Anda di halaman 1dari 44

A.

JUDUL PENELITIAN
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri berbasis ICARE
berbantuan Book Creator untuk Maningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa dan Efikasi Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Blahbatuh
B. IDENTITAS PENELITI
Nama : Ni Putu Candra Cahyani
NIM : 2023011006
Jurusan : S2 Pendidikan Matematika
Fakultas : Pascasarjana Undiksha
C. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan suatu usaha sadar
danterencana unntuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekutan spriritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlah
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara”. Dari pengertian tersebut dapat kita lihat bahwa pendidikan sangat
berperan penting dalam mengembangkan SDM yang baik dan berkualitas.
Oleh karena itu, penting adanya peningkatan mutu pendidikan. Berbagai
perubahan-perubahan sudah dilakukan oleh pemerintahan Indoensia dalam dunia
pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum yang dilakukan. Misalnya
penyempurnaan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Penyempurnaan ini
tentunya dilakukan dari hasil evaluasi program pendidikan yang dilakukan oleh
masing-masing lini pendidikan yang ada. Dalam penyempurnaan tentunya tidak
hanya dpat dilakukan pemerintah dengan keputusan yang diberika. Namun peran
guru sangat perlu diperhatikan.
Dengan berlakukanya kurikulum 2013 yang menekankan pada “student center”
(pembelajaran berpusat pada siswa), maka siswalah yang menjadi tokoh utamanya
dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan
mediator dalam kegiatan pembelajaran. Ditambah lagi dengan adanya
perkembangan IPTEK, pembelajaran dengan kurikulum 2013 menuntut dunia
pendidikan untuk lebih dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam
belajar sehingga dapat mengahsilkan SDM yang berkualitas.
Pembelajaran matematika juga mengalami penyempurnaan yang sejalan
dengan kurikulum 2013 yang diberlakukan yaitu “student center” dengan
memanfaatkan teknologi yang ada. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
universal yang dapat mendasari ilmu pengetahuan lainnya, seperti ilmu teknologi
dan informasi. Selain itu matematika dikatakan mata pelajaran pokok, karena dapat
dilihat bahwa matematika dibelajarkan dari tingkat usia dini hingga pendidikan
tinggi. Keberadaan matematika juga tidak bisa dipandang sebelah mana pada dunia
masyarakat. Maka dari itu kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika
sangat perlu ditingkatkan. Kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan
permasalahan dalam matematika merupakan kunci keberhasilan siswa dalam
belajar matematika. Namun pendidikan Indonesia di bidang matematika masih
memerlukan banyak perhatian. Dapat dilihat melalui peringkat kemampuan
matematika siswa di Indonesia menurut hasil studi PISA 2018 yang dirilis pada
tahun Desember 2019, menempati peringkat 73 dari 79 negara, dengan rata-rata
nilai 379 dengan skor rata-rata PISA 487 (OECD, 2019). Dari hasil studi tersebut,
dapat ditunjukkan bahwa kemampuan siswa Indoensia dalam bidang matematika
masih dapat dikatakan kurang.
Untuk menciptakan pembelajaran matematika yang efektif dan efisien. Maka
diperlukannya persiapan yang baik dari semua unsur yang ada. Terdapat tiga unsur
terciptanya pembelajaran yang baik di kelas, yaitu guru, siswa, dan karakteristik
materi yang dibelajarkan. Namun tentunya masih ditemukannya permasalahan-
permasalahan yang terjadi saat kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung.
Permasalahan-permasalahan ini terjadi karena disebabkan oleh tiga unsur dalam
kegiatan pembelajaran itu, yaitu guru, siswa, dan karakteristim materi.
Dari sisi guru, untuk menjadikan kegiatan pembelajaran lebih efektif dan
efisien, guru harus mampu mempersiapkan dirinya dengan baik melalui perangkat
pembelajaran yang baik. Menurut Suhadi (2007), perangkat pembelajaran terdiri
atas bahan ajar, media, petunjuk, alat, serta pedoman yang dapat digunakan selama
pembelajaran berlangsung. Sehingga isi dari perangkat pembelajaran yang harus
disiapkan dengan baik oleh guru yaitu, buku siswa, buku petunjuk guru, LKS, RPP,
media pembelajaran, selain itu pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggali dan
mengarahkan serta motivasi juga perlu dipersiapkan oleh guru. Namun masih
ditemukannya permasalahan yang terjadi yang disebabkan oleh guru, seperti kurang
siapnya guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran yang inovatif. Guru masih
berpedoman dengan satu sumber ajar yaitu buku paket. Di zaman digital seperti ini,
masih ada beberapa guru yang belum memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, sehingga kurang bervariasinya proses pembelajaran. Penggunaan
media elektronik sudah mulai dilakukan, namun hanya sebatas penilaian dan
pengisian daftar hadir. Untuk pemanfaatan media dalam penyajian bahan ajar yang
atraktif masih belum ditemukan
Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru matematika di SMA Negeri 1
Blahbatuh mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa, diperoleh informasi
yaitu sulitnnya mengarahkan siswa yang masih mengalami kesulitan saat
berhadapan dengan soal pemecahan masalah. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam
memecahkan masalah matematika dikatakan beragam, seperti siswa sulit
memahami maksud dari soal yang diberikan, siswa sulit dalam mengubah soal
tersebut ke dalam bentuk operasional (memodelkan matematika), dan siswa
bingung pada langkah-langkah pemecahan masalah. Ketika siswa diberikan soal
rutin mereka paham untuk menyelesaiakan, namun ketika diberikan soal penalaran
siswa bingung dalam menyelesaikannya.
Dari sisi siswa, untuk keberhasilan pembelajaran matematika yang dilakukan
oleh siswa, maka siswa sendirilah yang harus lebih berupaya dalam belajar. Artinya
siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan barunya hingga menjadikan
pembelajaran jadi bermakna. Wawancara yang diperoleh dari beberapa siswa di
SMA Negeri 1 Blahbatuh melalui Google Form mengenai matematika dan
kemampuan pemecahan masalah yaitu siswa sulit menerjemahkan permasalahan
matematika ke dalam bentuk operasional, bingung menggunakan rumus yang mana,
ragu dengan operasi hitungnya, bingung menentukan variabel yang ditanyakan oleh
soal. Namun ada juga siswa yang memberi pendapat bahwa, matematika akan
senang dipelajari ketika siswa tersebut dapat memecahkan masalah yang diberikan.
Dari sisi karakteristik materi, guru harus mengetahui karakteristik materi yang
akan dibelajarkan kepada siswanya. Bahan ajar dan media apa yang dapat
dikombinasikan agar pembelajaran sesuai dengan beragam karekateristik yang
dimiliki oleh siswa. Selain itu model pembelajaran yang diterapkan juga harus
sesuai dengan materi yang diajarkan dan tujuan yang ingin dicapai dari materi yang
diajarkan. Dengan bahan ajar, media, dan model pembelajaran yang sesuai dengan
materi dan keragaman siswa, maka pembelajaran akan berjalan lebih efektif,
efisien, dan bermakna.
Selain itu, siswa harus memiliki keyakinan akan kemampuan dalam
mempelajari materi yang dipelajarinya. Ketika siswa yakin akan dirinya, maka
siswa akan dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal. Hal ini tentunya
berkaitan dengan tingkat efikasi diri siswa dalam belajar matematika. Tidak jarang
siswa merasa takut ketika belajar matematika. Menganggap dirinya sudah tidak bisa
mengikuti pembelajaran matematika. Sedangkan ada siswa yang sudah memiliki
efikasi diri yang tinggi ketika belajar matematika, sehingga dia dapat menyakini
kemampuannya ketika diminta untuk menyelesaikan tugas dari tingkat mudah
hingga sulit. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Somawati (2018) dengan judul “Peran Efikasi Diri (Self Efficacy) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika” yang mendapatkan hasil bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara efikasi diri terhadap pemecahan masalah
matematika. Hal ini berarti bahwa dalam menyelesaiakan maslah matematika,
semakin tinggi efikasi diri siswa, maka semakin tinggi kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika. Maka dari itu pentingnya mengetahui efikasi
diri siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga guru maupun siswa dapat
mengetahui solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efikasi diri sisiwa
dalam belajar matematika.
Berdasarkan pemaparan di atas dan hasil studi PISA 2018, dalam penelitian ini
akan mengembangkan perangkat pembelajaran yang meliputi buku siswa dan buku
petunjuk guru berbasis model pembelajaran ICARE berbantuan Book Creator.
Materi yang akan digunakan yaitu trigonometri kelas X, karena karakteristik materi
trigonomteri itu sendiri memerlukan daya visualisasi siswa. Hal ini didukung
setelah dilakukan survey secara acak kepada 19 siswa SMA Negeri 1 Blahbatuh
mengenai materi yang sulit dipelajari yaitu, Trigonometri berada di peringkat satu
seperti berikut ini.
Selain itu pengaplikasi trigonometri bisa dijumpai pada kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran ICARE memiliki lima langkah yaitu Introduction,
Connection, Apply, Reflect, dan Extend. Pertama introduction, tahap pendahuluan
ini siswa diberikan permasahalan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari. Kemudian kedua Connection, guru mengajar siswa
untuk mengingat kembali atau mengaitkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya. Pada tahap ini, media pembelajaran
dapat digunakan sebagai media eksplorasi siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuan barunya. Media eksplorasi dalam penelitian ini yaitu melalui
GeoGebra yang disisipkan di buku siswa yang dibuat pada Book Creator. Setelah
siswa mampu mengkostruksi pengetahuan barunya dari hasil eksplorasinya,
kemudian tahap ketiga Apply, yaitu siswa mengaplikasikan pengetahuan yang
diperolehnya dalam menyelesaiakan permasalahan yang diberikan. Siswa
merencanakan dan menyelesaiakan prosedur pemecahan masalah terkait
permasaalahan yang diberikan. Setelah siswa dapat menyelesaiakannya, langkah
keempat Reflect, yaitu siswa diajak mengecek kembali penyelesaian yang
diperolehnya tahap demi tahap kemudian mempresentasikannya di depan kelas
untuk menyamakan persepsi dari seluruh siswa ketika terdapat perbedaan.
Kemudian setelah melakukan refleksi, masuk ke tahap lima Extend, yaitu guru
memberikan kuis sebagai rangkaian evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh siswa
memahami materi yang dipelajari dan mampu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan materi yang dipelajarinya. Selain itu, guru dapat memberikan permasalahan
yang sifatnya pengayaan untuk memperluas dan memperkuat pengetahuannya.
Penggunaan perangkat pembelajaran dan model yang tepat dapat memberikan
motivasi kepada siswa untuk belajar. Penggunaan Book Creator sebagai “tool”
penyajian bahan ajar dalam bentuk buku siswa yang atraktif dapat menarik
perhatian siswa dalam belajar. Karena dalam buku siswa berbatuan Book Creator
ini siswa dapat mempelajari materi, mengeksplor pengetahuan yang dipelajari
(melalui geoGebra), menonton video pembelajaran, dan melakukan penilaian diri
(melalui GeoGebra atau Google Form). Penggunaan aplikasi-aplikasi ini sejalan
dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang ada.
Dengan demikian, siswa dapat memperoleh pengetahuannya dengan cara
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan perangkat pembelajaran yang
disipakn dengan baik oleh guru, juga diselipkan motivasi oleh guru. Sehingga
pembelajaran yang diikuti oleh siswa dapat bermakna dan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika dan efikasi diri siswa dalam belajar
trigonometri. Apabila siswa sudah mampu memecahkan masalah dan
meningkatkan efikasi dirinya saat belajar matematika, maka untuk belajar
matematika kedepannya siswa akan lebih termotivasi dan lebih siap dalam
mempelajari materi matematika selanjutnya.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dengan cara mengembangkan perangkat pembelajaran
trigonomteri berbasis model ICARE berbantuan Book Creator untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan meningkatkan efikasi diri
siswa dalam belajar trigonometri berupa buku siswa dan buku petunjuk guru.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri berbasis
ICARE berbantuan Book Creator untuk Maningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa dan Efikasi Diri Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Blahbatuh”.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu rumusan
masalah yaitu “Bagaimana karakteristik perangkat pembelajaran Trigonometri
berbasis model ICARE berbantuan Book Creator untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalahan dan efikasi diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Blahbatuh?”
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik perangkat pembelajaran Trigonometri
berbasis model ICARE berbatuna Book Creator untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan efikasi diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Blahbatuh.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini secara umum yang diharapkan mencakup dua macam
yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Berikut adalah uraian manfaat teoritis
dan manfaat praktis dari penelitian ini.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa refrensi
penelitian pada bidang pendidikan matematika, khususnya dalam memotivasi
pendidik dalam mengembangkan dan menerapkan perangkat pembelajaran
matematika yang inovatif dan kreatif.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pelaku pendidikan, seperti siswa, guru, sekolah, peneliti, dan praktis bidang
lainnya.
a. Bagi Siswa
Melalui pengembangan perangkat pembelajaran berbasis model ICARE
berbantuan Book Creator ini, diharpakan siswa mampu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan efikasi diri pada materi trigonometri.
b. Bagi Guru
Melalui pengembangan perangkat pembelajaran ini, diharapkan dapat
bermanfaat secara praktis oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran dan
memberikan wawasan kepada guru mengenai perangkat pembelajaran
matematika berbasis model ICARE berbantuan Book Creator. Sehingga
guru dapat menggunakan dan mengembangkan perangkat pembelajaran ini
menjadi lebih inovatif dan kreatif.
c. Bagi Sekolah
Melalui pengembangan perangkat pembelajaran ini, diharpakan dapat
memberikan motivasi dalam pembuatan perangkat-perangkat pembelajaran
lainnya yang lebih inovatif. Sehingga kualitas pembelajaran di sekolah
dapat meningkat.
d. Bagi Praktis Bidang Lainnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memebrikan sumbangan pikiran dan
pengalaman dalam mengembangkan perangkat pembelajaran matematika
yang lebih inovatif. Selain itu, diharapkan pula dapat meningkatkan mutu
penndidikan Indonesia.
G. KETERBATASAN
Dengan terbatasnya waktu, biaya, dan tenaga, sehingga perlu adanya
pembatasan dalam penelitian ini. Ruang lingkup penelitian ini yaitu hanya
terbatas pada pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis
ICARE berbatuan Book Creator untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan efikasi diri siswa kelas X pada materi Trigonometri berupa buku
siswa dan buku petunjuk guru.
H. PENJELASAN ISTILAH
Untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi terhdap insilah-istilah yang
digunakan pada penelitian ini, maka perlu dijelasakan beberapa pengertian dari
istilah berikut ini.
1. Perangkat Pembelajaran Matematika
Perangkat pembelajaran matematika merupakan segala sesuatu atau
persiapan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Prodyk
perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan pada penelitian ini
yaitu buku siswa dan buku petunjuk guru. Kualitas suatu produk dapat
dikatakan baik apabila memenuhi tiga kategori yaitu valid, efektif, dan
praktis. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan
digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan pemecahan maslah
dan efikasi diri siswa pada pembelajaran trigonometri.
2. Model ICARE
Model ICARE merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki lima
langkah dalam pelaksanaanyanya yaitu langkah pertama, Introduce
(pendahuluan) untuk mengetahui pemahaman awal siswa dan minat siswa
akan matematka. Langkah kedua, Connection (menghubungkan), untuk
membantu siswa agar dapat mengatkan pengetahuan pengetahuan yang
sudah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari,
dibantu dengan media eksplorasi. Langkah ketiga, Apply
(mengaplikasikan), pemberian permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari (soal pemecahan masalah), kemudian siswa
menyelesaikan secara individu atau kelompok berdasarkan pengetahuan
yang diperolehnya. Langkah keempat, Reflect (refleksi), guru bersama
siswa membuat kesimpulan terkait materi trigonometri yang sudah
dipelajari dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa
menyampaikan rangkumannya, dan memberikan pembenaran sebagai
persamaan persepsi. Dan langkah kelima, Extend (perpanjangan) dilakukan
untuk mengetahuan sejauh mana pemahaman siswa dan memperluas
pengetahuan siswa mengenai trigonometri dengan cara pemberian kuis dan
latihan tugas rumah.
3. Book Creator
Book Creator merupakan suatu “tool” atau tempat penyajian informasi.
Dalam pendidikan, penggunaan Book Creator dapat digunakan sebagai
media pembelajaran yang atraktif. Atraktif yang dimaksudnya yaitu,
penyajian media dapat lebih inovatif dengan audio, video, dan visual.
Perangkat pembelajaran yang menggunakan Book Creator yaitu pembuatan
buku guru dan buku siswa. Dengan mensinkronkan bahan ajar, LKS, media
pembelajaran, dan penilaian diri dalam satu wadah yaitu Book Creator.
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan salah satu
kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika.
Keberhasilan kemampuan pemecahan masalah matematika yang dimiliki
siswa dipengaruhi oleh tiga unsur yaitu, guru, siswa, dan karakteristik
materi. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada penelitian
ini akan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh berdasarkan jawaban siswa
terhadap tes pemecahan masalah.
5. Efikasi Diri Siswa
Efikasi diri merupakan keyakinan seorang siswa terhadap kemampuanya
dalam mengatur dan melaksanakan tugas, mencapai sutau tujuan,
menguasai situasi, serta menguasai suatu keterampilan. Terdapat tiga
dimensi yang dapat digunakan untuk mengetahui efikasi diri seorang siswa
yaitu magnitude, strength, dan generality. Pada penelitian ini, efikasi diri
siswa akan ditunjukan berdasarkan hasil skor angket efikasi diri yang
diperoleh berdasarkan jawaban siswa terhadap angket efikasi diri yang
diberikan.
I. KAJIAN PUSTAKA
I.1 Perangkat Pembelajaran Matematika
Perangkat pembelajaran adalah segala sesuatu atau persiapan yang disusun
oleh guru baik secara kelompok maupun individu agar pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasinya dapat dilaksanakan secara sistematis dan
memperoleh hasil yang diharapkan (Nazarudin, 2007:111). Menurut Suhadi
(2007:24), perangkat pembelajaran adalah seperangkat alat, bahan, media,
pedoman, dan petunjuk yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Dari
kedua pengertian tersebut, hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2008)
yaitu sebelum guru melaksanakan proses pembelajaran diharapkan guru telah
mempersiapkan terlebih dahulu bahan ajar, alat peraga, pertanyaan yang
sifatnya mengarahkan dan menggali untuk memancing keaktifan siswa,
mengetahui kemampuan awal siswa, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
untuk menghasilkan proses pembelajaran baik, guru harus mempersiapakan
perangkat pembelajaran dengan baik. Perangkat pembelajaran yang pada
umumnya digunakan meliputi: RPP, LKS, buku guru, buku petunjuk guru, dan
media pembelajaran.
a. Buku Siswa
Buku siswa merupakan buku yang diperuntukan bagi siswa sebagai
panduan segala aktivitas pembelajaran di kelas. Selain itu buku siswa dapat
memudahkan siswa dalam menguasi kompetensi tertentu yang
dipelajarinya. Buku siswa tidak hanya sekedar bahan bacaan saja,
melainkan digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam proses
pembelajaran. Buku siswa yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu buku
siswa yang menggunakan model pembelajaran ICARE. Model ini dalam
buku siswa memberikan permasalahan nyata yang sering dialami siswa,
sehingga dapat membantu siswa dalam menghubungkan materi yang
dipelajari dengan permasalahan sehari-hari yang dialami. Buku siswa
memuat KI, KD, peta konsep, masalah-masalah nyata yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari. Buku siswa dalam penelitian ini akan
disajikan pada suatu media berbasis online yaitu Book Creator.
b. Buku Petunjuk Guru
Buku petunjuk guru merupakan buku panduan bagi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Buku petunjuk guru yang
dimaksud pada penelitian ini adalah buku petunjuk guru yang memuat tata
cara pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model
ICARE. Model ini dalam buku petunjuk guru, memberikan tata cara
penyelesaian soal-soal yang terdapat pada LKS. Selain itu buku petunjuk
guru memuat KI, KD, serta petunjuk pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model ICARE.
c. Media Pembelajaran
Menurut Hamalik (2004), media pembelajaran merupakan suatu alat,
teknik, metode yang digunakan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan
interaksi maupun komunikasi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan
siswa dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang baik tentunya
memerlukan kriteria dalam pembuatannya. Arsyad (2013:74) menyatakan
bahwa kriteria dalam pemilihan media pembelajaran bersumber didasarkan
pada konsep bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sistem
instruksional secara keseluruhan. Selain itu, Saud (2009:97) menyatakan
terdapat beberapa prinsip dalam pemilihan media pembelajaran yaitu
sebagai berikut.
1. Tepat guna, dapat digunakan sesuai dengan kompetensi dasar.
2. Berdaya guna, mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Bervariasi, mampu mendorong meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan media pembelajaran yang baik


adalah media pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Selain itu, secara umum pembuatan media
pembelajaran memerlukan pertimbangan dari beberapa faktor pendukung
pembelajaran, seperti lingkungan belajar yang sesuai, mudah digunakan
oleh guru maupun siswa dengan disertai buku petunjuk penggunaan,
pemaparan materi yang dapat membantu siswa memahami materi, serta
tampilan menarik yang dapat memotivasi siswa dalam belajar.

Media pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan motivasi siswa


dalam belajar. Saat ini media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan yaitu
berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Secara umum media
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika yaitu alat
peraga, power point, Excel, maupun software lainnya seperti GeoGebra.
Selain itu flatform yang digunakan sebagai Learning Management System
(LMS) biasanya digunakan Moodle, Google Classroom, Google site, Book
Creator, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini media yang dibuat akan
menggunakan GeoGebra dan diintegrasikan dengan flatform Book
Creator.

Sehingga perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan pada


penelitian ini menggunakan model ICARE selain buku siswa dan buku
petunjuk guru, juga dalam buku siswa akan dibuat media pembelajaran
yang tentunya dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Media pembelajaran akan dapat diakses oleh siswa
melalui buku siswa. Dengan adanya perangkat pembelajaran yang tepat,
diharapkan dapat membantu siswa dalam meningatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika dan meningkatkan efikasi diri siswa
dalam pembelajaran matematika.

I.2 Kualitas Perangkat Pembelajaran


Perangkat pembelajaran yang berkualitas tentunya memiliki suatu kriteria.
Pada penelitian ini, kriteria yang digunakan untuk menilai perangkat
pembelajaran yang dikembang yaitu yang dikemukakan oleh Nieveen. Nieveen
(1999) berpendapat bahwa terdapat tiga kriteria yang dapat digunakan untuk
mengetahui kualitas suatu produk, yaitu validitas, efektivitas, dan kepraktisan.
a. Validitas Perangkat Pembelajaran
Mengetahui validitas perangkat pembelajaran dapat digunakan untuk
mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran tersebut. Validitas
perangkat pembelajaran dapat dilihat melalui validitas isi dan validitas
konstruk. Suatu perangkat pembelajaran dapat memenuhi kriteria validitas
isi, apabila dalam proses pembelajarannya berpedoman pada suatu teori
pengembangan (dalam penelitian ini akan menggunakan teori
pengembangan Plomp) dan tentunya sesuai dengan tuntutan kurikulum
saat ini. sedangkan suatu perangkat pembelajaran dapat memenuhi kriteria
validitas konstruk, apabila semua komponen dalam perangkat ini
dikembangkan dengan karakteristik model pembelajaran dapat diterapkan
secara berkaitan dan konsisten. Untuk melihat suatu perangkat
pembelajaran dapat memenuhi kriteria validitas konstruk diperlukannya
penialian dari pakar ahli.
b. Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Efektifitas suatu perangkat pembelajaran dapat dilihat ketika perangkat
tersebut dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Pada penelitian ini, efektivitas perangkat yang dikembangakan
dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki setiap siswa, dan tingkat
efikasi diri siswa dalam belajar matematika.
c. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Kepraktisan suatu perangkat pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan
guru dan siswa dalam mengimplementasikan perangkat tersebut.
Kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian
ini dapat dilihat dari keterlaksanaanya dilapangan. Praktis atau tidaknya
perangkat pembelajaran pada penelitian ini dapat dilihat dari respon siswa
terhadap keterlaksanaan buku siswa yang dikembangkan dan respon guru
terhadap keterlaksanaan buku siswa dan buku petunjuk guru.
I.3 Karakteristik Materi Trigonometri
Trigonomteri merupakan salah satu cabang ilmu matematika. Trigonometri
mempelajari hubungan antara sudut segitiga dengan fungsi. Untuk dapat
memahami trigonomteri, hal yang harus dipahami terlebih dahulu adalah sifat-
ssifat dari segituga. Melihat hubungan antara sudut dan sisi dalam suatu
segitiga. Perbandingan besaran sudut-sudut dan sisi-sisi segitiga dikenal dengan
istilah perbandingan trigonometri.
Perbandingan trigonomteri yang dipelajari yaitu besaran sinus, cosinus,
cosecant, secan, dan cotangen. Di kelas X materi trigonomeri yang diajarkan
selain perbandingan trigonometri adalah identitas trigonomteri, aturan sinus,
aturan cosinus, luas segitiga, dan fungsi trigonometri yang tentunya
pengaplikasiannya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Karena trigonometri merupakan materi yang memerlukan visualisasi, maka
adanya media pembelajaran beupa media eksplorasi sangat membantu siswa
dalam mengeksplor dan memahami materi yang dipelajari.
I.4 Model Pembelajaran ICARE
Model pembelajaran ICARE merupakan model pembelajaran yang terdiri
atas lima tahap, yaitu Introduction, Connection, Apply, Reflect, dan Extend.
Penggunaan model ini dalam pembelajaran dapat memberikan kesempatan
kepada seluruh siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
langsung saat proses pembelajaran dan dapat langsung diaplikasikan. Berikut
ini adalah pemaparan rincian kegiatan pembelajaran matematika dengan model
ICARE, yang disusun dalam komponen pendukung model ICARE.
a. Sintaks Model ICARE
1) Introduction
Pada tahap pendahuluan ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
konten yang akan dibahas, dan manfaat dari materi dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, guru juga memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang sifatnya mengarahkan dan dan menggali pengetahuan siswa yang
akan dijadikan sebagai prasyarat dari materi yang akan dipelajari.
Tujuan tahap ini yaitu dapat digunakan untuk melihat sejauh mana
pemahaman siswa serta minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2) Connection
Pada tahap ini, guru menyampaikan fakta-fakta yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari siswa. Guru juga mengkondisikan kegiatan
pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dalam mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajarinya. Sehingga pada tahap ini, diharapkan siswa diberikan
kesempatan yang sama untuk mengkontruksi fakta-fakta, konsep, serta
prinsip-prinsip secara mandiri melalui interkasi yang ada. Menurut
Yumiati dan Endang (2015), terdapat empat langkah dalam tahap ini,
yaitu 1) membagi materi ke dalam sub materi untuk membantu siswa
dalam memahami materi baru, 2) mengaitkan informasi pada tugas-
tugas dengan kehidupan nyata dan pengetahuan sebelumnya, 3)
memfasilitasi siswa dalam informasi secara bertahap, seperti
pemberian scaffolding, sehingga menghasilkan pembelajaran yang
bermakna, 4) menyajikan bahan ajar secara lebih menarik dengan
memanfaatkan pendekatan dan media pembelajaran yang sesuai.
3) Apply
Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan
pengetahuan dan pengelaman yang diperolehnya pada tahap
connection. Sedangkan guru memberikan permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini
yaitu agar siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalamannya untuk menyelesaikan permsalahan yang diberikan.
Pada tahap ini, siswa diharuskan untuk berusaha secara mandiri atau
kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
4) Reflect
Pada tahap ini, guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan
serta memebrikan kesempatan kepaa siswa untuk melakukan refleksi
terkait pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sedangkan guru melihat
sejauh mana keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara
keseluruhan. Kegiatan refleksi ini memiliki ciri-ciri yaitu guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyempaikan kembali
pengetahuan maupun pengalaman yang diperolehnya selama
pembelajaran dan memperbaiki apabila ada kekeliruan yang dilakukan
selama proses pembelajaran.
5) Extend
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu memberikan soal-soal
pengayaan untuk memperluas pengetahuan serta memberikan kuis
(rangkaian evaluasi) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
terkait materi yang dipelajari
Pada tabel di bawah ini akan dipaparkan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dengan model ICARE.
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran dengan Model Pembelajaran ICARE
Tahap Kegiatan Siswa Kegiatan Guru
Pembelajaran
Pendahuluan
Introduction 1. Menumbuhkan rasa ingin 1. Memberikan penguatan yang
tahu dan rasa percaya diri. dapat meningkatkan rasa ingin
2. Mencermati tujuan tahu dan percaya diri siswa.
pembelajaran yang akan 2. Menyampaikan tujuan
dicapai. pembelajaran yang akan
3. Mengamati dan memahami dicapai.
permasalahan awal yang 3. Mengarahkan siswa memahami
disajikan. masalah yang disajikan.
4. Mencari dan memahami 4. Menyampaikan dari
manfaat dari pengaplikasian materi yang
pengaplikasian materi yang akan dipelajari dalam
akan dipelajari. kehidupan sehari-hari dan
manfaat materi dalam ilmu
pengetahuan lainnya.
Kegiatan Inti
Connection 1. Mencari anggota 1. Mengarahkan siswa mencari
kelompoknya masing- anggota kelompoknya masing-
masing dan mendiskusikan masing dan meminta siswa
masalah yang diberikan. untuk mencermati masalah
2. Mengaitkan pengetahuan yang disajikan pada buku.
dan pengelaman yang 2. Guru dapat memberikan
sudah dimiliki dengan pertanyaan pancingan kepada
pengetahuan baru yang siswa ketika siswa tidak
dipelajari. mampu mengingat
3. Menggunakan media pengetahuan sebelumnya,
eksplorasi (GeoGebra) sehingga dapat membantu
yang sudah disiapkan pada siswa mengingat dan mampu
buku siswa (Book Creator) menghubungkan pengetahuan
untuk menemukan kaitan tersebut untuk memperoleh
antara pengetahuan pengetahuan baru.
sebelumnya yang sduah 3. Mengawasi dan mengarahkan
dimiliki dengan siswa melakukan kegiatan
Tahap Kegiatan Siswa Kegiatan Guru
Pembelajaran
pengetahuan baru yang eksplorasi melalui media
dipelajari. eksplorasi untuk menemukan
4. Mengajukan pertanyaan konsep baru.
jika mengalami kesulitan 4. Memberikan bimbingan
dalam menggunakan media kepada siswa atau kelompok
eksplorasi. yang mengalami kesulitan
dalam menjalankan media
eksplorasi.
Apply 1. Mengidentifikasi dan 1. Mengamati keaktifan siswa
merencanakan strategi selama kegiatan diskusi
untuk menyelesaikan kelompok dan kontribusi siswa
masalah matematika yang dalam menyampaikan ide
diberikan dengan anggota pemecahan masalah.
kelompoknya. 2. Mengawasi dan membimbing
2. Menggunakan konsep baru siswa selama proses
untuk menyelesaikan penyelesaian masalah.
masalah matematika
dengan memilih strategi 3. Memberikan sedikit gambaran
yang tepat. dan arahan tentang
3. Mengajukan pertanyaan penyelesaian dari tugas yang
saat mengalami kesulitan disajikan.
dalam menentukan
penyelesaian dari tugas
yang disajikan.
Reflect 1. Mempresentasikan hasil 1. Menunjuk salah satu
penyelesaian tugas yang perwakilan kelompok untuk
diperoleh kelompoknya di menyampikan hasil diskusinya
depan kelas dan yang lain di depan kelas dan siswa yang
memberikan saran atau lain bertugas memberikan
tanggapan terhadap masukan atau perbaikan.
presentasi temannya. 2. Mendampingi siswa saat
2. Membuat rangkuman atau membuat kesimpulan mengenai
ringkasan mengenai konsep baru yang diperoleh.
konsep baru yang 3. Memberikan kesempatan
diperoleh. kepada siswa untuk
3. Menyampaikan konsep menyampaikan simpulan yang
baru yang diperoleh selama diperoleh dan memberikan
proses pembelajaran. pembenaran jika terdapat
konsep yang masih keliru.
Penutup
Extend 1. Mengerjakan kuis yang 1. Memberikan soal pendalaman
diberikan dengan jujur. materi untuk memantapkan
2. Mencatat pekerjaan rumah konsep siswa dan memperluas
yang diberikan dan pengetahuan siswa.
mengerjakannya dengan 2. Memberikan pekerja rumah
baik dirumah. kepada siswa untuk melatih
Tahap Kegiatan Siswa Kegiatan Guru
Pembelajaran
3. Memperhatikan materi kemampuan siswa dalam
yang akan dipelajari pada memecahkan masalah
pertemuan selanjutnya. matematika.
3. Menyampaikan materi yang
akan dibahas pada pertemuan
berikutnya.
Seperti tuntutan kurikumkum 2013, peran guru hanya sebagai fasiltator
dan mediator yang memberikan dukungan maupun motivasi bagi siswa
untuk lebih aktif dalam belajar. Sedangkan peran siswa dalam
pembelajaran yaitu secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Dengan menggunakan model ICARE, siswa diharapkan mampu
mengaitkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan
yang sedang dipelejari. Kemudian siswa mampu mengaplikasikan
pengetahuan yang sedang dimilikinya untuk menyelesaiakan permasalahan
mengenai materi yanbg sedang dipelajarinya. Dengan bantuan buku siswa
dengan media eksplorasi dalam Book Creator, siswa diberikan kesempatan
lebih mengeksplorasi pengetahuannya, selain itu siswa juga lebih merasa
termotivasi dalam belajar karena tampilan buku siswanya lebih menarik
dan tidak menoton. Sehingga dengan menggunakan perangkat
pembelajaran (buku siswa atraktif) untuk materi trigonometri akan lebih
membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari serta efikasi diri
siswa dapat meningkat.
b. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terkandung dalam model ICARE yaitu low
structure, yang artinya bahwa pembelajaran berpusat pada siswa, guru
hanya sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator. Dalam kegiatan
pembelajaran, siswa secara aktif berinteraksi dengan siswa lainnya.
Sehingga hal ini dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran siswa
dapat m
c. Prinsip Reaksi
Pada penerapan model pembelajaran ICARE, guru memposisikan
dirinya sebagai fasilitator dengan menyediakan sumber belajar,
memberikan dorongan dan arahan siswa dalam menyelesaiakan suatu
permasalahan, memberikan motivasi dan pembenaran ketika siswa
mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi pengetahuannya secara
optimal maupun dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
d. Sistem Pendukung
Menurut Widnyana (2021), sistem pendukung merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Sistem pendukung
yang dapat digunakan untuk mendukung model ICARE yaitu buku siswa
(materi, LKS, media pembelajaran eksplorasi, video pembelajaran).
e. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional dari model ICARE ini yaitu kemampuan pemecahan
masalah trigonometri siswa dapat meningkat dengan usaha mereka sendiri
dengan cara aktif mengkonstruksi pengetahuan barunya. Sedangkan
dampak pengiring dari model ini yaitu dapat meningkatkan efikasi diri
siswa setelah mempelajri materi trigonomteri. Keyakinan siswa terhadap
kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas dari tingkat mudah sampai
sulit. Dan hal ini akan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
matematika.
I.5 Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan suatu proses menerapkan pengetahuan
maupun pengalaman yang sudah dimiliki pada situasi baru yang baru dialami.
Siswa akan dapat dikatakan menjadi seorang pemecah masalah yang baik,
ketika siswa sudah memiliki banyak kesempatan dalam menciptakan dan
memecahkan masalah matematika. Menurut Polya (Rusffendi, 1991), untuk
memecahkan suatu permasalahan, terdapat empat langkah yang dapat
dilakukan, yaitu sebagai berikut.
a. Memahami masalah, pada langkah ini siswa memahami masalah dengan
cara mengetaui apa yang diketahui dan tidak tidak diketahui, apa yang perlu
dicarikan solusinya (ditanyakan), syarat apa yang diperlukan untuk
penyelesaikan masalah, dapat menyatakan kembali permsalahan yang
diberikan ke dalam bentuk yang lebih operasional (memodelkan dalam
bentuk matematika).
b. Merencanakan pemecahannya, pada langkah ini siswa merencanakan
pemecahannya dengan mencoba mencari atau mengingat kembali
permasalahan yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan
masalah yang diselesaikan (konsep yang saling berkaitan atau masalah
rutin), mencari pola aturan atau pola dari permasalahan yang diberikan,
menyusun prosedur penyelesaian.
c. Menyelesaikan permasalahan sesuai rencana, pada langkah ini siswa
melakukan prosedur penyelesaian yang sudah disusun hingga memperoleh
penyelesaian dengan aturan dan syarat yang benar di setiap langkahnya.
d. Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian, pada langkah terkahir
ini siswa menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedurnya sudah tepat
dengan hasil yang didapatkan, melihat apakah ada prosedur yang lebih
efektif yang dapat digunakan, apakah prosedur yang digunakan dapat
digunakan untuk permasalahan yang sejenis, dan apakah prosedur yang
digunakan dapat dibuat generalisasinya.

Dari keempat langkah untuk memecahkan masalah menurut Polya, dapat


dilihat bahwa keempat langkah tersebut merupakan kemampuan yang sangat
penting dikuasi oleh seorang siswa dalam memecahkan suatu permasalahan
matematika. Siswa akan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang tinggi
apabila siswa sring melatih dirinya dalam memecahkan suatu masalah, sehingga
siswa menjadi terlatih untuk setiap langkahnya. Dan hal ini tidak menutup
kemungkinan, siswa dapat menemukan penyelesaian-penyelesaian alternative
dari berbagai masalah yang diberikan. Selain itu, peran guru disini yaitu
mengajak siswa dalam mencari pembenaran dalam memecahkan masalah
disetiap langkahnya yang sesuai dengan aturan yang ada.

I.6 Efikasi Diri


Bandura (1995) dalam Danis (2019) menyatakan bahwa efikasi diri
merupakan “belief in one’s capabilities to organize and execute the course of
action required to manage prospective situation” yang artinya yaitu efikasi diri
merupakan keyakinan seseorang terhadap kemamuannya untuk mengukur dan
melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk mengelola berbagai
kemungkinan situasi.
Wade & Tavris (2007) dalam Danis (2019) menyatakan bahwa efikasi diri
adalah keyakinan seseorang terhadap dirinya bahwa mampu meraih hasil yang
diinginkan, seperti mencapai suatu tujuan dan penguasaan suatu materi baru.
Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri siswa
merupakan keyakinan seorang siswa terhadap kemamuanya dalam mengatur
dan melaksanakan tugas, mencapai sutau tujuan, menguasai situasi, serta
menguasai suatu keterampilan.
Bruning, Schraw, & Norby (2011) menyatakan bahwa efikasi diri
merupakan faktor yang sangat memepengaruhi siswa dalam melaksanakan
suatu tugas yang diberikan dan menghadapi tantangan-tantangan baru yang ada.
Sehingga efikasi diri siswa merupakan hal yang penting diketahui oleh seorang
guru matematika agar siswanya berhasil dalam belajar matematika. Guru perlu
melakukan pengukuran efikasi diri siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
Sepertinya yang dikatakan oleh Bandura (1997), Usher & Pajares (2009),
dan Brown, Malouff, & Schutte (2013) dalam Danis, bahwa efikasi diri
dipengaruhi oleh empat faktor yaitu sebagai berikut.
a. Mastery experience (penguatan pengalaman)
Penguatan pengalaman berpengaruh besar terhadap siswa ketika siswa
berhasil dalam menyelesaikan tugas mamupun permasalahan yang
menantang, dan dianggap sulit oleh orang lain. Keberhasilan siswa
terhadap suatu pencapaian akan lebih memberikan pengaruh yanbg lebih
lama terhdap efikasi diri siswa.
b. Vicarious experience (pengalaman yang mewakili)
Mempelajari keberhasilan teman mencapai tujuan dalam belajar,
merupakan salah satu upaya meningkatkan efikasi diri siswa. Semakin
mirip karakter seseorang dengan model yang ditiru, maka semakin besar
pula peluang keberhasilan orang tersebut dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang serupa dengan model yang ditiru.
c. Social persuasion (persuasi sosial)
Persuasi sosial dalam meningkatkan efikasi diri siswa berasal dai berbagai
sumber, seperti orang tuan, teman-teman, dan gurunya. Seorang siswa akan
dapat meningkatkan efikasi dirinya dalam belajar matematika di kelas
apabila siswa memperoleh dorongan dan arahan dari gurunya.
d. Emotional and physiological (keadaan afektif dan psikologis)
Keadaan afektif dan psikologis seperti kecemasan, kelelahan, suasana hati,
dan stress akan mempengaruhi efikasi diri siswa dalam belajar.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui data tingkat efikasi diri siswa dalam
belajar matematika akan dikumpulkan dengan instrument angket. Penyusunan
pernyataan pada angket efikasi diri pada penelitian ini akan disusun berdaarkan
tiga dimensi efikasi diri menurut Bandura (Yoni, 2017), yaitu terdiri atas:
a. Dimensi Magnitude, berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas. Dengan
indikator pernyataan yaitu mampu menyelesaiakn tugas yang mudah
sampai sulit serta mampu menhadapi tugas diluar kemampuan.
b. Dimensi Strenght, berkaitan dengan kekuatan siwa pada keyakinannya atas
kemampuannya. Dengan indikator pernyataan yaitu bertahan, gigih, serta
ulet dalam mengerjakan tugas maupun permasalahan matematika,
pengaruh pengalaman pribadi yang tidak mendukung.
c. Dimensi Generality, berkaitan dengan cakupan tingkah laku dimana siswa
merasa yakin terhadap kemampuanya. Dengan indikator yaitu konsistensi
pada tugas dan aktivitas pembelajaran, kesiapan menghadapi berbagai
situasi, serta mengarahkan prilaku untuk mencapai suatu tujuan yang ingin
dicapai.
Menurut Gillies (2007) dalam Danis (2019) menyatakan bahwa
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam berkontribusi dan menerima
pengakuan atas upaya dan usaha mereka dalam suatu kelompok atau kelas
belajar akan dapat meningkatkan efektifitas diri siswa tersebut dalam belajar.
Pada penelitian ini, untuk melihat tingkat efikasi diri siswa akan
menggunakan lembar observasi dan angket efikasi siswa berdasarkan tiga
dimensi di atas.
I.7 Book Creator
Kemajuan zaman menuntut manusia semakin terbiasa dengan kecanggihan
teknologi yang ada. Begitu pula dunia pendidikan. Semakin majunya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, menuntut guru maupun
siswa untuk mampu memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK. Guru
dituntut mampu menciptakan media pembelajaran yang kekinian namun kreatif
dan inovatif.
Book Creator merupakan salah satu alat atau “tool” yang dapat digunakan
oleh dunia pendidikan dalam pembuatan media pembelajaran yang sifatnya
atraktif. Aktraktif disini memeiliki arti bahwa sebuah buku siswa yang biasanya
hanya menampilkan gambar dan tulisan, namun dengan menggunakan Book
Creator sebuah buku dapat disipkan audio maupun video. Selain itu Book
Creator ini juga dapat diintegrasikan dengan berbagai link yang dapat
mendukung media pembelajaran menajdi lebih menarik, seperti GeoGebra
yang dapat diakses secara online sebagai media eksplorasi.
Penggunaan Book Creator pada penelitian ini yaitu sebagai tempat
pembuatan buku siswa yang sifatnya atraktif. Dalam Book Creator ini, siswa
juga dapat mengeksplorasi secara mandiri materi trigonometri yang akan
dipelajarinya melalui program GeoGebra yang disisipkan secara online. Dan
tentunya tampilan buku siswa dapat dibuat lebih menarik sehingga dapat
meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika dan tercapainya tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Berikut adalah beberapa tampilan buku siswa
menggunakan Book Creator.
I.8 Keterkaitan Perangkat Pembelajaran Matematika berbasis Model
ICARE berbantuan Book Creator dengan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika dan Efikasi Diri Siswa
Kegiatan pembelajaran matematika di kelas dapat berlangsung secara baik
apabila tiga unsur dalam pembelajaran dapat dipersiapan dengan baik. Tiga
unsur pendukung dalam pembelajaran yaitu, guru, siswa, dan karakteristik
materi yang dipelajari. Dari sisi guru, untuk menjadikan kegiatan pembelajaran
lebih efektif dan efisien, guru harus mampu mempersiapkan dirinya dengan
baik melalui perangkat pembelajaran yang baik. Menurut Suhadi (2007),
perangkat pembelajaran teridiri atas bahan ajar, media, petunjuk, alat, serta
pedoman yang dapat digunakan selama pembelajaran berlangsung. Sehingga isi
dari perangkat pembelajaran yang harus disiapkan dengan baik oleh guru yaitu,
buku siswa, buku petunjuk guru, LKS, RPP, media pembelajaran, selain itu
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggalki dan mengarahkan dan motivasi
juga perlu dipersiapkan oleh guru.
Dari sisi siswa, siswa harus memiliki keyakinan akan kemampuan dalam
mempelajari materi yang dipelajarinya. Ketika siswa yakin akan dirinya, maka
siswa akan dapat mengikuti pembelajaran dengan maksimal. Hal ini tentunya
berkaitan dengan tingkat efikasi diri siswa dalam belajar matematika. Tidak
jarang siswa merasa takut ketika belajar matematika. Menganggap dirinya
sudah tidak bisa mengikuti pembelajaran matematika. Sedangkan ada siswa
yang sudah memiliki efikasi diri yang tinggi ketika belajar matematika,
sehingga dia dapat menyakini kemampuannya ketika diminta untuk
menyelesaikan tugas dari tingkat mudah hingga sulit. Maka dari itu pentingnya
mengetahui efikasi diri siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga guru
maupun siswa dapat mengetahui solusi yang digunakan untuk meningkatkan
efikasi diri sisiwa dalam belajar matematika.
Dari sisi karakteristik materi, guru harus mengetahui karakteristik materi
yang akan dibelajarkan kepada siswanya. Bahan ajar dan media apa yang dapat
dikombinasikan agar pembelajaran sesuai dengan beragam karekateristik yang
dimiliki oleh siswa. Selain itu model pembelajaran yang diterapkan juga harus
sesuai dengan materi yang diajarkan dan tujuan yang ingin dicapai dari materi
yang diajarkan. Dengan bahan ajar, media, dan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan keragaman siswa, maka pembelajaran akan berjalan lebih
efektif, efisien, dan bermakna.
Berdasarkan tiga hal di atas, dalam penelitian ini akan mengembangkan
perangkat pembelajaran yang meliputi buku siswa dan buku petunjuk guru
dengan berdasarkan model pembelajaran ICARE berbantuan Book Creator.
Materi yang akan digunakan yaitu trigonometri kelas X, karena materi
triginomteri merupakan materi yang meemrlukan ekslporasi dari siswanya
sendiri serta memerlukan banyak latihan dalam pemecahan masalahnya. Selain
itu pengaplikasi trigonometri dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai.
Model pembelajaran ICARE memiliki lima langkah yaitu Introduction,
Connection, Apply, Reflect, dan Extend. Pertama introduction, tahap
pendahuluan ini siswa diberikan permasahalan kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian kedua Connection,
guru mengajar siswa untuk mengingat kembali atau mengaitkan pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya. Pada
tahap ini, media pembelajaran dapat digunakan sebagai media eksplorasi siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuan barunya. Media eksplorasi dalam
penelitian ini yaitu melalui GeoGebra yang disisipkan di buku siswa yang
dibuat pada Book Creator. Setelah siswa mampu mengkostruksi pengetahuan
barunya dari hasil eksplorasinya, kemudian tahap ketiga Apply, yaitu siswa
mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya dalam menyelesaiakan
permasalahan yang diberikan. Siswa merencanakan dan menyelesaiakan
prosedur pemecahan masalah terkait permasaalahan yang diberikan. Setelah
siswa dapat menyelesaiakannya, langkah keempat Reflect, yaitu siswa diajak
mengecek kembali penyelesaian yang diperolehnya tahap demi tahap kemudian
mempresentasikannya di depan kelas untuk menyamakan persepsi dari seluruh
siswa ketika terdapat perbedaan. Kemudia setelah melakukan refleksi, masuk
ke tahap lima Extend, yaitu guru memberikan kuis sebagai rangkaian evaluasi
untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi yang dipelajari dan
mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajarinya.
Selain itu, guru dapat memberikan permasalahan yang sifatnya pengayaan
untuk memperluas dan memperkuat pengetahuannya.
Persiapan perangkat pembelajaran dan penggunaan model yang tepat dapat
memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Penggunaan Book Creator
sebagai “tool” penyajian bahan ajar dalam bentuk buku siswa yang atraktif
dapat menarik perhatian siswa dalam belajar. Karena dalam buku siswa
berbatuan Book Creator ini siswa dapat mempelajari materi, mengeksplor
pengetahuan yang dipelajari (melalui geoGebra), menonton video
pembelajaran, dan melakukan penilaian diri (melalui GeoGebra atau Google
Form).
Dengan pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis model
ICARE berbantuan Book Creator pada materi trigonometri, siswa dapat
memperoleh pengetahuannya dengan cara mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dengan perangkatn pembelajaran yang disipakn dengan baik
oleh guru, juga diselipkan motivasi oleh guru. Sehingga pembelajaran yang
diikuti oleh siswa dapat bermakna serta mampu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika dan efikasi diri siswa dalam belajar
trigonometri. Apabila siswa sudah mampu memecahkan masalah dan
meningkatkan efikasi dirinya saat belajar matematika, maka untuk belajar
matematika kedepannya siswa akan lebih termotivasi dan lebih siap dalam
mempelajari materi matematika selanjutnya.
I.9 Penelitian yang Relevan
Selain melihat secara langsung permasalahan-permalahan yang ada di
tempat penelitian, penelitian ini juga didasari oleh beberapa penelitian yang
relevan sebelumnya dengan hasilnya disesuaikan dengan penelitian yang akan
dikembangkan. Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian yang akan dikembangkan.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Permana Yasa (2019) yang berkaitan
dengan model pembelajaran ICARE yang memiliki pengaruh terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Penelitian ini
mendapatkan hasil yaitu terdapat pengaruh posistif dari model
pembelajaran ICARE berbantuan masalah terbuka terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Laboratorium
Undiksha Singaraja.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Danis Agung Nugroho (2019) yang
berkaitan dengan efikasi diri siswa dalam belajar matematika. Penelitian
ini mendapatkan hasil yaitu perangkat pembelajaran yang memenuhi
kriteria valid, praktis, dan valid dapat meningkatkan efikasi diri siswa
dalam belajar matematika. Dan perlu kita ingat bahwa, pentingnya
mengetahui tingkat efikasi diri siswa dalam belajar matematika, sehingga
guru dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang menghambat
proses pembelajaran.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Rosalia (2021) yang berkaitan dengan
pengaruh penggunaan GeoGebra dalam pembelajaran matematika.
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir kritis dan
kemamouan pemecahan masalah matematika yang dimilkiki siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran CPS berbantuan GeoGebra lebih
baik dari model pembelajaran CPS. Pada penelitian ini, GeoGebra yang
digunakan dapat membuat siswa lebih senang dan aktif dalam belajar,
karena GeoGebra dapat memebrikan gambaran atau visuaisasi yang dapat
memudahkan siswa untuk memahami masalah dan dapat
menyelesaikannya.

J. METODE PENELITIAN
J.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian desain (design research) yang mengacu
pada penelitian pengembangan Plomp. Model ini memiliki lima fase yaitu, 1)
penelitian awal (preliminary research), 2) Prototipe (prototyping), dan 3)
penilaian (assessment). Dari setiap fase tersebut terdapat proses pengembangan
disetiap langkahnya.
J.2 Tempat dan Waktu Penelitian
SMA Negeri 1 Blahbatuh merupakan tempat penelitian yang digunakan
untuk melakukan uji coba perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Ada
dua faktor pemilihan tempat penelitian ini yaitu dari faktor kelayakan dan faktor
keterjangkauan. Faktor kelayakan, SMA Negeri 1 Blahbatuh ini sudah
menerapkan kurikulum 2013, sehingga layak dijadikan sebagai tempat
penelitian. Faktor keterjangkauan, SMA Negeri 1 Blahbatuh memiliki lokasi
yang dekat dengan rumah peneliti. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.
J.3 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dari penelitian ini adalah orang yang terlibat dalam
terciptanya perangkat pembelajaran yang valid, efektif, dan praktis. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Blahbatuh.
Objek penelitian dari penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
trigonomeri berbasis model ICARE berbantuan Book Creator untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan efikasi diri siswa pada
materi Trigonometri.
J.4 Prosedur Penelitian
Menurut Plomp (2010) dalam Suharta (2018) menyatakan bahwa
pelaksanaan penelitian desain tipe pengembangan terdiri atas tiga fase yaitu: 1)
penelitian awal (preliminary research), 2) Prototipe (prototyping), dan 3)
penilaian (assessment). Fokus dari massing-masing fase penelitian desain pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Preliminary research
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan yaitu menganalisis kebutuhan dan
konteks, mereview literatur, studi lapangan, dan menetapkan konsep
pengembangan yang akan digunakan pada penelitian ini. Hal-hal yang akan
dilakukan pada fase ini adalah sebagai berikut.
d. Melakukan kajian yang berkaitan dengan Buku Teks Matematika Wajib
kelas X khususnya pada materi trigonometri. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui isi buku, penyajian materi, contoh soal beserta
pembahasannya, latihan-latihan soal, dan tugas-tugas yang ada apa sudah
sesuai dengan silabus yang digunakan di sekolah penelitian.
Menganalisis silabus materi trigonometri yang bertujuan untuk
mengetahui kompetensi inti dan dasar pada materi trigonomteri yang
tentunya berkaitan dengan model ICARE.
e. Melakukan studi lapangan untuk mengetahui informasi yang berkaitan
dengan aktivitas dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
siswa, permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa,
karakteristik siswa (seperti kemampuan pemecahan masalah dan efikasi
diri siswa), serta menganalisis materi.
f. Mengkaji berbagai sumber yang berkaitan dengan model ICARE
berbantuan Book Creator, hal ini bertujuan untuk mengetahui dan
merancang proses pembelajaran matematika. Menyusun karekteristik
pembelajaran matematika pada materi trigonometri serta buku yang
berbasis model ICARE berbantuan Book Creator. Kemudian
karakteristik pembelajaran ini diimplementasikan ke dalam RPP dan
karakteristik buku diimplementasikan ke dalam buku siswa atau buku
petunjuk guru. RPP dan buku petunjuk guru dapat diintegrasikan.
2. Prototyping
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan yaitu meningkatkan kualitas
produk dan penyempurnaan rencana pelaksanaan lapangan. Hal-hal yang
akan dilakukan pada fase ini adalah sebagai berikut.
a. Melakukan uji ahli (validasi) draf I dengan melibatkan dua orang pakar
dalam pendidikan matematika dan satu guru matematika SMA senior.
Pakar yang akan ditunjuk disesuaikan dengan kedalaman dan relevansi
pengetahuan atau pengalaman yang dimilikinya. Hal-hal yang akan
divalidasi mencangkup kesesuaian diantara Silabus, KI, KD, konsep
trigonomteri, karakteristik model ICARE yang berbasis pemecahan
masalah dalam RPP, buku guru dan buku siswa dalam perangkat
pembelajaran matematika. Selain itu, akan dilakukan validasi juga
terhadap konsistensi antara komponen satu dengan komponen lainnya.
b. Merevisi hasil uji ahli, sehingga memperoleh draf II yang mencakup
perangkat pembelajaran matematika berbasis model ICARE berbantuan
Book Creator apakah sudah memenuhi kriteria atau belum.
c. Melakukan uji coba terbatas kepada beberapa siswa dalam suatu kelas di
beberapa pertemuan. Uji coba terbatas ini dilakukan sebagai upaya
memperoleh gambaran keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model ICARE
berbantuan Book Creator pada materi trigonometri. Pada uji coba
terbatas ini, akan dilakukan evaluasi formatif yang melibatkan guru dan
siswa dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti
observasi, tes pemecahan masalah, angket efikasi diri siswa, serta
hasilnya akan digunakan untuk merevisi draf II, sehingga hasil revisi
digunakan sebagai draf III. Jika belum memenuhi kriteria, maka
dilakukan revisi untuk penyempurnaan.
d. Melaksanakan uji coba lapangan I di beberapa kelas. Kegiatan uji coba
lapangan I ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk yang
dibuat, serta mendapatkan karakteristik perangkat pembelajaran
trigonometri berbasis model ICARE berupa buku siswa maupun buku
petunjuk guru yang efektif dan praktis.
3. Assessment
Pada fase ini dilakukan penilaian yang merupakan lanjutan dari fase
sebelumnya. Penilaian yang akan dilakukan yaitu penilaian semi-sumatif
untuk memperoleh produk final. Semi-sumatif ini terjadi ketika intervensi
yang didapatkan pasca penialian masih memerlukan peningkatan pada
kualitas produknya. Hal-hal yang dilakukan pada fase ini adalah sebagai
berikut.
a. Melaksanakan uji coba lapangan II di beberapa kelas (banyak kelas lebih
banyak dari pada kelas uji coba I).
b. Dalam uji coba lapangan II dan akhir uji coba akan dilaksanakan
penilaian semi-sumatif menggunakan teknik pengumpulan data berupa
observasi, tes pemecaham masalah, dan angket efikasi diri siswa. Hasil
dari uji coba lapangan II ini akan digunakan sebagai bahan revisi
selanjutnya. Sehingga pada akhirnya diperoleh karakteristik perangkat
pembelajaran berbasis ICARE berbantuan Book Creator yang
dituangakan pada produk final.
Untuk kegiatan yang dilakukan pada masing-masing fase pada penelitian
desain menurut Plomp dalam Suharta (2018) dapat dilihat pada bagan di bawah
ini.
J.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Instrumen untuk mengukur validitas perangkat pembelajaran yang
meliputi, lembar validasi buku siswa dan lembar validasi buku petunjuk
guru.
2. Instrumen untuk mengukur efektivitas perangkat pembelajaran yaitu
dengan tes pemecahan masalah dan angket efikasi diri untuk siswa.
3. Instrumen untuk mengukur kepraktisan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan, angket respon siswa dan guru terhadap keterlaksanaan
penelitian, angken respon siswa terhadap buku siswa, dan angket respon
guru terhadap buku siswa dan buku petunjuk guru.
J.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut.
1. Kualitas perangkat pembelajaran matematika dengan model ICARE
berbantuan Book Creator pada materi trigonometri yang meliputi buku
siswa dan buku petunjuk guru diharapkan dapat diukur dengan mengukur
kevalidan, efektivitas, dan kepraktisannya.
a. Kevalidan perangkat pembelajaran diukuur menggunakan lembar
validasi oleh pakar pendidikan matematika dan guru matematika
senior.
b. Efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat
melalui keterlibatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran,
respon siswa, kemampuan pemecahan masalah, dan efikasi diri dari
setiap siswa. Data yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perangkat pembelajaran dapat diperoleh dengan menggunakan angket,
data kemampuan pemecahan masalah diperoleh dengan menggunakan
tes pemecahan masalah yang terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi
dan validitas konstruk, serta tingkat efikasi diri siswa dalam
pembelajaran matematika diperoleh dengan menggunakan angket
efikasi diri berdasarkan teknik penskalaan Bandura.
c. Kepraktisan perangkat pembelajaran terkait keterlaksaannya diukur
menggunakan angket respon siswa dan guru, angket respon siswa
terhadap buku siswa, serta angket respon guru terhadap buku siswa dan
buku petunjuk guru. Pernyataan dalam angket respon siswa memiliki
penilaian dengan 4 (empat) skala penilaian, yaitu sangat setuju (skor
4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor
1). Rata-taa skor angket respon siswa dan respon guru diperoleh dengan
menjumlahkan skor untuk setiap pernyataan kemudian membaginya
dengan banyaknya item pertanyaan pada angket respon yang
digunakan.
2. Data menggenai silabus, KI, dan KD dikumpulkan melalui studi pustaka.
Data mengenai karakteristik siswa diperoleh dengan menggunakan angket
dan wawancara terbuka. Sedangkan data mengenai permasalahan-
permasalahan yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung dikelas
diperoleh dengan melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi
yang dibuat.
J.7 Teknik Analisis Data
Data yang dibutuhkan pada penelitian ini berupa respon guru, respon siswa,
hasil tes kemampuan pemecahan masalah, serta hasil respon angket efikasi diri
siswa. Sehingga untuk memperoleh data-data tersebut, diperlukannya
instrumen yang berkualitas pula untuk mendukung perolehan data yang
diperoleh. Teknik analisis data yang digunakan dalam memganalisis data pada
penelitian ini yaitu teknis analisis data kualitatif. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman.
Dimana ada empat langkah yang digunakan yaitu reduksi data, display data,
kesimpulan dan verifikasi, serta penarikan kesimpulan. Ada tiga aspek yang
dapat menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada
penelitian ini, yaitu validitas, efektivitas, dan kepraktisan.
1. Validitas Perangkat Pembelajaran
Menurut Sugiyono (2010:173), suatu alat evaluasi dapat dikatakan
valid apabila alat tersebut dapat mengevaluasi apa yang seharusnya
dievaluasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa validitas merupakan suatu
gambaran yang menyatakan bawah instrument yang dapat mengukur apa
yang ingin diukur. Ada dua macam validitas yang akan digunakan yaitu
validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi adalah validitas yang
digunakan untuk mengetahui ketepatan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan ditinjau dari materi yang dievaluasi dalam hal ini
trigonomteri. Sedangkan validitas konstruk adalah validitas yang digunakan
untuk mengetahui ketapatan perangkat yang dikembangkan yaitu buku
siswa dan buku petunjuk guru.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk
adalah sebagai berikut.
a. Indikator validitas konstruks yang digunakan yaitu untuk mengetahui
ketapatan perangkat yang dikembangkan yaitu buku siswa dan buku
petunjuk guru.
b. Menentukan rata-rata skor lembar validasi perangkat pembelajaran yang
diperoleh dari masing-masing validator.
c. Rata-rata skor seluruh validator dijumlahkan, kemudian dicari rata-rata
skor total.
d. Mengkonversi rata-rata skor total menjadi nilai kualitatif untuk
menentukan validitas dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dengan menggunakan kriteria berikut ini.
Tabel 2. Kriteria Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Skor Kriteria
3,5 ≤ 𝑆𝑟 ≤ 4,0 Sangat Valid
2,5 ≤ 𝑆𝑟 ≤ 3,5 Valid
1,5 ≤ 𝑆𝑟 ≤ 2,5 Tidak valid
1,0 ≤ 𝑆𝑟 ≤ 1,5 Sangat tidak valid
(Sadra, 2007)
Keterangan:
Sr adalah skor rata-rata berdasarkan hasil validasi.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑆𝑟 =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐼𝑡𝑒𝑚
Kriteria yang harus dicapai agar perangkat pembelajaran dapat
digunakan dalam pembelajaran di kelas adalah minimal (sekurang-
kurangnya) adalah mencapai kategori valid.
Sedangkan untuk mengukur validitas isi menggunakan teknik
Gregory dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Indikator validitas isi yang digunakan yaitu untuk mengetahui ketepatan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari materi yang
dievaluasi dalam hal ini trigonomteri.
b. Validator melakukan penilaian terhadap instrumen perbutir, dengan
skala 1-2-3-4.
c. Skala dikelompokkan seperti skor 1-2 menjadi kurang relevan dan 3-4
dikelompokkan menjadi sangat relevan.
d. Hasil penialain oleh validator ditabulasi silang, misal terdapat dua
validator, tabel tabulasi silang menjadi seperti berikut.
Tabel 3. Tabulasi Penilaian Pakar

Penilai 1
Kurang Relevan Sangat Relevan
(skor 1-2) (skor 3-4)
Kurang Relevan
(A) (B)
(skor 1-2)
Penilai 2

Sangat Relevan
(C) (D)
(skor 3-4)
Koefisien validitas isi dihitung dengan menggunakan rumus dibawah

ini.

D
VI  (Candiasa, 2010a)
A  B  C  D
Keterangan:

VI = Validitas Isi

A = Banyaknya item menurut kedua validator tidak relevan

B = Banyak item yang dianggap relevan oleh validator pertama dan

tidak relevan oleh validator kedua

C = Banyak item yang dianggap tidak relevan oleh validator pertama

dan relevan oleh validator kedua


D = Banyak item yang dianggap relevan oleh kedua validator.

e. Kriteria yang harus diperoleh untuk mengetahui ketepatan perangkat


pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari materi yang dievaluasi
dalam hal ini trigonomteri yaitu minimal 0,70.
2. Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Efektifitas dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat akan
dapat dilihat melalui hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan angket
efikasi diri siswa.
a. Data kemampuan pemecahan masalah ini dianalisis secara dekskriptif
kualitatif. Rata-rata nilai yang diperoleh dari menjumlahkan seluruh skor
siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa. Rumus rata-rata nilai dapat
dilihat di bawah ini.
∑𝑥
𝑀= (Sutrisno Hadi, 2002:14)
𝑁

Keterangan:
M : Rata-rata nilai tes kemampuan pemecahan
masalah siswa

x : Jumlah skor masing-masing siswa

N : Jumlah siswa

Ketuntasan belajar individu diperoleh dengan menggunakan analisis


deskriptif dengan rumus di bawah ini.
jumlah skor yang diperoleh
Ketuntasan belajar individu   100%
jumlah skor maksimal
Sedangkan persentase ketuntasan belajar klasikal
diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif dengn rumus di
bawah ini.
jumlah siswa yang tuntas
Ketuntasan belajar klasikal   100%
jumlah siswa
Kriteria ketuntasan minimal yang digunakan akan menyesuaikan dengan
KKM matematika wajib kelas X yang digunakan di SMA Negeri 1
Blahbattuh.
Penilaian kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dilakukan berdasarkan indikator-indikator yang akan dinilai dan cara
penilaian masing-masing indikatornya yang dapat dilihat pada
pemaparan berikut ini.

Tabel 4. Indikator Pemecahan Masalah Matematika


Tahap Pemecahan
Indikator NCTM Indikator Penskoran
Masalah
Memahami masalah Memformulasikan Mengidentifikasi
masalah (Formulate informasi yang dapat
problems) digunakan untuk
menyelesaikan
permasalahan.
Membuat rencana Menentukan 1. Menyatakan informasi
penyelesaian berbagai strategi yang didapatkan dalam
masalah untuk kalimat matematika.
menyelesaikan 2. Menggambarkan
permasalahan permasalahan dalam
bentuk gambar, grafik,
dan lain-lain.
3. Membuat langkah-
langkah penyelesaian.
Menyelesaikan Menyelesaikan Melakukan perhitungan
masalah masalah (Solve yang sistematis sesuai
Problems) rencana yang telah
disusun.
Memeriksa kembali Mengecek dan 1. Meneliti kembali hasil
menginterpretasikan kembali hasil yang telah
hasil yang telah diperoleh.
diperoleh (Verify 2. Melakukan penarikan
and Interpret kesimpulan berdasarkan
results) perhitungan yang telah
dilakukan.
(NCTM, 1989)
Tabel 5. Rubrik Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
Indikator skor Kriteria
Memahami Menuliskan kembali informasi yang
3
masalah diketahui dan ditanyakan dengan benar.
Menuliskan kembali informasi yang
2 diketahui dan ditanyakan namun kurang
jelas.
Menuliskan kembali informasi yang
1
diketahui dan ditanyakan namun salah.
Tidak menuliskan kembali informasi yang
0
diketahui dan ditanyakan.
Membuat rencana Membuat
penyelesaian gambar/sketsa/grafik/tabel/simbol dan
3
masalah dalil/aturan/teorema dengan lengkap dan
keduanya benar.
Membuat
gambar/sketsa/grafik/tabel/simbol tapi
2
masih salah sedangkan
dalil/aturan/teorema benar atau sebaliknya.
Membuat
gambar/sketsa/grafik/tabel/simbol dan
1
dalil/aturan/teorema namun keduanya
salah.
Tidak membuat gambar/sketsa/grafik/
0 tabel/simbol dan dalil/aturan/teorema

Menyelesaikan Melakukan perhitungan sesuai rencana


masalah 3 yang benar dan mendapatkan hasil yang
benar.
Melakukan perhitungan sesuai rencana
2
yang benar namun hasilnya salah.
Melakukan perhitungan tidak sesuai
1
rencana yang benar.
0 Tidak melakukan perhitungan.
Mengecek kembali Melakukan penarikan kesimpulan dengan
1
baik dan benar.
Melakukan penarikan kesimpulan namun
0 masih salah atau tak melakukan penarikan
kesimpulan.
(Sudiarta, 2013)
Keterangan: penskoran dilihat dari perhitungan yang benar dari
penyelesaiannya dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Data angket efikasi diri siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Angket yang digunakan untuk mengetahui kriteria efikasi diri yaitu
menggunakan skala Likert yang disusun dengan menyajikan empat
pilihan yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 5, setuju (S) dengan skor 4,
Kurang Setuju (KS) dengan skor 3, tidak setuju (TS) dengan skor 2, dan
sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1.
Tabel 6. Indikator Efikasi Diri Siswa
No Dimensi Indikator
1 Magnitude 1. Mampu menyelesaikan tugas yang
mudah hingga sulit.
2. Mampu menyelesaikan tugas diluar
kemampuan.
2 Strength 1. Bertahan dan ulet dalam
menyelesaikan permasalahan
matematika
2. Gigih dalam menghadapi tugas
matematika.
3. Pengaruh pengalaman pribadi yang
tidak mendukung.
3 Generality 1. Kesiapan menghadapi segala
situasi.
2. Mengarahkan perilaku.
3. Konsistensi pada tugas dan
aktivitas.

Tabel 7. Format Penskoran Efikasi Diri Siswa


NO Pilihan Jawaban Pernyataan
Positif Negatif
1 Sangat Setuju (SS) 5 1
2 Setuju (S) 4 2
3 Kurang Setuju (KS) 3 3
4 Tidak Setuju (TS) 2 4
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Tabel 8. Kategori Efikasi Diri


Kriteria Kategori
> Mi + 1 SDi Tinggi
Mi - 1 SDi s.d Mi + 1 SDi Sedang
< Mi - 1 SDi Rendah
(Gading, 2014)
Keterangan:
𝟏
𝑴𝒊 = (𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒊𝒅𝒆𝒂𝒍 + 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒆𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒊𝒅𝒆𝒂𝒍)
𝟐
𝟏
𝑺𝑫𝒊 = (𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒊𝒅𝒆𝒂𝒍 + 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒆𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒊𝒅𝒆𝒂𝒍)
𝟔

3. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran


Kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini dapat
dilihat dari kemampuan guru dalam mengimplementasikannya pada proses
pembelajaran di kelas. Serta respon guru dan siswa terhadap perangkat
pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini akan dapat dikatakan praktis,
apabila angket respon guru dan siswa harus minimal memenuhi kriteria
praktis dan keterlaksanaan pembelajaran berada pada kategori terlaksana.
Indikator kepraktisan
Berikut adalah langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melihat
kepraktisan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
a. Menentukan rata-rata skor lembar pengamatan keterlaksanaan
perangkat pembelajaran oleh guru selama proses pembelajaran
berlangsung, rata-rata skor angket respon siswa terhadap buku siswa,
dan rata-rata skor angket guru terhdap buku petunjuk guru.
b. Kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini akan
diperoleh melalui mengkonversi rata-rata skor yang diperoleh sesuai
dengan kriteria di bawah ini.
Tabel 9. Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
berdasarkan Respon Guru dan Siswa
Skor Kriteria
3,5  Sr  4,0 Sangat Praktis
2,5  Sr  3,5 Praktis
1,5  Sr  2,5 Cukup Praktis
1,0  Sr 1,5 Kurang Praktis
(Sadra, 2007)
Keterangan:

Sr adalah rata-rata skor angket respon guru maupun angket respon siswa.

skor total
Sr 
banyak item

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan harus mencapai minimal

kategori praktis.

c. Keterlaksanaan perangkat pembelajaran ini dapat diketahui melalui


lembar observasi ketrelaksanaan, yang dihitung dengan mencari rata-
rata skor total dari masing-masing pengamat dan untuk semua
pertemuan. Kemudian rata-rata nilai dari kedua pengamat dihitung dan
hasilnya menjadi rata-rata keterlaksanakan (Rk). Berikut adalah krriteria
keterlaksaan perangkat pembelajaran berdasarkan respon guru dan
siswa setelah dikonversikan dalam beberapa kategori.
Tabel 10. Kriteria Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
berdasarkan Respon Guru dan Siswa
Skor Kriteria
3,5 ≤ 𝑅𝑘 ≤ 4,0 Sangat Terlaksana
2,5 ≤ 𝑅𝑘 ≤ 3,5 Terlaksana
1,5 ≤ 𝑅𝑘 ≤ 2,5 Cukup Terlaksana
1,0 ≤ 𝑅𝑘 ≤ 1,5 Kurang Terlaksana
(Sadra, 2007)
DAFTAR PUSTAKA

Candiasa, I Made. 2010a. Pengujian Instrumen Penelitian Disertai Aplikasi


ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbit Universitas Pendidikan
Ganesha.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Gading, Ketut. 2014. Pengaruh Pelatihan Kendali Diri dan Jenis Kelamin
Terhadap Prilaku Prokrasinasi Akademik Siswa SMP. Malang: Disertasi
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

NCTM.1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.


Reston, VA: NCTM.

Nieveen, N. 1999. Prototyping to Reach Product Quality. Jan Van den Akker,
Robert Maribe Braneh, Ken Gustafson, and Tjeerd Plomp (Ed). London:
Kluwer Academic Plubisher.

Nugroho, Danis Agung. 2019. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri


dengan Mengadaptasi Model Core untuk Meningkatkan Efikasi Diri. Jawa
Tengah: Jurnal Riset Pendidikan Matematika. (diakses pada tanggal 12
Oktober 2021 pada link:
https://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/download/11599/12677)

OECD. 2019. PISA 2018 Insight and Interpretation: OECD. (diakses pada tanggal
9 Oktober 2021, pada link:
https://www.oecd.org/pisa/PISA%202018%20Insights%20and%20Interpr
etations%20FINAL%20PDF.pdf)

Rosalia, dkk. 2021. Pengaruh Model Pembelajaran CPS Berbantuan GeoGebra


terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Terbuka.
Singaraja: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika (diakses pada tanggal 12
Oktober 2021 pada link: 10.25273/jipm.v9i2.8279)

Sadra, I.W. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berwawasan


Lingkungan dalam Pelatihan Guru Kelas I Sekolah Dasar. Surabaya:
Unesa.

Sudiarta, I. G. P. 2013. “Pengintegrasian NIlai Kearifan Lokal Masyarakat Bali


dalam Model Pembelajaran Pemecahan Masalah untuk Membangun
Karakter Positif Siswa SD di Kabupaten Buleleng. Laporan Penelitian
(tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:


Alfabeta.

Suhadi. 2007. Petunjuk Perangkat Pembelajaran. Surakarta: Universitas


Muhammadiyah.

Sunaryo, Yoni. 2017. Pengukuran Self-Efficacy Siswa dalam Pembelajaran


Matemmatika di MTs N 2 Ciamis. Ciamis: Jurnal Teori dan Riset
Matematika (TEOREMA) (diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada link:
https://core.ac.uk/download/pdf/228854913.pdf)

Yasa, N. Yaditya Permana. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran ICARE


Berbantuan Masalah Matematika Terbuka Terhadap Masalah Matematika
Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium UNDIKSHA Singaraja. Singaraja:
Jurnal Pendidikan Matematika UNDIKSHA. (diakses pada tanggal 1
Oktober 2021, pada link:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPM/article/view/19921)

Anda mungkin juga menyukai