Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

KAJIAN TENTANG EFEKTIVITAS PESAN DALAM KOMUNIKASI

Zikri Fachrul Nurhadi1, Achmad Wildan Kurniawan2


12
, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Garut
12
, Email: kiki_81@yahoo.co.id; pie.achmad@gmail.com

Abstract. Message is one of the most important factors in communication. Therefore, there are some
requirements in the effective communication so the message can result in feedback from communicant, namely:
1) The message which would be delivered has to be developed systematically, 2) Message delivered by
communicator should be able to attract communicant, and 3) Message must be easily understood by
communicant.
Keyword: Efektivitas; Pesan; Komunikasi

Pendahuluan

Sebagai makhluk sosial, setiap orang saat dunia dirasa semakin sempit akibat
yang hidup dalam suatu kelompok revolusi industri dan revolusi teknologi
masyarakat, dalam menjalani aktivitas elektronika dengan ditemukannya kapal api,
kesehariannya sejak ia bangun tidur di pagi pesawat terbang, listrik, telepon, suratkabar,
hari hingga tidur kembali pada malam harinya film, radio, televisi dan sebagainya, maka para
senantiasa terlibat dalam kegiatan komunikasi. cendekiawan abad modern seperti Carl
Hal mana dilakukan sebagai konsekuensi dari Hovland yang sejak tahun 1940-an menaruh
hubungan sosialnya melalui interaksi dengan minat besar pada perkembangan komunikasi
orang-orang yang ada di sekitarnya. Bila kita menyadari betapa pentingnya komunikasi
amati lebih teliti mengenai aktivitas manusia ditingkatkan dari hanya sekedar pengetahuan
dalam menjalani kehidupan kesehariannya (knowledge) menjadi ilmu (science). Pada
itu, maka sebagian besar diisi dengan kegiatan perjalanan waktu berikutnya, bahkan hingga
berkomunikasi, mulai dari mengobrol, saat ini, meski komunikasi telah
membaca koran, mendengarkan radio, dikembangkan menjadi sebuah ilmu, namun
menonton televisi atau bioskop, dan dalam realitas kesehariannya masih sering
sebagainya. lni membuktikan bahwa, dalam dijumpai terjadinya misunderstanding maupun
tatanan kehidupan sosial manusia, komunikasi miscommunication di antara para pelaku
telah menjadi jantung kehidupan. Apabila komunikasi itu sendiri, yang kemudian
jantung kehidupan itu tidak berfungsi, maka memunculkan setidak sefahaman atau
tidak akan ada kehidupan manusia seperti ketidaksependapatan terhadap suatu pesan
yang kita alami saat ini, sehingga tidak akan yang tengah mereka komunikasikan.
mungkin terbentuk suatu tatanan kehidupan Berangkat dari kenyataan itu maka dapat
manusia yang terintegrasi dalam sistem sosial diambil sebuah pemahaman bakwa
yang disebut masyarakat. Para cendekiawan komunikasi efektif sebenarnya hal yang
kuno mulai dari Aristoteles yang hidup sangat kondisional, dalam arti bahwa
ratusan tahun sebelum Masehi hingga pakar komunikasi dapat berjalan secara efektif
komunikasi modern yang lahir pada abad 20 apabila semua unsur (komponen) dalam
menyadari betapa pentingnya komunikasi bagi komunikasi telah memenuhi beberapa
kehidupan sosial, budaya, pendidikan, persyaratan.
maupun politik. Dahulu, studi komunikasi Di bawah ini penulis mencoba
yang dilakukan Aristoteles hanya berkisar membahas tentang “Pesan” yang merupakan
pada retorika dalam lingkungan kecil. salah satu unsur dalam komunikasi, yang
Kemudian pada pertengahan abad 20, kemudian diberi judul “Efektivitas Pesan
Dalam Komunikasi”.

Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 90


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

Pengertian Komunikasi konatif/behavioral. Efek kognitif adalah efek


yang timbul pada komunikan yang
Dalam buku karangannya yang berjudul menyebabkan dia menjadi tahu mengenai
“Dinamika Komunikasi” , Onong Uchjana suatu hal yang disampaikan oleh komunikator.
Effendy berpendapat bahwa pengertian Dalam hal ini, komunikator hanya ingin
komunikasi harus dilihat dari dua sudut mengubah pikiran komunikan. Efek afektif
pandang, yaitu pengertian secara umum dan kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Disini
pengertian secara paradigmatik. Pengertian tujuan komunikator tidak hanya untuk sekedar
komunikasi secara umum itupun memberi tahu mengenai suatu hal kepada
harus juga dilihat dari dua segi, yaitu komunikan, tetapi berusaha agar komunikan
pengertian komunikasi secara etimologis dan tergerak hatinya dengan munculnya sikap atau
pengertian komunikasi secara terminologis. perasaan tertentu, seperti perasaan iba, sedih,
Secara etimologis, komunikasi berasal dari terharu, gembira, marah, dan sebagainya.
bahasa Latin communicatio yang bersumber Sedangkan efek konasi atau efek behavioral
dari kata communis yang berarti sama. Kata adalah efek yang kadarnya paling tinggi, yaitu
sama yang dimaksudkan adalah sama makna. berubahnya perilaku atau sikap komunikan
Jadi dalam pengertian ini, komunikasi setelah mendapat terpaan pesan dari
berlangsung manakala orang-orang yang komunikator.
terlibat di dalamnya memiliki kesamaan
makna mengenai suatu hal yang tengah Komunikasi Efektif
dikomunikasikannya itu. Dengan kata lain,
jika orang-orang yang terlibat di dalamnya Sebagian besar orang beranggapan bahwa
saling memahami apa yang berkomunikasi itu sesuatu hal yang mudah
dikomunikasikannya itu, maka hubungan dilakukan, mengingat semenjak kecil kita
antara mereka bersifat komunikatif. sudah biasa melakukannya. Namun dalam
Sebaliknya, jika ada pihak yang tidak konteks tertentu, terutama jika komunikasi
mengerti tentang suatu hal yang sedang yang ingin kita lakukan bertujuan untuk
dikomunikasikan, berarti komunikasi tidak mendapatkan efek dari komunikan, maka kita
berjalan, dan hubungan antara orang-orang akan berfikir dua kali untuk mengatakan
tersebut tidak komunikatif. Pengertian secara bahwa berkomunikasi itu mudah. Jangan-
terminologis, komunikasi adalah proses jangan kita justru akan mengalami kesulitan
penyampaian suatu pernyataan seseorang yang luar biasa dalam melakukan komunikasi,
kepada orang lain. Pengertian ini memberikan terlebih jika efek dimaksud sesuai dengan
pemahaman kepada kita bahwa komunikasi yang kita inginkan, dan pada komunikan yang
melibatkan sejumlah orang atau manusia, jumlahnya banyak. Dalam kondisi demikian,
sehingga komunikasi seperti ini disebut tentu ada beberapa syarat yang harus kita
sebagai Human Communication (komunikasi penuhi sebagai seorang komunikator agar
manusia). Sedangkan pengertian secara pesan yang akan kita sampaikan tadi didengar
paradigmatis, meskipun banyak definisi yang oleh komunikan dan menghasilkan efek
dikemukakan oleh para ahli, namun dari tertentu. Terpenuhinya syarat-syarat itu
semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa dengan sendirinya akan membuat komunikasi
komunikasi adalah proses penyampaian suatu yang
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk kita lakukan menjadi efektif. Dalam bukunya
memberi tahu atau untuk mengubah sikap, “Teori Komunikasi Massa” khususnya pada
pendapat, dan perilaku, baik langsung Bab 3 tentang Efek Komunikasi Massa,
(komunikasi tatap muka) maupun tidak Wiryanto menegaskan
langsung (komunikasi melalui media). Dari bahwa komunikasi dikatakan efektif apabila
definisi tersebut tersimpul bahwa tujuan pesan yang disampaikan oleh komunikator
komunikasi dalam pengertian paradigmatic dapat menghasilkan efek-efek atau perubahan-
adalah untuk mendapatkan efek tertentu pada perubahan sebagaimana yang diinginkan
komunikan. Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikator, seperti perubahan pengetahuan,
efek yang ditimbulkan akibat terpaan pesan sikap, dan perilaku. Perubahanperubahan di
dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, pihak komunikan itu dapat diketahui melalui
yakni : efek kognitif, efek afektif, dan efek tanggapan-tanggapan yang diberikannya

Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 91


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

sebagai umpan balik atau feedback. Effect?”. Jika mengacu pada rumus Lasswell
Terjadinya feedback dalam proses komunikasi tersebut, maka kita melihat ada lima
dibagi menjadi dua, yaitu feedback langsung komponen yang oleh banyak ahli komunikasi
(immediate feedback) dan feedback tidak dinilai sebagai komponen pokok komunikasi,
langsung (delayed feedback). Feedback yaitu : komunikator (source), pesan
langsung terjadi dalam komunikasi tatap (message), media (channeI), komunikan
muka, dimana komunikator dan komunikan (receiver), dan Efek (effect). Paparan di bawah
saling berhadapan, sehingga feedback yang ini sengaja penulis fokuskan hanya
terjadi dapat diterima komunikator saat itu pada komponen “Pesan”. Dalam komunikasi
juga. Sedangkan feedback tidak langsung efektif, agar pesan yang disampaikan
terjadi pada komunikasi bermedia (cetak komunikator dapat menghasilkan feedback,
maupun elektronika), seperti komunikasi maka harus memiliki kriteria-kriteria di bawah
melalui suratkabar, radio, televisi, film, dan ini :
sebagainya, dimana komunikator baru dapat a. Pesan yang hendak disampaikan harus
mengetahui tanggapan komunikan setelah disusun secara sistematis. Untuk menyusun
komunikasi selesai. Bahkan terkadang sebuah pesan, baik berupa pidato maupun
tanggapan itu diterima komunikator selang percakapan, maka harus mengikuti urutan-
beberapa hari kemudian. Wilbur Schramm urutan, misalkan dalam bentuk tulisan,
dalam bukunya “How Communication maka ada pengantar, pernyataan, argumen,
Works?” menyatakan, alasan utama kita dan kesimpulan. Sedangkan dalam
mempelajari proses komunikasi adalah untuk retorika, urutan-urutannya sebagaimana
mengetahui bagaimana komunikasi itu saran Aristoteles dikembangkan menjadi
mendapatkan efek dari komunikan, baik enam macam, yaitu urutan deduktif,
seorang atau sekelompok orang, disamping induktif, krono-logis, logis, spesial, dan
juga untuk mengetahui apakah feedback topikal. Dalam hal ini, penulis memilih
(umpan balik) dari komunikan itu sesuai urutan topikal, yaitu bahwa pesan
dengan yang kita inginkan atau tidak. Dengan komunikasi hendak-nya disusun
mengetahui umpan balik ini, maka kita dapat berdasarkan topic pembi-caraan, dimulai
menyimpulkan berhasil tidaknya kegiatan dari yang penting kepada yang kurang
komunikasi yang kita lakukan. Agar penting, dari yang mudah kepada yang
komunikasi yang kita lakukan berjalan efektif, sukar, dari hal-hal yang dikenal ke hal-hal
terdapat empat faktor yang harus dipenuhi yang asing. Allan H. Monroe membuat
oleh komunikator, yaitu : teknik penyusunan pesan yang kemudian
disebut “motivated sequence” (T. Suprapto
1. Faktor Strategi komunikasi : 1994, 42) dan ini merupakan teknik
penyusunan pesan paling terkenal dan
Strategi komunikasi berkaitan dengan paling awal ia lakukan, yaitu :
perencanaan komunikasi sampai dengan a. Attention (perhatian).
pelaksanaan komunikasi. Pada faktor ini, b. Need (kebutuhan).
seorang komunikator dituntut untuk pandai c. Satisfaction (kepuasan).
membuat siasat agar tujuan komunikasi yang d. Visualization (visualisasi), dan
akan ia lakukan dapat dicapai. Seperti halnya e. Action (tindakan).
dengan strategi dalam bidang apapun, maka
strategi komunikasi harus didukung oleh teori, Menurut pendapat Monroe tersebut, jika
sebab teori merupakan pengetahuan kita ingin mempengaruhi orang lain, maka
berdasarkan pengalaman yang sudah diuji terlebih dahulu merebut perhatiannya,
kebenarannya. Harold D. Lasswell (lihat kemudian membangkitkan kebutuhannya,
Onong Uchjana Effendy : 2004, 29), seorang berikan petunjuk pada orang tersebut
sarjana hukum pada Yale University yang bagaimana cara memuaskan kebutuhan
juga menekuni bidang komunikasi tersebut, kemudian berikan gambaran dalam
menyatakan bahwa cara terbaik untuk fikirannya mengenai keuntungan dan kerugian
menjelaskan kegiatan komunikasi ialah yang akan ia peroleh apabila menerapkan atau
dengan menjawab pertanyaan “Who Says tidak menerapkan gagasan kita, pada akhirnya
What in Which Channel to Whom With What berilah dorongan kepadanya agar ia mau

Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 92


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

mengambil tindakan. Motivated Sequence semantis, yakni menyangkut penggunaan


yang diperkenalkan Monroe itu dapat pula bahasa sebagai alat untuk menyalurkan
dipergunakan untuk menyusun sebuah naskah fikiran dan perasaan komunikator kepada
produksi. komunikan. Agar komunikasi berjalan
lancar, maka gangguan semantic ini harus
b. Pesan yang disampaikan komunikator diperhatikan oleh komunikator, sebab jika
harus mampu menarik perhatian terjadi kesalahan ucap atau kesalahan tulis,
komunikan. Dalam bukunya How maka akan menimbulkan salah pengertian
Communication Works?, Wilbur Shramm (mis-understanding), atau salah tafsir (mis-
juga mengetengahkan apa yang disebut interpretation), yang pada gilirannya dapat
sebagai the condition of success in menimbulkan salah komunikasi (mis-
communication. Disitu Schramm communication). Salah ucap seringkali
menjelaskan tentang bagaimana disebabkan oleh terlalu cepatnya
seharusnya seorang komunikator komunikator dalam menyampaikan pesan.
menyiapkan pesan komunikasi yang Maksud komunikator ingin mengatakan
efektif. Menurutnya, pesan yang menarik “kedelai”, tapi yang terucap “keledai”,
adalah pesan yang memiliki keterkaitan “demokrasi” menjadi “demonstrasi”,
dengan sesuatu yang dibutuhkan “partisipasi” menjadi “partisisapi”.
komunikan sekaligus memberikan cara- Terkadang, gangguan semantis bisa juga
cara untuk mendapatkan kebutuhan disababkan oleh aspek antropologis, yaitu
tersebut. Jika pesan tidak terkait dengan kata-kata yang sama bunyinya dan
kebutuhan komunikan, terlebih tidak tulisannya, tetapi mempunyai makna yang
memberikan cara bagaimana mendapatkan berbeda, seperti “Atos” bahasa Sunda
kebutuhan yang dimaksudkan, maka pesan berbeda dengan “Atos” bahasa Jawa.
yang disampaikan komunikator itu “Rampung” Sunda lain dengan
dianggap tidak penting, dan karena “Rampung” Jawa, dan sebagainya.
dianggap tidak penting maka komunikan Komunikator dalam menyampaikan
tidak akan memperhatikan pesan tersebut. pesannya terkadang menggunakan istilah-
Oleh karenanya, sebelum menyampaikan istilah yang mengandung pengertian
pesan komunikasinya, komunikator konotatif (mengandung makna emosional
hendaknya melakukan identifikasi atau evaluative disebabkan oleh latar
kebutuhan yang diinginkan audience belakang kehidupan dan pengalaman se-
(komunikan). Disamping itu, komunikan seorang), sehingga menimbulkan salah
juga akan tertarik dengan pesan-pesan tafsir pada diri komunikan. Agar
yang memberikan solusi bagaimana cara komunikasi berjalan efektif, bahasa yang
memecahkan masalah yang sedang digunakan sebaiknya yang mengandung
dialaminya. Terlebih jika permasalahan pengertian denotatif (mengandung makna
tersebut pernah dialami langsung oleh seperti yang tercantum dalam kamus dan
komunikator, dan berhasil diatasinya. diterima secara umum oleh kebanyakan
Maka solusi pemecahan masalah itu akan orang yang memiliki kesamaan budaya dan
dianggap sebagai sesuatu yang penting dan bahasanya). Jika komunikator terpaksa
menarik oleh komunikan. Disini perlu menggunakan kata-kata konotatif,
adanya upaya identifikasi permasalahan sebaiknya komunikator memberi
oleh komunikator sebelum menyampaikan penjelasan apa yang dimaksud sebenarnya,
pesan komunikasinya kepada audience. agar tidak menimbulkan salah tafsir,
Pada ranah ini, komunikator seringkali seperti perkataan “anjing” dalam
mengalami kesulitan dalam pengertian denotatif berarti binatang
mengidentifikasi permasalahan di berkaki empat, berbulu, dan memiliki daya
lapangan. Kesulitan mengindentifikasi cium yang tajam. Namun dalam pengertian
permasalahan itu disebabkan oleh faktor konotatif, “anjing” bagi seorang kiai yang
budaya, faktor psikologis, dan sebagainya. fanatic merupakan binatang najis. Dalam
c. Pesan harus mudah difahami oleh hubungan ini, perkataan “anjing”
komunikan. Dalam menyampaikan pesan mengandung makna evaluatif. Jadi
ini biasanya dipengaruhi oleh faktor menurut Onong Uchjana Effendy, untuk

Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 93


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

menghilangkan hambatan semantic dalam Dari segi kemampuan daya beli masyarakat,
komunikasi, komunikator harus maka penyebaran pesan komunikasi harus
mengucapkan pernyataannya dengan jelas mempertimbangkan keadaan sosial ekonomi
dan tegas, memilih katakata yang tidak masyarakat suatu daerah. Dalam kaitan ini,
menimbulkan persepsi yang salah, dan media penyebar informasi hendaknya dapat
disusun dalam kalimatkalimat yang logis. terjangkau oleh
Dengan memenuhi kriteria itu, maka pesan seluruh lapisan masyarakat, khususnya
komunikasi menjadi mudah difahami oleh kalangan bawah, Namun demikian untuk
komunikan. Pemahaman pesan oleh mensiasati agar tidak ada anggota masyarakat
komunikan itu ditentukan oleh beberapa yang tidak menerima terpaan media, maka
faktor, seperti faktor pendidikan, faktor pada daerah tertentu yang penduduknya tidak
pengalaman, faktor kosentrasi, dan lain mampu dari sisi ekonomi dan keterpaan
sebagainya. Semakin mudah komunikan medianya sangat minim, diperlukan adanya
memahami pesan komunikasi akan opinion leaders yang dinilai memiliki
semakin cepat pula pesan tersebut kemampuan untuk meneruskan pesan-pesan
memperoleh umpan balik (feedback). komunikasi yang diterimanya melalui media
Permasalahannya, sikap audien seringkali tertentu kepada semua penduduk yang ada di
berlawanan dengan prasangka wilayah jangkauannya melalui saluran
komunikator. Selain itu seringkali juga antarpersona (dari mulut ke mulut). Biasanya
penampilan audience memperdaya opinion leaders itu terdiri dari para pemuka
komunikator, seperti mengangguk- adat atau tokoh masyarakat.
anggukkan kepala, padahal ia sama sekali
tidak memahami pesan yang disampaikan 3. Faktor Progressing (Perencanaan)
komunikator. Munculnya rasa curiga
komunikan terhadap komunikator, juga Sebagaimana telah disinggung di muka,
seringkali menjadi penghambat bagi bahwa agar komunikasi berjalan efektif maka
diterimanya pesan oleh komunikan. diperlukan adanya perencanaan. Namun
Kecurigaan mana dipengaruhi oleh frame perencanaan dimaksud disini difokuskan pada
of reference dan field of experience. perencanaan pesan komunikasi. Mengingat
tujuan komunikasi adalah untuk mengubah
2. Faktor Accessibility (Keterjangkauan) pengetahuan, sikap, perilaku, dan sosial, maka
dalam merencanakan pesan komunikasi yang
Faktor ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu efektif hendaknya mengacu pada tujuan
keterjangkauan dari segi teknologi (teknologi komunikasi tersebut. Misalkan suatu pesan
komunikasi), dan keterjangkauan dari sisi ditujukan untuk sekedar merubah pengetahuan
daya beli masyarakat. Dari segi teknologi, komunikan, maka pesan tersebut hanya diisi
penyampaian pesan harus mempertimbangkan informasi-informasi baru yang belum pernah
jumlah dan keberadaan audience. Dengan didengar atau dilihat oleh komunikan di masa
pertimbangan itu, maka akan dapat ditentukan lalu. Berbeda dengan pesan yang ditujukan
jenis media yang sesuai untuk menyebarkan untuk merubah sikap, maka pesan komunikasi
pesan komunikasi. Misalkan audience yang harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat
dituju menggugah emosi atau perasaan komunikan.
jumlahnya banyak dan berada di tempat yang Demikian pula dengan pesan yang ditujukan
saling berjauhan satu dengan lainnya, agar untuk merubah perilaku maupun sosial, maka
komunikasi berjalan efektif dan efisien, terdapat perbedaan dalam merancang isi
sebagaimana yang disarankan Wilbur pesan. Sekali lagi yang perlu ditekankan disini
Schramm, maka media yang digunakan adalah adalah bahwa
gabungan saluran media massa dengan saluran perencanaan pesan harus disesuaikan dengan
antar pribadi. Pemilihan media ini pada tujuan komunikasi.
dasarnya bergantung pada tujuan komunikasi
yang hendak dicapai, pesan yang akan 4. Faktor Supporting (Dukungan)
disampaikan, dan teknik komunikasi yang
akan digunakan dalam menyampaikan pesan Agar pesan diterima oleh komunikan,
(Onong Uchjana Effendy : 1992, 37). maka komunikator dituntut berperilaku sopan

Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 94


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

terhadap komunikan, karena perilaku tersebut


bisa dinilai sebagai wujud penghargaan
terhadap komunikan. Selain itu, suatu pesan
yang disampaikan komunikator kepada
komunikan akan komunikatif apabila terjadi
proses psikologis yang sama antara orang-
orang yang terlibat dalam proses tersebut.
Dengan kata lain, pesan yang disampaikan
komunikator kepada komunikan itu setara (in
tune). Situasi komunikatif seperti itu akan
terjadi bila terdapat etos pada diri
komunikator. Etos adalah nilai diri seseorang
yang merupakan perpaduan antara aspek
kognisi, afeksi, dan konasi (Onong Uchjana
Effendy, 2004, 16).

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat


disimpulkan bahwa pesan merupakan elemen
yang paling mendasar dalam komunikasi.
Berhasilnya program komunikasi apabila
pesan yang disampaikan komunikator dapat
merubah pengetahuan, sikap, maupun perilaku
komunikan. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka diperlukan adanya strategi komunikasi,
jangkauan pesan komunikasi, perencanaan
pesan komunikasi, dan etos komunikator.

Dafar Pustaka

Suprapto, T., Ilmu Komunikasi : Teori dan


Perkembangannya, 1994, MMTC Press
Yogyakarta
Uchjana Effendi, Onong, Ilmu Komunikasi,
Teori dan Praktek, 1992, Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya – Bandung
Uchjana effendi, Onong, Dinamika
Komunikasi, 2004, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Penerbit
PT Grasindo, Jakarta
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi, 2007,
Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
Bandung
URLhttp://www.t4cd.org/Resources/ICT_Reso
urces/Projects/Pages/ICTProject_306.a
spx
Catalog 2Wcom Early Warning System,
Germany.

Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 95

Anda mungkin juga menyukai