Anda di halaman 1dari 11

Oral Hygiene

Oral hygiene atau dental hygiene atau kebersihan rongga mulut merupakan
derajat kebersihan rongga mulut dimana rongga mulut bebas dari deposit lunak
(acquired pellicle, dental biofilm, material alba, dan sisa makanan) dan deposit keras
(kalkulus) setelah individu melakukan daily oral self-care. Kebersihan mulut ini
berikatan dengan kesehatan mulut atau oral health. Pada tahun 2012, WHO
menyatakan bahwa oral health merupakan sebuah kondisi dimana seseorang terbebas
dari penyakit rongga mulut dan orofasial, infeksi dan nyeri rongga mulut, serta
penyakit rongga mulut lainnya yang membatasi dan mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menggigit, mengunyah, senyum, berbicara, dan kesejahteraan
psikososial (psychosocial well-being). Dapat dikatakan apabila seseorang memelihara
kebersihan rongga mulutnya dengan baik makan kesehatan rongga mulutnya.
Kesehatan rongga mulut yang baik merupakan indikator untuk kesehatan secara
umum, kesejahteraan, dan kualitas hidup (quality of life).

Oral hygiene buruk atau poor oral hygiene merupakan suatu kondisi yang
berbanding terbalik dari oral hygiene yang baik, dimana rongga mulut memiliki
permasalahan gigi dan mulut seperti infeksi, nyeri, dan lainnya. Peristiwa ini terjadi
dapat terjadi karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi genetik,
jenis kelamin, dan umur sedangkan faktor ekstrinsik meliputi konsumsi alkohol,
rokok, diet tinggi gula, efek samping pengobatan, serta upaya membersihkan rongga
mulut yang kurang baik. Kebersihan rongga mulut yang buruk dapat menjadi indikasi
penyakit sistemik, contohnya adalah penyakit periodontal dapat berkaitan dengan
adanya penyakit pulmonary, penyakit kardiovaskular, serta diabetes sehingga secara
tidak langsung kesehatan gigi dan mulut berkontribusi kepada kesehatan keseluruhan
tubuh.
Gambar 1. Oral Hygiene Buruk Akibat Rampant Caries Efek Samping dari Xerostomia Terapi Radiasi

Gambar 2. Oral Hygiene Baik

Oral Hygiene Indices


Pemantauan kebersihan rongga mulut dan status kesehatan rongga mulut
individu atau kelompok dapat dinilai secara kuantitatif menggunakan dental index.
Dental index merupakan metode koleksi data yang memudahkan praktisi untuk
mengubah observasi klinis menjadi nilai yang dapat dihitung secara kuantitatif,
diamati, disimpukan, dan diinterpretasikan. Tujuan dari oral hygiene indices antara
lain :

- Memantau perkembangan kesehatan gigi dan rongga mulut individu


- Sebagai kebutuhan penelitian epidemiologi
- Memantau dan mengevaluasi efektivitas dari intervensi atau program yang
dilakukan pada daerah tersebut berdasarkan dari status kesehatan gigi dan
rongga mulut populasi

Terdapat beberapa macam oral hygiene indices yang tersedia seperti plaque
control record, plaque free score, OHI-S, plaque index oleh Sillness dan Loe, PHP,
dan plaque index oleh Ramford.

Simplified Oral Hygiene Index


Salah satu oral hygiene indices ada Oral Hygiene Index (OHI). Namun,
terdapat index yang telah disederhanakan bernama Simplified Oral Hygiene Index
(OHI-S) yang hanya dilakukan pada gigi permanen yang sudah erupsi secara penuh
tujuannya untuk mengukur adanya debris dan kalkulus sebagai indikasi efisiensi dari
pembersihan rongga mulut. Permukaan gigi yang diperiksa ada enam dan diambil
dari empat gigi posterior (16, 26, 36, 46) dan dua gigi anterior (11 , 31). Gigi
posterior yang diperiksa adalah gigi 16, 26 pada permukaan bukal, 36,46 pada
permukaan lingual sedangkan gigi anterior yang diperiksa adalah gigi 11, 31 pada
permukaan labial. Pada pemeriksaan OHI-S, permukaan bukal atau lingual dianggap
telah mencakup setengah dari permukaan proksimal gigi.
Gambar 3. Gigi yang Diperiksa pada OHI-S

OHI-S mempunyai dua komponen penilaian, yaitu :

1. Debris Index (DI-S)


Oral debris adalah deposit lunak terdiri dari mucus, bakteri, dan
gigi yang menempel pada gigi. Warnanya dapat keabuan, putih, coklat,
atau jingga. Skor yang dapat dinilai terdiri dari :
- 0 ꟷ tidak ada debris atau staining
- 1 ꟷ debris lunak atau staining menutupi tidak lebih dari sepertiga
permukaan gigi
- 2 ꟷ debris lunak atau staining menutupi lebih dari sepertiga namun
kurang dari dua per tiga permukaan gigi
- 3 ꟷ debris lunak menutupi lebih dari dua per tiga permukaan gigi
Gambar 4. Ilustrasi Skor DI-S

Cara menghitung total DI-S adalah

Total Skor Debris


DI −S=
Jumlah Gigi yang Diperiksa

Skor DI-S terdiri dari :

- 0.0-0.6 ꟷ Oral hygiene baik


- 0.7-1.8 ꟷ Oral hygiene cukup
- 1.9-3.0 ꟷ Oral hygiene buruk
2. Calculus Index (CI-S)
Oral calculus merupakan deposit garam anorganik yang sebagian
besar terdiri dari kalsium karbonat dan fosfor tercampur oleh sisa
makanan, bakteri, dan sel epitel terdeskuamasi. Terdapat dua macam
kalkulus berdasarkan lokasinya, yaitu kalkulus supragingival yang
biasanya berwarna kuning kecoklatan serta kalkulus subgingival yang
biasanyaberwarna coklat sampai hitam. Skor yang dapat dinilai terdiri dari
:
- 0 ꟷ tidak ada kalkulus
- 1 ꟷ kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari sepertiga
permukaan gigi
- 2 ꟷ kalkulus supragingival menutupi lebih dari sepertiga namun
kurang dari dua per tiga permukaan gigi atau adanya sedikit flek
kalkulus gingival pada servikal gigi
- 3 ꟷ kalkulus supragingival menutupi lebih dari dua per tiga
permukaan gigi atau terdapat sebuah cincin kalkulus supragingival
tebal pada servikal gigi.

Gambar 5. Ilustrasi Skor CI-S

Cara mengitung total CI-S :

Total Skor Kalkulus


CI −S=
Jumlah Gigi yang Diperiksa

Skor CI-S terdiri dari :

- 0.0-0.6 ꟷ Oral hygiene baik


- 0.7-1.8 ꟷ Oral hygiene cukup
- 1.9-3.0 ꟷ Oral hygiene buruk

Cara menghitung nilai OHI-S :


OHI −S=DI−S+CI −S

Skor OHI-S terdiri dari :

- 0-1.2 ꟷ Baik
- 1.3-3.0 ꟷ Cukup
- 3.1-6.0 ꟷ Buruk.

Oral Hygiene Instruction

Dalam menjaga oral hygiene yang baik, oral hygiene instructions tentu perlu
dilakukan sebaik-baiknya oleh pasien. Oral hygiene instructions merupakan suatu
rangkaian pemberian edukasi kepada pasien untuk mengeliminasi plak sebagai
langkah preventif dari penyakit rongga gigi dan mulut.

Prinsip pemberian oral hygiene instructions :

- Bersifat fleksibel dan individual terhadap kondisi rongga mulut pasien


- Oral hygiene instructions bersifat client-centered goals
- Instruksi diberikan secara sederahana dan mudah dipahami
- Dokter dapat memberikan edukasi dan motivasi ke pasien dalam melakukan
self-plaque control
- Pengawasan dilakukan berkesinambungan

Oral hygiene meliputi menyikat gigi, penggunaan interdental cleaning aids (floss,
interdental brushes, dan rubber dan wooden tips), dan penggunaan special oral
hygiene aids.

1. Menyikat gigi
Menyikat gigi merupakan cara membersihkan plak gigi secara mekanis yang
paling sering dan mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, masih banyak orang
yang belum maksimal dalam melaksanakannya. Beberapa hal yang dapat
diperhatikan adalah :
- Pemilihan sikat gigi dengan design yang menguntungkan pasien dan
sikat terbuat dari nilon yang lembut
- Penggunaan pasta gigi dengan fluoride
- Teknik menyikat gigi yang tepat dimana beberapa teknik yang ada,
yaitu roll, vibratory, circular, vertical, dan horizontal.
- Frekuensi menyikat gigi dua kali sehari.

Selain menyikat gigi, pasien diinstruksikan untuk membershikan lidahnya


menggunakan tongue cleaner atau sikat gigi lain berbulu halus.

2. Interdental cleaning aids


Menyikat gigi tidak sepenuhnya membersihkan plak di bagian interdental
sehingga penggunaan interdental cleaning aids seperti dental floss, interdental
brush, wooden atau rubber tips dapat dilakukan secara berkala.
3. Special oral hygiene aids
Penggunaan mouthwash dapat diindikasikan apabila pasien membutuhkannya.

Scaling

Scaling merupakan suatu proses eliminasi dari biofilm dan kalkulus pada permukaan
supragingival dan subgingival gigi. Scaling dan root planning merupakan dua
prosedur yang tidak dapat dipisahkan karena secara prinsip dan tujuannya sama.
Tujuan utama dari scaling dan root planning adalah untuk mengembalikan kondisi
gingiva yang sehat dengan cara mengeliminasi komponen yang akan menyebabkan
inflamasi gingiva seperti biofilm, kalkulus, dan endotoxin dari permukaan gigi.

Prosedur

Detection Skills
Sebelum melakukan scaling, kemampuan mendeteksi secara visual dan taktil (visual
and tactile detection skills) perlu dikuasai dengan baik untuk menghasilkan initial
assessment terhadap deposit dan root irregularities yang akurat.

Pemeriksaan secara visual dari kalkulus supragingival dan subgingival yang tepat di
bawah gingival margin mudah dilakukan dengan pencahayaan yang bagus dan rongga
mulut dalam kondisi yang baik. Saliva dapat membuat kalkulus supragingival sulit
untuk dilihat, gunakan air syringe untuk mengeringkan daerah tersebut hingga
kalkulus supragingival terlihat putih dan berkapur. Air syringe juga dapat diarahkan
ke dalam pocket dengan aliran yang stabil untuk mendefleksi marginal gingiva dari
gigi sehingga deposit pada subgingiva dapat terlihat.

Pemeriksaan taktil pada daerah subgingival yang meliputi furkasi, pocket, dan
developmental depressions dapat dilakukan dengan menggunakan fine-pointed
explorer atau probe dengan pegangan modified pen grasp. Ujung dari instrument
dimasukkan secara subgingiva sampai dasar dari pocket. Gunakan gerakan light
exploratory strokes secara vertikal pada permukaan akar. Ketika kalkulus ditemukan,
ujung dari instrument diposisikan secara apikal dan gerakkan sampai akhir dari
kalkulus terasa. Pada pemeriksaan di permukaan proksimal, gerakan strokes harus
diperluas setidaknya setengah melebihi permukaan area kontak untuk memastikan
deteksi yang lengkap dari desposit interproximal.

Teknik Scaling Supragingival

Scaling pada daerah ini relatif lebih mudah dibandingkan scaling pada daerah
subgingival karena letaknya yang coronal dari gingival margin sehingga dapat dilihat
secara mudah dan pergerakan instrument lebih leluasa untuk adaptasi dan angulasi.

Alat atau instrument yang digunakan :

- Sickles
- Curettes
- Instrument ultrasonic dan sonic
- Hoes
- Chisels

*Instrument dengan penulisan tebal merupakan instrument yang paling sering


digunakan*

Tata cara :

1. Sickle atau currete digenggam dengan teknik modified pen grasp dengan
fingres rest diletakkan pada gigi tetangga di daerah kerja
2. Tempatkan sickle pada apikal dari kalkulus membentuk sudut kurang dari 90̊
terhadap permukaan gigi yang dibersihkan.
3. Bagian cutting edge digerakkan dengan menggunakan gerakan short, powerful
overlapping strokes ke arah koronal, vertikal atau oblique sampai kalkulus
terlepas dari gigi.
4. Ujung sickle yang tajam dan meruncing dapat dengan mudah melukai
marginal tissue sehingga penggunaan sickle yang baik perlu diperhatikan
5. Scaling terus dilakukan sampai kalkulus tereliminasi secara visual dan taktil

Sickle dapat digunakan sedikit masuk ke dalam free gingival margin apabila
jaringannya dapat ditarik cukup lebar. Namun, final scaling dan root planning
menggunakan curette harus selalu dilakukan setelahnya.

Evaluasi pertama dilakukan langsung setelah scaling atau instrumentasi. Permukaan


gigi diperiksa secara visual dan taktil dengan pencahayaan yang cukup , kaca mulut,
air syringe, dan fine explorer atau probe dimana gigi harus ditinggalkan dalam
keadaan bebas kalkulus dan halus. Namun, evaluasi yang sesungguhnya dilihat dari
respon jaringan setelah 1-2 minggu karena reepitelisasi membutuhkan waktu sekitar
1-2 minggu. Apabila evaluasi dilakukan sebelum waktu tersebut, bleeding on probing
masih dapat terjadi karena jaringan lunak belum mengalami epitelisasi.
[ CITATION Tak12 \l 1033 ][ CITATION Tak121 \l 1033 ][ CITATION Lan15 \l 1033 ][ CITATION
Kri09 \l 1033 ]

Referensi
Darby, M. L., & Walsh, M. M. (2015). Dental Hygiene Theory and Practice Fourth Edition.
Missouri: Elsevier Saunders.
Greene, J. C., & Vermillion, J. R. (1964). The Simplified Oral Hygiene Index. The Journal of
The American Dental Association, 68, 25-31.
Krismariono, A. (2009). Prinsip-prinsip dasar scaling dan root planing dalam perawatan
periodontal. Periodontic Journal, 1(1), 1-5.
Lang, N. P., & Lindhe, J. (2015). Clinical Periodontology and Implant Dentistry Sixth
Edition. West Sussex: Wiley Blackwell.
Takei, N., & Carranza, K. (2012). Carranza's Clinical Periodontology 11th Edition.
Missouri: Elsevier Saunders.
Takei, N., & Carranza, K. (2012). Newman and Carranza's Clinical Periodontology
Thirteenth Edition. Missouri: Elsevier Saunders.
Yap, A. U. (2017). Oral Health Equals Total Health : A Brief Review. Journal of Dentistry
Indonesia, 24(2), 59-62. doi:10.14693/jdi.v24i2.1122

Anda mungkin juga menyukai