Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KONSEP CARING I

JUDUL: MASALAH TERKAIT TERAPI OBAT/ DRUG RELATED PROBLEMS


(DRPs)

DIBUAT OLEH :

Armiel Jerri Manggribeth (191148201068)

Bernadet Yunita (191148201071)

Bulan (191148201072)

Chrisbaningrum Prehatin (191148201073)

Jenly Adinata (191148201090)

DOSEN PEMBIMBING :

Apt. Clara Ritawany Sinaga, M.farm

LABORATORIUM KONSEP CARING

I PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2021


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KONSEP CARING I

Judul : Masalah Terkait Terapi Obat/Drug Related Problems (DRPs)

Anggota Kelompok :

1. Armiel Jeeri Manggribeth (191148201068)


2. Bernadet Yunita (191148201071)
3. Bulan (191148201072)
4. Chrisbaningrum Prehatin (191148201073)
5. Jenly Adinata (191148201090)

Kelas : III A

Program Studi : S1 Farmasi

Tanggal Praktikum : 15 Oktober 2021

Tanggal membuat Pengesahan :16 Oktober 2021

No. Nama Anggota Kelompok Tanda Tangan

1. Armiel Jerri Manggribeth

2. Bernadet Yunita

3. Bulan

4. Chrisbaningrum Prehatin

5. Jenly Adinata

No. Dosen Pembimbing Tanda Tangan Dosen

1. Apt. Clara Ritawany Sinaga, M.farm


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
ISI LAPORAN ......................................................................................................................... 4
I. Tujuan ............................................................................................................................ 4
II. Tinjauan Pustaka ............................................................................................................ 4
III. Alat dan Bahan ............................................................................................................... 7
IV. Prosedur Kerja................................................................................................................ 7
V. Hasil dan Pembahasan.................................................................................................... 7
a. Definisi Hipertensi ......................................................................................................... 7
b. Etiologi Hipertensi ......................................................................................................... 8
c. Patofisiologi ................................................................................................................... 9
d. Manifestasi Klinis Hipertensi....................................................................................... 10
e. Tatalaksana Hipertensi ................................................................................................. 10
f. Kasus ............................................................................................................................ 11
VI. Kesimpulan ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14
ISI LAPORAN

I. Tujuan
Mahasiswa dapat menilai terjadi/tidaknya DRPs dalam terapi pasien dan
mengklasifikasikan kejadian DRP tersebut.

II. Tinjauan Pustaka


Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan
dari pengalaman pasien atau diduga akibat terapi obat sehingga potensial mengganggu
keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Cipolle et al, 1998).
DRPs aktual adalah DRPs yang sudah terjadi sehingga harus diatasi dan
dipecahkan. DRPs potensial adalah DRPs yang kemungkinan besar dapat terjadi dan
akan dialami oleh pasien apabila tidak dilakukan pencegahan (Rovers et el, 2003).
Farmasi sebagai profesi yang bertanggung jawab dalam terapi obat harus dapat
mengidentifikasi, mengatasi atau mencegah terjadinya DRPs. Ada 2 komponen primer
DRPs (Cipolle et al, 1998) yaitu :
1. Kejadian atau resiko yang tidak diharapkan yang dialami oleh pasien, kejadian ini
dapat diakibatkan oleh kondisi ekonomi, psikologi, fisiologis, dan sosiokultural
pasien.
2. Ada hubungan atau diduga ada hubungan antara kejadian yang tidak diharapkan
yang dialami oleh pasien dengan terapi obat. Hubungan tersebut adalah konsekuensi
terapi obat sebagai penyebab atau diduga sebagai penyebab kejadian yang tidak
diharapkan atau dibutuhkannya terapi obat untuk mengatasi atau mencegah kejadian
tersebut.
DRPs dapat diatasi atau dicegah ketika penyebab dari masalah tersebut dipahami
dengan jelas. Dengan demikian perlu untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan
DRPs dan penyebabnya menurut standar disajikan dalam tabel 1 :
Tabel 1 jenis-jenis DRPs dan penyebabnya :
DRPs Kemungkinan Kasus pada DRPs
Terapi obat tambahan - Pasien dengan kondisi terbaru membutuhkan terapi
obat yang terbaru.
- Pasien yang kronik membutuhkan lanjutan terapi obat
- Pasien dengan kondisi kesehatan yang membutuhkan
kombinasi farmakoterapi untuk mencapai efek sinergis
atau potensiasi
- Pasien dengan resiko pengembangan kondisi
- Kesehatan baru dapat dicegah dengan penggunaan
terapi prophylactic drug atau premedication
Terapi obat yang tidak perlu - Pasien yang mendapatkan obat yang tidak tepat
indikasi
- Pasien yang toksik karena obat atau hasil pengobatan
- Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat, alkohol,
dan rokok
- Pasien dalam kondisi pengobatan yang lebih baik
diobati dengan non drug theraphy
- Pasien dengan multiple drug untuk kondisi dimana
hanya single drug therapy dapat digunakan
- Pasien dengan terapi obat untuk penyembuhan dapat
menghindari reaksi yang merugikan dengan
pengobatan lainnya.
Salah obat - Pasien dimana obatnya tidak efektif
- Pasien alergi
- Pasien penerima obat yang paling tidak efektif untuk
indikasi pengobatan
- Pasien dengan faktor resiko pada kontra indikasi
penggunaan obat
- Pasien menerima obat efektif tetapi least costly
- Pasien menerima obat efektif tetapi tidak aman
- Pasien yang terkena infeksi resistensi terhadap obat
yang digunakan
Dosis terlalu rendah - Pasien menjadi sulit disembuhkan dengan terapi obat
yang digunakan
- Pasien menerima kombinasi produk yang tidak perlu
dimana single drug dapat memberikan pengobatan
yang tepat
- Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk
menimbulkan respon
- Konsentrasi obat dalam serum pasien dibawah range
teraupeutik yang diharapkan
- Waktu prophylaxis (pre-sureical) antibiotic diberikan
terlalu cepat
- Dosis dan flexibility tidak tepat untuk pasien
- Terapi obat berubah sebelum teraupetik percobaan
cukup untuk pasien
Reaksi obat yang - Pemberian obat terlalu cepat
merugikan - Pasien alergi
- Pasien dengan faktor resiko yang berbahaya bila obat
digunakan
- Ketersediaan dari obat yang menyebabkan interaksi
dengan obat lain atau makanan pasien
- Efek dari obat dapat diubah substansi makanan pasien
- Efek dari obat diubah enzyme inhibitor atau inductor
dari obat lain
- Efek dari obat diubah dengan pemindahan obat dari
binding-site oleh obat lain
- Hasil laboratorium dapat berubah karena gangguan
obat lain
Dosis terlalu tinggi - Dosis terlalu tinggi
- Konsentrasi obat dalam serum pasien diatas therapeutic
range obat yang diharapkan
- Dosis obat meningkat terlalu cepat
- Obat, dosis, rute perubahan formulasi yang tidak tepat
- Dosis dan interval flexibility tidak tepat
Kepatuhan - Pasien tidak menerima aturan pemakaian, obat yang
tepat (penulisan, ahli obat, pemberian, pemantauan).
- Pasien tidak menuruti (ketaatan) rekomendasi yang
diberikan untuk pengobatan
- Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena
harganya mahal
- Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan
karena kurang mengerti
- Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan
secara konsisten karena merasa sudah sehat
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap.
Pada waktu anda membaca tekanan darah bagian atas adalah tekanan darah sistolik,
sedangkan bagian bawah adalah tekanan diastolik. Tekanan sistolik (bagian atas) adalah
tekanan puncak yang tercapai pada waktu jantung berkontraksi dan memompakan
darah melalui arteri. Sedangkan tekanan diastolik (angka bawah) adalah tekanan pada
waktu jatuh ke titik terendah dalam arteri. Secara sederhana seseorang disebut
hipertensi apabila tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih
besar dari 90 mmHg. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg (Gemy, 2013).

III. Alat dan Bahan


• Laptop
• Proyektor
• Alat tulis
• Whiteboard
• Kasus DRP

IV. Prosedur Kerja


1. Orientasi masalah dari data pasein.
2. Pengumpulan data dan analisis data
3. Pengkajian ketepatan seleksi terapi obat dan mengidentifikasi data terapi.
4. Mengembangkan sasaran-sarapan terapi tertentu.
5. Evaluasi DRPs.

V. Hasil dan Pembahasan


a. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang
menetap. Pada waktu anda membaca tekanan darah bagian atas adalah tekanan darah
sistolik, sedangkan bagian bawah adalah tekanan diastolik. Tekanan sistolik (bagian
atas) adalah tekanan puncak yang tercapai pada waktu jantung berkontraksi dan
memompakan darah melalui arteri. Sedangkan tekanan diastolik (angka bawah)
adalah tekanan pada waktu jatuh ke titik terendah dalam arteri. Secara sederhana
seseorang disebut hipertensi apabila tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah normal adalah 120/80
mmHg (Gemy, 2013).
Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistoliknya
melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata
dua atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan.
Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII
Sistolik Diastolik
Normal <120 <80
Pre-Hipertensi 130 _ 139 80 – 89
Tahap 1 140 – 159 90 – 99
Tahap 2 >160 >100

Tabel 2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut ESC/ISH ( 2007 )


Sistolik Diastolik
Optimal <120 <80
Normal 120 – 129 80 – 84
Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89
Tingkat 1 140 – 159 90 – 99
Tingkat 2 160 – 179 100 – 109
Tingkat 3 >180 >110
Hipertensi Sistolik >140 <90

b. Etiologi Hipertensi
Penyebab khusus hipertensi hanya bisa ditetapkan pada sekitar 10-15%
pasien. Penting untuk mempertimbangkan penyebab khusus pada setiap kasus
karena beberapa di antara mereka perlu dilakukan pembedahan secara definitif;
kinstriksi arteri ginjal, koarktasi aorta, feokromositoma, penyakit chusing, dan
aldosteronisme primer. Pasien-pasien yang tidak memiliki penyebab khusus
terjadinya hipertensi dapat disebut dengan hipertensi esensial (Gemy, 2013).
Peningkatan tekanan darah biasanya disebabkan oleh kombinasi beberapa
kelainan (multifaktor). Bukti epidemologis menunjuk pada faktor genetik, stress
psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan
berkurangnya asupan kalsium atau kalium) yang diduga sebagai penyebab terjadinya
hipertensi. Peningkatan tekanan darah bersamaan dengan umur tidak terjadi pada 8
populasi dengan asupan natrium harian rendah. Pasien yang memiliki hipertensi
lebih cenderung tekanan darahnya naik setelah mengkonsumsi makanan dengan
garam yang berlebihan dibandingkan dengan orang normal. Faktor keturunan pada
hipertensi diperkirakan sekitar 30% mutasi-mutasi pada beberapa gen dikaitkan
dengan berbagai penyebab langka hipertensi. Berbagai variasi fungsional gen
angiotensinogen diduga berperan pada terjadinya beberapa hipertensi esensial (
Gray, 2003).
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung
(cardiac output) dan resistensi vaskular perifer (peripheral vascular resistance).
Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi
sekuncup (stroke volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena
(venous retum) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh
tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas.
Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf
simpatis dan para simpatis, system renin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor
lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh
darah (Rubenstein, 2005).

c. Patofisiologi
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh
penyebab spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak
diketahui penyebabnya (hipertensi primer atau esensial). Hipertensi sekunder
bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus tersebut disebabkan
oleh penyakit ginjal kronik atau renovaskular. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
hipertensi sekunder antara lain pheochromocytoma, sindrom Cushing, hipertiroid,
hiperparatiroid, aldosteron primer, kehamilan, obstruktif, sleep apnea, dan kerusakan
aorta. Beberapa obat yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah kortikosteroid,
estrogen, AINS (Anti Inflamasi Non Steroid), amphetamine, sibutramin, siklosporin,
tacrolimus, erythropoietin, dan venlafaxine (sukandar, 2009).
Multifaktor yang dapat menimbulkan hipertensi primer, adalah:
1. Ketidaknormalan humoral meliputi sistem renin-angiotensin-aldosteron, hormon
natriuretik, atau hiperinsulinemia.
2. Masalah patologi pada system syaraf pusat, serabut saraf otonom, volume plasma,
dan konstriksi arteriol
3. Defisiensi senyawa sintesis lokal vasodilator pada endothelium vaskular,
misalnya prostasiklin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau terjadinya peningkatan
produksi senyawa vasokontriktor seperti angiotensin II dan endotelin I.
4. Asupan natrium tinggi dan peningkatan sirkulasi hormon natriuretik yang
menginhibisi transpor natrium intraseluler, menghasilkan peningkatan reaktivitas
vaskular dan tekanan darah
5. Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler, memicu perubahan vaskular, fungsi
otot halus dan peningkatan resistensi vaskular perifer (Sukandar, 2009).
Pada awal hipertensi diduga ditandai oleh peningkatan curah jantung dengan
resistensi perifer yang normal. Dengan berkembangnya hipertensi resistensi perifer
meningkat dan curah jantung kembali normal (Rubenstein, 2005).

d. Manifestasi Klinis Hipertensi


Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan
akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

e. Tatalaksana Hipertensi
1. Modifikasi gaya hidup
Semua pasien dan individu dengan riwayata keluarga hipertensi perlu
dinasehati mengenai perubahan gaya hidup, seperti menurunkan kegemukan,
asupan garam total (total 5 gr/hari), asupan lemak jenuh dan alkohol (pria < 21
unit dan perempuan <14 unit perminggu), banyak makan buat dan sayuran,
tidak merokok, dan berolahraga teratur. Semua ini terbukti dapat merendahkan
tekanan darah dan dapat menurunkan penggunaan obat-obatan. Bagi penderita
hipertensi ringan atau nilai batas tanpa komplikasi, pengaruh perubahan ini
dapat dievaluasi dengan pengawasan selama 4-6 bulan pertama (Gray, 2003).
2. Terapi obat
Jika penggunaan obat dirasakan perlu gunakan dosis awal paling rendah
dan secara bertahap ditingkatkan, tergantung respons terhadap terapi, dengan
membiarkan 4 minggu untuk melihat efek, kecuali jika penurunan tekanan darah
itu memang amat diperlukan. Umumnya, obat diminum pada waktu pagi hari,
bukan pada malam hari untuk menghindari eksaserbasi penurunan TD
mendadak di pagi hari yang mungkin merupakan faktor yang berkontribusi pada
tingginya insidensi kejadian kardiovaskular antar jam 05.00—08.00 pagi.
Banyak dokter masih cenderung meresepkan diuretic atau penyekat sebagai
terapi lini pertama karena berdasarkan riset memberikan hasil yang mendukung.
Pentingnya hipertensi sistolik amat ditekankan walaupun sebenarnya sama
pentingnya dengan tekanan darah diastolik sebagai prediktor risiko
kardiovaskular (Tjandrawinata. 2012).

f. Kasus
Ibu NYA mengalami hipertensi 180/100 mmHg, mengeluh kepala nyeri dan
mual, mendapatkan terapi captopril 25 mg 3x1.
Captopril adalah obat untuk menangani hipertensi dan gagal jantung. Captopril
atau kaptopril merupakan obat golongan ACE inhibitor yang bekerja dengan cara
menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin berperan
dalam penyempitan pembuluh darah. Cara kerja ini akan membantu melebarkan
pembuluh darah, sehingga aliran darah lebih lancar dan tekanan darah pun menurun.
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin. Efek
utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek ACE. Kondisi ini akan menurunkan
perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003). Dosis
pakai untuk obat captopril 50 mg dan dosis lazim 150-200 mg.
Selain digunakan untuk mengatasi hipertensi, obat captopril juga sering
digunakan untuk mencegah terjadinya stroke, serangan jantung, nefropatia diabetes,
hingga permasalahan ginjal. Hal ini karena kemampuan captopril dalam melebarkan
pembuluh darah dan memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya
penyakit-penyakit kronis tersebut. Captopril adalah obat resep sehingga
penggunaannya tidak dapat sembarangan dan memerlukan resep dari dokter. Namun
terdapat beberapa rekomendasi dosis yang biasa digunakan oleh dokter, yaitu :
1. Hipertensi: Dosis captopril awal sebanyak 25-75 mg yang terbagi menjadi 2-3
dosis sehari. Pada dosis lanjutan, dosis captopril yang diberikan sebanyak 100-
150 mg yang terbagi menjadi 2-3 dosis sehari.
2. Gagal Jantung: Dosis captopril awal sebanyak 6,25-12,5 mg yang dikonsumsi 2-3
kali sehari. Pada dosis lanjutan, dosis yang diberikan sebanyak 75-150 mg. Dosis
maksimal penggunaan obat ini untuk gagal jantunga dalah 450 mg per hari.
3. Pasca Serangan Jantung: Dosis captopril pada pengobatan awal sebanyak 6,25-
12,5 mg yang dikonsumsi 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 50 mg
yang dikonsumsi 3 kali sehari.
4. Nefropatía Diabetes: Dosis yang digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah
25 mg yang dikonsumsi 3 kali sehari
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program
ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi (Brunner &Suddart, 2015).
Pada kasus ini didapatkan data ibu NYA yang mengalami hipertensi 180/100
mmHg mengatakan kepalanya terasa nyeri dan mual. Keluhan yang disampaikan
oleh ibu NYA tersebut sesuai dengan tanda dan gejala hipertensi menurut (Crowin,
(2000) dan Wijaya & Putri, (2013), yaitu Nyeri kepala kadang – kadang disertai
mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan intracranial.
Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral. Alasan diagnose ini ditegakkan karena dibuktikan dengan data pasien
mengatakan kepalanya terasa sakit dan mual dan sudah meminum obat captopril 25
mg 3x 1 sehari
Tabel DRPs:
Nama Obat Tepat Tepat Tepat Dosis Efek
Indikasi Pemilihan Samping
Captopril Tepat untuk Tepat, untuk Tepat, untuk Pusing,
menangani menurunkan penderita hipertensi mual, nyeri
hipertensi. tekanan darah. dosis captopril awal dada, batuk
sebanyak 25-75 mg kering dan
yang terbagi menjadi denyut
2-3 dosis sehari. Pada jantung
dosis lanjutan, dosis cepat.
captopril yang
diberikan sebanyak
100-150 mg yang
terbagi menjadi 2-3
dosis sehari.

VI. Kesimpulan
• Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan
dari pengalaman pasien atau diduga akibat terapi obat sehingga potensial
mengganggu keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki.
• Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap,
seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistoliknya melebihi 140 mmHg dan
atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua atau tiga kali
kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali kunjungan.
• Pada kasus Ibu NYA yang mengalami hipertensi 180/100 mmHg, mengeluh kepala
nyeri dan mual, mendapatkan terapi captopril 25 mg 3x1. Keluhan yang
disampaikan oleh ibu NYA tersebut sesuai dengan tanda dan gejala hipertensi. Obat
captopril yang diberikan dan dosis yang diberikan tepat dan sesuai dengan yang
seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D.A, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari Sampai Juni 2008.

Fitriyani. 2017. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Kategori Interaksi Obat
dengan Obat Terhadap Pasien Hipertensi di RSUD Haji Makassar Prov.
Sul-Sel Tahun 2016. Makassar: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Gray, Huon H, dkk. Lecture Notes on Cardiology. Jakarta: Erlangga. 2003.

Gumi, V. C, dkk. Identifikasi Drug Related Problems Pada Penanganan Pasien


Hipertensi di UPT Puskesmas Jembrana. Udayana: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Udayana. 2013.

Salamah, U. 2009. Identifikasi Drug Related Problems Pada Pasien Hipertensi di


Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2007.
Surakarta:Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sukandar, Elin Yulinah. ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan. 2009.

Tjandrawinata, dkk. Medicinus Scientific Journal Of Pharmacdeutical Development and


Medical Application Hypertension. Jakarta: Departemen Penyakit Dalam.
2012.

Anda mungkin juga menyukai