Penemuan-penemuan penting yang mendahului penelitian/kajian tersebut
Artikel 5 (Pelaksanaan Program Jaminan kesehatan nasional (jkn) dalam
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rsu haji surabaya) 1. Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Tjiptono, 2004: 69) menyatakan tingkat kredibilitas yang tinggi pada penyedia jasa pelayanan kesehatan dipilih kelompok menengah atas karena masalah kesehatan adalah juga berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap rumah sakit. Selain itu, daya tanggap (responsiveness) berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para konsumen dan merespons permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Barry (1988), keyakinan (assurance) adalah jaminan kepada konsumen mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya atau resiko keragu–raguan, perilaku para karyawan diharapkan mampu menumbuhkan kepercayaan dan perusahaan diharapkan dapat menumbuhkan rasa aman bagi pelanggannya.
Artikel 6 (Dampak Kebijakan Pengadaan Obat Pada Puskesmas di jakarta Era
Jaminan Kesehatan Nasional) 1. Hasil penelitian Athijah, Zairina E, Sukorini., 2015, tentang Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Surabaya Timur dan Selatan. di Surabaya pada tahun 2014 menunjukkan bahwa di puskesmas terjadi kekosongan obat rata-rata 8,56%, dan hal tersebut disebabkan oleh permasalahan proses pengadaan obat. 2. Kondisi yang sama terjadi di Bolaang Mongondow, berdasarkan hasil penelitian Malasai DD, Maramis FR, Kawatu PA. 2016 menyebutkan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana, termasuk sumber daya gudang farmasi kabupaten/kotamenyebabkan terjadinya kekosongan obat di puskesmas. 3. Hasil penelitian Kasengkang, R. A., Nangoy, S., & Sumarauw, J. mengatakan bahwa Status BLUD (Badan Layanan Umu Daerah) yang dimiliki puskesmas memberikan fleksibilitas dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dengan mengikuti prinsip efektivitas dan/atau efisiensi. 4. Hasil penelitian Ningsih A, Fudholi A, Sumarni. 2015., menyebutkan dengan menerapkan e-Purchasing akan meningkatkan efisiensi dalam pengadaan obat.13 5. Menurut Djatmiko, M dan Eny Rahayu, Kekosongan obat membuat pasien tidak mendapatkan pengobatan sesuai indikasi medis. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko memperparah kondisi penyakit pasien, menurunnya usia harapan hidup, dan berdampak meningkatnya biaya pelayanan kesehatan.
Materi 6. Apa peranan penelitian dan keseluruhan paper tersebut pada
bidangnya ? Artikel 6 (Dampak Kebijakan Pengadaan Obat Pada Puskesmas di jakarta Era Jaminan Kesehatan Nasional)
Penelitian tersebut memberikan informasi jika Sebanyak 81% puskesmas di
Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018 mengalami kegagalan realisasi pengadaan obat secara e-Purchasing. Hambatan terbesar disebabkan ketidak mampuan suplai oleh industri farmasi dan faktor penyedia tunggal obat e-Catalogue, yang berdampak pada ketersediaan obat dengan status kurang mencapai 9%, meningkatnya pengeluaran biaya obat sebesar 40% dan peningkatan persentase rujukan sampai 4 kali lipat. Sehingga informasi ini dapat digunakan stakeholders terkait untuk membuat peraturan daerah yang mengatur tersendiri tentang pengadaan obat di puskesmas.