PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu Negara. Sebab tanpa
konstitusi negara tidak mungkin terbentuk. Dengan demikian konstitusi
menempati posisi yang sangat vital dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
Negara. Dengan kata lain, konstitusi membuat suatu peraturan pokok
mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan Negara.
Untuk itu, kami akan menelaah lebih lanjut, bahwa UUD 1945 itu
menganut nilai apa dan bagaimana pengimplementasiannya dalam kehidupan
bernegara. Hal ini dianggap perlu karena pelaksanaan UUD 1945 harus efektif
dalam pelaksanaan nilai-nilai yang dianutnya.
2. Rumusan Masalah
Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Praktiknya dapat pula terjadi percampuran antara nilai nominal dan
normatif. Hanya sebagian saja dari ketentuan undang-undang dasar yang
dilaksanakan, sedangkan sebagian lainnya tidak dilaksanakan dalam praktik,
sehingga dapat dikatakan bahwa yang berlaku normatif hanya sebagian, sedangkan
sebagaian lainnya hanya bernilai nominal
Page 5
yang menilai konstitusi hanya sebagai “jargon” atau semboyan pembenaran sebagai
alat pelanggengan kekuasaan saja. Pada intinya keberlakuan dan penerapan
konstitusinya hanya untuk kepentingan bagaimana mempertahankan kekuasaaan
yang ada.
Menurut Karl Lowenstein setiap konstitusi selalu terdapat dua aspek penting,
yaitu sifat idealnya sebagai teori (das sollen) dan sifat nyatanya sebagai praktik (das
sein). Suatu konstitusi yang mengikat itu bila dipahami, diakui, diterima, dan
dipatuhi oleh masyarakat bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga
merupakan suatu kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan
efektif.
Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan kekuasaan
hal tersebut terlihat dengan rigidnya sifat konstitusi yang “sengaja” dibuat dengan
membuat peraturan atau prosedur perubahan demikian sulit, padahal Undang-Undang
Dasar pada saat itu dibentuk dengan tujuan sebagai Undang-Undang Dasar
sementara, mengingat kondisi negara yang pada waktu itu telah memproklamirkan
kemerdekaan maka diperlukanlah suatu Undang-Undang dasar sebagai dasar hukum
tertinggi. Namun dikarenakan konstitusi tersebut masih dimungkinkan untuk
melanggengakan kekuasaan, maka konstitusi tersebut dipertahankan. Maka timbulah
adigium negatif “Konstitusi akan dipertahankan sepanjang dapat melanggengkan
kekuasaan”.
Page 6
Kemudian, Pasca perubahan Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-4,
memberikan nilai lain pada konstitusi kita. Dalam pasal - pasal konstitusi kita
memiliki nilai nominal. Misal pada pasal 28B ayat (2) tentang HAM, yang berbunyi
“Setiap orang berhak atas kekeluargaan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Walaupun dalam ayat tersebut
terdapat hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi namun kenyataannya
masih banyak diskriminasi-diskriminasi penduduk pribumi keturunan. Kemudian
pasal 29 ayat (2), yang berbunyi “ Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”. Perkataan Negara menjamin kemerdekaan
menjadi sia-sia kalau agama yang diakui di Indonesia hanya 5 dan 1 kepercayaan.
Hal tersebut menjadi dilematis dan tidak konsekuen, bila memang kenyataan
demikian, mengapa tidak dituliskan secara eksplisit dalam ayat tersebut. Hal lain
adalah dalam pasal 31 ayat (2), yang berbunyi “ Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya” . Kata-kata wajib
membiayainya seharusnya pemerintah membiayai seluruh pendidikan dasar tanpa
terdikotomi dengan apakah sekolah tersebut swasta atau negeri, karena kata wajib
disana tidak merujuk pada sekolah dasar negeri saja, seperti yang dilaksanakan
pemerintah tahun ini, tetapi seluruh sekolah dasar. Pasal selanjutnya adalah pasal 33
ayat (3), yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Kata dipergunakan dalam ayat tersebut tampaknya masih jauh
dari kenyataan, betapa tidak banyak eskploitasi sumber daya alam bangsa ini yang
dikuras habis oleh perusahaan asing yang sebagian besar keuntungannya di bawa
pulang ke negara asal mereka. Kondisi demikian masih jauh dari tujuan pasal
tersebut yakni kemakmuran rakyat bukan kemakmuran investor. Selanjutnya pasal 34
ayat (1), yang berbunyi “ fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara”. Kata dipelihara disini bukan berarti fakir miskin dan anak-anak terlantar
dibiarkan “berpesta ngemis” atau bergelandang tanpa dicari solusi dan menjamin
jaminan sosial dimana sesuai dengan tujuan awal, yakni kemakmuran seluruh rakyat
Indonesia.
Page 7
Dari penjelasan tersebut, tampaknya UUD 1945 mempunyai nilai nominal.
Sebab walaupun secara hukum konstitusi ini berlaku dan mengikat peraturan
dibawahnya, akan tetapi dalam kenyataan tidak semua pasal dalam konstitusi berlaku
secara menyeluruh, yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif dan
dijalankan secara murni dan konsekuen.
Page 8
kata-kata yang mengatakan bahwa kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum itu konsekuen dengan faktanya dalam
kehidupan bernegara? Oleh karena itu, jika UUD 1945 kita ingin diubah
nilainya menjadi nilai normatif, maka harus sesuai antara Das Sein dan Das
Sollen dalam pelaksanaannya di kehidupan bernegara.
Page 9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Karl Loewenstein dalam bukunya “Reflection on the Value of Constitutions”
membedakan 3 (tiga) macam Nilai Konstitusi atau the values of the
constitution, dengan didasarkan pada realitas kekuasaan dan norma
konstitusi, yaitu :
d) Normative Value (Nilai Normatif)
e) Nominal Value (Nilai Nominal)
f) Semantical Value (Nilai Semantik)
2. Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan kekuasaan hal tersebut
terlihat dengan rigidnya sifat konstitusi yang “sengaja” dibuat dengan membuat peraturan
atau prosedur perubahan demikian sulit, karena pada saat itu, nilai konstitusi yang
berlaku adalah nilai semantik.
3. UUD 1945 mempunyai nilai nominal. Sebab walaupun secara hukum konstitusi ini
berlaku dan mengikat peraturan dibawahnya, akan tetapi dalam kenyataan tidak semua
pasal dalam konstitusi berlaku secara menyeluruh, yang hidup dalam arti sepenuhnya
diperlukan dan efektif dan dijalankan secara murni dan konsekuen.
Page 10
DAFTAR PUSTAKA
http://nartocalonlegislator.blogspot.co.id/2013/10/nilai-nilai-dalam-
konstitusi.html
https://kshfhunpad.wordpress.com/?s=nilai+konstitusi+indonesia
http://www.gurupendidikan.co.id/tag/perbedaan-konstitusi-tertulis-dan-tidak-
tertulis/
http://www.gurupendidikan.co.id/konstitusi-tertulis-tidak-tertulis-pengertian-
fungsi-kelebihan/
Page 11