Anda di halaman 1dari 6

 

"Hak atas Tanah"   

Undang-undang No 5 tahun 1960 atau yang lebih dikenal sebagai Undang-


Undang Pokok Agraria (UUPA) tidak dikenal lagi istilah hak-hak atas tanah
menurut hukum barat yang diatur dalam KUHP Indonesia, seperti hak
Eigendom, hak erfpacht dan sebagainya. Sebagai terkenal dikenal istilah Hak
Milik, Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai, Hak
Pengelolaan, dan sebagainya.

          Dalam UUPA Pasal 16 ayat 1 hak atas tanah terbagi atas 7, yaitu:

1. Hak Milik 
2. Hak guna usaha (HGU)
3. Hak guna Bangunan (HGB)
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa
6. Hak membuka hutan
7. Hak memungut hasil hutan

    Dan adapun hak lainya adalah hak-hak lain yang tidak termasuk dalam
hak-hak tersebut diatas yang akan ditetepkan dengan Undang-undang serta
hak-hak yang sifatnya sementara seperti dalam Pasal 53 UUPA.

Hak Milik 

PENGERTIAN
Dalam UUPA Pasal 20 

Ayat (1) : Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh yang
dapat     

                  dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam
Pasal 6 UUPA.

Ayat (2)     :  Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Dengan demikian, maka hak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 

A. Turun-temurun 

Hak milik atas tanah yang dapat berlangsung selama pemiliknya masih hidup
dan mati maka hak itu dapat berwujud ahli warisnya, sepanjang memenuhi
syarat sebagai subjek milik.  

B. Terkuat dan terpenuh

Kata-kata  Terkuat   dan  Terpenuh   kesalahan untuk membedakannya


dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan hak lainya. Hal
tersebut menunjukan bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki
orang, hak miliklah yang terkuat dan terpenuh.

  C. Dapat beralih dan dialihkan

Dari Segi bahasa ADA Perbedaan


ANTARA  beralih  Dan  dialihkan.  Peristiwa  berubah  (bentuk aktif) dapat
terjadi tanpa adanya sesuatu subjek yang melakukan pengalihan. Di sini tidak
diperlukan  gerakan   (menggerakan). Hal tersebut berbeda dengan
peristiwa  dialihkan   (bentuk pasif) yang harus ada suatu
subjek  bergerak.  Such as inviting participation,  A  menghibahkan ATAU
Menjual tanahnya tidak ditunjukan kepada  B . Dalam hal ini  A  adalah
subjek  movens . 

Berpindahnya hak milik atas tanah karena dialihkan atau pemindahan hak
harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali lelang dibuktikan dengan berita acara
lelang yang dibuat oleh pejabat dan kantor lelang. Berpindahnya hak milik
atas tanah tersebut harus mendaftarkan ke kantor pertanahan kebupaten /
kota setempat untuk catatan dalam buku tanah dan dilakukan perubahan
nama dalam sertifikat dari pemilik tanah yang lama kepada pemilik tanah
yang baru.

Peralihan hak milik atas tanah baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada orang asing, kepada seseorang yang mempunyai dua
kewarganegaraan, atau kepada badan hukum yang tidak ditunjuk oleh
pemerintah adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada
negara. Artinya tanahnya kembali menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh
negara.  

2. JANGKA WAKTU

Tanah pertanian dan bukan tanah pertanian.

 3. OBJEK TANAHNYA

Tanah pertanian dan bukan tanah pertanian.

4.  SUBJEK HAK

Sesuai dengan Pasal 21 Ayat (1) dan Ayat (2) UUPA, maka yang dapat
memiliki hak milik adalah:

Sebuah. Warga Negara Indonesia. 


b. Badan-badan hukum yang ditunjuk oleh pemerintah melalui peraturan
pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah nomor 38 Tahun 1963, yang
antara lain termasuk bank-bank yang didirikan oleh negara, perkumpulan-
perkumpulan koperasi, badan dan badan hukum sosial.

Sedangkan menurut Pasal 21 ayat (3) UUPA, menentukan bahwa  Orang yang


sesudah berlakunya uandan-undang ini memperoleh hak milik, karena
pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, dengan
demikian pula warga negara Indonesia telah kehilangan kewarganegaraanya
wajib melepaskan hak itu, di dalam jangka waktu satu tahun sejak
diperolehnya hak tersebut atau pernyataan kewarganegaraan itu, hak milik
tersebut tidak dapat dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum
dengan ketentuan hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap
berlangsung.   

Khusus terhadap kewarganegaraan Indonesia, maka sesuai dengan Pasal 21


Ayat (4) UUPA ditentukan bahwa  selama seseorang di samping
kewarganegaraan Indonesia yang mempunyai kewarganegaraan, maka ia
tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik dan berlaku ketentuan dalam
Ayat 3 Pasal ini.

Dengan demikian, yang berhak memiliki hak atas tanah dengan hak milik
adalah hanya warga Indonesia tunggal dan badan hukum pemerintah yang
ditunjuk oleh pemerintah melalui peraturan.  

 5.  TERJADINYA HAK MILIK

Terjadinya hak milik dapat melalui 3 cara antara lain:

1. Menurut Hukum Adat (Pasal 22 Ayat 1 UUPA)

Hak milik atas tanah terjadi dengan jalan pembukaan hutan. Artinya


pembukaan tanah (hutan) tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan
masyarakat hukum adat yang dipimpin oleh ketua adat melalui sistem
penggarapan yaitu  matiksirah, matok sirah galeng  dan
sistem  bluburan  atau terjadi karena timbulnya  lidah
tanah   (aanslibbing).   Lidah tanah adalah tanah yang timbul / muncul karena
terbeloknya arus sungai atau tanah dipinggir pantai, biasanya terjadi darai
lumpur yang semakin lama semakin tinggi dan mengeras. Dalam hukum adat,
lidah tanah yang tidak begitu luas menjadi hak bagi pemilik tanah yang
berbatas. Hak milik tersebut dapat mendaftarkan diri pada kantor pertanahan
kabupaten / kota setempat untuk mendapatkan sertifikat hak.

2. Penetapan Pemerintah (Pasal 22 Ayat 2 UUPA)

Hak milik atas tanah ini terjadi karena permohonan hak milik atas tanah
(semula berasal dari tanah negara) oleh pemohon dengan memenuhi
prosedur dan persyaratan yang ditentukan oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN). Setelah semua terpenuhi, BPN menerbitkan Surat Keputusan
Pemberian Hak (SKPH). SKPH tersebut wajib didaftarkan oleh pemohon
kepada kepala kantor pertanahan kabupeten / kota setempat untuk
dicantumkan dalam buku tanah dan diterbitkan sebagai sertifikat hak milik
atas tanah.

3. Ketentuan Undang-Undang (Pasal 22 Ayat 2 UUPA) 

Terjadinya hak milik atas tanah ini karena fakta konversi (perubahan)
menurut UUPA. Sejak berlakunya UUPA, semua hak atas tanah yang ada
harus diubah menjadi salah satu hak atas tanah yang diatur dalam UUPA.  

6. PENGGUNAAN HAK MILIK OLEH BUKAN PEMILIKNYA

UUPA pembinaan bahwa hak milik atas tanah dapat digunakan atau
diusahakan oleh bukan pemiliknya. Penggunaan tersebut diatur dan diatur
dengan peraturan-undangan. Misalnya, hak milik atas tanah dibebani dengan
hak guna bangunan, hak milik atas tanah dibebani dengan hak pakai, hak
sewa untuk bangunan, hak gadai (gadai tanah), hak usaha bagi hasil
(perjanjian bagi hasil), hak menumpang, dan hak sewa tanah pertanian.  

  

 7.  WAJIB DIDAFTARKAN

Hak milik atas tanah, demikian pula setiap peralihan, pembebanan dengan
hak-hak lain, dan hapusnya hak milik atas tanah harus didaftarkan ke kantor
pertanahan kabupaten / kota setempat. Pendaftaran ini merupakan alat bukti
yang kuat (UUPA Pasal 23).

Kepada pemilik hak atau yang memperoleh hak lebih lanjut melalui
pembebanan atas hak tersebut yang diberikan sertifikat yang
merupakan sertifikat hak   yang merupakan dari register tersebut. Dalam PP
No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menggantikan PP No.10
tahun 1961, bukti dari keberadaan hak atas tanah tersebut termasuk
pembebanannya diwujudkan dalam sertifikat hak atas tanah yang terdiri dari
bentuk buku tanah dan surat ukur atau gambar situasi.     
 8. HAPUSNYA HAK MILIK

Berdasarkan ketentuan Pasal 27 UUPA hak milik dapat dihapus oleh karena
sesuatu hal, termasuk:

1. Tanahnya jatuh kepada negara oleh karena:


- Pencabutan hak (Undang-Unadang Nomor 20 tahun 1961 tentang
Pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda yang berada di atasnya).

- Penyerahan secara sukerela oleh pemiliknya (Keppres Nomor 55 Tahun


1993 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
Umum). 
- Ditelantarkan (PP Nomor 36 Tahun 1998 tentang penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar). 
- Ketentuan Pasal 21 Ayat (3) dan Pasal 26 Ayat (2). 

2.   Tanahnya Musnah. 

 #Semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum, Pelaku


bisnis properti dan hukum #

Salam Hormat

Devi Rismayanto SH 

Anda mungkin juga menyukai