Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO IBU HAMIL”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas LKMMD 2021

Disusun Oleh :

Kelompok 3
Abdi Irza 2110912210035 Khadijatun Nikmah 2110912220001

Ahmad Salman 2110912210016 Maulidiva Natasha 2110912220033

Alifia Nabila 2110912320019 Melly Damayanti 2110912120024

Amidatun Nisa 2110912120006 Ratih Fatiya 2110912120011

Hamdanah 2110912220027 Zulfa Khalida 2110912220011

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru

2021
DETEKSI DINI FAKTOR RESIKO
IBU HAMIL
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan data WHO sekitar 15% dari seluruh ibu hamil akan
mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan sehingga hal ini
mengancam jiwa ibu dan bayi. Penyebab kematian ibu terbanyak masih
didominasi perdarahan (30,3%), disusul hipertensi dalam kehamilan (27,1%)
dan infeksi (7%). Penyebab lain-lain 45% cukup besar termasuk di dalamnya
penyebab penyakit non obstetrik. Kematian maternal yang tinggi juga
disebabkan oleh tingginya angka kematian yang tidak diharapkan. Lebih
kurang 65% kehamilan masih terjadi karena “4 terlalu” yang berhubungan
dengan kehamilan ”terlalu muda (kurang dari 20 tahun), “terlalu tua (lebih
dari 35 tahun), “terlalu sering (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, “terlalu
banyak (lebih dari 3 anak).
Tingginya angka kematian ibu hamil antara lain disebabkan oleh
pelayananan pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan oleh tenaga
professional belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat, sehinnga
menyebabkan masih banyak ibu hamil yang tidak memeriksakan
kehamilannya dan banyak ibu hamil tidak menerima pemeriksaan sesuai
dengan standar program kesehatan ibu dan anak.
Rendahnya kesadaran msyarakat tentang kesehatan ibu hamil
merupakan salah satu faktor penentu angka kematian ibu dan bayi meski pun
masih banyak faktor penentu yang lain, seperti kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi dan
pendidikan yang rendah.
Ibu hamil yang tergolong dalam resiko tinggi adalah riwayat kurang
baik pada kehamilan dan persalinan yang lalu (misalnya riwayat keguguran,
perdarahan pasca kelahiran dan lahir mati), tinggi badan kurang dari145 cm,
berat badan rendah/kurus, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
memiliki empat anak atau lebih, jarak antara dua kehamilan kurang dari dua
tahun, riwayat menderita anemia atau kurang darah, perdarahan pada
kehamilan, tekanan darah tinggi, sakit kepala hebat dan adanya bengkak
pada tungkai, kelainan letak janin atau bentuk panggul yang tidak normal,
riwayat penyakit kronis, seperti diabetes dan darah tinggi.
Kehamilan resiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang memiliki
resiko lebih besar dari biasanya pada wanita normal umumnya (baik bagi ibu
maupun bayinya) yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit,
meninggalnya bayi, bayi terlahir cacat atau komplikasi kehamilan, dan
kematian ibu sebelum maupun sesudah persalinan.
Komplikasi yang terjadi selama kehamilan dan persalinan akan
berpengaruh terhadap kondisi bayi. Sebagian besar komplikasi yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan dapat dikurangi dengan
penangan yang efektif dengan memastikan semua ibu hamil mempunyai
akses tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk mendapatkan
informasi, pencegahan dan penanganan selama kehamilan serta deteksi dini
dan penatalaksanaan.
Deteksi dini pada ibu hamil dapat dijadikan sebagai salah satu upaya
untuk mencegah resiko yang tinggi pada ibu hamil. Kegiatan deteksi dini
antenatal dapat dilakukan dengan penyuluhan atau promosi kesehatan
melalui posyandu atau kunjungan rumah yang dilakukan secara proaktif bagi
petugas kesehatan atau petugas yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu
PKK, kader dan karang taruna. Hal ini merupakan langkah awal dari
pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi
untuk mencegah terjadinya angka kematian ibu.
Pengetahuan ibu hamil tentang tujuan atau manfaat pemeliharaan
kesehatan atau pemeriksaan kehamilan dapat memotivasinya untuk
memeriksakan kehamilan secara rutin.
Promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat,
kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, fase-fase yang terjadi
setelah mendapat penyuluhan kesehatan berupa penambahan pengetahuan,
perubahan kebiasaan dan proses menyadarkan orang lain dalam berperilaku.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan seorang ibu tentang faktor-faktor
risiko pada ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada ibu-ibu hamil
maupun remaja dibawah umur selama 45 menit tentang faktor-faktor
berisiko pada ibu hamil diharapkan ibu mapun remaja dibawah umur
dapat :
 Mengetahui factor-faktor yang akan terjadi pada ibu hamil
dibawah umur
 Mengetahui angka kematian yang meningkat pada ibu hamil
dibawah umur
 Mengatahui tentang tujuan atau manfaat pemeliharaan kesehatan
atau pemeriksaan kehamilan
 Mengetahui cara meminimalisir terjadinya faktor-faktor risiko
pada ibu hamil
C. KEGIATAN PENYULUHAN

NO TAHAP/WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA


1. Pendahuluan ( 5 menit ) Pembukaan
1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi-materi Memperhatikan
yang akan diberikan
2. Penyajian (20 menit) Pelaksanaan
1. Menjelaskan tentang pengertian Memperhatikan
kehamilan resiko tinggi
2. Menjelaskan tentang faktor Memperhatikan
resiko kehamilan resiko tinggi
3. Menjelaskan tentang akibat Memperhatikan
kehamilan resiko tinggi
4. Menjelaskan tentang Memperhatikan
karakteristik kehamilan resiko
tinggi
5. Menjelaskan tentang tanda Memperhatikan
bahaya kehamilan
6. Menjelaskan tentang tindakan Memperhatikan Tanya
yang harus dilakukan ibu hamil
agar tetap sehat
7. Memberikan kesempatan ibu jawab
hamil dan keluarga untuk
bertanya
3. Penutup ( 7 menit ) Evaluasi
1. Menanyakan kepada pasien Tanya jawab
tentang materi yang sudah
diberikan
2. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

EVALUASI

 Kriteria Proses :
 Ibu antusias terhadap materi penyuluhan
 Ibu konsentrasi mendengarkan penyuluhan
 Ibu mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap
dan benar
 Kriteria Hasil :
 Ibu mengetahui tentang faktor resiko kehamilan resiko tinggi
 Ibu mengetahui tentang tujuan mewaspadai kehamilan resiko tinggi
 Ibu mengetahui tentang bahaya kehamilan resiko tinggi
 Ibu mengetahui tentang kesehatan kehamilannya

Pengertian deteksi dini faktor resiko ibu hamil


Deteksi dini faktor resiko ibu hamil adalah strategi operasional dalam
upaya pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian melalui
peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih
intensif kepada resiko ibu hamil dengan cepat serta tepat, agar keadaan gawat
ibu maupun bayi dapat dicegah. Pengertian Kehamilan risiko tinggi adalah
kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang
lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam kandungan dan dapat
menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan dan ketidak
puasan. Dengan demikian untuk mengahadapi kehamilan atau janin risiko tinggi
harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif.
Sampai pada waktunya, harus diambil sikap tepat dan cepat untuk
menyelamatkan ibu dan bayinya atau hanya dipilih ibunya saja. Keadaan yang
dapat meningkatkan risiko kematian ibu secara tidak langsung disebut sebagai
faktor risiko, semakin banyak faktor risiko yang ditemukan pada kehamilan
maka semakin tinggi pula risikonya. Komplikasi pada saat kehamilan dapat
dikategorikan dalam risiko kehamilan, sebanyak 90% penyebab kematian terjadi
karena komplikasi obstetric yang tidak terduga saat kehamilan, saat persalinan
atau pasca persalinan dan 15% kehamilan diperkirakan berisiko tinggi dan dapat
membahayakan ibu dan janin.

Tujuan deteksi dini faktor resiko ibu hamil


Untuk mengetahui pengaruh konseling faktor risiko kehamilan terhadap
kemampuan ibu hamil dalam melakukan deteksi dini dan persiapan persalinan.

Tujuan khusus
Teridentifikasinya pengetahuan ibu tentang kehamilan resiko tinggi
b. Teridentifikasinya perilaku ibu hamil resiko tinggi dalam upaya mencegah
terjadinya komplikasi persalinan.
c. Teridentifikasinya persepsi ibu tentang pelaksanaan program desa siaga dalam
merawat ibu hamil risiko tinggi.
Faktor Resiko kehamilan resiko tinggi

1) Karakteristik umur ibu hamil beresiko

Usia adalah kisaran atau lamanya ukuran waktu bagi seseorang


untuk hidup atau ada, terhitung sejak ia ada dan dilahirkan. Semakin
dewasa usia seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
dalam berfikir dan bekerja akan menjadi semakin lebih baik pula. Hal ini
dikarenakan pengalaman yang dialami oleh seseorang akan
mempengaruhi perilaku orang tersebut. Begitu pula pada kehamilan
seorang wanita, usia akan mempengaruhi resiko pada kehamilan orang
tersebut. Hal demikian terjadi karena kesiapan mental dan psikologis ibu
harus benar-benar siap dalam menerima kehamilan, persalinan, dan nifas,
karena walau serupa ketiga hal demikian berbeda dengan menstruasi,
baik dari segi kuantitas, rasa sakit, maupun risiko. Bahaya yang dapat
terjadi jika usia ibu terlalu muda yaitu bayi lahir premture, perdarahan
anterpartum, perdarahan post partum. Sedangkan bahaya yang terjad
pada primi tua adalah tingginya resiko terjadi kanker payudara pada
wanita. Sedangkan primi tua sendiri merupakan ibu yang hamil pertama
kali pada usia>35 tahun.

2) Karakteristik paritas ibu hamil beresiko

Paritas merupakan jumlah kelahiran hidup yang pernah dimiliki


oleh seorang wanita atau ibu. Paritas adalah peristiwa dimana seorang
wanita melahirkan bayi dengan masa kehamilan antara 38 hingga 42
minggu lamanya. Paritas dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kecemasan ibu hamil pada trimester III menjelang proses
persalinan. Paritas dapat mempengaruhi kecemasan seorang wanita
karena berkaitan dengan aspek psikologis. Semakin dekat masa
persalinan, wajar jika timbul pula perasaan cemas ataupun takut terutama
pada persalinan pertama. Sedangkan pada multigravida perasaan ibu
hamil terganggu akibat rasa takut, tegang, bingung yang selanjutnya ibu
akan merasa cemas oleh bayangan rasa sakit yang dideritanya dulu
sewaktu melahirkan. Mutigravida sendiri adalah seorang wanita hamil
yang sudah pernah hamil sebelumnya.

3) Karaktersitik ibu hamil beresiko berdasarkan riwayat abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan diakibatkan hal-hal


tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
saat buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan
(Prawirohardjo,2006). Riwayat abortus juga merupakan faktor risiko
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus pada ibu hamil.
Dalam kata lain seseorang yang sudah pernah mengalami abortus
berkemungkinan mengalami hal tersebut kembali. Pada penelitian
lainnya, sekitar 21 dari 35 ibu hamil dengan riwayat abortus mengalami
abortus spontan pada kehamilan selanjutnya. Riwayat abortus
sebelumnya cukup berpengaruh terhadap abortus spontan, dalam kata
lain ibu yang memiliki riwayat abortus berpeluang 5 kali lebih besar
untuk mengalami abortus pada kehamilan selanjutnya. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang
menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat abortus
dengan kejadian abortus spontan (p = 0,01 < 0,05). Ibu yang pernah
mengalami abortus sebelumnya 5 kali lebih berisiko mengalami abortus
pada kehamilan selanjutnya. Setelah 1 kali abortus spontan, ibu hamil
memiliki risiko 15% mengalami abortus rekuren dan meningkat menjadi
30 – 45% pada kehamilan-kehamilan berikutnya. Dengan demikian,
riwayat abortus merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya abortus pada ibu hamil.
4) Karaktersitik ibu hamil beresiko berdasarkan jarak kehamilan

Kehamilan berulang dengan rentang waktu yang singkat dapat


menimbulkan cadangan besi di dalam tubuh ibu belum pulih dengan
sempurna yang kemudian kembali akan terkuras untuk keperluan janin
yang sedang dikandung. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat
menyebabkan kurangnya manfaat yang diperoleh dari kehamilan
sebelumnya, seperti uterus yang sudah membesar dan meningkatnya
aliran darah ke uterus, ibu tidak memiliki waktu untuk pemulihan,
kerusakan sistem reproduksi atau masalah postpartum. Jarak kehamilan
adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan, jarak kehamilan yang
optimal adalah lebih dari 36 bulan dari kehamilan sebelumnya,
sedangkan jarak kehamilan yang dekat adalah kurang dari 2 tahun.
Walaupun usia 20-35 tahun aman bagi seorang wanita untuk hamil dan
melahirkan bukan berarti seseorang bisa hamil setiap tahunnya, karena
jarak antara kehamilan yang ideal adalah antara 2-4 tahun. Hal ini
berdasarkan dengan pertimbangan kembalinya organ-organ reproduksi
ke keadaan semula yang dikenal dengan istilah masa nifas, yaitu masa di
mana organ-organ reproduksi kembali ke masa sebelum hamil. Setelah
melahirkan, direkomendasikan untuk mempersiapkan kehamilan
berikutnya sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 24 bulan yang
berfungsi untuk mengurangi risiko yang merugikan ibu, perinatal, dan
bayi. Angka kesakitan ibu dan anak yang jarak kehamilannya kurang dari
2 tahun lebih besar dibandingkan dengan anak yang jarak kehamilannya
2 tahun. Kehamilan dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
mengakibatkan abortus, berat badan bayi lahir rendah, nutrisi kurang,
dan waktu atau lama menyusui berkurang untuk anak sebelumnya.
Pengaturan kehamilan dengan jarak kehamilan yang ideal juga bisa
diatur dengan menggunakan pola KB rasional. Pola KB rasional juga
memiliki tujuan untuk menyelamatkan ibu dan anak dengan jarak
kelahiran yang terlalu dekat. Jarak kelahiran yang paling baik adalah 2-4
tahun sehingga ibu dapat mempertimbangkan keputusan untuk hamil
anak berikutnya dalam rentan waktu minimal 2 tahun agar risiko abortus
dapat diminimalisir.

5) Karaktersitik ibu hamil beresiko berdasarkan tinggi badan

Faktor risiko non-patologis pra-kehamilan yang telah ditemukan


untuk mempengaruhi hasil kehamilan diantaranya adalah paritas
(primipara dan multipara), usia 18 atau > 35 tahun, tinggi badan < 150
cm, dan perilaku seperti merokok dan asupan obat dan alkohol(19).
Faktor risiko pra-kehamilan patologis berhubungan dengan komplikasi
yang dialami selama kehamilan sebelumnya, termasuk keguguran,
persalinan prematur, ketuban pecah dini membran (PROM),
preeklamsia / eklamsia (PEE), perdarahan postpartum (PPH), operasi
caesar, infeksi, pertumbuhan janin teratur, janin kesusahan neonatal, dan
kematian perinatal, serta saat ini hadir patologi medis / bedah (turun
temurun, masyarakat , dan penyakit pribadi, termasuk obesitas). Faktor
resiko tersebut dapat mempengaruhi kualitas maternal dan perinatal
termasuk asfiksia.

6) Alkohol dan Rokok

Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat


bawaan. Akibat dari mengkonsumsi alkohol saat hamil, yaitu antara lain:
keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir, kelainan
wajah, ukuran kepala lebih kecil dari keadaan normal yang kemungkinan
disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal, serta kelainan
perkembangan perilaku. Risiko terjadinya keguguran pada wanita hamil
yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika
wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang
dilahirkan akan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg. Merokok
berbahaya bagi ibu dan bayi yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar
20% wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling
sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang
rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan
mengalami ketuban pecah sebelum waktu persalinan, infeksi rahim, cacat
bawaan pada jantung, otak wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang
ibunya merokok.

7) Keadaan Kesehatan

Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh


kehamilan atau keadaan lain.Tekanan darah tinggi di akhir
kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya
dan harus segera diobati.
Sikap yang harus dilakukan oleh ibu dan keluarga dalam menghadapi bahaya
kehamilan, antara lain:

a. Mendiskusikan dan menentukan tempat dan calon penolong persalinan


serta menandatangani “Perjanjian Tertulis / Amanat Persalinan”.
1. Suami dan keluarga memberi dukungan moral kepada ibu serta melakukan
pendampingan selama pemeriksaan kehamilan dan pada saat proses persalinan
berlangsung.

2. Suami dan keluarga menyetujui serta mendukung petugas kesehatan


melakukan rujukan

b. Menyiapkan dana untuk kepentingan dan kebutuhan ibu selama hamil,


bersalin dan nifas termasuk biaya rujukan.

1. Suami dan keluarga berupaya menyediakan dana yang cukup untuk biaya
tindakan penanganan komplikasi

2. Suami dan keluarga selalu mendampingi ibu selama tindak penanganan


komplikasi

c. Mengupayakan dan mempersiapkan transportasi jika sewaktu-waktu


diperlukan

1. Suami dan keluarga segera menghubungi Ambulance Desa pada saat rujukan

2. Ibu harus mendapatkan pelayanan tepat cepat terjadi komplikasi dalam


kehamilan, persalinan dan nifas

d. Menyiapkan calon donor darah yang bersedia membantu jika sewaktu-


waktu diperlukan

1. Suami ,keluarga dan masyarakat berupaya menyiapkan calon pendonor darah


untuk kepentingan tranfusi darah

e. Mendiskusikan dan menentukan metode KB yang akan dipergunakan


pasca persalinan :

1. Ibu,suami dan keluarga mengetahui jenis, metode, manfaat dan efek samping
alat kontrasepsi

2. Ibu, suami dan keluarga bersama-sama menyepakati alat kontrasepsi yang


akan digunakan
3. Ibu dan suami bersama-sama datang ke fasilitas kesehataan untuk
mendapatkan pelayanan KB

4. Ibu dan suami segera datang ke fasilitas kesehatan, bila mengalami efek
samping atau jika akan berganti alat kontrasepsi

Cara pencegahan dan antisipasi bahaya kehamilan, antara lain:

-ANC rutin minimal 4x yaitu pada trimester I sebanyak 1x kunjungan, pada


trimester II sebanyak 1x kunjungan, pada trimester III sebanyak 2x kunjungan.
Pada usia kehamilan 0 – 28 minggu kontrol 1x dan pada usia kehamilan 29- 36
minggu kontrol 2x. Idealnya yaitu umur kehamilan 0-28 minggu 1bulan 1x dan
pada umur kehamilan 29-36 minggu kontrol 2 minggu 1x.

-Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna, seperti:


sayur hijau, lauk, buah, susu hamil.

-Istirahat cukup

-Senam hamil

-Dukungan dari keluarga.

-Hindari stress dengan tidak berpikir berat

-Tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam perhari.

-Apabila timbul keluhan atau tanda-tanda bahaya kehamilan muda dan tanda
bahaya kehamilan tua, segera pergi ke tempat bidan, puskesmas, atau RS
terdekat

Tindakan yang harus dilakukan agar ibu hamil tetap sehat antara lain :

a. Makan- makanan bergizi seimbang

b. Istirahat yang cukup

c. Merawat payudara

d. Menjaga kebersihan tubuh dan gigi

e. Minum tablet tambah darah


Periksa kehamilan secara teratur

Periksa kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :

1. 1 kali pada trimester pertama

2. 1 kali pada trimester kedua

3. 2 kali pada trimester ketiga

Tempat untuk memeriksakan kehamilan dapat dilakukan di:

a. Puskesmas

b. Rumah bersalin

c. Bidan praktek swasta

d. Rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai