Anda di halaman 1dari 15

BAB VII

ASURANSI
Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan:
1. Prinsip-Prinsip Asuransi
2. Macam-macam asuransi
3. Reasuransi
4. Hubungan Kontrak Asuransi dan penanganan risiko

1. Pengertian Asuransi
Dewasa ini asuransi telah berkembang menjadi suatu bidang usaha/bisnis yang
menarik dan memiliki peranan yang penting dalam menunjang dunia bisnis, keluarga
dan masyarakat. Cara penanganan risiko melalui pemindahan risiko kepada
perusahaan asuransi, merupakan cara yang penting dalam Manajemen Risiko.

Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian resiko yang dilakukan dengan cara
mengalihkan/transfer resiko dari satu pihak kepada pihak lain dalam hal ini adalah
perusahaan asuransi.

Berikut ini akan saya jabarkan pengertian asuransi :


 Menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa “asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan dirikepada
seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian
kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu”
 Menurut Prof. Mehr dan Cammack “Asuransi merupakan suatu alat untuk
mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure
dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat
diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh
mereka yang tergabung”.
 Menurut Prof. Mark R. Green “Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang
bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu
pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian
tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu”.
 Menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, mendefinisikan asuransi
berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: 
1) ”Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan
oleh seorang penanggung”
2) ”Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau
badan  mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial”

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan :


Asuransi artinya transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua pihak, tertanggung
dan penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak tertanggung, bahwa ia akan
mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya,
sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang
semula belum dapat ditentukan saat atau kapan terjadinya. Dimana si tertanggung
di wajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung, yang biasa disebut
sebagai “premi”.

Pada saat seseorang mengalihkan resikonya kepada perusahaan asuransi sebagai


penanggung, maka pertanyaan selanjutnya adalah, apakah semua resiko dapat
diasuransikan?? Tidak semua resiko dapat diasuransikan. 

Dalam transaksi asuransi melibatkan dua pihak, yaitu tertanggung dan penanggung.
Pihak penanggung (perusahaan asuransi) menjamin pihak tertanggung, bahwa
tertanggung akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin
akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu peril yang mungkin terjadi yang
menimpanya sebagai kontra prestasinya pihak tertanggung diwajibkan membayar
sejumlah uang yang disebut dengan premi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :


a. Pihak tertanggung (insured) wajib membayar uang premi kepada penanggung.
b. Pihak penanggung (insurer) wajib membayar uang santunan/pertanggungan
kepada pihak tertanggung atas suatu kejadian tak tertentu yang menimbulkan
kerugian.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya)
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peritiwa
yang tak tertentu.

2. Manfaat Asuransi
Manfaat asuransi bagi tertanggung, antara lain :
a. Rasa aman dan perlindungan
b. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit
c. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
d. Alat penyebaran risiko
e. Membantu meningkatkan kegiatan usaha.

3. Prinsip Asuransi
a. Insurable interest, yaitu adanya kepentingan terhadap barang yang
dipertanggungkan.
b. Utmost good faith, yaitu adanya itikad baik dari kedua belah pihak.
Tertanggung dan penanggung tidak boleh mengembangkan fakta yang dapat
menyebabkan kerugian bagi pihak lain.
c. Indemnity, berarti mengembalikan posisi finansial tertanggung setelah terjadi
kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian tersebut. Dengan
demikian indemmity ini merupakan prinsip ganti rugi oleh penanggung
terhadap tertanggung. Prinsip ini tidak berlaku untuk asuransi jiwa dan
asuransi kecelakaan.
d. Proximate Cause, adalah suatu sebab aktif yang mengakibatkan terjadinya
suatu peristiwa secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu kekuatan
lain.
e. Subrogasi, pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah
memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang
mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami kerugian.

4. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk)


Secara umum risiko yang dapat diasuransikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Loss-Unexpected, yaitu terjadinya suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian
adalah benar-benar tidak direncanakan, jadi tidak dapat diperkirakan bahwa
peristiwa tersebut benar-benar akan terjadi.
b) Reasonable, yang dimaksudkan disini, yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan
adalah benda yang memiliki nilai, baik dari pihak penanggung maupun dari pihak
tertanggun
c) Catastrophic, yaitu risiko tersebut tidak akan menimbulkan rugi yang sangat
besar yang terjadi bersamaan.
d) Homogeneous, berarti barang yang akan dipertanggungkan homogen.

5. Kontrak Asuransi
Kontrak asuransi disebut juga dengan contingent of contract, yaitu kontrak atau janji
dimana perusahaan asuransi akan melakukan sesuatu tergantung pada terjadinya
suatu peristiwa, misalnya terbakarnya rumah yang dipertanggungkan.

Dasar dari seluruh kontrak asuransi adalah disebut prinsip indemnifikasi atau
principle of indemnification, yaitu suatu kontrak untuk mengganti kerugian pihak
tertanggung. Dokumen dasar dari kontrak asuransi disebut polis.

6. Jenis Usaha Perasuransian


enggolongan asuransi dapat dilakukan dengan melihat aspek jenis usahanya.
Menurut Undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis
usaha perasuransian meliputi :
a. Usaha asuransi terdiri dari :
1) Asuransi kerugian (non life insurance)
2) Asuransi jiwa (life insurance)
3) Reasuransi (reinsurance)

b. Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari :


1) Pialang asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan
bertindak untuk kepentingan tertanggung.
2) Pialang reasuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi
dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
3) Penilai kerugian asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa penilaian
terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan
4) Konsultan aktuaria yaitu usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria
5) Agen asuransi yaitu pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam
rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

Selanjutnya penggolongan asuransi, menurut The Chartered Insurance Institut


London, dapat dibagi sebagai berikut :
Asuransi Harta atau property insurance merupakan pertanggungan untuk
semua milik yang berupa harta benda yang memiliki risiko atau bahaya kebakaran,
kecurian, tenggelam di laut.

Jenis asuransi ini terdiri dari :


a. Asuransi kebakaran (fire insurance)
b. Asuransi pengangkutan (marine insurance)
c. Asuransi penerbangan
d. Asuransi kecelakaan (accident insurance), meliputi kejadian sebagai berikut :
 pencurian (di rumah atau kantor), uang dalam pengangkutan, atau dalam
penyimpanan. Untuk menutup semua risiko dalam accident insurance dapat
dilakukan dengan membeli polis all risk yaitu pertanggungan dilakukan untuk
menutup kemungkinan semua risiko yang terjadi atas harta. Jadi yang
dijaminkan bukan hanya pencurian, kebakaran tetapi juga meliputi
kecelakaan dan risiko-risiko yang dapat menyebabkan kerugian bagi
tertanggung.
 Kaca (tidak termasuk pecah karena kebakaran)
 Asuransi kredit
 Kendaraan bermotor meliputi risiko kebakaran, pencurian, kerusakan dan
sebagainya.

Asuransi Tanggung Gugat


Asuransi tanggung gugat atau liability insurance ini dapat terjadi pada asuransi
pengangkutan, asuransi kebakaran, kendaraan bermotor dan asuransi penerbangan.

Asuransi Jiwa terdiri dari :


a. Asuransi kecelakaan diri
b. Asuransi jiwa biasa yang meliputi : asuransi berjangka (term insurance), whole
life, endowment, annuity.
c. Annuitas (Annuity)
d. Asuransi industri (Industrial insurance)

Asuransi Kerugian
Usaha asuransi kerugian menurut Undang-undang No. 2 tahun 1992 yaitu usaha
yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa
yang tidak pasti. Sedangkan perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan yang
hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang usaha asuransi kerugian
termasuk reasuransi. Menurut UU No. 2 tahun 1992 tersebut perusahaan asuransi
kerugian tidak diperkenankan melakukan kegiatan diluar usaha asuransi kerugian
dan reasuransi. Asuransi kerugian di beberapa negara juga disebut general
insurance yang terdiri dari asuransi kebakaran, pengangkutan laut dan udara,
kendaraan bermotor, kompensasi bagi pegawai, profesi, jaminan dan sebagainya.
Selanjutnya usaha asuransi kerugian dalam prakteknya di Indonesia dapat dibagi
sebagai berikut :
a. Asuransi kebakaran yaitu asuransi yang menutup risiko kebakaran, petir, ledakan
dan kejatuhan pesawat.
b. Asuransi pengangkutan
c. Asuransi aneka yaitu jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke
dalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. Jenis asuransi aneka ini
antara lain meliputi :
 Asuransi kendaraan bermotor
 Asuransi kecelakaan diri
 Pencurian
 Uang dalam pengangkutan
 Uang dalam penyimpanan
 Kecurangan
 Dan sebagainya.

7. Reasuransi
Pengertian sederhana reasuransi (reinsurance) pada prinsipnya adalah
pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau sering
disebut asuransi dari asuransi. Di beberapa buku teks dapat diambil suatu
kesimpulan mengenai pengertian reasuransi ini yaitu suatu sistem penyebaran risiko
di mana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang
ditutupnya kepada penanggung yang lain. Pihak yang menyerahkan pertanggungan
(tertanggung) disebut dengan ceding company dan yang menerima pertanggungan
(penanggung) disebut reinsurer atau disebut juga reasuradir. Sedangkan menurut
UU No. 2 tahun1992 perusahaan asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa
dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi
kerugian atau perusahaan asuransi jiwa.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan asuransi senantiasa dihadapkan


pada perhitungan tingkat risiko yaitu jumlah klaim yang harus dibayarkan pada
tertanggung dibanding dengan kemampuan finansialnya. Oleh karena itu dalam
menanggulangi kemungkinan terjadinya risiko yang melebihi kemampuan keuangan
perusahaan asuransi yang bersangkutan, maka perlu dilakukan pembagian atau
penyebaran risiko yang ditutupnya dengan cara mempertanggungkan kembali
sebagian dari risiko yang ditutupnya tersebut. Proses pertanggungan ini disebut
reasuransi.

8. Koasuransi dan Reasuransi


Dalam kegiatan usaha perasuransian, terutama dalam hal penutupan asuransi,
merupakan suatu prinsip bahwa risiko yang ditutup harus disebarkan kepada pihak
lain untuk menghindari beban risiko melebihi batas kemampuannya. Dengan
adanya penyebaran risiko tersebut, maka sebagian risiko yang ditutupnya itu akan
ditanggung sendiri, sementara sebagian lainnya dibebankan pada perusahaan
asuransi lain yang ikut menanggung, prinsip ini disebut dengan spreading of risk
principle. Selanjutnya, penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 (dua) cara yaitu :
a. Koasuransi (co-insurance) dan
b. Reasuransi (reinsurance)

Koasuransi pada dasarnya adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama


atas suatu objek asuransi. Biasanya nilai pertanggungan berjumlah besar, sehingga
perusahaan asuransi tersebut dalam rangka menyebarkan risikonya perlu
menawarkan atau mengajak beberapa perusahaan asuransi lain untuk ikut
mengambil bagian pertanggungan atas penutupan risiko tersebut. Dalam
mekanisme koasuransi ini dikenal istilah leader yang bertugas untuk mengorganisasi
dan mengelola pelaksanaan pertanggungan tersebut.

Sering kedua cara tersebut dipakai secara bersamaan sebagai suatu kombinasi
gabungan yang digunakan sekaligus. Suatu perusahaan asuransi yang akan
melakukan penutupan risiko dalam jumlah besar yang melebihi kemampuan
keuangannya akan melakukan cara koasuransi sebelum melakukan reasuransi.
Selanjutnya, setelah koasuransi dilakukan barulah kemudian mencari perusahaan
reasuransi untuk menyebarkan risiko untuk bagian yang ditutupnya. Dalam
melakukan koasuransi ini terdapat 2 (dua) cara penutupan yaitu koasuransi yang
penutupannya menggunakan satu polis saja dan koasuransi dengan menggunakan
polis masing-masing sesuai dengan besarnya jumlah bagian yang ditutup. Cara
penutupan yang manapun dipilih sangat tergantung pada kesepakatan perusahaan
asuransi yang terlibat. Selanjutnya skema koasuransi dan reasuransi masing-masing
dapat diikuti pada gambar di bawah ini.

Risiko
(Tertanggung)

PT. Asuransi PT. Asuransi PT. Asuransi


“A” “B” “C”

(Leader)
Gambar Skema Koasuransi

Risiko
(Tertanggung)

PT. Asuransi “A”


(Ceding company)

PT. Asuransi/ PT. Asuransi/ PT. Asuransi/


Reasuransi “X”
Reasuransi “Y” Reasuransi “Z”

Gambar Skema Reasuransi


9. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang
yang dipertanggungkan.

Menurut UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian hanya perusahaan


asuransi jiwa yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan yang dapat
melakukan kegiatan pertanggungan jiwa. Oleh karena itu perusahaan asuransi
kerugian tidak diperkenankan melakukan kegiatan penutupan dalam bidang asuransi
jiwa.

Manfaat Asuransi Jiwa


Pada prinsipnya manusia menghadapi 4 (empat) macam ketidak pastian yang
berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya yaitu : kematian, mengalami cacat,
pemutusan hubungan kerja dan pengangguran. Dalam menghadapi kemungkinan
ketidak pastian tersebut asuransi jiwa merupakan instrumen finansial untuk :
a. Memberikan dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan
b. Membayar santunan bagi tertanggung yang meninggal
c. Membantu usaha dari kerugian yang disebabkan meninggalnya pejabat kunci
perusahaan.
d. Penghimpunan dana untuk persiapan pensiunan, keperluan penting dan
penggunaan untuk bisnis
e. Menunda atau menghindari pajak pendapatan.

Fungsi-fungsi asuransi jiwa tersebut di atas merupakan alasan atau sebab yang
mendorong orang untuk membeli polis asuransi jiwa yang paling dapat memenuhi
kebutuhan mereka masing-masing.

Jenis-jenis Polis Asuransi Jiwa


Polis asuransi jiwa dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis sebagai berikut :
a. Term
b. Endowment
c. Whole life
d. Annuity contract

Perbedaan pokok keempat jenis polis tersebut pada dasarnya terletak pada jangka
waktunya, keuntungan dan fleksibilitasnya.

Keempat jenis asuransi jiwa ini digolongkan sebagai asuransi jiwa biasa atau life
insurance.
Term Insurance. Asuransi berjangka atau term insurance mewajibkan penanggung
untuk membayar nominal polis apabila tertanggung meninggal dalam suatu periode
tertentu. Apabila tertanggung tetap hidup sampai dengan jangka waktu yang
ditetapkan dalam polis, maka kontrak berakhir dengan tanpa nilai. Masalah pokok
yang membedakan dan penting dalam jenis asuransi ini adalah mengenai kontrak
yang memiliki periode tetap atau pasti dan memiliki nilai tunai yang sangat kecil atau
bahkan nilai tunainya tidak ada sama sekali.

Endowment Insurance. Pada asuransi ini penanggung diwajibkan untuk membayar


pihak tertanggung atau keluarga tertanggung untuk membayar sejumlah uang
kepada pemegang polis apabila tertanggung tetap hidup selama periode
pertanggungan.

Whole Life Insurance. Asuransi seumur hidup atau whole life insurance juga dikenal
dengan asuransi nilai tunai atau nilai permanen, yaitu menawarkan pertanggungan
selama masa hidup tertanggung.

Annuity. Asuransi ini menyediakan pendapatan selama hidup. Annuitas merupakan


instrumen yang penting dalam perencanaan untuk jaminan finansial selama
menjalankan masa pensiun.
10. Hubungan Antara Manajemen Resiko dan Asuransi
Dunia asuransi sudah sangat identik dengan manajemen risiko. Maklum, asuransi
adalah salah satu teknik di dalam manajemen risiko. Perusahaan asuransi adalah
perusahaan yang menerima pengalihan risiko dari tertanggung. Sehingga aktifitas
keseharian perusahaan adalah mengelola risiko pihak lain. Namun hingar bingar
pelaksanaan manajemen risiko di dunia perbankan di tanah air, tidak serta merta
merembet ke industri asuransi. Pemerintah, melalui Bank Indonesia (BI),
mewajibkan bank umum menerapkan manajemen risiko. Peraturan BI nomor
5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 dan Surat Edaran BI nomor 5/21/DPNP tanggal
29 September 2003 mencantumkan manajemen risiko pada delapan jenis risiko di
industri perbankan.

Hingga saat ini bisa dipastikan hanya segelintir perusahaan asuransi yang secara
formal mempunyai pedoman, kebijakan, atau prosedur manajemen risiko. Apakah
dapat diartikan tidak ada penerapan manajemen risiko di dunia asuransi? Secara
substansi, perusahaan asuransi telah melakukan prinsip-prinsip manajemen risiko,
namun belum komprehensif.

Beberapa perusahaan asuransi yang berusaha menerapkan manajemen risiko, saat


ini sedang mencari bentuk. Belum ada panduan pasti sehingga penerapan
manajemen risiko masih meraba-raba, tidak seperti di perbankan. Jika BI
menetapkan delapan jenis risiko di industri perbankan, namun baik pemerintah
maupun asosiasi asuransi, belum menetukan jenis-jenis risiko di industri asuransi.

Berita baik berhembus dari Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang konon kabarnya sedang merencanakan penerapan manajemen risiko di
perusahaan BUMN. Dengan demikian, diharapkan penerapan manajemen risiko di
industri asuransi bisa dimotori asuransi pelat merah.
11. Membuat Pedoman
Tujuan penerapan manajemen risiko di industri asuransi pada dasarnya tidak
berbeda dengan industri lainnya yakni agar dapat meminimalisir dan mengelola
risiko yang berdampak negatif pada tujuan, visi, dan misi perusahaan. Dalam teori
dasar manajemen risiko, tahapan-tahapannya adalah menentukan konteks (ruang
lingkup dan tujuan), identifikasi risiko, analisa risiko, dan mengontrol risiko. Karena
risiko bersifat dinamis, maka harus selalu dilakukan revieu dan monitoring.Untuk
menerapkannya, maka diperlukan pedoman manajemen risiko yang bisa berisi
kebijakan dan prosedur manajemen risiko. Selain itu harus ada pelaksananya
sehingga diperlukan struktur organisasi manajemen risiko dan siapa saja yang
terlibat di dalam penerapannya.

Untuk tiap jenis perusahaan bisa berbeda-beda bentuknya, baik kebijakan, prosedur,
struktur organisasi, maupun orang-orang yang terlibat. Dalam hal struktur misalnya,
untuk perusahaan besar mungkin memerlukan satu unit khusus untuk menangani
menajemen risiko. Namun bagi perusahaan lain, fungsi-fungsi manajemen risiko bisa
‘ditempelkan’ pada unit-unit dalam perusahaan. Tidak Hanya Risiko
Underwriting, Dalam operasionalisasi perusahaan asuransi selama ini, surveyor
adalah mereka yang dianggap berada di unit manajemen risiko. Tugasnya
melakukan survey terhadap objek yang akan diasuransikan. Surveyor melakukan
analisis terhadap objek tersebut dan menyimpulkan tingkat risikonya. Jika dianggap
perlu, surveyor bisa merekomendasikan perbaikan (risk improvement) objek tersebut
agar dilakukan oleh calon tertanggung. Rekomendasi ini dalam rangka mereduksi
peluang risiko atau mengurangi dampaknya jika kerugian terjadi.

Survey risiko adalah salah satu aplikasi kontrol risiko dalam manajemen risiko yang
diterapkan di dunia asuransi. Sejatinya, dunia asuransi dilingkari dengan risiko-risiko
yang jika tidak ditangani secara benar, akan menganggu kelangsungan perusahaan.
Tentu risiko utama terletak pada unit operasional.
Umumnya perusahaan asuransi memfokuskan pada seleksi risiko (underwriting). Jika
berbicara risiko underwriting, manajemen risiko dilakukan sejak permintaan
penutupan dari tertanggung, sampai keputusan menolak atau menerima
pertanggungan. Tidak berhenti di situ, proses manajemen risiko harus dilakukan
sampai penerbitan dan penyerahan polis kepada tertanggung.

Dalam perspektif holistik, pelaksanaan survey adalah bagian dari proses manajemen
risiko underwriting. Survey juga merupakan aplikasi prinsip kehati-hatian (prudent
underwriting) yang selalu menjadi paradigma para underwriter. Jika tidak, klaim bisa
membengkak. Upaya lain proses manajemen risiko adalah penempatan reasuransi
secara tepat kepada perusahaan reasuransi yang terpercaya. Namun demikian tidak
hanya itu risiko-risiko dalam perusahaan asuransi. Sama dengan perbankan yang
tidak cuma menghadapi risiko kredit. Risiko pasar juga bisa menjadi ancaman.
Ketidakpastian pasar dan kondisi perekonomian bisa menjadi masalah tersendiri bagi
perusahaan asuransi yang harus bisa diperhitungkan dan dikendalikan secara
cermat. Dari sisi lain juga kita bisa lihat bahwa asuransi adalah bisnis jasa atau
bisnis ‘penuh janji’. Perusahaan asuransi memasarkan produk intangible atau produk
yang tidak bisa dilihat. Yang dijual adalah janji akan mengganti kerugian
tertanggung jika memenuhi syarat dan ketentuan polis. Ada risiko reputasi atau
nama baik (brand name) yang jika tidak dikelola dengan tepat akan menjadi risiko
yang mematikan (killer risk). Seperti diketahui bahwa sudah mulai ada anggapan
bahwa asuransi itu kalau membayar premi bisa lewat ATM, tapi jika mengurus klaim
lewat kantor polisi. Persepsi negatif ini perlu dieliminasi dengan teknik-teknik
manajemen risiko yang tepat. Secara keseluruhan, hampir di setiap unit dalam
perusahaan asuransi menghadapi risiko. Untuk itu, manajemen risiko di asuransi
nantinya tidak sekedar dalam bentuk kebijakan, prosedur, dan struktur organisasi.
Penerapan manajemen risiko sebisa mungkin diarahkan menjadi budaya
perusahaan. Dengan demikian harus dikomunikasikan kepada manajemen dan
semua karyawan. Sudah saatnya kalangan asuransi merumuskan risiko-risiko yang
berpotensi menganggu kelangsungan perusahaan. Lebih dari itu, manajemen risiko
dilakukan dengan mempersiapkan rencana darurat (contingency plan) atas risiko-
risiko yang kemungkinan terjadinya cukup tinggi dan dampaknya besar. Dengan
demikian, risiko yang mengancam tujuan perusahaan bisa dikendalikan dengan
baik. 

Latihan
1. Berikan pendapat Anda mengapa Bisnis Asuransi di Indonesia masih belum
berkembang seperti di negara-negara maju, misalnya Amerika dan Negara-
negara Eropa.
2. Jelaskan risiko apa saja yang dapat diasuransikan.
3. Apa perbedaan Koasuransi dan Reasuransi
4. Jelaskan tentang asuransi jiwa.
5. Berikan pendapat Anda mengenai prinsip itikad baik dalam asuransi dan
kenyataannya di lapangan.
6. Jelaskan faktor-faktor apa yang dipertimbangkan oleh perusahaan asuransi
dalam menentukan besarnya premi.

Anda mungkin juga menyukai