Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS BIAYA DALAM PENGELOLAAN OBAT ATAU OBAT TRADISIONAL

UNTUK PENGOBATAN SENDIRI DI MASA PANDEMI COVID-19 PADA


MASYARAKAT DI KOTA BANJARMASIN
Melviani, Rohama
Email1: melviani.apt87@gmail.com
Email2: apt.rohama@gmail.com

ABSTRAK

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri
dengan obat tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui biaya yang di gunakan untuk Kesehatan (pembelian obat / obat tradisional) dan
mengetahui profil dalam pengelolaan obat atau obat tradisional untuk pengobatan sendiri dimasa
pandemi covid-19 pada masyarakat di Kota Banjarmasin. Penelitian ini. Penelitian ini bersifat
deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 113 orang dengan teknik convenience sampling.
Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan adalah masyarakat mengalami
peningkatan pengeluaran yang cukup signifikan pada keadaan saat pandemi terhadap biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat untuk membeli obat. Peningkatan rata rata pengeluaran saat pandemi
adalah rupiah sebanyak 7,1%. Masyarakat cenderung membeli obat di apotek dengan jarak tempuh
yang singkat, penyimpanan obat di masyarakat telah menyimpan obatnya dengan baik didalam
wadah tertutup baik. Pembuangan sisa obat atau bungkus obat juga sudah tepat sesuai dengan jenis
kemasan dan obatnya, sedangkan untuk obat tradisional masyarakat banyak menggunakan bagian
herba dan buah serta juga dengan menggunakan cara pengolahan adalah direbus.

Kata Kunci: Biaya, Obat, Tradisional.

ABSTRACT
Self-medication or self-medication is an activity or act of self-medicating with drugs without a
prescription in an appropriate and responsible manner. The purpose of this study was to determine
the costs used for health (purchase of traditional medicines/drugs) and to know the profile in the
management of medicines or traditional medicines. for self-medication during the COVID-19
pandemic in the community in Banjarmasin City. This research. This research is descriptive. The
sample in this study amounted to 113 people with convenience sampling technique. The results
obtained based on the research that has been done are that the community has experienced a
significant increase in spending during the pandemic on the costs incurred by the community to buy
drugs. The average increase in spending during the pandemic was 7.1% in rupiah. People tend to
buy drugs at pharmacies with short distances, drug storage in the community has stored the drugs
well in well-closed containers. Disposal of drug residues or drug packs is also appropriate
according to the type of packaging and medicine, while for traditional medicine, many people use
the herbs and fruit parts and also use the boiling method.

Keywords : Cost, Medicine, Traditional.


PENDAHULUAN atau obat tradisional untuk pengobatan sendiri
Swamedikasi atau pengobatan sendiri dimasa pandemi covid-19 pada masyarakat di
adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri Kota Banjarmasin. mengetahui persentase
sendiri dengan obat tanpa resep secara tepat golongan obat yang dibeli masyarakat,
dan bertanggung jawab. Banyaknya mengetahui persentase ketepatan indikasi obat,
masyarakat yang melakukan swamedikasi ketepatan waktu penggunaan, cara penggunaan
dikarenakan adanya informasi mengenai iklan obat,mengetahui persentase pengetahuan efek
obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat- samping obat. Sehingga penelitian ini mampu
obatan yang dijual di pasaran memudahkan memberikan informasi biaya dalam
seseorang untuk melakukan swamedikasi pengelolaan obat atau obat tradisional untuk
terhadap keluhan penyakitnya, karena relatif pengobatan sendiri dimasa pandemi covid-19
lebih cepat, hemat biaya dan praktis tanpa pada masyarakat di Kota Banjarmasin.
perlu periksa ke dokter. Namun, untuk
melakukan swamedikasi diperlukan informasi METODE PENELITIAN
yang benar agar dapat dicapai mutu Penelitian ini menggunakan rancangan
swamedikasi yang baik, yaitu tersedianya obat penelitian observasional dengan pendekatan
yang cukup dengan informasi yang memadai cross-sectional. Survei berbasis komunitas
akan meningkatkan derajat kesehatan dilakukan terhadap sejumlah responden di
masyarakat. Kota Banjarmasin.
Perpres No 12 tahan 2013 pasal 43 Populasi yang akan diambil dalam
mengamanatkan bahwa dalam rangka kendali penelitian ini adalah seluruh warga di
mutu dan kendali biaya, Menteri Kesehatan Banjarmasin dengan jumlah penduduk
bertanggung jawab untuk penilaian teknologi sebanyak 671.690 jiwa (BPS Prov Kalimantan
kesehatan. Biaya kesehatan tahunan di Selatan, 2020).
Indonesia terus mengalami peningkatan Cara pengambilan subyek dalam
selama satu dekade terakhir, sehingga penelitian ini diseleksi secara convenience
pengendalian biaya dilakukan guna mencapai sampling (Fernandez et al., 2014) yaitu dengan
cost-effectivenes. Pada masa Covid-19 pertimbangan kemudahan, siapa saja yang
berdampak kepada kehidupan sosial dan ditemui baik secara tidak sengaja atau
melemahnya ekonomi masyarakat terutama kebetulan bertemu dengan peneliti, dapat
dalam bidang Kesehatan. digunakan sebagai sampel dengan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperhatikan orang/calon responden
mengetahui biaya yang di gunakan untuk tersebut sesuai sebagai sumber data dan sesuai
Kesehatan (pembelian obat / obat tradisional) dengan kriteria dalam penelitian ini. Analisis
dan mengetahui profil dalam pengelolaan obat data yang dilakukan dalam penelitian yang
diperoleh akan dianalisis dengan program IBM Pendidikan
SD Sederajat 10 8.8
SPSS Statistic 16 meliputi analisis secara
SMP Sederajat 15 13.3
deskriptif dan analitik statistik bivariat dan D3 19 16.8
multivariat. Pengambilan sampel penelitian S1/S2 69 61.1
Status dalam keluarga
menggunakan teknik stratified multistage
Kepala Keluarga 78 69
cluster dengan memperhatikan lokasi Bukan Kepala Keluarga 35 31
geografis yang dikelompokkan menurut Badan Pendapatan

Pusat Statistik (BPS). Perhitungan besar <Rp. 500.000 10 8.8


Rp. 500.000-Rp. 1.000.000 15 13.3
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak Rp. 2.500.000-Rp. 19 16.8
113 responden. 5.000.000
>Rp. 5.000.000 69 61.1
Jenis data yang digunakan pada Pengeluaran
penelitian ini adalah jenis data kuantitatif. <Rp. 500.000 10 8.8
Rp. 500.000-Rp. 1.000.000 15 13.3
Data primer pada penelitian ini diperoleh dari
Rp. 2.500.000-Rp. 19 16.8
mengajukan pertanyaan kepada responden 5.000.000
>Rp. 5.000.000 69 61.1
melalui kuisioner dengan melalui Google
Form. Hasil validitas yang sudah didapatkan
Data sekunder yang digunakan peneliti tersebut maka dapat disimpulkan bahwa 47
adalah data yang bisa mendukung informasi pertanyaan yang diajukan kepada responden
primer yang telah diperoleh pada penelitian dapat dikatakan valid karena nilai r hitung
yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian lebih besar daripada nilai r tabel. Hasil uji
yang terdahulu, buku, dan lain sebagainya. reliabilitas pada tabel di atas maka dapat
Pada penelitian ini Instrumen adalah kuesioner dilihat bahwa nilai Cronbach Alpha adalah
melalui Google form yang dibuat oleh peneliti. 0.835 yang menunjukkan bahwa ke-47
pertanyaan memiliki reliabilitas yang tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
artinya jika pertanyaan tersebut dilakukan
Penelitian untuk pengambilan data
untuk beberapa kali yang digunakan untuk
dilakukan pada bulan Maret – April 2021 di
mengukur obyek yang sama maka akan
Kota Banjarmasin
menghasilkan data yang sama.
Tabel 1. Karakteristik responden
Responden laki-laki akan lebih banyak
Kategori Karakteristik Jumlah (n) f (%)
Responden terlibat dalam penggunaan obat baik untuk
Jenis Kelamin
dirinya maupun untuk keluarga dibandingkan
Laki-Laki 78 69
Perempuan 35 31 dengan responden perempuan (Fauddah,
Pekerjaan 2015). Menurut Thomas (2011), laki-laki
Bekerja 78 69
akan lebih peduli terhadap kesehatan dirinya
Tidak Bekerja 35 31
terutama keluarganya dibandingkan dengan Analisis Biaya Obat / Obat Tradisional
Tabel 2.
Sebelum Pandemi
perempuan, hal ini sudah sesuai dengan hasil No Biaya Sebelum Pandemi Persentase (%)
yang didapatkan pada penelitian ini dimana 1. <Rp. 250.000 14,2
2. Rp. 250.000 – Rp. 500.000 34,5
responden yang bersedia untuk berpartisipasi 3. >Rp. 500.000 51,3

pada penelitian ini adalah laki-laki. Dari hasil


Analisis Biaya Obat / Obat Tradisional
Tabel 3.
penelitian dilihat bahwa lebih banyak jumlah
Sesudah Pandemi
orang yang sudah memiliki pekerjaan dari No Biaya Sesudah Pandemi Persentase (%)
1. <Rp. 250.000 11,5
pada yang tidak memiliki pekerjaan. Menurut 2. Rp. 250.000 – Rp. 500.000 30,1
3. >Rp. 500.000 58,4
Rinda (2014) jenis pekerjaan seseorang dapat
Dari hasil penelitian tersebut dapat
mempengaruhi tingkat sosial dan interaksi
disimpulkan bahwa rata-rata pengeluran
antar individu akibat lingkungan yang
masyarakat untuk biaya obat tradisional
berbeda.
sebelum dan sesudah pabdemi adalah > Rp.
Pendidikan adalah sebuah proses
500.000, bahkan terjadi peningkatan sebanyak
mengembangkan kemampuan dan usaha 7,1% pada keadaan saat pandemi pada biaya
mendewasakan kepribadian melalui upaya yang masyarakat keluarkan untuk membeli
pengajaran dan pelatihan (Notoatmodjo, obat atau obat tradisional.
2012). Tingkat Pendidikan berperan dalam Hal serupa juga terjadi pada penelitian
menentukan mudah tidaknya seseorang Siti 2020 yang menyatakan adanya
menyerap dan memahami pengetahuan yang peningkatan pembelanjaan secara online
mereka peroleh. kepedulian seseorang sebesar 300% dari normal. Didukung dengan
terhadap Kesehatan pribadinya dapat penelitian Rosiady,2020 yang menyatakan
dipengaruhi oleh tingkat Pendidikan yang bahwa adanya peningkatan pengeluaran pada
semakin tinggi. penduduk perdesaan maupun perkotaan (64%-
Pendapatan seseorang memiliki peran 77% responden). Sehingga dapat disimpulkan
yang penting dimana pendapatan dapat bahwa rata rata pengeluaran masyarakat yang
mempengaruhi keputusan dalam konsumsi digunakan untuk biaya pembelian obat
obat. Menurut simamora (2004) yang sebelum pandemi dan sesudah pandemi
mengatakan bahwa pendapatan sangat memiliki rata rata adalah >500,000.
mempengaruhi dalam memihih produk yang Mengalami peningkatan yang cukup signifikan
akan dikonsumsi. Persentase tertinggi adalah pada keadaan saat pandemi terhadap biaya
responden yang memiliki pendapatan rata – yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
rata >Rp. 5.000.000 dengan persentase 61.1% membeli obat. Peningkatan pengeluaran pada
dan pengeluaran tertinggi juga rata – rata >Rp. masa pandemi tergantung pada tingkat
5.000.000 dengan persentase 61.1%. pendapatan masyarakatnya. Pengeluaran dapat
meningkat dengan faktor luar seperti kondisi yaitu sebesar 69% (78 orang). Sejalan dengan
pandemi namun, pengeluaran juga dapat penelitian Siahaan dkk., (2017) bahwa apotek
dipangkas jika pendapatan menurun pada masa merupakan tempat terbaik untuk membeli
pandemi. Hal ini menjelaskan adanya obat, baik itu obat keras, obat bebas, vitamin
masyarakat yang memiliki pengeluaran tetap maupun suplemen. Berdasarkan data Badan
maupun lebih rendah pada masa pandemi Pusat Statistik Kalimatan Selatan tahun 2018,
dibandingkan dengan keadaan non-pandemi. di kawasan Kota Banjarmasin terdapat 123
apotek. Jumlah apotek yang cukup banyak
Tabel 4. Pengelolaan Obat / Obat Tradisional
tersebut menyebabkan mudahnya menemukan
Tempat Membeli Obat Jumlah Persen (%)
atau Obat Tradisional (n) apotek di kawasan Kota Banjarmasin,
yang dikonsumsi
Apotek 78 60,1 kemudahan tersebut diasumsikan menjadi
Toko Obat 35 31
Jenis obat yang Junlah Persen (%) alasan besarnya pembelian obat di apotek oleh
dikonsumsi (n)
masyarakat.
Obat 69 61,1
Obat tradisional 44 38,9
Cara menyimpanan Junlah Persen (%) Pada penelitian ini jenis obat yang
obat (n)
Dalam wadah tertutup 40 57,9 digunakan responden sebanyak 61,1% (69
baik
Dalam plastik lip 20 28,9 orang) obat modern dan penggunaan obat
Laci 9 13,2
Total 69 100
tradisional sebesar 38,9% (44 orang).
Cara membuang obat Junlah Persen (%) Berdasarkan hasil penelitian bentuk sediaan
yang tidak digunakan (n)
Dibakar 15 21,7 yang paling banyak digunakan adalah pil
Dibuang 18 26,1
Dibenahi 36 52,1 sebanyak 61,1% (69 orang) sedangkan untuk
Obat-obatan yang dijual di pasaran obat tradisional masyarakat yang
memudahkan seseorang untuk melakukan menggunakan bagian herba 47,7% (21 orang)
swamedikasi terhadap keluhan penyakitnya, serta bagian tanaman yang digunakan buah
karena relatif lebih cepat, hemat biaya dan 43,3% (19 orang) dan juga cara
praktis tanpa perlu periksa ke dokter. Namun, pengolahannya adalah direbus 56,8% (25
untuk melakukan swamedikasi diperlukan orang). Bentuk sediaan obat tertentu dipilih
informasi yang benar agar dapat dicapai mutu demi kenyamanan serta meningkatkan
swamedikasi yang baik, yaitu tersedianya obat compliance dan tercapainya keberhasilan
yang cukup dengan informasi yang memadai terapi (Wiedyaningsoh dkk., 2004).
akan meningkatkan derajat kesehatan Pada penelitian ini sebanyak 48,7% (55
masyarakat. orang) telah mengetahui cara penggunaan obat
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan yang baik dan benar. Sejalan dengan penelitian
bahwa tempat membeli obat maupun obat Wisely, bahwa sebayak 92,82% responden
tradisional mayoritas membeli obat di apotek menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi
obat sesuai dengan dengan anjuran yang ada harus segera dibuang. Cara pembuangan obat
pada kemasan yang telah mereka baca, mereka ini tidak boleh sembarangan karena
menganggap bahwa konsumsi obat sesuai dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh orang
dengan anjuran merupakan hal yang penting lain. Pembuangan obat yang benar adalah
sebab kekeliruan dalam penggunaan obat dengan ditimbun di tanah atau dibuang ke
dapat memberikan dampak yang merugikan. saluran air. Cara membuang kemasan obat
Berdasakan hal tersebut maka diasumsikan jika wadah berupa botol atau pot plastik
responden mengetahui cara konsumsi obat terlebih dahulu lepaskan etiket obat dan tutup
yang baik dan benar (Wisely, 2008) botol kemudian dibuang di tempat sampah,
Berdasarkan karakteristik pengetahuan untuk boks/ dus/ tube digunting dahulu baru
mengenai cara penyimpanan obat yang baik, dibuang (Heni dkk, 2017).
sebanyak 54,9% (40 orang) menjawab KESIMPULAN
mengetahui. Melanjutkan terkait pengetahuan Pandemi Covid-19 diseluruh Indonesia
penyimpanan, sebanyak 25,4% (40 orang) memang membuat kita mengalami perubahan
menyatakan bahwa obat disimpan dalam yang cukup luar biasa, tidak terkecuali pada
wadah tertutup baik. masyarakat Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Zat berkhasiat dalam obat selalu Masyarakat mengalami peningkatan
mempunyai masa aktif untu tujuan pengeluaran yang cukup signifikan pada
pengobatan, biasanya masa aktif tersebut keadaan saat pandemi terhadap biaya yang
tertulis pada lembar informasi. Sebanyak dikeluarkan oleh masyarakat untuk membeli
54,9% (62 orang) responden menyatakan obat. Peningkatan rata rata pengeluaran saat
bahwa mereka memperhatikan tanggal pandemi adalah >500,000 rupiah sebanyak
kadaluarsa obat. Sejalan dengan Fajrin dalam 7,1%. Hal ini karena masyarakat ingin
penelitiannya bahwa 100% responden menjaga tubuhnya tetap sehat sehingga
memperhatikan masa kadaluarsa obat yang membeli beberapa suplemen dan obat-obat
tertera pada kemasan obat. Namun, pada tradisional.
penelitian tersebut tidak ada satupun Masyarakat cenderung membeli obat
responden yang mengetahui batas waktu obatan pada apotek dengan jarak tempuh yang
penyimpanan obat setelah wadahnya dibuka singkat. Untuk penyimpanan obat, masyarakat
untuk pertama kalinya (Fajrin dkk., 2019). telah menyimpan obatnya dengan baik baik
Dari hasil penelitian, sebanyak 39,8% (44 didalam wadah tertutup baik. Pembuangan
orang) responden mencari infomasi mengenai sisa obat atau bungkus obat juga sudah tepat
cara pembuangan yang benar. sesuai dengan jenis kemasan dan obatnya, ,
Obat yang sudah kadaluarsa atau rusak sedangkan untuk obat tradisional masyarakat
banyak menggunakan bagian herba dan buah Sayuti Rosiady Husaenic dan Stiti Aisyah
serta juga dengan menggunakan cara Hidayati. 2020. Dampak Pandemi
Covid-19 Terhadap Ekonomi
pengolahan adalah direbus. Masyarakat di Nusa Tenggara Barat.
Universitas Mataram.
Siahaan, S., Usia, T. Pujiati, S., dkk. (2017).
UCAPAN TERIMA KASIH Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Pemulis mengucapkan terimakasih Masyarakat dalam Memilih Obat yang
Aman di Tiga Provinsi di Indonesia.
kepada DITJEN DIKTI atas bantuan biaya
Jurnal Kefarmasian Indonesia, 7(2):
pada skim Penelitian TA 2020-2021. 136-145.
Simamora, Herry. 2004. Manajemen Sumber
DAFTAR PUSTAKA Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Thomas, (2011). Pengaruh Tingkat Pendidikan
Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin. Kota
Terhadap Tingkat Pengetahuan
Banjarmasin Dalam Angka 2020.
Masyarakat Mengenai Antibiotika di
Banjarmasin: BPS Kota Banjarmasin,
Kecamatan Mergangsan Kota
2020.
Yogyakarta, Skripsi. Universitas
BPS Kota Banjarmasin. (2018). Profil Tenaga
Sanata Dharma, Yogyakarta
Kerja Kota Banjarmasin 2018.
Wisely. (2008). Studi Tentang Pemahaman
Banjarmasin: Badan Pusat Statistik
Obat Tradisional Berdasarkan
Kota Banjarmasin. ISBN 978-602-
Informasi Pada Kemasan dan Alasan
6900-74-6.
Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau
Fajrin, A., Yuniarni, U., & Suwendar. (2019).
Jamu Instan Pada Masyarakat Desa
Kajian Gambaran Pengetahuan
Maguwoharjo. Skripsi. Yogayakarta:
Masyarakat Terhadap Penyimpanan
Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Obat di Rumah di Kelurahan Babakan
Dharma.
Sari Kota Bandung. Prosidining
Farmasi, 5(2): 336-343.
Fatoni Siti Nur, Dkk. 2020. Dampak COVID-
19 Terhadap Perilaku Konsumen
Dalam Penggunaan E-Wallet di
Indonesia. UIN Sunan Gunung Djati:
Bandung.
Fauddah, A., T., (2015). Description of Self
Medication Behavior in Community of
Subdistrict Purbalingga, District
Purbalingga. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro. Vol 3 (1). hal
614, 617-618
Fernandez, Mercedes Rodriguez, et al. (2014).
Board characteristics and firm
performance in Spain. The
international journal of business in
society, Corporate Governance, Vol.
14 Iss 4 pp. 485 – 503.
Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai