Anda di halaman 1dari 34

1

DRAFT SKRIPSI

Nama : Uswatun Hasanah

NIM : 180103008

Fak/Jur : Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe The Power Of


Two yang Berbasis Perbedaan Individual untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Akidah Akhlak di MTs Madani Alauddin Pao-
Pao.”

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ranah untuk mengembangkan potensi peserta didik


untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem


pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.1
Salah satu untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan
cara melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, maka perlu diadakannya
upaya dalam perbaikan pembelajaran seiring dengan perkembangan zaman yang
menuntut peserta didik untuk berwawasan luas.
Ayat Alquran yang menyinggung tentang masalah pendidikan di antaranya
terdapat dalam, QS al-Mujadilah/58: 11.
1
Eni Suharti, Amandemen Standar Nasional Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2013), h 3.
2

       


       
      
      
  
Terjemahnya :

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.2
Ayat di atas menerangkan bahwa manusia yang berilmu akan
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan manusia yang berilmu dapat
mewujudkan kemajuan bangsa. Begitu penting pendidikan sehingga harus
dijadikan prioritas utama dalam pembangunan bangsa, dan itu berarti diperlukan
mutu pendidikan yang baik sehingga tercipta proses pendidikan yang cerdas,
damai, terbuka, demokratik, dan kompetitif.
Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses
mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar demikian sering
diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses
belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. 3 Belajar
mengajar adalah suatu kegiatan interaksi yang terjadi antara peserta didik dan
pendidik untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran dapat dipahami dari dua sudut pandang yaitu Pertama,
pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah
komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi

2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Bandung: Penerbit
Diponegoro, 2013), h. 543.
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Cet. V;
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h 101.
3

pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,


pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran
(remedia dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses,
maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka
membuat peserta didik berakhlak baik.4 Jadi, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang
meliputi guru dan peserta didik yang saling bertukar informasi.
Proses pembelajaran dan pengajaran masa kini, peserta didik tidak lagi
dipandang sebagai objek didik. Namun, pada hakekatnya peserta didik memiliki
potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dasarnya.
Pendidik tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu karena ilmu telah dapat
diperoleh dari berbagai sumber melalui teknologi informasi. Oleh karena itu,
pendidik lebih berperan sebagai manager instruksional bahkan pemimpin
instruksional.
Sesuai dengan perannya sebagai pengajar guru mempunyai berbagai tugas
dalam proses belajar mengajar dengan muridnya. Dalam pelaksanaan tersebut
guru harus mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang proses
belajar mengajar.5 Seorang pendidik harus mempunyai kemampuan dalam
merencanakan pembelajaran karena kegiatan yang direncanakan dengan lebih
matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah tercapai.
Keberhasilan pendidikan formal akan banyak ditentukan oleh keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan
pendidik dengan kegiatan peserta didik. Kegiatan belajar mengajar tidak dapat
terlepas dari keseluruhan sistem pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas kegiatan belajar mengajar ini banyak upaya yang dapat dilakukan
pendidik, di antaranya diperlukan perencanaan program yang cukup mantap
karena dengan sendirinya keberhasilan belajar peserta didik akan ditentukan pula
oleh perencanaan yang dibuat oleh pendidik.

4
Nurkhalisa Latuconsina, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran, (Cet, I; Makassar:
Alauddin University Press, 2013), h 7.
5
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), h 38.
4

Pencapaian tujuan pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan


itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak
mugkin dapat tercapai. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan
informasi dan kemampuan atau kompetensi baru. Ketika kita berpikir informasi
dan kompetensi apa yang harus dimiliki peserta didik, maka pada saat itu juga kita
semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Jadi, pemilihan strategi menjadi sangat penting
untuk diperhatikan karena strategi adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan
dengan memanfaatkan metode sacara akurat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi
akidah akhlak di MTs Madani Alauddin Pao-Pao dalam mengikuti mata pelajaran
akidah akhlak, peserta didik mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian dan
kurangnya minat terhadap mata pelajaran akidah akhlak. Dalam pembelajaran
peserta didik juga jarang bertanya kepada guru, dan apabila dihadapkan soal
latihan yang sulit, hanya sebagian kecil peserta didik yang tertantang untuk
menyelesaikannya. Peserta didik lainnya hanya menunggu guru membahas soal
tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa umumnya peserta didik bersifat pasif.
Hal ini merupakan salah satu penyebab belum tercapainya standar keberhasilan
yang ditetapkan kurikulum, dimungkinkan karena para guru masih menggunakan
metode ceramah dalam proses belajar mengajar.
Strategi pembelajaran tipe the power of two adalah termasuk bagian dari
active learning yang merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan
belajar lebih aktif dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam
kelompok kecil peserta didik. Dukungan sesama peserta didik dan keragaman
pendapat, pengetahuan, serta keterampilan mereka akan membantu menjadikan
belajar sebagai bagian berharga dari iklim di kelas.
Menurut Silberman, Metode The Power Of Two berarti menggabungkan
kekuatan dua kepala. Menggabungkan dalam hal ini adalah membentuk kecil,
5

yaitu masing-masing siswa berpasangan. Kegiatan ini dilakukan agar munculnya


suatu sinergi yakni dua kepala lebih baik dari satu.6
Sebelum perbedaan-perbedaan individu dipelajari secara ilmiah orang
telah menyadari bahwa ada perbedaan antara orang yang satu dengan orang lain.
Perbedaan-perbedaan itu tidak hanya mengenai besar, bentuk dan roman muka,
tetapi juga mengenai tingkah laku dan perbuatan.7 Begitupun dalam pembelajaran
di sekolah peserta didik ada yang berintelingensi rendah dan adapula yang
berintelingensi tinggi. Maka dari itu untuk menyatukan perbedaan tersebut
perlunya ada strategi yang tepat, yaitu strategi pembelajaran aktif tipe the power
of two.
Dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif ini, diharapkan hasil
belajar peserta didik di MTs Madani Alauddin Pao-Pao. Hal ini peneliti tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif
Tipe The Power Of Two yang Berbasis Perbedaan Individual untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak di MTs Madani Alauddin Pao-
Pao.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar akidah akhlak di MTs Madani Alauddin Pao-Pao
sebelum penerapan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two yang
berbasis perbedaan individual?
2. Bagaimana hasil belajar pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Madani
Alauddin Pao-Pao setelah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe the
power of two yang berbasis perbedaan individual?
3. Apakah ada perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran akidah akhlak antara
yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two yang

6
Mel Siberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Bandung:
Nusamedia, 2006), h 173.
7
Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003), h. 56.
6

berbasis perbedaan individual dengan konvensional untuk meningkatkan hasil


belajar di MTs Madani Alauddin Pao-Pao?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan hasil belajar akidah akhlak di MTs Madani Alauddin Pao-
Pao sebelum penerapan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two yang
berbasis perbedaan individual.
b. Mendeskripsikan hasil belajar pada mata pelajaran akidah akhlah di MTs
Madani Alauddin Pao-Pao setelah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe
the power of two yang berbasis perbedaan individual.
c. Mendeskripsikan perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran akidah akhlak
antara yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two
yang berbasis perbedaan individual dengan konvensional untuk meningkatkan
hasil belajar di MTs Madani Alauddin Pao-Pao.
2. Manfaat Penelitian
Selain tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang signifikan bagi dunia pendidikan, baik pada aspek teoritis maupun aspek
praktis.
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai sumbangan untuk memperkaya
karya tulis ilmiah, khususnya tentang penerapan strategi pembelajaran aktif tipe
the power of two yang berbasis perbedaan individual.
b. Secara Praktis Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pemerintah,
sekolah dan peserta didik, di antaranya sebagai berikut:
a) Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk upaya meningkatkan
efektivitas pembelajaran di kelas, terutama dalam hal strategi
pembelajaran aktif.
b) Dapat dijadikan dasar pengambilan kebijaksanaan dalam hal proses belajar
mengajar.
7

c) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran akidah


akhlak.
D. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran konkrit tentang arah, objek, dan tujuan
penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ilmiah, maka perlu
diuraikan pengertian judul yang jelas agar tercapai tujuan yang diinginkan.
1. Defenisi Operasional
Strategi pembelajaran tipe the power of two yang berbasis perbedaan
individual adalah strategi yang membentuk kelompok kecil yang terdiri dari dua
orang yang mempunyai intelingesi berbeda yang dilaksanakan untuk
meningkatkan belajar kolaboratif.
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam hal
penguasaan materi pelajaran setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran
dan dilihat dengan skor hasil belajar peserta didik dengan indikator ranah kognitif
yakni mengetahui, memahami, mengaplikasikan melalui pemberian tes sebagai
alat ukur hasil belajar.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Penerapan Strategi Pembelajaran
Aktif Tipe The Power Of Two yang Berbasis Perbedaan Individual untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak di MTs Madani Alauddin Pao-Pao.
8

BAB II

Tinjauan Teoretis

A. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe The Power of Two


a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Tipe The Power of Two
Secara umum strategi diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan pembelajaran , strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan interaksi antara keduanya
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.8 Dewasa ini istilah strategi banyak
dipinjam oleh bidang-bidang ilmu lain, termasuk bidang ilmu pendidikan.
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai A plan, method, or
series of activities designed to achieve a particular aducational goal. Jadi strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey juga
menyebutkan strategi pembelajaran adalah satu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada peserta didik.9 Terkait dengan belajar mengajar, strategi bisa
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pendidik, peserta didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
8
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), h 5.
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h 126.
9

Sedangkan the power of two artinya menggabungkan kekuatan dua orang.


Menggabungkan kekuatan dua orang dalam hal ini adalah membentuk kelompok
kecil, masing masing kelompok terdiri dari dua orang siswa. 10 Aktivitas
pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan
memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai
prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri.11
Strategi pembelajaran the power of two ini adalah termasuk bagian dari
active learning yang merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan
belajar lebih aktif dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam
kelompok kecil siswa. Dukungan sesama peserta didik dan keragaman pendapat,
pengetahuan, serta keterampilan mereka akan membantu menjadikan belajar
sebagai bagian berharga dari iklim di kelas. Namun demikian, belajar bersama
tidaklah selalu efektif. Boleh jadi terdapat partisipasi yang tidak seimbang,
komunikasi yang buruk dan kebingungan.12 Dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran aktif ini digunakan beberapa metode yang sesuai dengan sistem
pembelajaran dengan menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan
langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe the power of two yang
mendukung untuk mendapatkan kemudahan dalam pembelajaran peserta didik
adalah menggunakan metode ceramah, diskusi, kerja kelompok.
Aktivitas belajar kolaboratif membantu mengarahkan belajar aktif.
Meskipun belajar independen dan kelas penuh instruksi juga mendorong belajar
aktif, kemampuan untuk mengajar melalui aktivitas kerja kolaboratif dalam
kelompok kecil akan memungkinkan anda untuk mempromosikan belajar dengan
belajar aktif.13 Strategi pembelajaran aktif tipe the power of two ini dirancang
untuk memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan
kesenjangan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain.
Belajar kolaboratif menjadi populer di lingkungan pendidikan sekarang.
Dengan menempatkan peserta didik dalam kelompok dan memberinya tugas
10
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (cet. 4; Jakarta : Nusa media, 2006), h 110.
11
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h 52.
12
Mel Siberman, Avtive Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, h 151.
13
Mel Siberman, Avtive Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, h 10.
10

dimana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk menyelesaikan
pekerjaan adalah cara yang mengagumkan. Mereka condong lebih tertarik dalam
belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas mereka.
Secara keseluruhan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe the power
of two bertujuan agar membiasakan siswa belajar aktif baik individu maupun
berkelompok dan membantu siswa agar dapat bekerja sama dengan orang lain.
Dengan demikian pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran the power of
two yang berbasis perbedaan individual ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran akidah akhlak sehingga
prestasi belajar yang diperolehnya juga diharapkan dapat meningkat.
b. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Aktif The Power of Two
Langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe the power of two adalah
sebagai berikut :
1) Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran.
Beberapa contoh di antaranya :
a) Mengapa terjadi perbedaan paham dan aliran di kalangan umat Islam?
b) Mengapa peristiwa dan kejadian buruk menimpa orang-orang baik?
c) Apa arti khusyu yang sebenarnya?
2) Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara
individual.
3) Setelah semua peserta didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan,
mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama
lain dan membahasnya.
4) Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap
pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka.
5) Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru bandingkan
jawaban setiap pasangan di dalam kelas.14
Dalam referensi lainnya dijelaskan langkah-langkah teknik The Power of
Two se bagai berikut :

14
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu, Strategi Pembelajaran Aktif, h 52.
11

1) Guru mengajukan satu atau dua pertanyaan (masalah terkait topik


pembelajaran) yang membutuhkan perenungan (reflection) dan pemikiran
(thingking).
2) Siswa menjawab secara mandiri (individu).
3) Kelompokkan siswa secara berpasangan (dua-dua).
4) Siswa diminta menjelaskan dan mendiskusikan jawaban baru.
5) Brainstorming (panel), siswa membandingkan jawaban hasil diskusi
kelompok kecil antar kelompok.
6) Klarifikasi dan simpulkan agar seluruh siswa memperoleh kejelasan.15
Dalam melaksanakan langkah-langkah dalam strategi pembelajaran aktif
tipe the power of two ini peserta didik tidak langsung berkumpul dengan
kelompoknya atau pasangannya. Mereka terlebih dahulu harus mengerjakan tugas
secara individu. Setelah mengerjakan secara individu baru kemudian peserta didik
berkumpul dengan pasangannya. Hal ini bertujuan agar mereka benar-benar
memahami tugas kelompok secara individu dan tidak memiliki ketergantungan
atau mengandalkan terhadap anggota kelompok lain.
c. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe The Power of
Two
Setiap strategi pembelajaran selalu memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan di dalamnya. Seperti halnya strategi pembelajaran the power of two ini
pun juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Yang diantaranya
sebagai berikut :
1) Keunggulan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe The Power of Two
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran aktif tipe the
power of two ini mempunyai beberapa keunggulan di antaranya:
a) Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber dan belajar dari peserta didik yang lain.

15
Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2008), h 153.
12

b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-


kata verbal dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang
lain.
c) Membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan menyadari
segala keterbatasannya serta menerima segala kekurangannya.
d) Membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya.
e) Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.
f) Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social.
2) Kelemahan Strategi Pembelajaran The Power of Two
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran the power of two
juga memiliki kelemahan di antaranya :
a) Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi
masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi
menyimpang, sehingga memerulkan waktu yang panjang.
b) Dengan adanya pembagian kelompok secara berpasang-pasangan dan sharing
antara pasangan membuat pembelajaran kurang kondusif.
c) Dengan adanya kelompok, siswa yang kurang bertanggung jawab dalam
tugas, membuat mereka lebih mengandalkan pasangannya sehingga mereka
bermain-main sendiri tanpa mau mengerjakan tugas.
3) Tujuan Strategi The Power of Two
Strategi yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentang dengan tujuan
pembelajaran. Strategi harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif
berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan
segala macam permasalahan yang dihadapi.16 Dalam hal ini strategi bertujuan
untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang
direncanakan bisa diraih dengan semudah mungkin.
Dipilihnya beberapa strategi tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan
untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan

16
Syaiful Bahri Djamarah, Aswani, Strategi Belajar Mengajar, h 17-18.
13

operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, strategi merupakan


sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two ada
beberapa tujuan yang harus dicapai di antaranya adalah :
1. Membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama
hasilnya lebih berkesan).
2. Untuk meningkatkan belajar kolaboratif.
3. Agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait
dengan materi pokok.17
4. Meminimalkan kegagalan.
5. Meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain.
1. Perbedaan Individual
a. Pengertian Perbedaan Individu
Menurut Lindgren (1980) makna “perbedaan” dan “perbedaan individual”
menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik dan
psikologis.
Sedangkan Gerry (1963) dalam buku perkembangan Peserta Didik karya
Sunarto dan B.Agung Hartono mengategorikan perbedaan individual seperti
berikut :
1) Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2) Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga,
dan suku.
3) Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4) Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5) Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.18
17
Jayantoni, Strategi Pembelajaran The power of Two, dalam
http://jaymind18.blogspot.com/2013/03/strategi-pembelajaran-power-of-two.html. Di akses
tanggal 26 Desember 2016.
18
Perbedaan Individu, dalam http://teoribagus.com/perbedaan-individu.html. Di akses
tanggal 27 Desember 2016.
14

b. Hakikat Perbedaan Individu


Lama sebelum perbedaan-perbedaan individu dipelajari secara ilmiah
orang telah menyadari bahwa ada perbedaan antara orang yang satu dengan orang
lain. Perbedaan-perbedaan itu tidak hanya mengenai besar, bentuk dan roman
muka, tetapi juga mengenai tingkah laku dan perbuatan. 19 Individu atau manusia
memiliki perbedaan kedudukan yang paling tinggi di antara makhluk ciptaan
Tuhan lainnya. Individu manusia ini memiliki sifat hakikat yang merupakan
karakteristik dan mempunyai akal yang membedakan individu itu berbeda dengan
makhluk lainnya bahkan individu lainnya.
Tak ada dua anak yang sama disebabkan oleh perbedaan pembawaan dan
lingkungan. Salah satu perbedaan ialah taraf intelegensi anak-anak, yang
dinyatakan dengan IQ. Menurut suatu penyelidikan di suatu kelas rendah, IQ
berkisar antara 40 sampai 150. Di suatu kelas IV SD di New York menurut
penyelidikan terdapat anak-anak yang IQ 72 sampai ber-IQ 190. 20 Hal ini tidak
mengherankan. Kita sendiri mengalaminya setiap hari di dalam kelas. Hasil tes
atau ulangan senantiasa berbeda, dari yang sangat buruk sampai yang sangat baik.
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bila sekelompok manusia
diberi tugas sama dengan mereka mengerjakan dalam waktu yang telah
ditentukan, maka hasil yang diperoleh oleh mereka itu banyak yang tidak sama.
Demikian pula bila mereka disuruh mengerjakan tugas yang sama dan diminta
hasil kerja yang sama, maka pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan tugas tersebut juga tidak sama.21
c. Prinsip Individualitas Dalam Sejarah Pendidikan
1) Comenius : membagi pengajaran dalam beberapa sekolah (sekolah ibu,
sekolah bahasa ibu, sekolah Latin, akademi).
2) Rousseau : mengemukakan prinsip kebebasan dan menyesuaikan
pendidikan dengan masa-masa perkembangan.

19
Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan, h 56.
20
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Cet. III; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h
118.
21
Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan, h. 56.
15

3) Dewey : menyesuaikan pelajaran dengan individualitas anak dan dengan


instink-instink pada anak (metode proyek).
4) Montessori : setiap anak mempunyai daya-daya untuk berkembang sendiri,
didorong oleh kebutuhan sendiri. Kepada anak-anak harus diberi
kebebasan berkembang. Masa peka berbeda-beda pada anak. Alat-alat
pelajaran disediakan bila diperlukan oleh anak-anak pada masa
perkembangan tertentu. Pengajaran Montessori bersifat individual,
berbeda dengan pengajaran klasikal.
5) Helen Parkhurst (Dalton Plan) : memberi kesempatan kepada anak-anak
untuk berkembang menurut kecepatan masing-masing dengan tugas-tugas
individual.22
d. Cara-cara Menyesuaikan Pelajaran dengan Kesanggupan Individual
Beberapa cara untuk memenuhi prinsip individualitas ialah:
1) Pengajaran individual. Anak-anak menerima tugas yang diselesaikannya
menurut kecepatan masing-masing.
2) Tugas tambahan. Anak-anak pandai mendapat tugas tambahan,di atas
tugas umum bagi seluruh kelas. Hubungan kelas tetap terpelihara.
3) Pengajaran proyek. Anak-anak mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan
minat serta kesanggupannya.
4) Pengelompokka menurut kesanggupan. Kelas dibagi dalam beberapa
kelompok yang terdiri atas anak-anak yang mempunyai kesanggupan yang
sama.23
Individu sebagai manusia, orang-orang yang memiliki pribadi atau jiwa
sendiri. Tidak ada dua manusia yang sama persis kekhususan itu menyebabkan
individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Setiap pendidik yang
menyelenggarakan pengajaran hendaknya selalu memperhatikan dan memahami
serta berusaha menyelesaikan bahan pelajaran dengan keadaan peserta didiknya,
baik yang menyangkut segi perbedaan bakat, kemampuan, intelegensi.
2. Hasil Belajar

22
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, h 129-130.
23
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, h 119.
16

a. Pengertian Hasil Belajar


Soedijarto dalam Purwanto mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat
penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.24 Adapun tujuan
pendidikan tersebut untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
kecerdasan yang akan diperoleh melalui belajar mengajar.
Pada hakikatnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif
menetap.25
Hasil belajar ditekankan pada terjadinya perubahan dari masukan pribadi
beupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa
rancangan dan pengelolaan motivasional. Perubahan terjadi pada seseorang dalam
disposisi atau kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguh-sungguh dilakukan
dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu yang relatif lama dan bukan
merupakan proses pertumbuhan.26 Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses yang dilakukan dengan usaha dan sengaja untuk memperoleh
perubahan sikap.
Tiga ranah hasil belajar menurut Bloom, yaitu:
1) Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar dalam kecakapan kognitif/kemampuan berfikir itu
mempunyai hirarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang
dimaksud adalah: 1) informasi non verbal, 2) informasi fakta dan pengetahuan
verbal, 3) konsep dan prinsip serta 4) pemecahan masalah dan kreatifitas.
Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain
dan dengan jalan/cara membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh

24
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). h 46.
25
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003), h 37-38.
26
Alminiati dkk, Paradigma Baru Pembelajaran Keagamaan, (Cet. I; Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008). h. 64.
17

konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk


prinsip-prinsip. Kemudian pinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah
dan di dalam kreativitas.
2) Hasil Belajar Afektif
Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan
internalisasi sikap yang menunjuk kearah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila
peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil
sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku.27
3) Hasil Belajar Psikomotor
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar;
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan;
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks;
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

27
St. Syamsudduha, Penilaian Kelas (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012),
h. 21.
18

internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,


ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

a) Keluarga
Berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. keluarga yang kurang dalam
ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua terhadap anaknya, serta
kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam
kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

b) Sekolah

Dikemukakan oleh Wasliman, bahwa sekolah merupakan salah satu faktor


yang ikut menentukan hasil belajar siswa. semakin tinggi kemampuan belajar
siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar
siswa. kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagaiman
dikemukakan oleh wina sanjaya bahwa guru adalah komponen yang sangat
menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan
pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat
berperan memengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. 28

c) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit


pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan.
Sebab lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pribadi anak, dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini ngalim purwanto berpendapat
bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak,
terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan
anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak
28
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2013,
h. 5
19

mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak


nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.29

Dapat dikatakan bahwa lingkungan juga membentuk kepribadian anak


Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan
temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar anak tersebut akan
membawa pengaruh pada dirinya.
Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa hasil belajar siswa merupakan
hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling
memengaruhi nya. Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut
B. Kajian Pustaka
Pertama, Jumalia Ali, dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi
Pembelajaran Aktif The Power Of Two dan Kemampuan Komunikasi
Matematika.” Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemampuan komunikasi
matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran
aktif the power of two lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika
siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh kelas sampel pada tes hasil belajar
dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen
lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis kelas kontrol. Dilihat dari
nilai terendah dari kedua kelas juga terlihat bahwa kelas kontrol memiliki nilai
yang lebih rendah dari pada kelas eksperimen. 30
Kedua, Muhammad Anwari, dalam penelitiannya yang berjudul
“Penerapan Metode The Power Of Two (Kekuatan Berdua) untuk Meningkatkan
Kemampuan Belajar Kolaborasi dan Minat Siswa pada Materi Sistem Pencernaan
Makanan di Kelas XI IPA MAN Mangempang, 2010”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan kemampuan belajar kolaborasi dan minat belajar
pada proses pembelajaran biologi dengan metode the power of two di kelas XI
IPA Semester II MAN Mangempang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta; Remaja Rosdakarya, 1990), h.105.
29

Jumalia Ali, “Strategi Pembelajaran Aktif The Power Of Two dan Kemampuan
30

Komunikasi Matematika”, Jurnal Pendidikan Matematika, Padang: FMIPA UNP, 2012.


20

penggunaan Metode the power of two pada materi system pencernaan makanan
dapat meningkatkan kemampuan belajar kolaborasi dan minat belajar siswa di
MAN Mangempang. Peningkatan kemampuan belajar kolaborasi siswa dapat
dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang aktif pada siklus II, dan semakin
baik nilai dari masing-masing aspek yang meliputi: berpendapat secara rasional,
menerima pendapat dengan alasan yang benar, peduli terhadap kelompok,
mengerjakan tugas dan membantu teman. Peningkatan minat belajar siswa
ditunjukkan dengan adanya pengurangan dari jumlah siswa dengan minat kurang
menjadi cukup dan pengurangan dari jumlah siswa dengan minat cukup menjadi
minat tinggi.31
Beberapa penelitian di atas merupakan hasil penelitian yang relevan
dengan judul peneliti. Namun hasil penelitian di atas belum ditemukan penelitian
yang berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe The Power Of Two
yang Berbasis Perbedaan Individual “. Oleh karena itu, penulis berkeinginan
untuk melaksanakan penelitian dengan judul tersebut.
C. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara,
terhadap permasalahan peneliti, sampai terbukti melalui pengolahan terhadap
data.32 Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis tindakan penelitian ini
adalah sebagai berikut: “Dengan Diterapkan Strategi Pembelajaran The Power Of
Two yang Berbasis Perbedaan Individual Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pada
Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Madani Alauddin Pao-Pao.”

31
Muhammad Anwari, “Penerapan Metode The Power Of Two (Kekuatan Berdua) untuk
Meningkatkan Kemampuan Belajar Kolaborasi dan Minat Siswa pada Materi Sistem Pencernaan
Makanan di Kelas XI IPA MAN Mangempang Barru”, Skripsi, Makassar: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2010.
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Cet. XIV; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.
110.
21

BAB III
Metodologi Penelitian
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan
jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian.33
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Quasi Eksperimen yang
mengambil dua kelas secara langsung dari populasi, salah satu kelas dijadikan
kelas eksperimen dan kelas yang satu dijadikan kelas kontrol. Quasi eksperimen
design merupakan suatu jenis eksperimen yang mempunyai kelompok kontrol
namun tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel lain yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.34
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
equivalent control group design. Dalam pelaksanaan penelitian ekperimen,
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diatur secara intensif sehingga kedua
variabel mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Ada
perbedaan mendasar dari kedua kelompok ini yaitu kelompok eksperimen
mendapatkan perlakuan tertentu sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan
seperti keadaan biasanya. Secara umum model penelitian eksperimen ini disajikan
sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Posttest
Kelompok Eksperimen
O1 X O2
Kelompok Kontrol
O3 −¿
O4
Keterangan:
O1 = Pretest kelompok eksperimen

33
Sugiyono, Model Penelitian Pendidikan (Cet Ke-XVI: Bandung: Alfabeta,2013).h. 96
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif Dan R&D),
(Cet. XXI; Bandung : Alfabeta,2015),H.114.
22

O2 = Posttest kelompok eksperimen


O3 = Pretest kelompok kontrol
O4 = Posttest kelompok kontrol
X = Perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe The Power
Of Two yang berbasis perbedaan Individual.
−¿ = Tanpa menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe The Power Of Two
yang berbasis perbedaan Individual.35
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di MTs Madani Alauddin Pao-Pao dengan subjek
penelitian yaitu kelas VIII. Alasan memilih MTs Madani Alauddin Pao-Pao,
dikarenakan sekolah ini kurang tersentuh dengan strategi pembelajaran yang
modern dan selama ini menggunakan strategi pembelajaran yang kurang menarik.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan
data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka
banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.

Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek


penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.36

Populasi yang dimaksudkan penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
MTs Madani Alauddin Pao-Pao tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri atas 2 kelas
yaitu VIIIA dan VIIIB dengan jumlah semuanya 48 orang.

Tabel 3.1 : Populasi siswa-siswi Kelas VIII MTs Madani Alauddin


Pao-Pao

35
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif (Jakarta: Rajawali),
h.105
36
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h.118
23

Kelas Jumlah siswa


VIII A 23
VIII B 25
Jumlah seluruh populasi 48
b. Sampel
Sampel adalah sejumlah siswa yang diambil dari suatu populasi. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh
yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.37 Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA sebagai
kelas kontrol sebanyak 23 siswa dan kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen
sebanyak 25 siswa di MTs Madani Alauddin Pao-Pao.
F. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tes
Metode tes adalah alat bantu untuk memperoleh data. Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.38 Jenis instrumen ini digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Madani Alauddin Pao-Pao
dengan jenis tes Pretest dan posstest yang berbentuk essay sebanyak 10 soal.
b. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.39
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian dengan melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek
penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-

37
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 85.
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian atau Pendekatan Praktik (Cet XV; Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), h. 193
39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatis dan R & D, (Cet. XIX; Bansung:
Alfabeta, 2013), h 145.
24

kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden
kecil.40

Dalam lembar observasi nanti, penulis secara langsung mengamati seluruh


rangkaian kegiatan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi ini disusun dan dibuat sendiri oleh penulis. Instrument diberlakukan
pada dua kelompok tersebut yaitu lembar observasi untuk kelas eksperimen 1 dan
lembar observasi untuk kelas kontrol.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode penelitian yang ditujukan untuk memperoleh
data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan data yang relevan
penelitian.41

Instrumen ini digunakan dengan tujuan memperoleh data tentang hasil


belajar peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Madani
Alauddin Pao-Pao.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam prosedur pengumpulan data ini peneliti menempuh beberapa tahap


yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data dan tahap
pembuatan kesimpulan.

a. Tahap persiapan
Tahap ini peneliti terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang dibutuhkan di
lapangan yaitu:
1) Menyusun program pengajaran sesuai dengan kurikulum.
2) Menyusun instrument yang disesuaikan dengan materi.
3) Membuat lembar observasi.
4) Membuat soal hasil belajar.
b. Tahap pelaksanaan

40
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, (Cet. IX; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 76.
41
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, h. 77.
25

Peneliti mulai mengumpulkan data dengan langka-langka sebagai berikut:


1) Melakukan observasi untuk melihat proses belajar mengajar di sekolah
untuk mengetahui keadaan belajar peserta didik.
2) Memberikan tes awal (pre-test) sebelum menerapkan strategi
pembelajaran aktif tipe the power of two.
3) Memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran akidah akhlak dengan
menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two.
4) Data mengenai perubahan sikap peserta didik dikumpulkan melalui
pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran.
5) Melakukan kegiatan akhir yaitu memberikan test akhir (post test) untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik setelah penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe the power of two.
c. Tahap analisis data
Setelah data tersebut terkumpul maka langkah selanjutnya yaitu mengola
data tersebut dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari penelitian yang telah
dilakuakan selama tahap pengumpulan data.
d. Tahap membuatan kesimpulan
Setelah tahap analisis data maka tahap selanjutnya yaitu pembuatan
kesimpulan tentang hasil penelitian.
H. Validitas dan Reliabilitas Penelitian
a. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah kemampuan instrumen untuk mengukur materi yang ingin
diukur. Pengujian validitas instrument penelitian dengan menggunakan rumus
korelasi product moment dengan persamaan sebagai berikut:

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
r xy = … 42
2 2
√(n ∑ X −(∑ X ) )(n ∑ Y −(∑ Y ) )
2 2

Keterangan:

X = skor tertinggi butir soal


42
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Edisi I; Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.
206
26

Y = skor total

rxy = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total

n = banyaknya siswa yang mengikuti tes.

Kriteria Pengujian:
Jika niai r xy≥ rtabel maka soal ke- I dinyatakan valid. Begitupun sebaliknya
jikan r xy ≤ rtabel maka soal ke- I dinyatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian realibilitas instrument penelitian dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha Coranbach dengan rumus sebagai berikut :

2
K S−∑ si
r11 = (
K−1
( 1− ) St 2
)

Dimana:
r11 = realibilitas tes secara keseluruhan
k = banyak butir soal
∑ si2 = jumlah variansi skor tiap-tiap item

St 2 = Variansi total.
ST2 = Standar deviasi tes.43

I. Teknik Analisis Data


Pengolahan data hasil penelitian digunakan dua teknik statistik, yaitu
statistik deskriptif dan statistik inferensial.

a. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran aqidah akhlak yang diperoleh pada kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen. Guna mendapatkan gambaran yang jelas
tentang hasil belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa, maka dilakukan
pengelompokan. Pengelompokan tersebut dilakukan ke dalam 5 kategori: sangat

43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Cet XIII; Bandung: Alfabeta, 2011), h.186
27

tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Pedoman pengkategorian hasil


belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif.

1. Rata-rata (Mean)
k
∑ f i xi
i=1
x= k
∑fi
Mean i=1 …….44

Keterangan :

fi : Frekuensi untuk nilai xi yang bersesuaian kelompok ke-i

xi : Nilai statistik

k : Banyaknya kelompok

2. Menghitung Standar Deviasi

∑ fi(xi−x́)2 … .
SD¿
√ n−1

3. Persentase (%) nilai rata-rata

f
P= x 100 %
N … 45

Di mana:
P : Angka persentase

f : Frekuensi yang di cari persentasenya

N : Banyaknya sampel responden.

44
Muh. Arif Tiro, Dasar-dasar Statistika (Cet. III; Makassar: Andira Publisher,2000), h.
133.
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Cet VII; Bandung: Sinar Baru
45

Algesindo, 2004), h. 130


28

Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh


siswa menjadi skor standar (nilai) untuk mengetahui tingkat daya serap siswa
mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Depdiknas Pendidikan Nasional tahun
2003 yaitu:

Tabel 3.2 : Tingkat Penguasaan Materi

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar


0 – 39 Sangat Rendah
40 – 54 Rendah
55 – 74 Sedang
75 – 89 Tinggi
90 -100 Sangat Tinggi46
b. Statistik inferensial
1. Data-data analisis statistik

Untuk keperluan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu pengujian


dasar yaitu uji normalitas.

i. Uji normalitas data


Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data-data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini juga dilakukan untuk
mengetahui data yang akan diperoleh akan diuji dengan statistic paramentri atau
statistic nonparamentri. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus chi-kuadrat
yang dirumuskan sebagai berikut:
n
( O−E ) ❑2
X n h itung=∑ ❑ +…
i=0 E

Keterampilan:

X2 : nilai chi-kuadrat hitung


Oi : frekuensi hasil pengamatan

46
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, h. 130.
29

Ei : frekuensi harapan
N : banyaknya kelas

Kriteria pengujian normal bila X2hitung lebih kecil dari X2tabel dimana X2tabel
diperoleh dari daftar X2 dengan dk = (k-3) pada taraf signifikansi α = 0,05. Atau
kriteria pengujian normalitas dengan hasil olahan SPSS versi 20 yaitu jika sign >
α maka distribusi normal atau jika sign < α maka data tidak berdistribusi normal.

ii. Uji homogenitas varians populasi

Pengujian ini dilakukan karena peneliti akan menggeneralisasikan hasil


penelitian terhadap populasi penelitian. Dalam arti bahwa apabila data yang
diperoleh homogen maka kelompok-kelompok sampel berasal dari populasi yang
sama. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui uji t-test komparatif yang akan
digunakan. Apakah rumus yang akan digunakan separated varians atau polled
varians. Untuk menguji homogen data test pemahaman konsep digunakan uji F
dengan rumus sebagai berikut:

varians terbesar
F= …
varians terkecil

kriteria pengujian:

Kriteria pengujian adalah jika f hitung < ftabel pada taraf nyata dengan ftabel
didapat dari distribusi f dengan derajat kebebasan masing-masing sesuai dengan
dk pembilang dan dk penyebut pada taraf α = 0,05 atau kriteria pengujian
homogenitas dengan hasil olahan SPSS versi 20 yaitu jika sign > α maka data
homogen dan sign < α maka data tidak homogen.

iii. Pengujian hipotesis


1) Uji t
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara yang
dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji dua pihak dengan
derajat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5% atau α
=0,05
30

Menguji pasangan hipotesis ini disebut pengujian dua pihak (hipotesis


komparatif) karena tanda “≠’’ yang digunakan pada H1 merupakan ketidaksamaan
tanpa arah tertentu.

H 0 : µ1 = µ2 lawan H1 : µ1 ≠ µ2

Keterangan:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas yang diajar menggunakan


strategi pembelajaran aktif tipe The Power Of Two yang berbasis perbedaan
individual di kelas VIII MTs Madani Alauddin Pao-Pao.

H1 : Terdapat perbedaan yang rata-rata antara kelas yang diajar menggunakan


strategi pembelajaran aktif tipe The Power of Two dan kelas yang diajar
tanpa menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe The Power of Two
terhadap hasil belajar peserta didik di kelas VIII MTs Madani Alauddin Pao-
Pao.

µ1 : rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar dengan menggunakan


strategi pembelajaran aktif tipe The Power Of Two yang berbasis perbedaan
individual.

µ2 : rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar tanpa menggunakan strategi
pembelajaran aktif tipe The Power Of Two yang berbasis perbedaan
individual.

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah


diajukan. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Pengajuan hipotesis data
tes hasil belajar peserta didik yang dianalisis dengan menggunakan uji t-test
dengan rumus sebagai berikut: sampel t-test dengan rumus sebagai berikut:

x´1− x́ 2
t=
2 2
( n 1−1 ) s 1+ ( n2−1 ) s2 1 .....47
√ n1 +n2−2
( + )
1
n 1 n2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
47

2012), h. 269
31

Keterangan:
x 1 = Nilai rata-rata kelompok eksperimen
x 2 = Nilai rata-rata kelompok kontrol

s21 = Variansi kelompok eksperimen


s22 = Variansi kelompok kontrol
n1 = jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok kontrol
Hipotesis penelitian akan di uji dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
1. Jika thitung > ttabel atau taraf signifikan < α (nilai sig <0,05) maka H0 ditolak dan
H1 diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang
diajar menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe The Power of Two dan
kelas yang diajar tanpa menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe The
Power of Two terhadap hasil belajar peserta didik di kelas VIII MTs Madani
Alauddin Pao-Pao.
2. Jika thitung < ttabel atau taraf signifikan < α (nilai sig <0,05) maka H0 diterima
dan H1 ditolak, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kelas
yang diajar menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe The Power of Two
dan kelas yang diajar tanpa strategi pembelajaran aktif tipe The Power of Two
terhadap hasil belajar peserta didik di kelas VIII MTs Madani Alauddin Pao-
Pao.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Cet. XIV; Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT


Rineka Cipta, 2003.
32

Alminiati, dkk. Paradigma Baru Pembelajaran Keagamaan. Cet. I; Jakarta: Balai


Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian atau Pendekatan Praktik. Cet XV;


Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Arif Tiro ,Muh, Dasar-dasar Statistika. Cet. III; Makassar: Andira Publisher,
2000.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Cet. XIII;


Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Bahri Djamarah, Syaiful dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta:


Rajawali, 2010.

Fauzy, Akhmad. Statistic Industri. Jakarta: Erlangga,2008.

Jayantoni. Strategi Pembelajaran The power of Two. dalam


http://jaymind18.blogspot.com/2013/03/strategi-pembelajaran-power-of-
two.html. html (di akses tanggal 26 Desember 2016).

Latuconsina, Nurkhalisa, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran. Cet. I;


Makassar: Alauddin University Press, 2013.

Mustofa, Bisri, Psikologi Pendidikan. Cet. I; Yogyakarta: Parama Ilmu, 2015.

Mustaqim dan Wahid, Abdul, Psikologi Pendidikan. Cet. 1; Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2003.

M Idris, dan Marno. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media, 2008.

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.


33

Nasution S. Didaktik Asas-asas Mengajar. Cet. III; Jakarta: PT Bumi Aksara,


2004.

Perbedaan, Individu. http://teoribagus.com/perbedaan-individu.html. html (di


akses tanggal 27 Desember 2016).

Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.


Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan . Jakarta; Remaja Rosdakarya, 1990.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Islam. Cet. IV; Jakarta: Nusa media, 2006.
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian. Cet. IX; Bandung: Alfabeta, 2013.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Suparlan, Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005.

Siberman Mel, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Bandung:


Nusamedia, 2006

Syamsudduha, St. Penilaian Kelas. Cet. I; Makassar: Alauddin University Press,


2012.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Kencana,


2013.

Sugiyono. Model Penelitian Pendidikan. Cet. Ke-XVI: Bandung: Alfabeta, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif Dan


R&D). Cet. XXI; Bandung : Alfabeta, 2015.

Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,


2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatis dan R & D. Cet. XIX;


Bansung: Alfabeta, 2013.
34

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Cet VII; Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2004.

Suharti, Enii. Amandemen Standar Nasional Pendidikan. Cet. I; Jakarta: Sinar


Grafika Offset, 2013.

Zaini, Hisyam, Munthe, Bermawy, dan Ayu Aryani, Sekar, Strategi


Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani, 2008.

Anda mungkin juga menyukai