Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

( SPEI {YAHYA BIN UMAR} 213-289H )

Oleh:

ITA SAFITRI (2004020152)

WIRNA (2004020146)

DOSEN PENGAMPU: AKBAR SABANI, SE.Sy,M.E.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALOPO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR
Puji tuhan penulis haturkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas berkat
rahmat dan kasih-Nya, makalah yang berjudul PEMIKIRAN EKONOMI YAHYA
BIN UMAR (213-289H) dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini kami
tulis dengan penuh rasa tanggung jawab.

Kami menyadari bahwa Makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami ini.

Tak ada gading yang retak, akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala usaha kita semua.
Aamiin.

LAROMPONG ,16 APRIL 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 1

C. Tujuan............................................................................................... 1

Bab II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup................................................................................. 2

B Kitab Ahkam Al-Suq.......................... ............................................. 2

C Pemikiran Ekonomi.......................................................................... 3

D Wawasan Teori Modern....................................................................4

Bab III PENUTUP

Kesimpulan............................................................. . ...........................6

Saran................................................................. ...................................6

DAFTAR PUSTAKA............................................ ..........................................8


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemikiran Ekonomi Islam muncul sejak zaman Rasulullah Saw, dengan


mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kehidupan bermasyarakat,
setelah itu digantikan oleh penerusnya yaitu khaulafaurasyidin serta khalifah
lainnya dalam menata ekonomi negara. Sistem ekonomi Islam terbentuk secara
berkala dan berdasarkan paradigma Islam. Para cendekiawan muslim telah
memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi Islam.

Permasalahannya adalah bagaimana ditemukan kembali jejak-jejak


pemikiran munculnya konsep ekonomi Islam secara teoretis dalam bentuk
rumusan yang mampu diaplikasikan sebagai pedoman tindakan yang berujung
pada rambu halal-haram atau berprinsip syariat Islam. Kelangkaan tentang kajian
pemikiran ekonomi dalam Islam sangat tidak menguntungkan karena, sepanjang
sejarah Islam para pemikir dan pemimpin muslim sudah mengembangkan
berbagai gagasan ekonominya dengan sedemikian rupa, sehingga terkondisikan
mereka dianggap sebagai para pencetus ekonomi Islam sesungguhnya.

Pemikir ekonomi Islam dibagi dalam dua masa, yakni masa pemikir
ekonomi klasik dan juga masa pemikir ekonomi kontemporer. Dalam makalah ini
akan dipaparkan pemikir ekonomi pada masa klasik dengan tokoh Yahya Bin
Umar (213-289 H).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana biografi beserta sejarah pemikiran ekonomi Islam menurut


Yahya bin Umar?

C. TUJUAN

1. .Agar mahasiswa dapat memahami akar kemunculan pemikiran dan teori


ekonomi Islam, macam-macam tren, tipe, model, dan karakter pemikiran
Abu Ubaid dan Yahya bin Umar
2. Agar mahasiswa dapat memahami, mengkritisi dan mengaktualkan
kembali secara ilmiah dan objektif isu-isu dan gagasan pemikiran tokoh
ekonomi muslim klasik, menemukan metodologi dan kerangka
pemikirannya, mendalami dan menganalisis implikasi yang ditimbulkan
dari pemikiran atau konsep tersebut
3. .Agar mahasiswa dapat menemukan relevansi berbagai gagasan dan teori
yang dikemukakan dalam konsep pengembangan ekonomi Islam zaman
modern.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup

Yahya bin Umar yang bernama lengkap Abu Bakar Yahya bin Umar bin
Yusuf Al-Qanani Al-Andalusia lahir pada tahun 213 H dan dibesarkan di
Cordova, Spanyol. Ia berkelana ke berbagai negara untuk menuntut ilmu yang
pertama ia singga di Mesir dan berguru pada pemuka sahabat Abdullah bin
Wahab Al-Maliki dan Ibnu Al-Qasim, seperti Ibnu Al-Kirwan Ramh dan Abu Al-
Dzahir bin Al-Sarh. Setelah itu dia pindah ke Hijaz dan berguru kepada Abu
Mus’ab Az-Zuhri dan akhirnya Yahya bin Umar menetap di Qairuwan, Afrika dan
menyempurnkan pendidikan pada seorang ahli faraid dan hisab, Abu Zakariya
Yahya bin Sulaiman al Farisi. Dalam perkembangan selanjutnya dia menjadi
pengajar di Jami’ Al-Qairuwan. Setelah Ibnu Abdun turun pada jabatannya Yahya
bin Umar ditawari oleh Ahmad al-Aghlabi untuk menjabat menjadi qadi akan
tetapi ia menolak dan memilih tetap menjadi pengajar hingga akhir hayatnya.
Yahya bin Umar wafat pada tahun 289 H.

B. Kitab Ahkam Al-Suq

Merupakan kitab pertama di dunia Islam yang membahas tentang hisbah


dan berbagai hukum pasar, satu penyajian materi yang berbeda dari pembahasan-
pembahasan fiqih pada umumnya. Pada saat itu kota Qairuwan telah memiliki
institusi pasar yang permanen sejak 155 H dan para penguasanya mulai dari masa
Yazid bin Hatim Al-muhibli hingga sebelum masa Ja’far Al-Mansyur sangat
memperhatikan intsitusi pasar. Pada tahun 234 H, Kanun penguasa peradilan kota
tersebut mengangkat hakim yang khusus menangani masalah pasar. Dengan
demikian masa Yahya bin Umar kota Qoiruwan telah memiliki 2 keistimewaan
yaitu :

a. Keberadaan institusi pasar mendapat perhatian khusus dan peraturan yang


memadai dari para penguasa.

b. Dalam lembaga peradilan, terdapat seorang hakim yang khusus menangani


masalah pasar.
Tentang kitab Ahkam al-Suq Yahya bin Umar menyebutkan bahwa penulisan
kitab ini dilatarbelakangi oleh 2 persoalan yaitu : pertama, hukum syara’ tentang
perbedaan kesatuan timbangan dan takaran timbangan dalam satu wilayah, kedua,
hukum syara’ tentang harga gandum yang tidak terkendali akibat pemberlakuan
liberalisasi harga, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan kemudaratan bagi
para konsumen.

C. Pemikiran Ekonomi

Menurut Yahya bin Umar ketakwaan merupakan asas dalam


perekonomian Islam sekaligus faktor utama yang membedakan antara ekonomi
Islam dengan ekonomi konvensional. Di samping Al-Qur’an setiap muslim harus
berpegang teguh pada Sunnah dan mengikuti perintah Rasulullah dan setiap
melakukan ekonomi. Fokus pemikiran Yahya bin Umar tertuju pada hukum-
hukum pasar yang terefleksikan dalam pembahasan tentang tas’ir (penetapan
harga). Menurut Yahya bin Umar menyatakan bahwa eksistensi harga merupakan
hal yang sangat penting dalam transaksi dan pengabaian terhadapnya akan dapat
menimbulkan kerusakan dalam masyarakat. Berkaitan dengan hal ini Yahya bin
Umar bahwa penetapan harga tidak boleh dilakukan. Yahya bin Umar melarang
penetapan harga jika kenaikan harga yang terjadi adalah semata-mata interaksi
penawaran dan permintaan yang alami. Dalam hal demikian pemerintah tidak
memiliki hak untuk melakukan intervensi harga. Hal ini akan berbeda jika
kenaikan harga karena ulah manusia (human error). Pemerintah hanya berhak
melakukan intervensi harga ketika terjadi suatu aktivitas yang dapat
membahayakan masyarakat luas. Yahya bin Umar menyatakan bahwa pemerintah
tidak boleh melakukan intervensi kecuali dalam 2 hal, yaitu :

1. Para pedagang tidak memperdagangkan barang tertentu yang sangat


dibutuhkan masyarakat dan dapat menimbulkan kemudharatan sehingga
dapat merusak mekanisme pasar. Dalam hal ini pemerintah dapat
mengeluarkan para pedagang dari pasar dan mengganti dengan yang lain
berdasarkan kemaslahatan dan kemanfaatan umum.
2. Para pedagang melakukan praktik siyasah al-ighraq (dumping) yang dapat
menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan dapat menghancurkan
ekonomi pasar. Dalam hal ini pemerintah berhak memerintahkan pedagang
untuk menaikkan kembali harga yang sesuai harga yang berlaku dipasar,
apabila mereka menolak pemerintah berhak mengusir pedagang tersebut.

Pernyataan Yahya bin Umar jelas mengintimidasi bahwa hukum intervensi


pemerintah adalah haram. Pendapatnya yang melarang praktek tas’ir
menunjukkan bahwa Yahya bin Umar mendukung kebebasan ekonomi dan juga
kebebasan kepemilikan. Kebebasan ekonomi tersebut bahwa harga ditentukan
oleh kekuatan pasar yakni kekuatan penawaran dan permintaan. Namun Yahya
bin Umar menambahkan bahwa mekanisme harga harus tunduk pada kaidah-
kaidah. Kaidah-kaidah tersebut pemerintah berhak untuk melakukan intervensi
jika terjadi tindakan sewenang-wenang dalam pasar, misal ihtikar dan dumping.

Menurut Dr. Rifa’at Al-Audi, pernyataan Yahya bin Umar yang melarang
adanya dumping bukan dimaksudkan harga-harga menjadi murah akan tetapi
untuk mencegah dampak negatifnya untuk mekanisme pasar dan kehidupan
masyarakat secara keseluruhan.

D. Wawasan Teori Modern Yahya Bin Umar

Tema utama yang diangkat pada kitab Al-Suq mengenai hukum pasar,
pada dasarnya konsep Yahya bin Umar lebih banyak terkait dengan ihtikar dan
siyasah al-ighraq. Dalam ilmu ekonomi kontemporer kedua hal tersebut dikenal
dengan istilah monopoly’s rent-seeking dan dumping.

1. Ihtikar (monopoly’sRent-Seeking)

Islam secara tegas melarang ihtikar yakni mengambil keuntungan diatas


keuntungan normal dengan cara menjual sedikit barang untuk harga yang lebih
tinggi. Dalam hal ini Rasulullah menyatakan bahwa ihtikar adalah perbuatan
orang berdosa. Di zaman Rasulullah Saw, salah satu cara melakukan ihtikar
adalah dengan cara menimbun agar harga naik akibat kelangkaan tersebut. Secara
lebih spesifik mazhab Syafii dan Hanbali mendefinisikan ihtikar
sebagai :“Menimbun barang yang telah dibeli pada saat harga bergejolak tinggi
untuk menjualnya dengan harga yang lebih tinggi pada saat dibutuhkan oleh
penduduk setempat atau lainnya”

Abu Dzar Al-ghifari menyatakan bahwa hukum ihtikar tetap haram meskipun
zakat barang-barang tersebut telah ditunaikan. Para ulama sepakat illat
pengharaman ihtikar adalah karena dapat menimbulkan kemudharatan bagi umat
manusia, ihtikar tidak hanya merusak mekanisme pasar tapi juga akan
menghentikan keuntungan serta menghambat proses distribusi kekayaan. Dari
definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas ekonomi akan dikatakan
sebagai ihtikar jika memenuhi 2 syarat yaitu : pertama, objek penyimpanan
merupakan barang-barang kebutuhan masyarakat; kedua, tujuan penimbunan
adalah untuk mengambil keuntungan di atas keuntungan normal. Islam tidak
melarang seseorang melakukan aktivitas bisnis baik dalam kondisi satu-satunya
penjual (monopoli) ataupun ada penjual lain, Islam juga tidak melarang seseorang
menyimpan barang untuk stok persediaan. Dalam pasar monopoli produsen
sebagai penentu harga (price maker) sedangkan dalam pasar bersaing sempurna
produsen hanya mengikuti harga pasar (price taker).

2. Siyasah Al-Ighraq (Dumping policy)


Berbanding terbalik dengan ihtikar dumping bertujuan untuk meraih
keuntungan dengan cara menjual barang dengan harga rendah dari pada harga
yang berlaku di pasar. Dalam suatu pasar bersaing tidak sempurna, dalam suatu
perusahaan terkadang melakukan kebijakan pengenaan harga yang berbeda untuk
produk yang sama di setiap pasar yang berlainan. Secara umum praktik pengenaan
harga yang berbeda terhadap pembeli disebut diskriminasi harga. Dalam
perdagangan internasional diskriminasi harga yang dilakukan adalah dumping.
Dumping merupakan kebijakan perdagangan yang kontroversial dan secara luas
dikenal dengan praktik yang tidak fair.Dalam praktiknya dumping dipandang
sebagai sebuah kebijakan perdagangan yang lebih menguntungkan oleh sebuah
perusahaan jika ditemukan dua hal, yaitu : pertama, industri tersebut bersifat
kompetitif tidak sempurna sehingga perusahaan dapat bertindak sebagai price
maker bukan sebagai price taker; kedua, pasar harus tersekmentasi, sehingga
penduduk didalam negeri tidak mudah dalam membeli barang-barang yang harus
diekspor.

 Dumping Resiprokal

Analisis dumping tersebut memberi kesan bahwa diskriminasi harga akan


dapat meningkatkan perdagangan luar negeri. Namun bila ditelaah lebih jauh,
akan tampak jelas bahwa kesan tersebut tidak selamanya benar. Contohnya sebuah
pabrik semen di Negara A melakukan ekspor ke Negara B, dan sebaliknya, pabrik
semen di Negara B melakukan ekspor ke Negara A. Walaupun terlihat ekstrim
dan pada kenyataannya jarang terjadi dalam dunia perdagangan internasional, hal
ini menunjukkan bahwa dumping resiprokal tidak dapat meningkatkan volume
perdagangan, bahkan merupakan perbuatan yang sia-sia.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Perkembangan Islam pada masa-masa awal menuju kejayaannya, ternyata


bukan hanya berupa perkembangan politik dan militer saja melainkan
perkembangan ekonomi juga memainkan peranan yang penting dalam menopang
peradaban Islam.

Perkembangan ekonomi Islam ini bersumber dari pemikiran serta


kebijakan para tokoh dan ulama Islam yang dimulai dari generasi Rasul dan para
sahabat dan kemudian para tabi’in dan tabiut tabi’in hingga kekhalifahan
Umayyah, Abbasiyah dan Utsmani.Para pemikir ekonomi Islam di masa klasik
memberikan sumbangan pemikiran yang sangat berharga bagi perkembangan
Islam di masanya dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesejahteraan dalam
masyarakat.

Yahya bin Umar merupakan salah seorang faquha mazhab Maliki. Semasa
hidupnya, disamping aktif mengajar, Yahya bin Umar juga banyak menghasilkan
karya tulis hingga mencapai 40 juz. Diantara berbagai karyanya yang terkenal
adalah al-Muntakhabah fi ikhtishar al-Mustakhirijah fi al-Fiqh al-Maliki dan kitab
Ahkam al-Suq

Menurut Yahya bin Umar, aktivitas ekonomi merupakan begian yang tak
terpisahkan dari ketakwaan seorang muslim kepada Allah Swt. Berkaitan dengan
hal ini,Yahya bin Umar berpendapat bahwa al-tas’ir (penetapan harga) tidak boleh
dilakukan. Ia berhujjah dengan berbagai hadis Nabi Muhammad Saw. Jika kita
mencermati konteks hadis tersebut, tampak jelas bahwa Yahya ibn Umar
melarang kebijakan penetapan harga jika kenaikan harga yang terjadi adalah
samata-mata hasil interaksi penawaran dan permintaan yang alami.Tema utama
yang diangkat dalam kitabnya Al-Amwal Al-Suq pada dasarnya konsep terkait
dengan permasalahan ihtikar dan siyasah al-ighraq.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini kami berharap para pembaca lebih mengetahui dan
memahami bagaimana ekonomi islam yang benar dan setelah kita mengetahui
alangkah baiknya mengimplementasikan ekonomi islam itu dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kondisi saat ini semakin banyak praktek-praktek seperti
halnya dumping dan juga ihtikar. Selain itu dalam mekanisme pasar yang hanya
didominasi oleh orang-orang tertentu seperti halnya Indonesia yang telah
didominasi oleh cina. Aplikasi pemikiran Yahya bin Umar, masih maraknya
praktek ihtikar dan damping yang menyebabkan rusaknya mekanisme ekonomi
yang ada di pasar dan terjadi inflasi rupiah, selain itu juga didirikannya badan
pengawas pasar yang independen.Deskripsi singkat dan sederhana ini agar
sempurna dan sesuai harapan, mohon semua pihak kiranya mengkritisi sekaligus
mengkoreksi selengkapnya demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhirnya, terima kasih atas segala partisipasi semua pihak, mudah-


mudahan bermanfaat untuk semuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Sabahuddin. 2005. Menimbang Ekonomi Islam Keuangan Publik dalam


pemikiran Islam Amwal. Cet I. Bandung : Penerbit Nuansa.

Azwar Karim, Adiwarman. 2002. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Ed III. Cet
6. Jakarta : PT. Pustaka Pelajar.

Azwar Karim, Adiwarman. 2008. Ekonomi Mikro Islam. Ed. III. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.

Azwar Karim, Adiwarman. 2014. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Cet. II.
Jakarta : Rajawali Pers.

http://hestihandayani50.blogspot.com/2017/03/pemikiran-ekonomi-abu-ubaid-
150-224h.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai