Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

1402 K/PID.SUS/2016 DALAM PERKARA TINDAK PIDANA ILLEGAL FISHING

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah penangkapan ikan ilegal adalah masalah tradisional yang sering dihadapi
dengan negara-negara dengan banyak pantai, termasuk Indonesia. Upaya Indonesia dalam
pengelolaan kasus penangkapan ikan ilegal adalah dengan menerbitkan aturan khusus bahwa
debat masalah penangkapan ikan, yaitu UU 31 tahun 2004 tentang HUKUM diubah 45 tahun
2009 tentang amandemen Bill 31e 2004 tentang penangkapan ikan. Namun, fakta bahwa upaya
tersebut dikerahkan selalu dilanggar oleh masyarakat. Salah satunya adalah kasus penangkapan
ikan ilegal pada November 2015, yaitu nelayan Bontang mengambil ikan menggunakan bahan
peledak. Kegiatan ini dimasukkan dalam kejahatan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 (1)
Undang-Undang Perikanan 2004 No. 31 tahun 2004.

Dalam hal ia mencapai titik kasasi, seperti yang ditunjukkan dalam keputusan Nomor
Mahkamah Agung 1402 K / PID / 2016, bahan peledak yang digunakan adalah bahan peledak
yang dirakit dengan campuran pertandingan, sulfur, lukisan besi / perak, indah Cap kuda pupuk
dan minyak tanah dan kumpulan kemudian ditempatkan dalam sebotol bir. Jika mereka diamati
bahan dan botol yang digunakan, menurut konstituen ledakan yang dihasilkan tidak terlalu besar,
karena hasil ikan yang diambil hanya 18 kilogram gram (lemparan pertama 7 kilo gram,
lemparan kedua menghasilkan 5 kilo gram, Lemparan ketiga menghasilkan 6 kilo gram).
Meskipun hasilnya kecil untuk ukuran bahan peledak, ternyata bagian-bagian yang merasa
dirugikan oleh tindakan ini untuk menghilangkan reaksi atas permintaan pengadilan.

Dalam proses peradilan pertama, Pengadilan Distrik (dalam hal ini adalah Pengadilan
Negeri Bontang). Dalam keputusan Hakim Pengadilan Negeri Bontang dalam Keputusan No.
118 / Pid.Sus / 2015 / PN.bon, terdakwa adalah penjara penjara selama 2 (dua) bulan 8 (delapan)
bulan dan denda Rp. 500 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 (lima
ratus juta rupiah).
Merasa bahwa keputusan itu tidak adil dengan langkah-langkah yang diambil, terdakwa
mengajukan banding dan kasasi, tetapi ternyata keputusan Pengadilan Negeri Bontang diperkuat
oleh Pengadilan Tinggi Samarinda dan Mahkamah Agung. Atas dasar putusan, kompiler
memperkirakan bahwa keputusan yang ditularkan oleh hakim terlalu berat bagi terdakwa. Selain
itu, hakim menggunakan otoritas yang berlebihan untuk melanggar ketentuan Pasal 1001 UU No.
45 tahun 2009 tentang amandemen penangkapan ikan 2004.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penyusun mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa implementasi penjahat dalam jumlah keputusan Mahkamah Agung 1402 K /
PID.SUS / 2016 sehubungan dengan kejahatan penangkapan ikan ilegal menggunakan
bahan peledak?
2. Apa mitra Mahkamah Agung dalam Nomor Keputusan 1402 K / Pid.Sus / 2016 tentang
kejahatan penangkapan ikan ilegal menggunakan bahan peledak?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pidana
dalam keputusan MA Nomor 1402 K / Pid.Sus / 2016 berkaitan dengan kejahatan memancing
ilegal menggunakan bahan peledak dan menentukan pemeriksaan Mahkamah Agung dalam
Nomor Keputusan 1402 K / PID.SUS / 2016 tentang kejahatan memancing ilegal menggunakan
bahan peledak.

D. KESIMPULAN

Penjelasan di atas, dapat disimpulkan:

1. Penerapan kriminalisasi Keputusan Mahkamah Agung Nomor 1402K / PID.Sus / 2016


berkaitan dengan kejahatan memancing ilegal menggunakan bahan peledak terdiri dari
memberikan vonis sesuai dengan ketentuan-ketentuan. Pasal 84 (1) UU No. 31 tahun
2004 tentang perikanan, yaitu pemenjaraan 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan dan denda
Rp. 500.000.000.000 (lima ratus juta rupee) asalkan denda tidak dibayar, itu diganti
dengan penjara selama 4 (empat) bulan. Tetapi ini tidak sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan oleh hukum, karena terdakwa diklasifikasikan sebagai nelayan kecil sehingga
hakim harus menggunakan bagian 100b tahun 2009 tentang amandemen hukum. 31 tahun
2004 tentang penangkapan ikan.
2. Pemeriksaan Mahkamah Agung dalam Keputusan No. 1402K / PID.SUS / 2016
membenarkan Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi Samarinda dan Pengadilan Negeri
Bontang, yang menyatakan bahwa terdakwa telah membuktikan bahwa terdakwa telah
melakukan kejahatan sesuai dengan. Ketentuan Pasal 8 (1) dari nomor undang-undang 31
tahun 2004 untuk perikanan sehingga hakim memberlakukan vonis berdasarkan apa yang
dinyatakan dalam Pasal 84 (1) dari UU. 31 tahun 2004 tentang memancing. Tetapi dari
penelitian yang dilakukan, putusan tidak sesuai dengan moralitas hukum dan bahwa vonis
yang diberikan tidak mematuhi aturan yang berlaku, yaitu Pasal 100B Undang-Undang
Nomor 45 tahun 2009 tentang Undang-Undang Amandemen No. 31 tahun 2004 tentang
penangkapan ikan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Cet V, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31


Tahun 2004 tentang Perikanan

Anda mungkin juga menyukai