Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“KEBIJAKAN FISKAL”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 8

NAMA : 1. SUCI ANANDA

2. NURAINI SIREGAR

3. DINI KHOIRIAH DALIMUNTHE

DOSEN PENGAMPU : ROSWITA SARI SIREGAR, M.Pd.I

MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INONESIA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LABUHANBATU
KOTA PINANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara
yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal bukan semata-
mata kebijakan dalam bidang perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola
pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian. Kebijakan fiskal
memiliki tujuan yang persis dengan kebijakan moneter. Perbedaan tersebut terletak pada
instrument kebijakan yang diterapkannya, yaitu dalam kebijakan moneter pemerintah
mengendalikan jumlah uang yang beredar, sedangkan dalam kebijakan fiskal pemerintah
mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya.
Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari campur tangan pemerintah, karena
pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu yang menyangkut semua kebijakan yang
bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Kebijakan ekonomi sangat beragam dan
bermacam-macam pula kebijakannya. Oleh sebab itu, pemerintah wajib menganut salah satu
kebijakan ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Apapun sistem
ekonomi yang dianut pemerintah, maka itulah sistem ekonomi yang terbaik bagi perekonomian
rakyat, meskipun nantinya dalam perjalanannya memiliki berbagai kelemahan.
Kebijakan ekonomi pasti memiliki fenomena yang berdampak positif dan negatif, salah
satu dampak negatif yang sering terjadi adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena yang timbul
akibat banyaknya jumlah uang yang beredar, kenaikan biaya produksi, besarnya tarikan
permintaan dari konsumen, dan adanya inflasi tularan dari luar negeri. Akbiatnya akan
mempengaruhi perekonomian didalam negeri dan semakin bertambahnya pengangguran. Selain
dampak negatif kebijakan ekonomi, juga memiliki dampak positifnya, yaitu memudahkan
pemerintah untuk mengatur perekonomian dan anggaran pembelajaan negara. Sehingga, dengan
kebijakan ini maka hasil yang didapatkan digunakan untuk keperluan didalam negeri dan
keperluan rakyat.

1.2    Rumusan masalah
           Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal?
           Apa tujuan kebijakan fiskal?
           Apa saja fungsi kebijakan fiskal?
           Apa peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian?
           Bagaimana pengaruh resiko kebijakan fiskal?

1.3    Tujuan
           Untuk mengetahui pengertian kebijakan fiskal.
           Untuk mengetahui tujuan kebijakan fiskal.
           Untuk mengetahui fungsi kebijakan fiskal.
           Untuk mengetahui peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian..
           Untuk mengetahui pengaruh resiko kebijakan fiskal.
1.4    Manfaat
           Menambah pengetahuan tentang pengertian kebijakan fiskal.
           Menambah pengetahuan tentang tujuan kebijakan fiskal.
           Menambah pengetahuan tentang fungsi kebijakan fiskal.
           Menambah pengetahuan tentang peran kebijakan fiskal dalam perekonomian.
           Menambah pengetahuan tentang resiko kebijakan fiskal.
BAB II
DASAR TEORI

Menurut Tulus TH Tambunan, menyatakan jika kebijakan memiliki 2 prioritas, yang


pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan masalah-
masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari
pengeluarannya. Kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara
lain : pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja, dan neraca pembayaran.
Menurut Nopirin, Ph. D. 1987, menyatakan bahwa kebijakan fiskal terdiri dari perubahan
pengeluaran pemerintah atau perpajakan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan
permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah badget defisit yakni selisih antara
pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.
Menurut Sadono Sukirno, 2003 menyatakan jika kebijakan fiskal adalah langkah-langkah
pemerintah untuk membuat perbaha-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya
dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran
pemerintah (goverment expenditure). sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu
GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan moneter berkaitan
erat dengan kegiatan perekonomian 4 sektor, dimana sektor sektor tersebut antaranya sektor
rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/ luar negeri,
sebagai berikut :
1.        Sektor rumah tangga (RTK), dimana rumah tangga melakukan pembelian barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaaan untuk komsumsi dan mendapatkan pendapatan berupa gaji, upa
sewa deviden, bunga dll. Kegiatan ekonomi rumah tangga dengan pemerintah adalah menyetor
sejumlah uang sebagai pajak dan penerimaan berupa gaji, bunga, penghasilan balas jasa, dll.
Sedangkan dengan dunia internasional , rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negri
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2.        Sektor perusahaaan, kegiatan ekonomi memiliki hubungan dengan rumah tangga yaitu
perusahaan menghasilkan produk produk berupa barang dan jasa yang dikomsumsi oleh
masyarakat dan memberikan penghasilan dan keuntungan kepada rumah tangga berupa gaji,
deviden, sewa, upah, bunga. Sedangkan hubungan dengan pemerintah, perusahaan akan
membayar pajak kepada pemerintah dan menjual produk dan jasa kepada pemerintah. Sedangkan
hubungan dengan dunia internasional, perusahaan melakukan impor atas produk barang maupun
jasa dari luar negri.
3.        Sektor pemerintah, kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan rumah tangga dimana
pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga untuk kebutuhan operasional, pembangunan,
dan untuk hubungan dengan perusahaan , pemerintah mendapatkan penerimaan pajak dari
pengusaha dan pemerintah membeli produk dari perusahaan berdasarkan dana anggaran belanja
yang ada.
4.        Sektor dunia internasional/luar negri, dimana hubungan rumah tangga adalah dunia internasional
menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rumah tangga. Dan untuk hubungan dengan
perusahaan, dunia internasional mengekspor produk nya kepada bisnis bisnis perusahaan.

Dari kegiatan 4 sektor perekonomian tersebut dapat disimpulkan jika semua sektor saling
berkaitan satu sama lain dan saling membutuhkan. Jika salah satu sektor bermasalah maka dapat
mempengaruhi sektor yang lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Pengertian kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal yang sering juga disebut “politik fiskal” atau “fiscal policy”, biasa
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara
dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Oleh karena itu, anggaran belanja
negara terdiri dari penerimaan berupa hasil pengutan pajak dan pengeluaran yang dapat berupa
“goverment expenditure” dan “goverment transfer”, maka sering pula dikatakan bahwa
kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang berupa tindakan pembesar atau
memperkecil jumlah pungutan pajak. Memperbesar atau memperkecil “goverment expenditure”
dan atau memperkecil “goverment transfer” yang bertujauan untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mendapatkan dana-dana kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain, kebijakan fiskal
adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran negara.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi
suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan pemerintah dalam bidang anggaran belanja
negara.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemeritah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pegeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.

3.2   Tujuan kebijakan fiskal


Tujuan kebijakn fiskal adalah untuk mempengaruhi jalan nya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalannya memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer
pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan harga,
implementasinya untuk menggerakan pos penerimaan dan pengeluaran dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN). Dengan semakin kompleknya struktur ekonomi
perdangangan dan keuangan. Maka semakin rumit pula penanggulangan inflasi. Kombinasi
beragam harus digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, perdagangan
harga.
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalangkan pembangunan ekonomi
bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut:
1)      Untuk meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta dan
negara. Selain itu, juga mendorong dan menghambat bentuk investasi berencana disektor publik,
namun pada kenyataannya dibeberapa negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu masalah
yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi
dijalur yang tidak produktif dari masyarakat negara tersebut. Oleh karena itu, kebijakan fiskal
memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang
dapat digunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi.
2)      Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal untuk tujuan ini, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang
besar dan cepat yang menjadi tanggungan negara secara serentak berupaya memacu laju
pembentukan modal. Nantinya investasi optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukan
pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.

3)      Untuk meningkatkan kesempatan kerja.


Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskla berperan dalam hal pengelolaan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan negara
dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya
sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah
ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.

4)      Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional


Kebijakan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas ekonomi
menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurango dampak
internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak
ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikan harga pasar. sedangkan bea
impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk
menghambat penggunaan daya beli tambahan.

5)      Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional


Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri dari
upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang
lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran
program pembangunan regional yan berimbang pada berbagai sektor perekonomian.

3.3   Fungsi kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam mengelola keungan negara yaitu yang
terdapat pada pos penerimaan dan pos pengeluaran negara dalam APBN yang merujuk pada
pasal 3 ayat (4) UU No. 17/2003 tentang keuangan negara, kebijakan fiskal terkait anggaran
(APBN) mempunyai fungsi, antara lain:
  Fungsi otoritas
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja negara pada tahun
yang bersangkutan.
  Fungsi perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
  Fungsi pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah
negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
  Fungsi alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efesiensi dan efekivitas perekonomian
  Fungsi distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
  Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

3.4    Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian


Kebijakan fiskal berperan memengaruhi keadaan perekonomian agar berjalan dengan
lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara memperbesar ataupun memperkecil pengeluaran
pemerintah (G), penerimaan pajak (Tx), dan jumlah transfer oleh pemerintah (Tr) peranan
kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut:
1.    Menurunkan tingkat inflasi
Pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal berupa tindakan memperkecil
pengeluaran pemerintah. Hal tersebut, dapat dilakukan jika pemerintah membatalkan atau
menunda proyek-proyek yang telah direncanakan sebelumnya. Maka, jumlah uang yang beredar
akan menurun. Meningkatkan perolehan pajak merupakan cara yang dapat ditempuh oleh
pemerintah. Melalui upaya menumbuhkan kesadaran pajak masyarakat serta pengenaan tarif
pajak yang tinggi untuk beberapa komponen pajak yang dianggap perlu.

2.    Meningkatkan produk domestik bruto


Pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal yaitu memperbesar pengeluaran
pemerintah (G). Hal tersebut, dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan proyek-
proyek pembangunan yang didanai oleh APBN. Dengan adanya proyek tersebut, maka akan
terjadi permintaan barang dan jasa. Sehingga, akan mendorong adanya produksi oleh
masyarakat.
Kebijakan fiskal lainnya yang dapat meningkatkan produk domestik bruto adalah
peningkatan transfer pemerintah (Tr). Transfer pemerintah (Tr) dapat berupa bantuan bencana
alam, beasiswa pelajar, bantuan kepada rakyat miskin dan subsidi dapat meningkatkan daya beli
masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan permintaan barang maupun jasa, yang akhirnya
mendorong kegiatan produksi oleh pengusaha.

3.    Mengurangi tingkat pengangguran


Mengurangi tingkat pengangguran, pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal,
yaitu memperbesar pengeluaran pemerintah (G) dan memperbesar transfer pemerintah (Tr)
berupa subsidi kepada pengusaha, pengurangan pajak terhadap pengusaha dan sebagainya.
Pengeluran pemerintah untuk mendanai proyek-proyek pembangunan membutuhkan jasa tenaga
kerja, dengan demikian pengangguran dapat dikurangi.

4.    Meningkatkan pendapatan masyarakat


Pengeluaran pemerintah (G), misalnya proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung
pemerintah, pembelian barang berupa peralatan kantor, rumah sakit, militer memberikan
pendapatan kepada masyarakat karena semuanya itu melibatkan tenaga kerja serta memberikan
keuntungan kepada pengusaha. Penyedia bahan bangunan mendapatkan kentungan saat
dilaksanakan proyek pembangunan. Pedagang peralatan kantor, peralatan rumah sakit, militer
mendapat keuntungan saat pemerintah melakukan pembelian barang.

3.5    Pengaruh resiko kebijakan fiskal


Resiko fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan oleh
sesuatu diluar kendali pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal dangat perlu untuk empat tujuan
strategis, yaitu:
1). Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengelolaan kebijakan
fiskal.
2).  Meningkatkan keterbukaan fiskal.
3).  Meningkatkan tanggung jawab fiskal
4).  Menciptakan kesinambungan fiskal

Resiko fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama, yaitu:


1.    Resiko ekonomi makro
Penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar
penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga sertifikat Bank Indonesia,
nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia dan lifting minyak. Secara umum sumber
resiko fiskal yang dihadapi oleh APBN terutama berasal dari dua resiko utama, yakni:
a.    Inflasi
Pemerintah memperoyeksikan angka inflasi tahun 2014 sebesar 5,3 % lebih rendah dari tingkat
inflasi pada tahun 2013, yang mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 8,3 %. Sementara
pada tahun 2015, BI (bank Indonesia) sudah menetapkan besaran inflasi sekitar 4,4 % atau
berada pada kisaran rentang sasaran inflasi yang telah ditetapkan sebesar 4,0 ± 1,0 %.

b.    Harga Minyak
Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 105 per barel s/d US$ 95 per
barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan harga minyak dipasaran dunia.
2.    Resiko utang dinamika ekonomi makro.
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat diperoleh
dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukkan beban utang yang tidak
terkendali pada masa yang akan mendatang. Pada dasarnya resiko utang terdiri dari empat, antara
lain:
1).   Resiko pasar
Terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan resiko likuiditas yang timbul
sebagai akibat dari ketikpastian kondisi pasar keuangan yang dinamis. Resiko nilai tukar
terutama berasal dari utang memlaui penjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat bunga
bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.
2).   Resiko operasional
Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada orang, proses
bisnis dan sistem diunit terkait. Serta yang ditimbulkan oleh aspek ilegal. Resiko ini antara lain
dapat berupa gagal bayar akibat kelalaian manusia untuk kegagalan sistem yang berdampak pada
penurunan sorvereign credit rating.
3).  Resiko reputasi
Resiko reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan utang dari sudit
pandang investor dan lender yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kepastian dan konsistensi
penerapan strategi pengelolaan utang.

3.    Kewajiban kontijensi pemerintah pusat


Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban kontijensi
pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian dukungan dan/atau
pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur, kewajiban yang timbul akibat program
pensiun dan tabungan hari tua pegawai negeri.

4.    Desentralisasi fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran
serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Republik Kesatuan Indonesia. Dalam hal pelaksanaannya, penerapan kebijakan ini selain
menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga berpotensi
menimbulkan resiko fiskal. Resiko fiskal dari desntralisasi fiskal diantaranya bersumber dari
kebijakan daerah, tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan pinjaman dari luar
negari dari rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.
BAB IV
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Kebijakan ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu tatanan negara
sebagai penstabilan ekonomi. Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud
untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan kata lain, kebijakan fiskal pemerintah
berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Sehingga,
dengan adanya kebijakan fiskal ini pemerintah berharap dapat mengendalikan dan mengawasi
keadaan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Ferry, Prasetyia. 2011. Rekonstruksi Sistem Fiskal Nasional Dalam Bingkai Konstitusi. Journal
of Indonesian Applied Economics. 5(2): 141-156.
Kementrian keuangan (kemenkeu). http://www.kemenkeu.go.id/wide/apbn2015

Purjono. 2014. Widyaiswara Madya di Pusdiklat Bea dan Cukai.

Reksoprayitno, Soediyono. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro Edisi 6. Hal 97-98. Yogyakarta.

Samuelson, Paul A and William D. Nordhaus. 1992. Makroekonomi edisi keempat belas. Hal
344-353. Jakarta. Erlangga

Surjaningsih, Ndari, G. A Diah Utari, et al. 2012. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Output
dan Inflasi. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

Anda mungkin juga menyukai