Anda di halaman 1dari 4

Pandangan Islam Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

Islam merupakan agama wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta dan berlaku secara
menyeluruh sebagai petunjuk bagi manusia di seluruh dunia. Namun agama
yang bersifat menyeluruh ini tetap mengakui dan menerima kenyataan pluralitas
agama di muka bumi, bahwa Allah memang telah memberikan kebebasan
kepada manusia untuk menentukan dan memilih agama yang pantas untuk di
anut.
Sebagai rahmat bagi kehidupan semesta alam, Islam sudah mempunyai
komitmen untuk menciptakan suasana kerukunan dan kedamaian bagi
kehidupan manusia. Kerukunan, kedamaian, dan keharmonisan antarumat
beragama tersebut hanya dapat terwujud apabila setiap umat menghargai
toleransi. Kerukunan antarumat beragama sulit bahkan tidak pernah terjadi
tanpa adanya toleransi. Hubungan toleransi dan kerukunan adalah bersifat
kausalitatif atau hubungan sebab akibat, syarat mutlak bagi terwujudnya
kerukunan itu sendiri adalah toleransi.
Secara etimologis, toleransi berasal dari bahasa Inggris, toleration,
diindonesiakan menjadi toleransi, dalam bahasa arab disebut al-tasamuh yang
berarti, sikap tenggang, sikap membiarkan. Sedangkan secara terminologis,
toleransi adalah sikap membiarkan orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan
kepentingannya. Bila disebut toleransi antarumat beragama membiarkan dan
menjaga suasana kondusif bagi umat agama lain untuk melaksanakan ibadah
dan ajaran agamanya tanpa dihalang-halangi. Inilah toleransi yang dimaksudkan
oleh Islam.1
Islam mengakui bahwa pluralisme agama merupakan kodrat yang
diciptakan oleh Allah pada diri setiap manusia, secara naluriah setiap orang
mempunyai kecenderungan yang berbeda, salah satu nya dalam menentukan
dan memilih agamayang dijadikan panutan. Allah Maha Kuasa tidak
menciptakan dan atau memaksakan manusia harus seragam dan bersatu dalam
satu Agama, melainkan memberikan kebebasan kepada manusia untuk
menentukan pilihannya.
Semua manusia adalah makhluk atau ciptaan Allah, berkembang dari satu
keturunan Nabi Adam A.S, yang diciptakan langsung Allah langsung dengan
tangan-Nya. Dari sini, secara logis manusia sadar bahwa semua manusia
berstatus sama sebagai makhluk ciptaan Allah Yang Esa, satu keturunan dan
satu keluarga, dan karenanya harus hidup rukun sebagai saudara antar sesama.
1
Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam, Suryan A. Jamrah, Vol.23, No.2 Juli-Desember 2015, hal
186, Fakultas Ushuluddin IUN Suska Riau
Demikian, Islam mengakui dan menjunjung tinggi al-ukhuwwah al-
Basyariah di samping al-ukhuwwah al-Islamiyah. Islampun menyerukan
pergaulan atau interaksi sosial universal dengan asas persamaan dan
persaudaraan, untuk saling kenalsecara harmonis antarsesama, tanpa melihat
latar belakang agamanya.2 Maka Ukhuwwah Islamiah secara khusus tidak
menghalangi muslimin untuk membangun dan memelihara Ukhuwwah
Basyariah secara umum. Islam tidak pernah membatasi hubungan silaturrahim
pada sesama saudara seiman saja, melainkan juga bersilaturrahim kepada
saudara sesama manusia lintas agama bahkan terhadap manusia yang tidak
beragama sekalipun. Atas nama al-Ukhuwwah al-Basyariyah, persaudaraan
universal, kebaikan dan kepedulian kemanusiaan Islam tidak khusus untuk dan
antara sesama muslimin, melainkan juga untuk seluruh manusia tanpa kriteria
dan syarat agama. Keadilan dan kebaikan Islam adalah sama dan merata untuk
semua manusia, apalagi terhadap umat beragama, sejauh mereka menghargai
kerukunan dan menghormati eksistensi umat Islam.3 Dalam hukum hidup
bertetangga, misalnya, Islam tidak melihat perbedaan agama, semua tetangga,
apapun agamanya, adalah saudara yang harus dihormati dan dijaga
kepentingannya. Demikian, sebagai pembawa dan penebar rahmat bagi semesta,
Islam sangat komit untuk senantiasa menciptakan suasana kehidupan yang
rukun dan damai dalam masyarakat heterogen multiagama.
Islam sudah mengajarkan serta menekankan keniscayaan akhlak toleransi
dalam pergaulan antarumat beragama, maka Islam tidak mungkin merusak
toleransi tersebut atas nama agama pula. Di smaping itu, dalam pergaulan
antarumat beragama, Islam juga sangat ketat menjaga kemurnian Akidah dan
Syariah Islamiah dari noda-noda yang datang dari luar. Bagi Islam kemurnian
akidah dan syariah Islamiah tersebut tidak boleh dirusak atau ternoda oleh
praktik toleransi.4
Islam memiliki prinsip dan ketentuan tersendiri yang harus dipegang
teguh oleh muslimin di dalam bertoleransi. Pertama, toleransi Islam ada
batasnya dan fokus pada masalah hubungan sosial kemasyarakatan yang
didasari atas dasar kasih sayang dan persaudaraan kemanusiaan, sejauh tidak
bertentangan dan atau tidak melanggar ketentuan teologis Islam. Kedua, di
wilayah agama, toleransi Islam hanya sebatas membiarkan dan memberikan
suasana kondusif bagi umat lain untuk beribadah menjalankan ajaran
agamanya.Bukan akhlak Islam menghalangi umat lain untuk beribadah menurut
keyakinan dan tata cara agamanya, apalagi memaksa umat lain berkonversi
2
Lihat antara lain, Q.S. Al-Hujurat ayat 13
3
Lihat antara lain, Q.S. Al-Mumtahanah ayat 8-9
4
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‘an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
(Bandung: Mizan, 1992), 371
kepada Islam. Ketiga, di dalam bertoleransi kemurnian akidah dan syariah wajib
dipelihara. Maka Islam sangat melarang toleransi yang kebablasan, yakni
perilaku toleransi yang bersifat kompromistis yang bernuansa sinkretis.
Toleransi harus dilaksanakan, tetapi kemurnian akidah dan syariah Islamiah
wajib dipertahankan. Bertoleransi dan menghormati eksistensi sebuah agama,
tidak boleh dalam tindakan kesediaan mengikuti sebagian ajaran teologi atau
sebagian ibadah agama tersebut. Mencampuradukkan satu agama dengan agama
lainnya adalah perilaku kompromis-sinkretis, bukan toleransi antarumat
beragama.
Toleransi dalam Islam ini sudah ada sejak dulu, yaitu sejak zaman Nabi
Muhammad SAW sampai sekarang. Kebenaran toleransi antarumat beragama
dalam Islam sudah tidak diragukan lagi, apalagi dengan adanya bukti-bukti
yang nyata. Baik yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat serta
para pejuang Islam ketika menyiarkan agama Islam yang berhadapan dengan
agama lain sangatlah tinggi, sebab meskipun mereka dihina atau disakiti mereka
tetap tenang saja dan selalu bersikap ramah tamah terhadap orang yang
menyakitinya itu. Hal inilah yang membuat orang-orang nonmuslim tertarik dan
kagum dengan agama Islam, yang akhirnya membawa mereka untuk ikut dan
memeluk agam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan membuktikan
bahwa agama Islam itu tidak disiarkan dengan jalan kekerasan dan peperangan.
Umat beragama memang seharusnya memiliki sikap lapang dada, karena
sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendirian. Sedangkan dalam
masyarakat itu tidak hanya ada satu kepercayaan, oleh karenanya sebagai
bagian dari masyarakat dituntut memiliki sikap lapang dada dalam menerima
semua perbedaan. Kalau tidak bersikap demikian, maka tidak akan terjalin suatu
persatuan.
Allah tidak melarang umat Islam untuk bergaul dengan baik dengan
berbuat adil pada orang-orang non Islam. Selama mereka tidak memerangi
orang-orang Islam karena agamanya dan tidak mengusir mereka dari kampung
halamannya. Seandainya mereka memerangi orang-orang Islam karena
agamanya maka orang-orang Islam dilarang bersahabat dengan mereka, dan di
izinkan untuk berjihad dari agama. Tetapi meskipun begitu Allah melarang
umat Islam untuk berlaku semena-mena terhadap orang non Islam.5

5
Kajian Kritis Tentang Toleransi Beragama dalam Islam, Anita Khusnun Nisa’ dan M.Wahid Nur Tualeka, Vol.2,
No.2, 2016, FAI UMSurabaya
Hikmah adanya perbedaan agama:6
1. Sebagai simbol atau tanda kebesaran Tuhan
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya adalah dia menciptakan kamu
dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembangbiak” (Q.S. ar-Rum [30]: 20).
2. Sebagai sarana berinteraksi dan berkomunikasi antara sesama ummat
manusia
“Hai manusia, sesungguhnya kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal - mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguuhnya Allah maha mengetahui lagi maha
mengenal” (Q.S. al-Hujurat [49]: 13).
3. Sebagai ujian dan sarana manusia dalam berlomba menuju kebaikan dan
prestasi
“…untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikannya
satu uma (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberiannya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan
hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukannya
kepadamku apa yang telah kamu perselisihkan itu” (Q.S. al-Maidah [5]:
48).
4. Sebagai motivasi beriman dan beramal shaleh
“Dan (ingatlah), ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Allah
berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu” Lalu memancarlah
daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui
tempat minumnya masing-masing makan dan minumlah reseki (yang
diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan
berbuat kerusakan” (Q.S. al-Baqarah [2]: 60).

6
Islam Multikultural: Hikmah, Tujuan, dan Keanekaragaman dalam Islam, Mujiburrahman, Vol.7, No.1,
Februari 2013, IAIN Surakarta

Anda mungkin juga menyukai