Dalam UUPA Pasal 16 ayat 1 hak atas tanah terbagi atas 7, yaitu:
1. Hak Milik
2. Hak guna usaha (HGU)
3. Hak guna Bangunan (HGB)
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa
6. Hak membuka hutan
7. Hak memungut hasil hutan
Dan adapun hak lainya adalah hak-hak lain yang tidak termasuk dalam
hak-hak tersebut diatas yang akan ditetepkan dengan Undang-undang serta
hak-hak yang sifatnya sementara seperti dalam Pasal 53 UUPA.
Hak Milik
PENGERTIAN
Dalam UUPA Pasal 20
Ayat (1) : Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh yang
dapat
dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam
Pasal 6 UUPA.
Ayat (2) : Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
A. Turun-temurun
Hak milik atas tanah yang dapat berlangsung selama pemiliknya masih hidup
dan mati maka hak itu dapat berwujud ahli warisnya, sepanjang memenuhi
syarat sebagai subjek milik.
Berpindahnya hak milik atas tanah karena dialihkan atau pemindahan hak
harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali lelang dibuktikan dengan berita acara
lelang yang dibuat oleh pejabat dan kantor lelang. Berpindahnya hak milik
atas tanah tersebut harus mendaftarkan ke kantor pertanahan kebupaten /
kota setempat untuk catatan dalam buku tanah dan dilakukan perubahan
nama dalam sertifikat dari pemilik tanah yang lama kepada pemilik tanah
yang baru.
Peralihan hak milik atas tanah baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada orang asing, kepada seseorang yang mempunyai dua
kewarganegaraan, atau kepada badan hukum yang tidak ditunjuk oleh
pemerintah adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada
negara. Artinya tanahnya kembali menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh
negara.
2. JANGKA WAKTU
4. SUBJEK HAK
Sesuai dengan Pasal 21 Ayat (1) dan Ayat (2) UUPA, maka yang dapat
memiliki hak milik adalah:
Dengan demikian, yang berhak memiliki hak atas tanah dengan hak milik
adalah hanya warga Indonesia tunggal dan badan hukum pemerintah yang
ditunjuk oleh pemerintah melalui peraturan.
Hak milik atas tanah ini terjadi karena permohonan hak milik atas tanah
(semula berasal dari tanah negara) oleh pemohon dengan memenuhi
prosedur dan persyaratan yang ditentukan oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN). Setelah semua terpenuhi, BPN menerbitkan Surat Keputusan
Pemberian Hak (SKPH). SKPH tersebut wajib didaftarkan oleh pemohon
kepada kepala kantor pertanahan kabupeten / kota setempat untuk
dicantumkan dalam buku tanah dan diterbitkan sebagai sertifikat hak milik
atas tanah.
Terjadinya hak milik atas tanah ini karena fakta konversi (perubahan)
menurut UUPA. Sejak berlakunya UUPA, semua hak atas tanah yang ada
harus diubah menjadi salah satu hak atas tanah yang diatur dalam UUPA.
UUPA pembinaan bahwa hak milik atas tanah dapat digunakan atau
diusahakan oleh bukan pemiliknya. Penggunaan tersebut diatur dan diatur
dengan peraturan-undangan. Misalnya, hak milik atas tanah dibebani dengan
hak guna bangunan, hak milik atas tanah dibebani dengan hak pakai, hak
sewa untuk bangunan, hak gadai (gadai tanah), hak usaha bagi hasil
(perjanjian bagi hasil), hak menumpang, dan hak sewa tanah pertanian.
7. WAJIB DIDAFTARKAN
Hak milik atas tanah, demikian pula setiap peralihan, pembebanan dengan
hak-hak lain, dan hapusnya hak milik atas tanah harus didaftarkan ke kantor
pertanahan kabupaten / kota setempat. Pendaftaran ini merupakan alat bukti
yang kuat (UUPA Pasal 23).
Kepada pemilik hak atau yang memperoleh hak lebih lanjut melalui
pembebanan atas hak tersebut yang diberikan sertifikat yang
merupakan sertifikat hak yang merupakan dari register tersebut. Dalam PP
No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menggantikan PP No.10
tahun 1961, bukti dari keberadaan hak atas tanah tersebut termasuk
pembebanannya diwujudkan dalam sertifikat hak atas tanah yang terdiri dari
bentuk buku tanah dan surat ukur atau gambar situasi.
8. HAPUSNYA HAK MILIK
Berdasarkan ketentuan Pasal 27 UUPA hak milik dapat dihapus oleh karena
sesuatu hal, termasuk:
2. Tanahnya Musnah.
Salam Hormat