KELOMPOK
Oleh :
1. A.Yogi Arifan G
2. Alipya Kartika Dewi
3. Intan Pandini
4. Khoirotun Nisa’
5. Maulidzan Ingga j
6. Moh. Zakky Amin
7. Rofika Dewi
8. Ulfatun Hasanah
PROBOLINGGO
2021
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI
RENDAH
A. Topik
Sesi 3 : klien dapat mengontrol persepsi harga diri rendah dengan cara klein mampu
menyelesaikan masalah yang timbul dari tsimulus yang di alami. Dan klien juga mampu
mempersepsikan stimulus secara tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu mengikuti kegiatan TAK dengan baik, duduk di tempat yang telah
di tentukan sampai dengan TAK selesai ,klien tidak jalan-jalan dan kabur.
BAB 1
PENDAHULUAN
C. LATAR BELAKANG.
Kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia.
Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami
sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan
meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (keliat, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa
diseluruh dunia mencapai hampir 450 juta orang, dimana sepertiganya berdomisili di negara-
negara berkembang. Hal ini diperkuat dengan data dan fakta bahwa hampir separuh populasi
dunia tinggal di negara dimana satu orang psikiater melayani 200.000 orang. World Health
Organization (WHO) mengungkapkan negara miskin hanya memiliki satu orang dokter
spesialis jiwa per satu juta penduduk (Makale, 2012).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan kementerian
kesehatan pada 2007, prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas ada
sebanyak 11,60 persen dari jumlah penduduk indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa.
Kemudian prevalensi gangguan jiwa berat yakni psikosis ada sekitar 0,46 persen dari jumlah
penduduk indonesia atau sekitar 1.065.000 juta jiwa(Wibisono, 2013).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri
rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang
tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa
aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menerima pendidikan kesehatan diharapkan keluarga dapat melakukan
perawatan pada anggota keluarganya dengan masalah harga diri rendah.
2. Tujuan Khusus.
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang harga diri rendah selama 1 x 30 menit,
diharapkan para pasien dan keluarga mampu :
a. Menjelaskan pengertian dari harga diri rendah.
b. Menjelaskan penyebab harga diri rendah.
c. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi harga diri rendah.
d. Menjelaskan aspek-aspek harga diri.
e. Menjelaskan tanda dan gejala dari harga diri rendah.
f. Menjelaskan penatalaksanaan dan perawatan dari harga diri rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kriteria Anggota Kelompok
1. Pasien harga diri rendah yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat.
2. Pasien harga diri rendah yang dapat berkomunikasi dengan perawat
3. Pasien harga diri rendah yang telah kooperatif.
B. Proses Seleksi
1. Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.
2. Mengidentifikasi pasien yang masukkriteria.
3. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan
TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalamkelompok.
C. Uraian Struktur
Kegiatan Hari/ Tanggal : Selasa, 21 September 2021
Tempat Kegiatan : Stikes Hafshawaty Zainul Zasan
Waktu Kegiatan : 08.30- selesai WIB
Metode Kegiatan : ceramah
D. Mekanisme Kegiatan.
3. Kontrak.
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
bercakap-cakap tentang hal positif diri
sendiri
Membuat kontrak waktukegiatan.
Membuat kontrak bahasa yang digunakan
Menjelaskan peraturan selama kegiatan
Menjelaskan aturan main:
a. Jika ada pasien yang ingin meninggalkan
kelompok harus minta izin kepada terapi
b. Lama kegiatan 45menit
c. Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
b. Kerja.
1. Memperkenalkan diri: nama lengkap dan
nama panggilan serta memakai papan
nama
2. Membagikan kertas dan spidol kepada
pasien.
3. Meminta tiap pasien menulis pengalaman
yang tidak menyenangkan .
4. Memberi pujian atas peran sertapasien.
5. Membagikan kertas yang kedua.
6. Meminta tiap pasien menulis hal positif
tentang diri sendiri: kemampuan yang
dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di
rumah dan di rumahsakit.
7. Meminta pasien membacakan hal positif
yang sudah ditulis secara bergiliran sampai
semua pasien mendapatkan giliran.
8. Memberi pujian pada setiap peranserta
pasien.
1) Terminiasi : Mengungkapkan
a) Evaluasi pencapaian tujuan. pendapat. Menyetujui /
keberhasilan kelompok.
b) Memberikan rencana tindakan lanjut.
Terapis meminta pasien menulis hal
positif lain yang belum tertulis.
c) Kontrak TAK yang akandatang
Menyepakati TAK yang akan datang,
yaitu melatih hal positif diri yang dapat
diterapkan di rumah sakit dan dirumah
menyepakati waktu dan tempat
E. Pengorganisasian Kelompok
Leader : Andika Rahmat Harefa
Co.Leader : Erma Fitri Samosir
Observer : Sry Nofita Sari Hutagalung
Fasilitator : Rut Imanita Sihombing Sarah Monica Yuliana Romayanti Manurung.
Perilaku Pemimpin / Terapis Yang Diharapkan.
F. Perilaku Pemimpin / Terapis Yang Diharapkan
1. Peran Leader.
a. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK dan Memimpin diskusi kelompok.
2. Co.Leader :
a. Mendampingi Leader.
b. Menjelaskan aturan permaian.
c. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas pasien.
d. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah di buat
e. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses terapi.
3. Peran Observer :
a. Mencatat serta mengamati respon pasien (dicatat pada format yang tersedia).
b. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan.
4. Peran Fasilitator.
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya
terapi.
5. Peran Anggota Kelompok.
a. Mengikuti Proses TAK dari awal sampai akhir.
b. Mendengarkan dan memperhatikan pengarahan dari terapis.
c. Menjawab pertanyaan bila ada pertanyaan dariterapis.
I. Respon Pasien
Respon pasien saat diberikan terapi aktivitas kelompok yaitu :
1. Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Pasien mengatakan
mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang pasien miliki, seperti ada yang
suka membakar sampah, memotong rumput, membaca dan bernyanyi.
2. Menilai, menetapkan dan melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1 Pasien
mengatakan dapat melakukan kegiatan yang mereka pilih seperti membakar sampah,
memotong rumput, membaca dan bernyanyi.
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2 Pasien mengatakan mampu
melakukan kegiatan yang mereka pilih 2 seperti membakar sampah, memotong
rumput, membaca dan bernyanyi.
4. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3 Pasien mengatakan mampu
melakukan kegiatan yang mereka pilih 3 seperti membakar sampah, memotong
rumput, membaca dan bernyanyi.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi pasien HDR
untuk mampu melatih kegiatan yang dimiliki sesuai kemampuan individu. Tujuan
khusus TAKS, yaitu : mengindetifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, menilai, menentapkan, melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih
1. melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih.
2. melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih.
3. Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk
kehilangan kepercayaan diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada
arapan dan putus asa.
Tindakan yang dilakukan perawat dalam mengurangi resiko masalah yang terjadi
pada kasus harga diri rendah salah satunya dengan melakukan komunikasi terapeutik,
dampak yang terjadi jika tidak dilakukan komunikasi terapeutik maka dapat
mengakibatkan gangguan interaksi sosial: menarik diri, perubahan penampilan peran,
keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh penulis selama 3 hari yaitu
mengajarkan SP1P, SP2P dan SP3P, dimana pasien sudahmenunjukkan hasil yang
positif yaitu pasien sudah mulai mau berbicara, kontak mata bisa dipertahankan dan
pasien sudah mau melakukan kegiatan mencuci piring setiap hari (Purwasih, &
Susilowati, 2016).
Dari hasil evaluasi ketika melakukan TAK isolasi social pasien mengikuti
kegiatan dengan baik dan kondusif. Pasien juga mengikuti aturan permainan dan pada
sesi 1 pasien juga mampu untuk meperkenalkan diri sendiri di hadapan orang lain. Pada
sesi 2 pasien juga mampu berlatih berkenlan dengan orang lain dan teman dalam
kelompok. Pada sesi 3, pasien juga terlihat mau berkonstribusi pada saat TAK
berlangsung dan mampu menceritakan tentang perasaan menyenangkan mereka yang
pernah terjadi pada diri mereka dulunya. Pasien merasa lega dan mendapatkan manfaat
setelah mengikuti kegiatan TAK.