Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN 5

LARUTAN DAN STANDARISASI

KELOMPOK 9 :
- Ariel Duftin Sinaga (5002211046)
- Sabrina Najwa Banina (5002211146)
- Daniswara A. Aryasatya (5007211193)
Asisten Lab : Desindy Ramadhani Putri
TUJUAN

Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi


larutan melalui proses titrasi dimana larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
dititrasi dengan larutan lain yang sudah diketahui konsentrasinya dengan bantuan
indikator.

DASAR TEORI

1. Larutan

Larutan merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan disebut
homogen karena sifat-sifatnya sama disebut cairan. Karena larutan adalah campuran
molekul biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan bila
dibandingkan dalam larutan murni. Gaya tarik antar molekul tidak sejenis menyebabkan
pelepasan energi dan entalpi menurun. Larutan pada dasarnya adalah campuran
homogen, dapat berupa gas, zat cair maupun padatan. Menyebabkan komponen-
komponen dalam larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara lengkap. Banyak
cara untuk memberikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat
terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian setiap sistem
konsentrasi menyatakan satuan yang digunakan zat terlarut, kuantitas zat terlarut
pelarut. (Syukri, 1999).

2. Standarisasi

Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder


ditentukan dengan tepat dengan cara menitrasi dengan larutan standar primer. Larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi
(konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi.
(Day,2002).

Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung zat baku utama dalam
kadar tertentu dan biasanya di gunakan untuk membaku titran. Larutan standar primer
ini merupakan seyawa yang dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Sedangkan larutan standar skunder adalah larutan (titran) yang biasanya ditempatkan
pada buret yang kemudian ditambahkan kedalam larutan zat yang telah diketahui
konsentrasinya secara standar primer. (Cairns, 2009)
3. Titrasi

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal.
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai
titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui
konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya
titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur,
ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya
diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi
kemudian dilakukan proses pengenceran. (Khopkar, 1990).
SKEMA KERJA

A. Pembuatan Larutan

a. Pembuatan Larutan NaCL

NaCl
2-5 gram

-ditaruhdiatas kaca
-ditimbang
arlojidengan neraca
-dipindahkan
analitis ke dalam gelas
beker
Gelas beker berisi
NaCl

dilakukan

ditambahkan diaduk

Aquades Hingga
48-45 mL Larut

Gelas Beker berisi


NaCl dan Aquades

dihitung

% Berat NaCl
dalam Larutan
b. Pembuatan Larutan Standar HCl

HCl Pekat
37%

- Dipipet 10 mL dengan pipet gondok dan propipet


- Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL yang telah
berisi aquades kurang lebih 20 mL

Labu ukur berisi


HCl dan Aquades

dilakukan

4 tetes 2 tetes HCl


NaO H 6 M 6M

Tabung re aksi berisi 3


mL air dan 2 tetes
indikator metil orange
dan pp + 2 tetes HCl 6 M

-ditambahkan lagi aquades


-ditepatkan sisa aquades dengan
pipet tetes
disisihkan dihitung
Larutan HCl ini untuk
standarisasi NaOH
Molaritas Normalitas
c. Pembuatan Larutan Standar NaOH

NaOH
25 gram

Dilakukan

Ditimbang Dicata
Menggunakan Botol Berat sam pait 4 Angka
Timbang Dibelakang koma

-dimasukkan NaOH ke dalam labu ukur 100 mL


Labu Ukur
Berisi NaOH

-ditambahkan aquades hingga


-dikocok hingga
-ditambahkan lagi aquades
mendekati garis batas lalu
denga menggunakan pipet
Labu ukur Berisi
NAOH dan
aquades

Dihitung
Disisihkan
Larutan ini untuk
Distandarisasi dengan Molaritas Normalitas
HCL
B. Standarisasi NaOH dengan
Buret 5 mL HCL
- buret dibilas dengan 5
- buret dimiringkan
mL HCl dan diputar putar sehingga larutan mengaliri
seluruh permukaan
- larutan
dalam dikeluarkan melalui kran dan diulangi 2x
Buret yang sudah 1 mL
dibilas dengan 5
0 NAOH
mL HCL -NaOH dipipet dengan pipet gondok
-dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100
1 mL NaOH dalammL indikator
0 Erlenmeyer 100 phenolphtalei
mL n
-di tambahkan indicator PP ke dalam
-dititrasi denganNaOH
HCl
Ada warna dari
merah ke tidak
perubahan
berwarna

dicatat diulangi
Volume HCl yang Titrasi sampai
diperlukan pengamatan
perbedaan tidak lebih
dari 0,05
mL

dihitung

Normalitas NaOH dengan


menggunakan normalitas
HCL pada prosedur

Dibandinkan dengan

Harga normalitas NaOH dari


perhitungan pada percobaan
C. Analisa Cuka Komersial

Erlenmeyer 125 mL

Ditambahkan dengan Ditambahkan


pipet volume Ditambahkan
10 mL cuka komersial 20 mL air distilat 2-3 tetes indicator PP

Erlenmeyer berisi cuka


komersial, air distilat, tetes
indikator

Dititrasi dengan larutan cuka

Larutan NaOH yang telah


distandarisasi

Hitung konsentrasi

Asam cuka dalam sampel


DAFTAR PUSTAKA

Cairns D. (2009). Essentials of Pharmaceutical Chemistry Second Edition (Intisari


Kimia Farmasi Edisi Kedua). Penerjemah : Puspita Rini. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Day, R.A. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,Jakarta
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia: Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: IT
Pembagian Jobdesc
- Ariel Duftin Sinaga (5002211046) : skema kerja A

- Sabrina Najwa Banina (5002211146) : tujuan, dasar teori 1,2 dan 3


- Daniswara A. Aryasatya (5007211193) : skema kerja B dan C

Anda mungkin juga menyukai