfer dari pusat
menjadi meningkat. Untuk dapat melihat kondisi ketidakefisienan pada dana tersebut, dapat
dilihat dari respon pengeluaran pemerintah yang lebih dikenal dengan teori Flypaper Effect
(Mulya dan Bustamam 2016). Apriliawati dan Handayani (2016) menyatakan bahwa suatu daerah
dapat dikatakan mengalami flypaper effect apabila respon (belanja) daerah terhadap transfer lebih
tinggi. Sehingga dampak yang timbul dengan adanya flypaper effect adalah daerah akan kesulitan
untuk berkembang dan kesenjangan fiskal pada tiap daerah menjadi sulit untuk diatasi.
Kemudian muncul fenomena bahwa pada saat penerimaan bantuan transfer DAU besar,
pemerintah daerah kemudian menginginkan agar penerimaan DAU pada periode berikutnya tetap
besar atau malah dapat bertambah. Hal tersebut didukung oleh penelitian Ndadari dan Adi (2008)
yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah berperilaku asimetris dengan cara melakukan
manipulasi data pada jumlah pengeluaran pemerintah menjadi setinggi mungkin dan tidak
berusaha meningkatkan PAD dengan maksud supaya dapat memperoleh bantuan berupa transfer
dari pemerintah pusat. Padahal semestinya dengan adanya kebijakan bantuan transfer dana
tersebut, pemerintah daerah dapat mengalokasikan sumber dana yang diterima guna
pengembangan pada sektor-sektor produktif sehingga dapat meningkatkan investasi daerah yang
Peningkatan PAD yang seharusnya menjadi ciri kemajuan suatu daerah pada
kenyataannya belum dapat terlaksana di sejumlah daerah, dikarenakan daerah masih sering
bergantung pada dana transfer pusat. Bagi pemerintah pusat, pembagian DAU dijadikan sebagai
instrumen untuk mengatasi kesenjangan horizontal (horizontal imbalance) atau fiscal gap,
sedangkan bagi pemerintah daerah DAU digunakan sebagai sarana untuk mendukung kecukupan
Indikator keberhasilan daerah tidak hanya dilihat dari peningkatan PAD atau
pengelolaan keuangan saja tetapi juga dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal ini
dikarenakan otonomi daerah belum benar-benar diikuti dengan pelimpahan penuh dari sisi
finansial. Pemerintah pusat beranggapan bahwa politik otonomi daerah tidak harus diikuti dengan
desentralisasi fiskal. Sehingga menyebabkan kontrol pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
dari sisi finansial masih tetap ada (Saragih 2014). Lebih lanjut Brodjonegoro (2001) menyatakan
bahwa mulai tahun 2001 sebagian besar tugas pengeluaran akan ditanggung oleh pemerintah
kabupaten dan kota, namun untuk tugas pengeluaran seperti penerimaan pajak utama dari pajak
penghasilan dan pajak pertambahan nilai masih menjadi milik pusat pemerintah, sementara
pemerintah daerah hanya memiliki akses terhadap pajak daerah yang tidak signifikan. Oleh karena
itu, apabila indikator keberhasilan pemerintah daerah dilihat dari sisi finansial saja sudah tidak
relevan karena pemerintah pusat masih ikut campur tangan dalam sisi finansial. Dengan adanya
angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dapat dijadikan dasar mengukur kinerja pemerintah
pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di
Provinsi Aceh. Kemudian Rustiyaningsih dan Immanuela (2014) menyimpulkan bahwa secara
parsial PAD dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah
pada 275 kabupaten/kota di Indonesia. Hasil penelitian lainnya oleh Rukmana (2013) yang
menyatakan bahwa DAU sebagai bagian dari Dana Perimbangan berpengaruh terhadap kinerja
Namun hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim
(2008) yang menyatakan bahwa Dana Perimbangan berupa DAU tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Takalar. Kemudian diperkuat oleh Hamara
(2014) yang menyatkan bahwa Dana Perimbangan berupa DAU, DAK tidak berpengaruh
sebelumnya, sehingga peneliti bermaksud untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh
Julitawati, Darwanis dan Jalaluddin (2012) mengenai pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana
pengukuran kinerja pada penelitian ini menggunakan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
untuk mengetahui serta mengukur keberhasilan dan kinerja suatu daerah dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia. Sedangkan Dana Perimbangan yang digunakan yaitu Dana
Alokasi Umum saja. Hal ini dikarenakan, kegiatan pembiayaan pemerintah daerah lebih
Penelitian ini menambah opini audit sebagai variabel moderasi untuk mengetahui
pernyataan opini audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai tingkat kewajaran
informasi dan perbandingan keuangan ataupun kinerja pemerintah pada setiap daerah. Lebih
lanjut opini audit melalui pemeriksaan oleh BPK dimaksudkan agar transparansi dan akuntabilitas
keuangan negara dapat terwujud, dan untuk mengetahui upaya instansi pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat (Badan Pemeriksa Keuangan 2015). Kemudian Hasthoro dan
Sunardi (2016) menyatakan bahwa di dalam era reformasi sektor publik, pemerintah juga
diharapkan bisa melaporkan hasil dari program yang telah dijalankan untuk dapat dinilai apakah
pemerintah bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien. Menurut Hartati (2011), salah satu
kriteria pemeriksaan atas laporan keuangan yang dilakukan dalam rangka memberikan
pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan, yang disajikan dalam laporan keuangan salah
satunya berdasarkan pada pengungkapan yang lengkap (full disclosure). Oleh karena itu
pengungkapan (disclosure) merupakan hal yang sangat penting dalam pemeriksaan untuk
mengeluarkan opini atas laporan keuangan. Sehingga penilaian opini dapat dilihat dari
pengungkapan laporan keuangan tersebut. Dengan adanya opini audit oleh BPK sebagai variabel
moderasi dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kebijakan pengalokasian dana yang dilakukan
oleh pemerintah daerah, dengan dikaitkan antara laporan keuangan pemerintah daerah dengan
hubungan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap
kinerja pemerintah daerah. Dengan adanya opini audit oleh BPK sebagai Sehingga rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Opini Audit sebagai variabel moderasi dapat berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia? Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh PAD, DAU dan Opini Audit sebagai variabel moderasi terhadap kinerja
pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca sebagai referensi bahan penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini dapat
memberikan pedoman bagi pemerintah pusat agar dapat menindaklanjuti kinerja pemerintah
daerah dan ikut serta berperan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
bagi pemerintah daerah dapat digunakan sebagai bahan untuk evaluasi agar kedepannya menjadi
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 18 menyatakan bahwa Pendapatan Asli
Daerah selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
dapat dikatakan bahwa pendapatan asli daerah merupakan hasil dari upaya pemerintah daerah
dalam mengelola sumber kekayaan ataupun potensi yang dimiliki daerah, yang kemudian
nantinya akan digunakan sebagai pembiayaan, baik untuk belanja daerah ataupun untuk
membiayai tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh karena itu, besarnya jumlah PAD
yang dihasilkan pemerintah daerah akan menentukan kinerja keuangan daerah. Penerimaan PAD
tersebut nantinya akan digunakan untuk kegiatan pembiayaan pemerintah daerah dalam upaya
memanfaatkan potensi yang dimiliki daerahnya masing-masing agar penerimaan PAD dapat
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33
Tahun 2004). DAU yang nantinya akan dibagikan pada setiap daerah ditentukan berdasarkan
fiscal gap suatu daerah, yang merupakan selisih antara potensi suatu daerah dengan kebutuhan
daerah. Daerah yang memiliki potensi sumber kekayaan yang besar namun kebutuhan fiskalnya
kecil maka DAU yang diterima akan relatif kecil. Sebaliknya, pembagian DAU yang relatif besar
akan diberikan kepada daerah yang memiliki potensi sumber kekayaan kecil namun kebutuhan
Opini Audit
Kegiatan audit merupakan suatu bentuk pembuktian independen yang dilakukan oleh
auditor. Beberapa tujuan audit kinerja adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di
ketidakefisienan, melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal agar dapat menilai apakah
mekanisme pada pelaporan telah menyediakan informasi tentang efektivitas dan efisiensi
Opini audit BPK merupakan pernyataan profesional sebagai suatu kesimpulan pemeriksa
mengenai tingkat kewajaran informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan. Tingkat
kepercayaan pemangku kepentingan dapat berubah naik ataupun turun dengan mengetahui opini
audit yang telah disajikan oleh BPK (Masdiantini dan Erawati (2016). Auditor pemerintah harus
memberikan fakta spesifik yang berkaitan dengan sejauh mana kesalahan yang terjadi pada
sampel dalam laporan audit agar dapat memperkuat temuan auditnya. (Rahardja 2008). Dari hasil
pemeriksaan oleh BPK, seharusnya dapat dijadikan rekomendasi untuk perbaikan sistem
kedepannya, bukan hanya mengungkap “keberhasilan” laporan keuangan di suatu daerah, tetapi
juga menemukan fakta mengenai penyelewengan penggunaan dana yang menyebabkan kerugian
Setiap tahun BPK melakukan kegiatan audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) serta pemberian opini atas hasil laporan tersebut. Opini yang diberikan oleh auditor
sering dijadikan sebagai dasar dalam pengukuran kinerja pemerintah daerah, sehingga sering
timbul gejala di daerah yang terkesan memburu predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
(Suryaningsih dan Sisdyani 2016). Begitu pula menurut Marfiana dan Kurniasih (2013) bahwa
opini oleh auditor dapat menaikkan ataupun menurunkan tingkat kepercayaan pemangku
kepentingan mengenai hasil laporan atas pihak yang diaudit, dalam hal ini adalah entitas
pemerintah daerah.
Kinerja merupakan hasil suatu pencapaian yang telah direncanakan sebelumnya, baik
oleh pribadi maupun organisasi. Apabila hasil pencapaian sesuai dengan apa yang telah
direncanakan maka suatu kinerja sudah berjalan dengan baik, dan apabila hasil pencapaian
melebihi perencanaan sebelumnya maka kinerja tersebut dapat dikatakan sangat baik. Sebaliknya,
suatu kinerja dapat dikatakan buruk apabila hasil pencapaian tidak sesuai dengan perencanaan
diantaranya Mustikarini dan Fitriasari (2012) menemukan hasil penelitian bahwa tingkat
kekayaan daerah yang diukur dengan PAD, tingkat ketergantungan daerah terhadap dana dari
pemerintah pusat, temuan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berpengaruh signifikan
terhadap skor kinerja pemeirntah daerah. Kemudian Rustiyaningsih dan Immanuel (2014) juga
menyimpulkan bahwa PAD, DAU, dan hasil temuan audit berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah.
Penelitian lainnya mengenai pengukuran kinerja pemerintah daerah telah dilakukan oleh
Suryaningsih dan Sisdyani (2016) yang menyatakan bahwa variabel opini audit oleh BPK
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Apabila ditemukan opini wajar, maka semakin
pada tahun 1995 sebagai acuan standar pemeriksaan dan juga merupakan standar audit kinerja
terhadap APBN, APBD, BUMN dan BUMD, serta yayasan yang didirikan oleh pemerintah
ataupun yang menerima bantuan dari pemerintah. Audit di dalam organisasi pemerintahan bisa
dilakukan oleh badan audit pemerintahan ataupun auditor independen (Suhayati 2011).
Indikator untuk mengukur upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kinerja, dapat
menggunakan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang memuat penjelasan mengenai
bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan, antara lain pendidikan, kesehatan,
pendapatan, dan sebagainya. Di Indonesia, IPM digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja
pemerintah daerah serta alokator penentuan DAU. Selain itu, penggunaan IPM juga berguna ntuk
mengetahui serta mengukur keberhasilan pada setiap daerah kabupaten/kota di Indonesia dalam
Menurut Ridhanie (2012) , IPM merupakan suatu indeks komposit yang juga merupakan indikator
yang dapat menggambarkan pembangunan manusia secara terukur dan representative, semakin
tinggi capaian IPM di suatu negara/daerah maka akan menunjukkan pencapaian pembangunan
manusia yang semakin baik dan hal tersebut perlu dipertahankan supaya kualitas dari sumber daya
manusia menjadi produktif sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai (Putra dan Ulupui
2015).
banyak pendapatan asli daerah, maka daerah akan mampu memenuhi dan membiayai keperluan
masyarakat (Putra dan Ulupui 2015). Apabila pengalokasian dana PAD, DAU dan DAK dikelola
secara tepat, hal tersebut dapat meningkatkan PAD, DAU, dan DAK. Sehingga memungkinkan
adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan angka Indeks Pembangunan
dari besarnya kontribusi PAD kepada APBD. PAD mempengaruhi IPM dikarenakan penggunaan
PAD sebagai pembiayaan belanja daerah dapat membiayai pembangunan di sektor-sektor terkait
pembangunan manusia yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Wenny (2011) menyatakan bahwa PAD secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
parsial hanya lain-lain PAD yang sah yang mempengaruhi kinerja keuangan pada pemerintah
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, sedangkan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
perusahaan dan kekayaan daerah tidak dominan dalam mempengaruhi kinerja keuangan pada
Penelitian lainnya oleh Julitawati, Darwanis dan Jalaluddin (2012) membuktikan adanya
pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di
Provinsi Aceh, yang berjumlah 23 kabupaten/kota, terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota. Penelitian
ini mengambil data lengkap dalam laporan APBD kabupaten/kota serta laporan realisasi APBD
dalam kurun waktu tiga tahun yaitu mulai dari tahun 2009-2011. Kemudian adanya pengaruh
PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah juga terjadi di kabupaten/kota se-Sumatera Bagian
selatan periode 2011-2013 dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK). Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini
sebanyak 29 kabupaten dan kota yang terdaftar di DJPK (Abdullah, Asmawanti dan Febriansyah
2015). Lebih lanjut Rustiyaningsih dan Immanuela (2014) menyimpulkan bahwa secara parsial
PAD dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah pada 275
kabupaten/kota di Indonesia.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar kontribusi PAD dalam membiayai
belanja pemerintah dan upaya peningkatan pelayanan masyarakat, maka kinerja pemerintah
daerah dapat dikatakan semakin meningkat (Abdullah, Asmawanti dan Febriansyah 2015).
Dari latar belakang diatas, maka hipotetis yang diusulkan peneliti sebagai berikut:
H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
DAU yang bersumber dari pemerintah pusat digunakan sebagai pembiayaan kebutuhan
daerah untuk dalam rangka desentralisasi. Hal tersebut, berarti bahwa DAU dapat digunakan oleh
pemerintah daerah untuk memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat sehingga dapat
menciptakan hidup yang sehat dan harapan hidup yang panjang (Harahap 2011).
positif terhadap kinerja keuangan pada 333 kabupaten/kota di Indonesia, penelitian tersebut
penyelenggaraan pemerintah daerah. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Julitawati, Darwanis
dan Jalaluddin (2012) membuktikan bahwa DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan
periode waktu dari tahun 2009-2011. Hasil penelitian tersebut selaras dengan penelitian
Mustikarini dan Fitriasari (2012) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan tingkat
ketergantungan pada pemerintah pusat terhadap kinerja pemerintah daerah pada 275
kabupaten/kota di Indonesia. Kemudian diperkuat oleh Rukmana (2013) yang menyatakan bahwa
DAU sebagai bagian dari Dana Perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan di Provinsi
Riau.
Semakin besar penerimaan DAU maka pengawasan pemerintah pusat akan semakin ketat
(Mustikarini dan Fitriasari 2012). Dengan demikian, adanya penerimaan DAU yang besar akan
daerah secara efektif dan efisien. Sehingga terjadi peningkatan kinerja pemerintah daerah.
Dari latar belakang diatas, maka hipotetis yang diusulkan peneliti sebagai berikut:
H2 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab negara. Hasil pemeriksaan keuangan yang dihasilkan
oleh BPK berupa hasil opini audit, temuan audit, kesimpulan audit, serta rekomendasi yang
dituangkan dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS). Pada penelitian ini menggunakan
variabel hasil audit oleh BPK yang berupa opini audit. Opini audit yang disampaikan oleh BPK
dijadikan acuan sebagai penilaian untuk mengetahui tingkat materialitas penyajian laporan
keuangan pada setiap daerah dan upaya peningkatan kinerja pemerintah daerah. Hal ini kemudian
diperkuat oleh penelitian Artha, Basuki dan Alamsyah (2015) bahwa pengawasan terhadap
pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan untuk memastikan bahwa tidak terjadi
pelanggaran ataupun penyelewengan terhadap peraturan yang berlaku. Sehingga dengan adanya
pemeriksaan oleh auditor tersebut diharapkan dapat mempengaruhi pemerintah daerah dalam
menyatakan bahwa hasil audit atau hasil oleh BPK pada 275 kabupaten/kota di Indonesia secara
bersama-sama variabel ukuran/size pemerintah daerah, PAD, belanja daerah, pinjaman, DAU,
jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil penelitian
tersebut selaras dengan Suryaningsih dan Sisdyani (2016) yang menyatakan bahwa opini audit
BPK berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota pada tahun 2013 dengan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa apabila ditemukan opini wajar oleh BPK di suatu
pemerintah daerah, maka kinerja pemerintah daerah tersebut dapat dikatakan semakin baik
(Suryaningsih dan Sisdyani 2016). Dengan adanya opini audit juga dapat mempengaruhi
interaksi antara PAD terhadap kinerja pemerintah daerah serta DAU terhadap kinerja pemerintah
daerah , dikarenakan opini audit memuat tentang hasil pemeriksaan mengenai kewajaran laporan
Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Hasthoro dan Sunardi (2016) menyebutkan
bahwa dalam era reformasi sektor publik pemerintah diharapkan melaporkan hasil dari program
yang telah dijalankan untuk dapat dinilai apakah pemerintah bekerja secara ekonomis, efektif dan
efisien. Sehingga dengan adanya opini audit, dapat mendorong kinerja pemerintah daerah menjadi
lebih baik khususnya pengelolaan keuangan daerah seperti PAD dan DAU .
Dari latar belakang diatas, maka hipotetis yang diusulkan peneliti sebagai berikut:
H3a: Hasil Opini Audit berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
H3b: Interaksi Pendapatan Asli Daerah dan Opini Audit berpengaruh positif terhadap
H3c: Interaksi Dana Alokasi Umum dan Opini Audit berpengaruh positif terhadap kinerja
pemerintah daerah.
3. Metoda Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh PAD (X1), DAU (X2), dan Opini Audit (X3) sebagai
variabel moderasi terhadap kinerja pemerintah daerah (Y). Berdasarkan uraian diatas, maka
penelitan yang dilakukan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan data
yang bersumber dari website resmi BPS dan BPK.. Sedangkan objek penelitian yang digunakan
Penelitian ini menggunakan data sekunder mulai tahun 2011-2015 dari Pemerintah
kabupaten/kota di Indonesia. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
website resmi instansi terkait. Untuk variabel PAD, DAU , dan data Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) sebagai pengukuran kinerja pemerintah daerah, menggunakan sumber data
Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota yang diperoleh dari situs resmi Badan Pusat
Statistik (BPS). Kemudian untuk Opini Audit oleh BPK diperoleh dari Ikhtisar Hasil
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 514 pemerintah kabupaten/kota di
Indonesia pada tahun 2011-2015 (Badan Pusat Statistik 2015). Sedangkan untuk pengambilan
sampel yang dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Hal tersebut dikarenakan
pemilihan sampel yang dipilih berdasarkan kelengkapan sampel yang telah ditentukan. Sampel
2. Opini Audit tahun sebelumnya pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester pada tahun
3. Data Indeks Pengembangan Manusia (IPM) dari tahun 2011-2015 yang dipublikasikan
oleh BPS.
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kinerja pemerintah daerah.
Sedangkan variabel bebas (independent variable) adalah PAD, DAU. Kemudian variabel
Indikator pengukuran kinerja pemerintah daerah pada penelitian ini menggunakan angka
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dibentuk oleh tiga dimensi dasar yaitu, umur
panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Dimensi yang pertama,
mengenai umur panjang dan hidup sehat dapat diukur dengan menggunakan indikator
Angka Harapan Hidup (AHH) yang mempresentasikan aspek kesehatan. Semakin tinggi
Dimensi yang kedua, mengenai pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan Angka
Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Kemudian terakhir adalah
dimensi yang ketiga, mengenai standar hidup layak dapat diukur dengan indikator
pengeluaran per kapita per tahun yang telah disesuaikan dan menggambarkan tingkat
Data PAD yang digunakan dalam penelitian ini dapat diperoleh dari Data Statistik
dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan Lain-lain
PAD yang sah. Untuk mengetahui total PAD pada setiap daerah, dapat menggunakan
rumus:
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah + Lain-
Pengukuran jumlah DAU yang diterima oleh pemerintah daerah pada tahun anggaran
dapat menggunakan satuan Rupiah (Rp). Untuk dapat mengetahui jumlah DAU yang
3. Variabel Moderasi
Opini Audit
Penelitian ini menggunakan opini audit oleh BPK pada setiap pemerintah kabupaten/kota
publik oleh organisasi sektor publik semakin menguat. Oleh karena itu, diperlukan
adanya bukti yang menggambarkan upaya kinerja pemerintah daerah baik dalam hal
keuangan maupun non keuangan melalui pelaksanaan kegiatan audit oleh BPK.
d. Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP DPP), diberi skor = 4
Jadi, apabila skor dari opini audit yang dihasilkan semakin tinggi maka kinerja
Metode Analisis data pada penelitian ini adalah metode analisis regresi linear berganda. Sebelum
melakukan pengujian hipotesis, peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Sedangkan
untuk pengolahan dan analisis data menggunakan software SPSS 22.0 for Windows.
4.1. Hasil
Jumlah sampel data kabupaten/kota yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak
1135, mulai dari tahun 2011-2015 dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Sampel yang diambil
karakteristik setiap variabel penelitian. Karakteristik tersebut dapat dijelaskan melalui tabel
berikut ini:
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai
variabel dependen memiliki nilai minimum sebesar 3,94, nilai maksimum sebesar 4,44, mean
Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki mean sebesar 25,0289 dengan nilai minimum sebesar
22,3, PAD maksimum sebesar 28,25 dan standar deviasi sebesar 1,03925. Dana Alokasi Umum
(DAU) memiliki mean sebesar 26,9999 dengan nilai minimum sebesar 26,06 , nilai maksimum
Opini Audit memiliki mean sebesar 3,22 dengan nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum
sebesar 5 dan standar deviasi sebesar 1,993. Semakin tinggi skor yang di dapat maka tingkat
kewajaran laporan keuangan semakin baik. Variabel moderasi PAD x Audit memiliki mean
sebesar 45,1227 dengan nilai minimum sebesar 15,48, nilai maksimum sebesar 65,03, dan standar
deviasi sebesar 10,32307. Variabel moderasi DAU x Audit memiliki mean sebesar 48,5758
dengan nilai minimum sebesar 18,17, nilai maksimum sebesar 64,15 dan standar deviasi sebesar
10,64268.
Sebelum dilakukan analisia regresi berganda untuk pengujian hipotesis, serangkaian pengujian
terhadap data penelitian. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa data penelitian layak
untuk diuji dengan pendekatan multivariat dengan menggunkan regresi berganda. Pengujian
hipotesis dengan menggunakan regresi berganda tampak dalam tabel 3 berikut ini
Persamaan (1)
Variabel Unstandardized Standardized t. Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Eror Beta
(Constant) 5,389 0,159 - 33,852 0,000
PAD 0,065 0,003 0,810 23,367 0,000
DAU -0,105 0,007 -0,481 -14,181 0,000
Opini Audit 0,018 0,005 0,085 3,401 0,001
R2 0,362
Adjusted R2 0,361
F Hitung 213,579
Sig. F 0,000
Sumber: Data Sekunder, diolah 2017
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05,
maka hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi kinerja pemerintah daerah yang diukur dengan angka IPM atau dapat dikatakan
variabel PAD, DAU, dan Opini Audit berpengaruh terhadap variabel dependen nya yaitu IPM.
Sedangkan, Adjusted R2 sebesar 0,361 yang mempunyai arti bahwa 36,1 % perubahan
IPM dapat dijelaskan oleh variabel PAD, DAU, Opini Audit. Sedangkan sisanya 63,9 % dapat
Persamaan (2)
Variabel Unstandardized Standardized t. Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Eror Beta
(Constant) 2,005 0,725 - 2,766 0,006
PAD 0,011 0,012 0,142 0,919 0,358
DAU 0,070 0,033 0,320 2,093 0,037
Opini Audit 1,940 0,398 8,947 4,872 0,000
PAD x Audit 0,031 0,007 3,753 4,499 0,000
DAU x Audit -0,100 0,019 -12,566 -5,372 0,000
R2 0,379
Adjusted R2 0,376
F Hitung 137,290
Sig. F 0,000
Sumber: Data Sekunder, diolah 2017
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa p-value untuk variabel moderasi yaitu PAD x
Audit dan DAU x Audit sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis alternatif diterima.
Hal ini berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja pemerintah daerah yang
diukur dengan angka IPM atau dapat dikatakan bahwa variabel moderasi berpengaruh terhadap
Sedangkan, Adjusted R2 sebesar 0,376 yang mempunyai arti bahwa 37,6 % perubahan
IPM dapat dijelaskan oleh variabel moderasi. Sedangkan sisanya 62,4 % dapat dipengaruhi oleh
variabel lain diluar model. Adjusted R2 pada model persamaan kedua mengalami kenaikan sebesar
IPM = 2,005 + 0,011 PAD + 0,070 DAU + 1,940 Audit + 0,031 (PAD*Audit) –
0,100 (DAU*Audit)
4.2. Pembahasan
Hasil hipotesis pertama (H1) diperoleh hasil nilai tingkat signifikan uji t untuk variabel
PAD sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar 0,065. Hal ini
dapat diartikan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan pada angka
semakin tinggi PAD yang dimiliki oleh suatu daerah maka angka IPM yang dihasilkan akan
semakin tinggi. Hal tersebut mempunyai arti apabila semakin tinggi PAD, maka kinerja
pemerintah daerah dapat dikatakan semakin baik dalam membiayai kebutuhan masyarakat daerah
antara lain dalam hal pendidikan, kesehatan serta sektor-sektor pembangunan lainnya dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup manusia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rustiyaningsih dan Immanuela (2014) yang membuktikan adanya pengaruh PAD
Hasil hipotesis kedua (H2) diperoleh hasil nilai tingkat signifikansi uji t untuk variabel
DAU sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar -0,105. Hasil ini
menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh negatif dan signifikan pada angka IPM,
sehingga H2 ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi DAU yang diterima
dari pemerintah pusat kepada suatu daerah, maka angka Indeks Pembangunan Manusia pada
daerah tersebut akan semakin menurun. Hal tersebut berarti bahwa transfer DAU yang diberikan
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, tidak dapat meningkatkan kinerja pemerintah
daerah. Adanya transfer DAU dari pemerintah pusat, menyebabkan pemerintah daerah lebih
bergantung pada DAU, sehingga kinerja pemerintah daerah semakin menurun, dengan dibuktikan
dengan adanya transfer DAU yang semakin meningkat dari tahun 2011-2015 pada data Statistik
Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lugastoro dan Ananda (2012) dan Budi (2017) yang menyatakan bahwa DAU
mengatakan bahwa adanya peningkatan transfer DAU tetapi menyebabkan penurunan IPM,
disebabkan oleh komponen alokasi dasar masih menjadi menjadi komponen utama yang
mendominasi keseluruhan DAU yang diterima oleh daerah. Alokasi dasar yang dimaksud yaitu
merupakan alokasi anggaran yang digunakan untuk belanja pegawai daerah. Padahal semestinya
dengan adanya kebijakan bantuan transfer dana tersebut, pemerintah daerah dapat
mengalokasikan sumber dana yang diterima guna pengembangan pada sektor-sektor produktif.
Hasil hipotesis ketiga (H3a) diperoleh hasil nilai tingkat signifikan uji t untuk variabel
Opini Audit sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai koefisien sebesar 0,018. Hal ini
menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh positif dan signifikan pada angka Indeks
Pembangunan Manusia, sehingga H3a diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin
tinggi skor opini audit yang dimiliki oleh suatu daerah maka angka IPM yang dihasilkan akan
semakin tinggi. Sehingga opini audit dikatakan dapat mempengaruhi kinerja pemerintah daerah.
Semakin baik opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah maka penyelenggaraan kinerja
pemerintah daerah tersebut akan semakin baik. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kusumawardani (2015) dan (Masdiantini dan Erawati (2016) yang menyatakan
bahwa opini audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Hasil hipotesis ketiga untuk variabel moderasi (H3b) diperoleh hasil nilai tingkat
signifikansi uji t untuk variabel pemoderasi opini audit mempengaruhi hubungan antara PAD
dengan IPM sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai koefisien sebesar 0,031, sehingga
H3b diterima. Hal ini menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh positif dan signifikan sehingga
dapat memoderasi hubungan PAD pada IPM. Hasil penelitian ini memiliki arti bahwa semakin
tinggi skor opini audit maka pengaruh PAD pada IPM semakin meningkat. Keadaan ini
menunjukkan bahwa dengan adanya opini audit dapat mendorong kinerja pemerintah daerah
menjadi meningkat dengan diikuti peningkatan PAD yang kemudian di alokasikan ke sektor-
sektor produktif IPM, antara lain pendidikan, kesehatan, dan sektor pembangunan manusia
lainnya. Hal ini dikarenakan adanya pemeriksaan oleh BPK dalam bentuk opini audit
dimaksudkan agar transparansi dan akuntabilitas keuangan negara dapat terwujud (Badan Pusat
Statistik 2015). Selain itu, opini audit juga sebagai bentuk penilaian apakah pemerintah sudah
Hasil hipotesis ketiga untuk variabel moderasi (H3c) diperoleh hasil nilai tingkat
signifikansi uji t untuk variabel pemoderasi opini audit mempengaruhi hubungan antara DAU
dengan IPM sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai koefisien sebesar -0,100. Hal
ini menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh signifikan dan dapat memoderasi hubungan
DAU pada IPM dengan arah yang negatif, sehingga H3c ditolak. Hasil penelitian ini memiliki arti
bahwa semakin tinggi skor opini audit maka pengaruh DAU pada IPM semakin menurun.
Keadaan ini menunjukkan bahwa dengan adanya opini audit mendorong pemerintah daerah lebih
berupaya meningkatkan PAD sebagai pembiayaan kebutuhan daerahnya dan pengalokasian dana
menggunakan DAU yang berasal dari pemerintah pusat. Sehingga dengan ada atau tidaknya
opini audit, penggunaan DAU tidak mempengaruhi keputusan pemerintah daerah untuk lebih
5.1. Simpulan
Berdasarkan dari analisis data dan pembahasan, maka simpulan yang diperoleh adalah
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah
kabupaten/kota di Indonesia tahun 2011-2015. Dana Alokasi Umum berpengaruh negatif dan
Opini Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah
kabupaten/kota di Indonesia tahun 2011-2015. Interaksi Pendapatan Asli Daerah dan Opini Audit
Indonesia tahun 2011-2015. Interaksi Dana Alokasi Umum dan Opini Audit berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2011-2015.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data yang digunakan hanya sampai tahun 2015
dikarenakan data yang terbaru belum tersedia, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menggunakan data yang terbaru. Variabel bebas dan variabel moderasi yang digunakan
dalam penelitian ini hanya dapat menerangkan sebagian kecil dari variabel terikat, sisanya dapat
diterangkan oleh variabel lain diluar model. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya disarankan
dapat menggunakan variabel lain yang lebih relevan sebagai pengukuran kinerja pemerintah
daerah. Variabel moderasi hasil audit yang digunakan di penelitian ini hanya menggunakan opini
audit dikarenakan kelengkapan data hasil audit yang lain belum memadai, sehingga untuk
penelitian selanjutnya disarankan dapat menggunakan hasil audit yang lainnya seperti temuan
audit, dan kesimpulan audit. Untuk penggunaan variabel opini audit terkait dengan adanya kasus
manipulasi opini audit BPK di beberapa daerah pada tahun 2014, diharapkan untuk penelitian
selanjutnya dapat mengamati ataupun menggunakan opini audit secara berkelanjutan agar dapat
melihat perbedaan hasil opini audit dari tahun ke tahun untuk lebih mewaspadai adanya dugaan
manipulasi hasil opini audit. Objek penelitian yang digunakan hanya menguji pada tingkat
kabupaten dan kota saja, untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat menggunakan data
pemerintah daerah pada tingkat provinsi. Kemudian untuk saran yang dapat direkomendasikan
kepada pemerintah daerah, yaitu sebaiknya dapat memanfaatkan sumber sumber potensi dan
sektor ekonomi daerah agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat meningkat sehingga daerah
akan lebih mandiri dan dapat mendanai kegiatan pembiayaan daerahnya sendiri. Sedangkan untuk
penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) sebaiknya dapat dimanfaatkan sebijak mungkin agar
ketimpangan yang terjadi antar daerah dapat segera teratasi dan kegiatan prasarana publik dapat
6. Daftar Pustaka
Abdullah, Dri Asmawanti, dan Febriansyah. 2015. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, dan Alokasi Khusus terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Angelina, Novita, dan Irsutami. 2014. “Hubungan Antara Opini Audit Atas Laporan Keuangan
Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) dengan kinerja
Apriliawati, Kiki Ninda, dan Nur Handayani. 2016. “Pengaruh PAD dan DAU Terhadap Belanja
Daerah Pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur.” Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume
5 No.2 1-16.
Apriliawati, Kiki Ninda, dan Nur Handayani. 2016. “Pengaruh PAD dan DAU terhadap Belanja
Daerah pada Kabupaten/kota di Jawa Timur.” Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 5
No.2 1-16.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV.
Artha, Risma Diri, Prayitno Basuki, dan Alamsyah. 2015. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Intergovernmental Transfers in Asian Countries : Issues and Practices Asian Tax and
35.
Budi, Aris Setia. 2017. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja
Budianto. 2012. Pengaruh Opini, Temuan Audit, dan Gender Terhadap Kierja Penyelenggaraan
Budianto, dan Stanly W Alexander. 2016. “Pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap
Calvin, Yesdi Christian, dan Lia Yuliana. 2016. “Deteksi Ilusi Fiskal pada Keuangan Daerah
Kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur tahun 2008-2013.” Jurnal Ilmiah WIDYA 152-
159.
Dengah, Stefandy, Vicky Rumate, dan Audie Niode. 2014. “Analisis Pengaruh Pendapatan
Perkapita dan Jumlah Penduduk terhadap Permintaan Perumahan Kota Manado Tahun
Ekawarna, Shita Unjaswati. 2017. “Analisis Flypaper Effect pada Belanja Daerah (Studi
Hamara, Krisna Dwipayana. 2014. “Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah
Harahap, Riva Ubar. 2011. “Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana
Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Kab./kota Propinsi Sumatera
Hartati, Yenni. 2011. “Analisis Pengungkapan Laporan Keuangan Opini Wajar Tanpa
Hasthoro, Handoko A, dan Sunardi. 2016. “Tata Kelola Publik dan Kinerja Keuangan Pemerintah
Jensen, Michael C, dan William H Meckling. 1976. “Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Julitawati, Ebit, Darwanis, dan Jalaluddin. 2012. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Provinsi Aceh.” Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Volume 1 No.
1 15-29.
Khoiri, Rifki Hasan Al. 2015. “Flypaper Effect dan Belanja Daerah di Provinsi Jawa Barat.”
Kuncoro, Haryo. 2007. “Perilaku Asimetris Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten Atas
Perubahan Besaran Transfer dari Pemerintah Pusat.” The 1st Accounting Conference
Kusumadewi, Dyah Ayu, dan Arief Rahman. 2007. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada
Kusumawardani, Tri. 2015. Pengaruh Opini dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja
Maimunah, Mutiara. 2006. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi UMUM (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera.”
2006.
Marfiana, Nandhya, dan Lulus Kurniasih. 2013. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan
Marfiana, Nandhya, dan Lulus Kurniasih. 2013. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan
Marliana, Mukhtaruddin, dan Ika Sasti Ferina. 2012. “Analysis of Flypaper Effect Revenue
Sharing Fund (DBH) and Regionally Generated Revenue (PAD) Toward Capital
Masdiantini, Putu Riesty, dan Ni Made Adi Erawati. 2016. “Pengaruh Ukuran Pemerintah
Daerah, Kemakmuran, Intergovernmental Revenue, Temuan dan Opini Audit BPK Pada
Mulya, Rahmatul, dan Bustamam. 2016. “Pengaruh Flypaper Effect pada dana alokasi umum
(DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Banda
Aceh (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Banda Aceh Tahun 2008-2014).” Jurnal
Munir, Misbahul, dan Nera Mandira Mahdar. 2016. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah.” Jurnal Bisnis dan
Mustikarini, Widya Astuti, dan Debby Fitriasari. 2012. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/kota di
Ndadari, Laras Wulan, dan Priyo Hari Adi. 2008. “Perilaku Asimetris Pemerintah Daerah
Ndadari, Laras Wulan, dan Priyo Hari Adi. 2008. “Perilaku Asimetris Pemerintah Daerah
Nurdini, Rini, Adi Wiratno, dan Yusriati Nur Farida. 2014. “Analisis Flypaper Effect pada Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH), dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah (BD) Kabupaten/kota di Jawa
—. 2004. “Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 18 mengenai Pendapatan Asli
Putra, Putu Gde Mahendra, dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2015. “Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan
Rahim, Syamsuri. 2008. “Analisis Strategi Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan
Rahmawati, Luluk Atika, dan Bambang Suryono. 2015. “Flypaper Effect Dana Alokasi Umum
dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah.” Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Ridhanie, Azhar. 2012. “Kinerja Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Terhadap
Kualitas Pembangunan Manusia.” Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume
1 Edisi 2 73-92.
Rukmana, Wan Vidi. 2013. “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana Perimbangan
Rustiyaningsih, Sri, dan Intan Immanuela. 2014. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Sagbas, Iga, dan Naci Tolga Saruc. 2004. “Intergovernmental Transfers and The Flypaper Effect
in Turkey.” 1-22.
Saragih, Juli Panglima. 2014. “Politik Desentralisasi Fiskal: Permasalahan Dalam Implementasi
Sugiarthi, Ni Putu Dwi Eka Rini, dan Ni Luh Supadmi. 2014. “Pengaruh PAD, DAU, dan Silpa
Suhayati, Ely. 2011. “Optimalisasi Kinerja Pemerintah Daerah Melalui Audit Performance.”
Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan, Prinsip, dan Operasionalnya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sularso, Havid, dan Yanuar E Restianto. 2011. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi
Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota di Jawa Tengah.” Media Riset
Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta:
Andi.
Suryaningsih, Ni Made, dan Eka Ardhani Sisdyani. 2016. “Karakteristik Pemerintah Daerah dan
Wandansari, Nini D. 2013. “Perlakuan Akuntansi Atas PPh Pasal 21 pada PT Artha Prima Finance
Wenny, Cherrya Dhia. 2011. “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Selatan.”
7. Daftar Lampiran
1. Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
2. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficien Collinearity
Coefficients ts Correlations Statistics
3. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
1 137,29
,615a ,379 ,376 ,06644 ,379 5 1126 ,000 ,352
0
4. Uji Heterokedastisitas
Correlations
Unstandard
PAD X DAUX ized
PAD DAU AUDIT AUDIT AUDIT Residual
Spearman's PAD Correlation
1,000 ,693** ,322** ,708** ,550** -,011
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,000 ,000 ,723
N 1132 1132 1132 1132 1132 1132
DAU Correlation
,693** 1,000 ,264** ,512** ,658** -,018
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 . ,000 ,000 ,000 ,538
N 1132 1132 1132 1132 1132 1132
AUDIT Correlation
,322** ,264** 1,000 ,856** ,858** ,003
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 . ,000 ,000 ,922
N 1132 1132 1132 1132 1132 1132
PAD X Correlation
,708** ,512** ,856** 1,000 ,904** -,018
AUDIT Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 . ,000 ,553
N 1132 1132 1132 1132 1132 1132
DAU X Correlation
,550** ,658** ,858** ,904** 1,000 -,016
AUDIT Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 . ,588
N 1132 1132 1132 1132 1132 1132
Unstanda Correlation
-,011 -,018 ,003 -,018 -,016 1,000
rdized Coefficient
Residual Sig. (2-tailed) ,723 ,538 ,922 ,553 ,588 .
N 1132 1132 1132 1132 1132 1132
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).