Anda di halaman 1dari 4

Materi sejarah pemberontakan DI/TII di berbagai wilayah

Oleh: Beny Rusdy S.Pd

Pemberontakan DI TII berawal dari kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan dan


bertujuan untuk mendirikan negara Islam. Ini sesuai kepanjangan dari nama DI TII, yakni Darul
Islam Tentara Islam Indonesia
DI TII sendiri merupakan tentara yang dibentuk dan bagian dari Negara Islam Indonesia (NII)
pada awal masa kemerdekaan. Pendirian organisasi ini menjadi wadah umat muslim Indonesia
untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Sejarah pemberontakan DI TII dimulai dari Aceh yang kemudian menyebar ke beberapa wilayah
Tanah Air seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
Sejarah Singkat DI TII
Negara Islam Indonesia (NII) pertama kali terbentuk di daerah Tasikmalaya oleh Kartosoewirjo
pada tanggal 7 Agustus 1949. NII memiliki gerakan yang dinamakan Darul Islam (DI),
sedangkan tentaranya disebut Tentara Islam Indonesia (TII).
Kartosoewirjo mendirikan NII bukan untuk melakukan pemberontakan atau menyebabkan
terjadinya disintegrasi nasional. NII berdiri karena pada tahun 1948 Indonesia terikat dengan
Perjanjian Renville yang membuat Jawa barat masuk ke dalam bagian wilayah Belanda.
Kesepakatan tersebut menimbulkan awal kekecewaan rakyat terhadap pemerintah, yang disusul
dengan pemberontakan di beberapa daerah.

1. Pemberontakan DI/TII Jawa Barat

NII di Jawa Barat memiliki pusat pemerintahan di Desa Cisampah, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Tempat ini juga menjadi titik awal dibentuknya NII oleh Kartosoewirjo.Selain karena Perjanjian
Renville, tujuan DI TII di wilayah ini hampir sama dengan tujuan DI TII di wilayah lainnya,
yaitu mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadist di
wilayah Indonesia.

Alasan Kartosoewirjo untuk mendirikan NII adalah ia percaya bahwa semua masalah
kenegaraan yang sedang berlangsung dapat teratasi jika menganut syariat islam.Selain itu, tujuan
lainnya adalah untuk mengatasi dominasi sistem politik komunis dan ideologi sosialisme yang
mulai terlihat dalam pemerintahan Soekarno.

Gerakan DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo. Pada tanggal Agustus 1949
secara resmi kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Pada
tanggal 25 Januari 1949 terjadi kontak senjata pertama kali antara TNI dan DI/TII. Bahkan
terjadi perang segitiga antara TNI, Tentara Belanda dan DI/TII. Upaya damai pernah dilakukan
oleh Moh. Natsir (pemimpin Masyumi), tetapi gagal mengajak Kartosuwiryo untuk kembali ke
pangkuan Republik Indonesia.

Guna menumpas garakan DI/TII dilakukan Operasi Militer. Operasi dilakukan tanggal 27
Agustus 1949. Operasi tersebut menggunakan taktik “Pagar Betis” dengan menggunakan tenaga
rakyat yang besar. Baru setelah tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditangkap.

2. Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah

Munculnya DI/TII Jawa Tengah berawal dari Amir Fatah melakukan pemberontakan di
wilayah Jawa Tengah. Serupa dengan tujuan Kartosoewirjo, Amir Fatah memiliki tujuan
mengatasi pengaruh komunis yang sudah lama menjalar di pemerintahan Soekarno dan
berinisiatif mendirikan negara Islam.
Majelis Islam yang dipimpin oleh Amir Fatah. Setelah mendapat pengikut yang cukup banyak
Amir Fatah memproklamasikan berdirinya Darul Islam (DI) pada tanggal 23 Agustus 1949, di
desa Pengarasan, Tagal. Ia menyatakan bahwa gerakannya bergabung dengan DI/TII Jawa Barat
pimpinan Kartosuwiryo. Untuk menumpas pemberontakan tersebut pemerintah membentuk
pasukan baru yang disebut Benteng Raiders. Dengan pasukan baru segera dilakukan operasi kilat
yang disebut Gerakan Benteng Negara (GBN). Akhirnya dilakukan Operasi Guntur pada tahun
1954 gerombolan dapat dihancurkan, dan sisanya tercerai berai.

3. Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan

Pada Agustus 1953, Kahar Muzakkar menjadi pemimpin dari pemberontakan DI TII di
Sulawesi Selatan. Sama seperti tujuan Ibnu Hajar, Kahar Muzakkar merasa kecewa terhadap
pemerintah.
Ia ingin memperlihatkan reaksinya terhadap banyaknya anggota tentara Kesatuan gerilya
Sulawesi Selatan yang tidak diterima sebagai tentara RI. Selain itu, Kahar Muzakkar juga ingin
menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara Indonesia.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kahar Muzakar. Bagi pemerintah Republik Indonesia, gerakan
yang dimulai pada tahun 1951 dan baru diselesaikan tahun 1965, banyak waktu tenaga, dan
biaya. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi medan yang sulit namun dapat dikuasai dengan baik
oleh pemberontak.

Kahar Muzakar memimpin laskar-laskar Gerilya di Sulawesi selatan yang kemudian


tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Pemerintah bermaksud
membubarkan kesatuan ini dan anggotanya akan dikembalikan ke masyarakat, tapi Kahar
Muzakar menolak keputusan tersebut. Ia menuntut pasukannya dimasukkan ke dalam suatu
Brigade yang disebut Brigade Hasanuddin dibawah kepemimpinanya. Tuntutan tersebut ditolak
oleh pemerintah.

Setelah dilakukan serangkaian pendekatan, Kaar Muzakar menyetakan bersedia dilantik


sebagai pejabat wakil Panglima TT VII dengan pangkat letnan kolonel. Namun, saat pelantikan
akan dilakukan Kahar Muzakar melarikan diri dan membuat kekacauan. Pada tanggal 17
Agustus 1953, ia mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia sebagai bagian
dari DI/TII Kartosuwiryo.

Untuk menumpas pemberotakan ini, pemerintah melancarkan serangkaian Operasi Militer dan
diadakan pencarian yang intensif. Pada tanggal 3 Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil
ditembak mati. Maka gerakan Pemberontakan ini pun berakhir.

4. Pemberontakan DI/TII di Aceh

Pada tahun 1953, tokoh terkemuka dari Aceh, Daud Beureuh, mendeklarasikan
wilayahnya sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) dengan pasukan Tentara Islam
Indonesia (TII).
Selain ingin mendirikan negara berbasis Islam, tujuan pemberontakan Daud Beureuh ini ialah
ingin mengembalikan otonomi Provinsi Aceh.
Tujuan lain dari pemberontakan ini adalah mencegah kembalinya kekuasaan Uleebalang dan
menegakkan syariat Islam. Uleebalang merupakan pemimpin adat sebelum masa kemerdekaan
Indonesia.
Pemimpin gerakan ini adalah Tangku Daud Beureuh, Pada tanggal 2o september 1953 ia
memproklamasikan bahwa Aceh adalah bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan
Kartosuwiryo. Selanjutnya mereka melakukan gerakan serentak untuk menguasai  kota-kota
yang ada di Aceh. Mereka juga melakukan propaganda untuk memperburuk citra pemerintahan
Republik Indonesia.

Untuk memberantas pemberontakan tersebut pemerintah Republik Indonesia terpaksa


menggunakan kekuatan senjata dan Operasi Militer. Selain itu TNI memberikan penerangan
kepada masyarakat untuk menghindari salah paham dan mengembalikan kepercayaan kepada
pemerintah. Akhirnya pada tanggal 17-28 Desember dilakukan musyawarah kerukunan rakyat
Aceh. Musyawarah tersebut mendapat dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat dan bisa
memulihkan kembali keadaan Aceh.

5. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan

Ibnu hajar memimpin pemberontakan DI TII pada tahun 1950 di wilayah Kalimantan atas
pengaruh kuat Kartosoewirjo. Tujuan pemberontakan ini berbeda dengan dua pemberontakkan
sebelumnya, yakni ingin menyalurkan aspirasi rakyat yang dianggap menjadi nomor dua oleh
pemerintahan Orde Lama.
Pada tahun 1965, pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh TNI Angkatan Darat hingga
membuat Ibnu Hajar menyerah.
Pada bulan Oktober 1950 terjadi pemberontakan kesatuan Rakyat yang tertindas (KryT) yang
dipimpin oleh Ibnu Hajar. Ia adalah mantan letnan dua TNI. Ia bersama KryT menyatakan diri
sebagai bagian dari DI/TII Jawa barat. Target serangan mereka adalah pos-pos TNI di wilayah
tersebut.
Saat ittu pemerintah memberi kesempatan untuk menghentikan pemberontakan secara
baik-baik. Ibnu Hajar akhirnya menyerahkan diri. Namun ternyata ia berpura-pura. Setelah
mendapatkan peralatan TNI ia melarikan diri. Akhirnya pemerintah melakukan Gerakan Operasi
Militer (GOM). Pada tahun 1959 Ibnu Hajar berhasil di tangkap dan dijatuhi hukuman mati pada
tanggal 22 maret 1965

sumber: https://insanpelajar.com/pemberontakan-di-tii-latar-belakang-tujuan-dan-lokasinya/

https://insanpelajar.com/pemberontakan-di-tii-latar-belakang-tujuan-dan-lokasinya/

Anda mungkin juga menyukai