id
SKRIPSI
Oleh :
ARDHYANTO RESTU WIDODO
K 1208003
Oleh :
ARDHYANTO RESTU WIDODO
K 1208003
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Persetujuan pembimbing,
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Belajar menulis berarti belajar berpikir. Jika anda tidak bisa berpikir, maka anda
tidak mampu menulis.”
(Robert Pinckret)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................... ... v
MOTTO...................................................................................................... . vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL....................................................................................... . xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. .. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
D. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... .............................................................. 8
A. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan ......................................... 8
1. Pengertian Menulis ........................................................ 8
2. Tujuan Menulis .................................................................... 9
3. Manfaat Menulis................................................................... 10
4. Motivasi Menulis........................................................ .......... 11
5. Teknik Penilaian Kemampuan Menulis........................... .... 13
6. Teknik Penilaian Proses Pembelajaran................................. 16
B. Hakikat Pembelajaran Menulis Karangan di Sekolah Dasar ........... 19
1. Pembelajaran Menulis pada Kelas VI Sekolah Dasar.......... 19
commit to user
2. Konsep Pembelajaran...................................................... ..... 20
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval .............. 15
Tabel 2.2 Penilaian Proses Pembelajaran .................................................. . 17
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................... 34
Tabel 3.2 Tabel Indikator Ketercapaian Tujuan .......................................... 41
Tabel 4.1 Daftar Nilai Pratindakan .............................................................. 49
Tabel 4.2 Indikator Sikap pada Pratindakan ................................................ 50
Tabel 4.3 Indikator Sikap pada Siklus I ....................................................... 61
Tabel 4.4 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa pada Siklus I ................... 62
Tabel 4.5 Indikator Sikap pada Siklus II...................................................... 75
Tabel 4.6 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa pada Siklus II .................. 75
Tabel 4.7 Rekapitulasi Indikator Sikap ........................................................ 82
Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Menulis Siswa ................................................ 82
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................……..……... 31
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Milles dan Huberman…………….. 40
Gambar 3.2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas……….………… ……..… 47
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran .............................................……..……... 92
Lampiran 2 Pedoman Penilaian Hasil Menulis Karangan .........……..……... 95
Lampiran 3 Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran ...............……..……... 97
Lampiran 4 Instrumen Penelitian Tindakan...............................……..…....... 100
Lampiran 5 Pedoman Wawancara kepada Guru Bahasa Indonesia…..……... 101
Lampiran 6 Pedoman Wawancara terhadap Siswa .......................…..……... 102
Lampiran 7 Hasil Wawancara kepada Guru Bahasa Indonesia…..……......... 103
Lampiran 8 Hasil Wawancara terhadap Siswa .......................…..…….......... 106
Lampiran 9 Hasil Wawancara terhadap Siswa .......................…..…….......... 108
Lampiran 10 Hasil Wawancara terhadap Siswa .......................…....….......... 110
Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pratindakan .……............ 112
Lampiran 12 Catatan Lapangan Hasil Observasi Pratindakan ..…….......... 116
Lampiran 13 Foto-foto Pembelajaran Pratindakan..................…..…….......... 118
Lampiran 14 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Pratindakan.....…….......... 120
Lampiran 15 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa Pratindakan.…….......... 121
Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...... .……............ 123
Lampiran 17 Materi Pembelajaran Siklus I...... .…........................…............ 130
Lampiran 18 Buku Pegangan Guru pada Siklus I...... .…...............…............ 132
Lampiran 19 Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ....... ..…….......... 138
Lampiran 20 Foto-foto Pembelajaran Siklus I..................…..……................ 142
Lampiran 21 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I...........…….......... 144
Lampiran 22 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa Siklus I ..........……...... 145
Lampiran 23 Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ..........….........................…...... 147
Lampiran 24 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II...... .……............ 151
Lampiran 25 Materi Pembelajaran Siklus II...... .…........................…............ 158
Lampiran 26 Buku Pegangan Guru pada Siklus II...... .…...............…........... 161
Lampiran 27 Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II ........…….......... 171
commit
Lampiran 28 Foto-foto Pembelajaran to user
Siklus II..................…..…….............. 175
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan
diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan
dikembangkan serta dapat dituntunkan kepada generasi-generasi mendatang.
Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana
mengupayakan pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia secara terarah.
Maka dari itu melalui proses pengajaran bahasa diharapkan siswa mempunyai
kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar.
Salah satu tujuan dari pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
adalah bertujuan dengan pembinaan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
dalam berbagai peristiwa. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 41), pembinaan
terhadap bahasa Indonesia, meliputi empat aspek kemampuan berbahasa, yakni
(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Pengajaran menulis
sebagai bagian integral dari pengajaran Bahasa Indonesia diberikan dengan tujuan
agar siswa mampu menuangkan gagasannya dalam bahasa tulis dengan lancar dan
tertib. Kehadiran pembelajaran menulis yang terencana dengan baik dirasakan
amat mendesak, karena keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan
bahasa, kehadirannya mutlak diperlukan. Henry Guntur Tarigan (2008: 27)
menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara dapat dilihat dari maju
tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat
penting bagi siswa. Keterampilan ini sangat besar artinya bagi siswa selama ia
mengikuti kegiatan pendidikan di bangku sekolah. Banyak kegiatan yang
berhubungan erat dengan keterampilan menulis yang harus diselesaikan siswa,
yaitu membuat ikhtisar, membuat catatan, menulis notulen, menulis berbagai
macam surat, menulis proposal penelitian, menulis rancangan kegiatan, sampai
pada kemampuan menulis karyacommit
ilmiah.to Akhadiah
user (2002: 2) mengungkapkan
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
VI disebut tahap lanjut (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 71). Melalui
latihan menulis secara bertahap, siswa diharapkan mampu membangun
keterampilan menulis lebih meningkat lagi. Akan tetapi, fakta di lapangan
menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah bila dibandingkan
dengan kegiatan berbahasa lainnya.
Rendahnya kemampuan menulis siswa terjadi pada siswa kelas VI SD
Negeri Bulukantil, Ngoresan, Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari data pendukung
yang diperoleh pada saat guru memberikan tugas mengarang pada kompetensi
dasar sebelumnya (menulis karangan percakapan). Rata-rata siswa mendapat nilai
di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan di SD Negeri Bulukantil
yaitu 63, bahkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah nilai 43.
Melihat kondisi demikian, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu
Sulasmi, S.Pd selaku guru kelas VI pada tanggal 12 September 2011. Berdasarkan
wawancara tersebut, peneliti menemukan beberapa hal yang menghambat
pembelajaran menulis karangan yang secara umum disebabkan oleh
ketidaktepatan prosedur pembelajaran yang digunakan oleh guru dan rendahnya
kompetensi siswa dalam membuat karangan. Prosedur yang selama ini dilakukan
guru adalah (1) memberikan tema, (2) meminta siswa membuat karangan dalam
waktu yang sangat singkat yaitu 2 x 40 menit, (3) kemudian siswa mengumpulkan
karangan yang langsung dikoreksi dan dicoret-coret oleh guru pada bagian yang
salah, (4) setelah dikoreksi dan dinilai karangan dikembalikan kepada para siswa.
Selain prosedur pembelajaran yang diterapkan guru, hambatan berasal dari
kompetensi siswa, yaitu rendahnya kemampuan menulis karangan siswa yang
ditunjukkan dengan sering ditemukannya (1) siswa kurang mampu
mengembangkan tema yang ditentukan, sehingga seringkali tema yang ditentukan
tidak sesuai dengan karangan yang dibuat, (2) kurang menguasai ejaan, dan (3)
kurang menguasai struktur kalimat.
Peneliti menemukan penyebab lain yang mengakibatkan rendahnya
kemampuan menulis karangan siswa, yaitu ketika melakukan identifikasi lebih
lanjut berupa wawancara dengan beberapa siswa SD tersebut mengenai
commit toguru
pembelajaran menulis yang diajarkan user selama ini. Berdasarkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti uraian sebelumnya,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil?
b. Apakah penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis karangan siswa kelas VI SD Negeri
Bulukantil?
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi prosedur penerapan Pendekatan Proses Lima Fase
dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas VI SD
Negeri Bulukantil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pembelajaran menulis. Penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat
menciptakan interaksi positif antara siswa dan guru dalam mengembangkan
daya kreatif siswa membuat karangan yang baik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat membantu memotivasi dan membangun daya kreatif
siswa dalam membuat karangan yang baik dan benar.
b. Bagi Guru
· Penelitian ini dapat memberikan masukan positif dalam meningkatkan
pembelajaran menulis karangan,
· dapat memperbaiki teknik mengajar yang selama ini digunakan, dan
· dapat menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang menarik.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka
meningkatkan prestasi sekolah.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memperkaya wawasan mengenai pendekatan proses
dalam pembelajaran menulis dan dapat mengatasi masalah belajar siswa
yang sangat berguna untuk persiapan menjadi guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
2. Tujuan Menulis
Semua aktivitas yang dilakukan manusia pasti memiliki tujuan tertentu,
termasuk menulis. Hugo Hartig dalam Tarigan (2008: 24-25) menyatakan tujuan
penulisan suatu tulisan adalah sebagai berikut.
a. Tujuan penugasan (assigment purpose)
Penulis menulis sesuatu hanya karena ditugasi, tulisan yang
dihasilkan berbentuk tugas atau portofolio berbentuk karangan yang dibuat
hanya karena kewajiban menyelesaikan tugas.
b. Tujuan altruristik (altruristik purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca
memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup
para pembaca lebih mudah, dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c. Tujuan persuasif (persuasif purpose)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembacanya akan
kebenaran gagasan yang diucapkan.
d. Tujuan informasional (informasional purpose)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi kepada pembaca.
e. Tujuan pernyataan diri (self-expresive purpose)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
penulis kepada para pembaca.
commit to user
f. Tujuan kreatif (creative purpose)
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
3. Manfaat Menulis
Menurut Dahlan Rais (2007: 90), manfaat menulis adalah mengadakan
komunikasi dengan orang lain secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang yang diajak komunikasi. Banyak manfaat yang diperoleh dari
aktivitas menulis, Pennebaker (dalam Didik Komaidi, 2007: 14) menambahkan
bahwa manfaat menulis antara lain: (1) dapat menjernihkan pikiran, (2) membantu
mendapatkan dan mengingat informasi baru, dan (3) membantu memecahkan
masalah. Lebih rinci, Didik Komaidi (2007: 12-13) menyebutkan manfaat yang
diperoleh seseorang dari kegiatan menulis. Manfaat tersebut antara lain:
a. menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di
sekitar.
b. mendorong untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan
sejenisnya.
c. terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan
logis.
d. secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres.
e. mendapatkan kepuasan batin jika tulisan dimuat di media massa atau
diterbitkan oleh penerbit.
f. commitdan
membuat penulis semakin populer to user
dikenal oleh publik pembaca apabila
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
4. Motivasi Menulis
Terjadinya perbedaan aktivitas dalam belajar dipengaruhi oleh perbedaan
motivasi. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu energi yang
menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan
aktivitas siswa kepada tujuan belajar (Elida Prayitno, 1989: 8). Makin tinggi dan
berarti suatu tujuan, makin besar pula motivasinya dan makin besar motivasi yang
akan diraih akan makin kuat pula kegiatan yang dilaksanakan (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2004: 62). Oleh sebab itu, motivasi mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam suatu kegiatan, yakni akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan
tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi tujuan (Nana Syaodih Sukmadinata,
2004: 61-62).
Tidak jarang ditemui banyak bakat siswa tidak berkembang karena tidak
diperolehnya motivasi yang tepat. Apabila seseorang mendapat motivasi yang
tepat, maka keluarlah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang
semula tidak terduga (Ngalim Purwanto, 2000: 61). Oleh sebab itu, motivasi
penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu mau bekerja keras
dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi (Malayu S. P.
Hasibuan, 2003: 92).
Motivasi (motivation) berasal dari kata Latin ”movere” yang berarti
”dorongan atau daya penggerak” (Malayu S. P. Hasibuan, 2003: 92). Motivasi
secara umum didefinisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan
pelajaran motivasi sebenarnya commit to user
merupakan pelajaran tingkah laku (Merle J.
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
batin. Wisnu Arya Wardana dan Ardi Suryo Ardianto dalam Abullah Al
Muzammi (2006: 2) menyebutkan ada 3 hal dalam memotivasi diri untuk terus
menulis, ketiga hal tersebut antara lain:
1. ilmu yang diketahui atau dikuasai harus disebarkan. Melihat dari segi
keyakinan semua orang, menyebar kebaikan adalah suatu kemuliaan. Bahkan
dengan menulis merupakan kegiatan yang tujuannya ialah menyebarkan ilmu
pengetahuan.
2. menyembunyikan ilmu ialah tindakan yang naif, apalagi sampai
merahasiakan dan hanya demi kepentingan diri sendiri.
3. menyebarkan ilmu merupakan perwujudan rasa syukur atas apa yang telah
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Menulis sebagai keterampilan hidup yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya: menulis surat, menulis artikel, menulis bahan pidato, puisi,
menulis karya ilmiah, dan Iain-lain. Untuk bisa menulis dengan baik yang penting
dimiliki oleh calon penulis adalah motivasi menulis itu sendiri. Motivasi menulis
ibarat lokomotif yang akan menjadi pendorong dan penggerak bagi penulis untuk
menghasilkan tulisan. Motivasi adalah alasan yang melatarbelakangi mengapa
sebuah tindakan atau perbuatan dilakukan. Dengan motivasi yang tinggi maka
akan dengan mudah menghasilkan tulisan yang baik dan benar.
harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban
itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut (Zainal Arifin dalam
Agus Suriamiharja, Akhlah Husen, dan Nunuy Nurjanah, 1996: 5). Jadi, jelas
bahwa dengan mengadakan tes, pengajar akan mengetahui perkembangan anak
didiknya, sekaligus mengetahui nilai yang telah dicapai apakah baik atau buruk.
Kemampuan menulis dapat diukur melalui kemampuan mengungkapkan
isi (materi atau gagasan yang dikemukakan), kemampuan menyusun organisasi
tulisan, kemampuan menggunakan gaya penulisan (pilihan struktur dan kosakata),
dan kemampuan menerapkan mekanisme tulisan ejaan. Di samping itu
pengukuran terhadap kemampuan menulis dapat diperkuat melalui penilaian
terhadap kelengkapan cerita dan urutan pikiran (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 307-
308). Penilaian terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan
selintas. Maksud dari hal tersebut adalah penilaian secara menyeluruh berdasarkan
kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas. Penilaian tersebut
memang diperlukan, tetapi alangkah baik apabila guru melakukan penilaian secara
analitis karena dengan penilaian itu, guru mampu menilai secara rinci dan
objektif. Penilaian analitis membagi karangan secara rinci berdasarkan
aspek-aspek tertentu. Perincian ke dalam aspek-aspek tersebut dapat berbeda
antara karangan satu dengan lainnya tergantung jenis karangan yang dinilai.
Penilaian karangan siswa yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran
menurut Hartfield dalam Burhan Nurgiyantoro (2010: 307) yakni dengan model
skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model
penilaian ini lebih teliti dan rinci dalam memberikan skor yang dapat
dipertanggungjawabkan. Model penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1 : Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
Aspek yang
Skor Kriteria
dinilai
20 – 25 SANGAT BAIK – SEMPURNA: tema/ide cerita kreatif/segar* pengembangan
tema kreatif* pengembangan ide tuntas* isi wacana dialog dikembangkan dengan
I baik* substansif.
15 – 19 CUKUP – BAIK: tema/ide cerita cukup kreatif/segar* pengembangan tema
S cukup* pengembangan ide terbatas* isi wacana dialog dikembangkan tetapi tidak
commit
lengkap* substansi kurang.to user
I 10 – 14 SEDANG – CUKUP: tema/ide cerita terbatas* informasi terbatas*
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
K
O 23 – 30 SANGAT BAIK – SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata sangat baik* pilihan
S kata dan ungkapan tepat* menguasai pembentukan kata.
A 16 – 22 CUKUP – BAIK: pemanfaatan potensi kata cukup baik* pilihan kata dan
ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.
K 10 – 15 SEDANG – CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas* pilihan kata dan
A ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.
T SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata sangat terbatas* sering terjadi
A 1–9 kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna* tidak menguasai
pembentukan kata* pengetahuan tentang kosa kata rendah* tak layak nilai.
P
E
N 18 – 20 SANGAT BAIK – SEMPURNA: konstruksi kalimat lengkap dan efektif* hanya
G terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.
G
U 14 – 17 CUKUP – BAIK: konstruksi kalimat sederhana tetapi efektif* kesalahan kecil
N pada konstruksi kalimat* terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.
A
A 10 – 13 SEDANG – CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam rangkaian kalimat* makna
N membingungkan atau kabur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
Keaktifan
Keaktifan Perhatian Skor Nilai Ket.
No. Nama siswa Kerja- Mengerjakan
siswa siswa
bertanya / sama/ tugas
selama kepada
merespon diskusi (karangan)
apersepsi materi
pertanyaan
1
2
3
4
5
1. Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = amat baik
2. Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ...
Skor maksimal (25)
3. Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
10 – 29 = sangat kurang
30 – 49 = kurang
50 – 69 = cukup
70 – 89 = baik
90 – 100 = sangat baik
4. Kolom perilaku diisi dengan kriteria sebagai berikut.
a. Keaktifan siswa selama apersepsi
5 = jika siswa sangat merespon dengan antusias setiap stimulus
yang diberikan guru selama apersepsi
4 = jika siswa cukup merespon dengan antusias setiap stimulus
yang diberikan guru selama apersepsi
3 = jika siswa merespon tapi tidak antusias kepada setiap stimulus
yang diberikan guru selama apersepsi
2 = jika siswa sesekali merespon setiap stimulus yang diberikan
guru selama apersepsi
1 = jika siswa sama sekali tidak merespon setiap stimulus yang
diberikan guru selama apersepsi
b. Perhatian siswa kepada materi
commit
5 = jika siswa tampak to user
antusias dan berkonsentrasi penuh terhadap
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
2. Konsep Pembelajaran
Istilah pembelajaran banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi
kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain
itu istilah pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat
berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar,
radio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya
perubahan peranan guru dalam mengelola proses pembelajaran, dari guru
sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran (Sanjaya, 2005: 78). Hal ini juga dikemukakan oleh Gagne &
Briggs (1979: 3), yang menyatakan bahwa "Intructions is aset of even that effect
learner in such a way that learning is facillited".
Selanjutnya Gagne & Briggs menjelaskan bahwa mengajar atau
teaching merupakan bagian dari pembelajaran (intructions), di mana peran
guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengelola berbagai
sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan
siwa mempelajari sesuatu. Lebih lengkap Gagne & Briggs (1979: 3) menyatakan:
"Why do we speak of "instructions" rather than "teaching" ? It is
because we wish to describe all of the events which may have a
direct effect on the learning of human being, not just those set in motion
by on individual who is teacher. Instruction may include events
that are generated by a pade print, by a picture, by a television
program, or by a combination of phsical objects, among other things. Of
course, a teacher may play an essential role in the arrangement of any
these event".
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
teman sekelas, orang tua, nenek, kakek, paman, atau yang lain. Para siswa
juga harus mempertimbangkan bentuk tulisan yang akan mereka buat.
Apakah cerita, surat, puisi, laporan atau jurnal. Dalam satu kegiatan menulis
hendaknya ditentukan satu bentuk tulisan saja.
Para siswa melakukan berbagai kegiatan untuk berusaha
memperoleh dan menyusun ide-ide untuk menulis. Ada beberapa macam
bentuk kegiatan yang dapat dilakukan, seperti (1) menggambar (2)
pengelompokan, (3) berdiskusi, (4) membaca, (5) bermain peran, atau (6)
menulis cepat.
D. Kerangka Berpikir
Hasil survei awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa terdapat
beberapa kelemahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis siswa,
yaitu, (1) siswa kurang termotivasi terhadap pembelajaran menulis karena
karangannya tidak dipublikasikan, menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti
pembelajaran, (2) siswa kurang mampu mengembangkan tema, (3) siswa kurang
menguasai penggunaan ejaan yang benar, (4) siswa tidak memiliki kesempatan
untuk melakukan kegiatan persiapan menulis (prapenulisan), membuat kerangka
dan sebagainya, (5) siswa tidak memiliki kesempatan melakukan revisi dan
pengeditan pada karangannya, (6) karangan hanya dibuat untuk mendapatkan
nilai, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk berbagi karangan.
Prosedur pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya dilakukan dengan, (1)
menentukan judul, (2) menulis karangan, (3) mengumpulkan dalam waktu yang
singkat, (4) guru mengoreksi dan memberi nilai, dan (5) mengembalikan karangan
pada siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memperoleh hasil karangan yang
tidak optimal karena kreatifitas siswa dibatasi oleh waktu, yang menyebabkan
siswa menjadi kurang aktif dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
menulis.
Pendekatan proses lima fase digunakan peneliti untuk mengatasi
permasalahan di atas, karena menggunakan tahapan-tahapan (fase) yang
diharapkan (1) siswa dapat aktif dan kreatif karena terlibat langsung dalam
melakukan pembenaran karangan, (2) siswa terlatih untuk lebih teliti dalam
menggunakan ejaan dan tanda baca, (3) siswa lebih kreatif karena berusaha
membuat karangan sebaik mungkin, dan (4) siswa termotivasi membuat karangan
yang baik karena ada tahap publikasi. Prosedur yang digunakan dalam pendekatan
proses antara lain, (1) tahap prapenulisan yang memungkinkan siswa melakukan
persiapan sebelum menulis, (2) tahap penulisan, (3) tahap revisi yang
memungkinkan siswa meninjau ulang karangannya dari segi isi dan melakukan
perubahan jika perlu, (4) tahap pengeditan yang memungkinkan siswa untuk aktif
dan teliti mininjau kebenaran ejaan, tanda baca, dan kosakata pada karangannya,
commit to user
dan (5) tahap publikasi yang memungkinkan siswa untuk membagi karangannya
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
dengan teman sekelas, adik kelas, dan civitas akademik yang lain.
Berdasarkan rincian di atas, penerapan pendekatan proses lima fase
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas enam
SD Negeri Bulukantil. Untuk lebih jelasnya, uraian di atas dapat digambarkan
dengan kerangka berpikir sebagai berikut :
· Guru tidak mengunakan metode yang tepat · Siswa kurang termotivasi terhadap pembelajaran
· Prosedur pembelajaran dilakukan dengan: menulis karena karangannya tidak dipublikasikan,
1. Guru memberikan tema tanpa memberikan menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti
gambaran keseluruhan karangan yang pembelajaran
menyebabkan siswa kurang mampu · Siswa kurang mampu mengembangkan tema,
mengembangkan tema, · Siswa kurang menguasai penggunaan ejaan yang
2. Menulis karangan, benar,
3. Mengumpulkan dalam waktu yang singkat, · Siswa tidak memiliki kesempatan untuk
4. Guru mengoreksi dan memberi nilai tanpa melakukan kegiatan persiapan menulis
memberikan masukan pada kesalahan (prapenulisan), membuat kerangka dan
siswa, sehingga siswa tidak tau letak sebagainya,
kesalahannya dan tidak bisa melakukan · Siswa tidak memiliki kesempatan melakukan
perbaikan karangan, revisi dan pengeditan pada karangannya.
5. Mengembalikan karangan pada siswa.
1. Pramenulis
2. Penulisan
3. Revisi
4. Penyuntingan
5. Publikasi
1. Siswa termotivasi membuat karangan yang baik karena ada tahap publikasi
2. Siswa aktif karena terlibat langsung dalam melakukan perbaikan karangan (keaktifan
ditunjukkan dengan 75% siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran)
3. Hasil karangan menunjukkan peningkatan, yang ditunjukkan dengan berkurangnya kesalahan
pada karangan siswa (75 % siswa mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 63)
4. Siswa terlatih untuk lebih teliti dalam menggunakan ejaan dan tanda baca
5. Siswa lebih kreatif karena berusaha membuat karangan sebaik mungkin
commit
Gambar 2.1 to user Berpikir
: Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan proses lima fase dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis dan kualitas karangan (hasil
menulis) pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
2 1. Menentukan informan x x
2. Menyusun instrumen x x
3. Mengadakan simulasi x x
3 Pelaksanaan Pembelajaran
1. Siklus I x x
a.Perencanaan x x
(RPP/skenario/media) x x
b.Pelaksanaan tindakan x x
c. Observasi dan x x
interpretasi x x
d.Analisis dan refleksi x x
2. Siklus II x x
a.Perencanaan x x
(RPP/skenario/media) x x
b.Pelaksanaan tindakan x x
c. Observasi dan x x
interpretasi x x
d.Analisis dan refleksi
4 Penyusunan Laporan x x x x x x x x x x x x x x x x x x
2. Teknik Nontes
Menurut Nurgiyantoro (2010: 90) teknik nontes merupakan alat
penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
peserta didik tanpa melalui tes dengan alat tes. Teknik nontes yang dapat
dipergunakan untuk memeroleh informasi hasil belajar atau informasi tentang
peserta didik antara lain, teknik kuesioner, pengamatan (observasi),
wawancara, daftar cocok, portofolio, penugasan, dan lain-lain. Teknik nontes
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Teknik Observasi
Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan
informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana.
Penilaian yang dilakukan dengan teknik pengamatan adalah dengan cara
melakukan pengamatan pengamatan terhadap objek secara langsung,
cermat, dan sistematis dengan mendasarkan pada rambu-rambu tertentu
(Nurgiyantoro, 2010: 93).
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung atau bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Observasi dilakukan terhadap perilaku siswa, baik yang positif maupun
negatif. Pada kegiatan observasi ini, peneliti dibantu oleh guru Bahasa dan
Sastra Indonesia dengan menggunakan lembar pedoman observasi
(terlampir). Melalui observasi dihasilkan data observasi berupa keterangan
kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
b. Teknik Wawancara
Menurut Nurgiyantoro (2010: 96) wawancara merupakan suatu
cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden
(peserta didik) dengan melakukan tanya jawab sepihak. Wawancara
dilakukan terhadap siswa yang mempunyai nilai tinggi, sedang dan rendah.
commitenam
Wawancara dilakukan terhadap to user
orang siswa. Pada siklus I ada tiga
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
siswa yang diwawancarai, yaitu satu siswa dengan nilai tinggi, satu siswa
dengan nilai sedang, dan satu siswa dengan nilai rendah. Pada siklus II
juga dilakukan wawancara terhadap tiga siswa, satu siswa dengan nilai
tinggi, satu siswa dengan nilai sedang, dan satu siswa dengan nilai rendah.
Wawancara dilakukan oleh peneliti setelah pembelajaran menulis
karangan berakhir dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi
daftar pertanyaan (terlampir). Responden bebas menjawab pertanyaan
yang diajukan peneliti tanpa terikat oleh satu jawaban. Wawancara
dilakukan oleh peneliti di luar jam pelajaran dengan menggunakan alat
perekam. Pada kegiatan wawancara ini, peneliti masih dibantu oleh
rekannya. Melalui wawancara dapat diketahui respon siswa terhadap
pembelajaran dan kesulitan-kesulitan dalam menulis karangan.
c. Teknik Dokumentasi
Pengambilan data melalui dokumentasi foto ini dilakukan pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta mengambil
gambar, sehingga siswa tetap fokus dan tidak terjadi perubahan perilaku
siswa pada saat pengambilan gambar. Adapun gambar yang diambil adalah
saat guru memberikan apersepsi, menyampaikan materi menulis karangan,
dan pada saat siswa membuat karangan. Dokumentasi ini akan
memperkuat analisis hasil penelitian pada setiap siklus. Selain itu, melalui
dokumentasi foto dapat memperjelas data yang lain yang hanya
dideskripsikan melalui observasi dan wawancara. Hasil dokumentasi ini,
kemudian dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang ada dan dipadukan
dengan data yang lainnya.
E. Sumber Data
1. Tempat dan Peristiwa
Data yang dikumpulkan yaitu data hasil pengamatan tentang
commit keterampilan
bagaimana proses pembelajaran to user menulis karangan yang
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
melakukan reduksi dan display data sekaligus sesuai kemunculan data yang
diperlukan. Proses analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ( dalam Sutopo,
2002: 96)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan Penelitian
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. melakukan survei awal tentang pembelajaran menulis di kelas VI SD Negeri
Bulukantil dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses
pembelajaran menulis yang dilakukan guru;
b. mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran menulis
karangan yang terdapat di kelas VI SD Negeri Bulukantil. Langkah yang
commit to user
ditempuh guna mengetahui permasalahan tersebut adalah dengan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan harus sesuai dengan perencanaan.
Pada tahap ini guru melakukan tindakan dalam proses pembelajaran.
Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas pendahuluan, inti,
dan penutup.
1. Pendahuluan
Tahap pendahuluan merupakan tahap untuk mempersiapkan
mental siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti proses belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
4. Analisis Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis
terhadap hasil tes, hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara yang
telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui: (a) kelebihan
dan kekurangan pendekatan proses lima fase yang digunakan yang
digunakan oleh peneliti dalam proses pembelajaran siklus I; (b) kelebihan
dan kekurangan materi menulis karangan; (c) tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran; (d) tindakan-tindakan
yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran. Refleksi pada siklus I
dilakukan untuk mengubahcommit
strategitopembelajaran
user pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
2. Inti
Guru menjelaskan kembali materi menulis karangan dengan
pendekatan proses lima fase beserta langkah-langkahnya,
menerangkan hakikat menulis, dan menyiapkan kembali materi
menulis yang berbeda. Dalam siklus II, kompetensi dasar yang dipakai
adalah membuat naskah pidato perpisahan. Sebelum memulai
pembelajaran, guru memberikan contoh naskah pidato untuk
memancing antusias siswa mengikuti pembelajaran. Kemudian
pembelajaran dilanjutkan dengan langkah-langkah sebagai berikut, (1)
guru menginstruksikan siswa untuk membaca pidato yang ditunjukkan
guru; (2) guru memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar
commit to
pidato; (3) guru memberikan user membuat naskah pidato, struktur
materi
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
3. Penutup
Pada tahap ini peneliti bersama siswa mengadakan refleksi
terhadap pembelajaran yang berlangsung dan membuat simpulan
terhadap pembelajaran keterampilan menulis karangan.
Pengamatan/
Refleksi I Pengumpulan
SIKLUS I Data I
Pengamatan/
SIKLUS II Refleksi II Pengumpulan
Data II
Dilanjutkan ke
Apabila permasalahan
siklus
belum terselesaikan berikutnya
Keterangan:
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti
kemudian mengajukan alternatif pemecahan masalah, yakni dengan penerapan
pendekatan proses lima fase. Pada tahap ini peneliti menyajikan data-data
yang telah dikumpulkan kemudian bersama guru menentukan solusi yang
tepat berdasarkan masalah yang dihadapi. Tahap perencanaan tindakan
meliputi langkah-langkah:
a) Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
b) Merancang skenario pembelajaran;
c) Mendiskusikan macam-macam aspek bahasa yang akan disunting dan
simbol yang digunakan untuk menandai letak kesalahan dalam karangan
yang ditulis siswa;
d) Merancang kerangka karangan dan pengembangannya yang akan ditulis
guru pada papan tulis sebagai contoh;
e) Menyusun instrumen penelitian berupa tes dan nontes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran menulis
karangan dengan menerapkan pendekatan prses lima fase. Dalam setiap
tindakan yang dilakukan selalu diikuti dengan kegiatan pengamatan dan
evaluasi serta refleksi. Pada tahapan ini, peneliti mengadakan pengamatan
apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada.
Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya
diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Observasi
Dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas
siswa yang terjadi ketika proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
proses lima fase. Dalam kegiatan ini, peneliti bertindak sebagai pengamat
yang berada dalam lokasi penelitian dan tidak berperan aktif. Peneliti hanya
mengamati dan mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa
dalam pembelajaran menulis commit to user itu peneliti mengolah data untuk
narasi. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
49
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
Kegitan Inti
Eksplorasi
a. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan untuk membacakan
karangannya
b. Guru bersama siswa menunjukkan beberapa kesalahan yang terjadi
pada karangan yang telah dibacakan (kesalahan berupa struktur)
c. Guru menunjukkan cara merevisi karangan dari segi struktur
(organisasi isi, pemilihan kata, dan penyusunan kalimat)
Elaborasi
a. Siswa merevisi karangannya, guru membantu siswa. Guru
memberi contoh cara merevisi karangan
b. Guru memberikan masukan kepada siswa yang bertanya
c. Setelah merevisi, guru mengingatkan siswa untuk memeriksa ejaan
dan tanda baca (tahap penyuntingan). Berfungsi untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan berupa tata cara penulisan
(judul, garis pinggir dan garis bantu) pemakaian huruf besar, kata
depan, awalan dan akhiran, dan pemakaian tanda baca.
Konfirmasi
a. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan terhadap beberapa hasil kerja siswa
b. Setelah siswa menyelesaikan karyanya dengan baik, guru
menginstruksikan untuk menghias karangannya karena akan
dipublikasikan. Siswa boleh menulis ulang.
Kegiatan Penutup
a. Siswa menyimak umpan balik yang disampaikan guru terhadap
proses dan hasil pembelajaran
b. Siswa menyimak rencana pembelajaran yang akan dilakukan guru
pada pertemuan berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan yang berupa penerapan pendekatan
proses lima fase pada pembelajaran menulis karangan dilaksanakan dalam
dua pertemuan. Sebagaimana telah direncanakan sebelumnya, pelaksanaan
tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 24 Oktober 2011 dan
Kamis, 27 Oktober 2011 di ruang kelas VI SD Negeri Bulukantil. Masing-
masing pertemuan berlangsung selama dua jam pelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan siklus I ini, guru bertindak sebagai
penyampai materi dalam pembelajaran menulis karangan, sedangkan
peneliti bertindak sebagai kolaborator dengan melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran. Ketika mengobservasi, peneliti berperan
sebagai partisipan pasif dengan duduk di kursi paling belakang dan
sesekali mengambil gambar pembelajaran sebagai dokumentasi.
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Senin, 24 Oktober 2011 selama dua jam pelajaran yaitu pukul
09.30 –10.40 WIB (jam ke-5 dan 6). Adapun urutan pelaksanaan tindakan
siklus I pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut :
1. Guru membuka pelajaran Bahasa Indonesia dengan mengucapkan
salam. Guru menjelaskan bahwa pertemuan kali ini siswa akan belajar
mengenai menulis karangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
oleh guru dan peneliti dengan cara menjumlahkan nilai dari guru dan
peneliti kemudian membagi dua nilai tersebut (uraian nilai lengkap
terlampir). Siswa yang mampu menulis karangan parafrase dengan baik
adalah siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 dan dikategorikan “tuntas”.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diperoleh 29 siswa atau sekitar 67%
sudah mampu menulis karangan parafrase dengan baik atau mencapai
nilai 63 ke atas. Sedangkan 14 siswa atau sebesar 33% siswa masih
perlu perbaikan. Adapun perolehan skor yang diperoleh siswa pada
setiap aspek dapat diuraikan sebagai berikut:
siswa tuntas. Sikap antusias siswa sudah mulai terlihat sejak awal kegiatan
pembelajaran karena media yang digunakan adalah poster puisi sehingga
menarik perhatian siswa. Selain itu puisi yang digunakan terdapat kalimat
“ting ting tang tang” yang membuat siswa tertarik, pada saat itu memang
artis bernama Ayu Ting Ting sedang naik daun sehingga media yang
digunakan guru lebih mudah menarik perhatian siswa. Hal ini sangat
memudahkan guru dalam menjelaskan dan berinteraksi dengan siswa.
Dengan demikian, pelaksanaan tindakan siklus I telah
menunjukkan adanya peningkatan proses dan hasil pembelajaran menulis
karangan meskipun belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti bersama
guru melakukan refleksi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ditemukan ketika proses pembelajaran. Hasil analisis dan refleksi peneliti
bersama guru adalah sebagai berikut.
1. Siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan
dengan pendekatan proses lima fase sebanyak 25 siswa atau 58 %,
sedangkan 15 siswa lainnya atau 41 % hanya sesekali berpartisipasi, 3
siswa atau 1 % siswa tidak aktif. Pada pelaksanaan tindakan siklus I
beberapa siswa harus ditunjuk agar mau berpartisipasi, namun secara
keseluruhan siswa sudah bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Guru sebaiknya menindak tegas siswa yang tidak memperhatikan,
tindakan tersebut bisa berupa menyita benda yang digunakan siswa
untuk bermain-main, bukan sekedar teguran.
2. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diperoleh 29 siswa atau sekitar
67% sudah mampu menulis karangan parafrase dengan baik atau
mencapai nilai 63 ke atas. Sedangkan 14 siswa atau sebesar 33%
siswa masih perlu perbaikan. Hal ini disebabkan masih ada beberapa
siswa yang kurang fokus ketika merevisi dan menyunting
karangannya. Untuk siklus berikutnya guru akan mengatasi masalah
tersebut dengant lebih aktif mengontrol siswa agar selalu fokus ketika
mengikuti pembelajaran dan melakukan revisi dan penyuntingan
karangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tidakan siklus II dilaksanakan pada hari
Sabtu, 29 Oktober 2011 di ruang guru SD Negeri Bulukantil. Pada
kesempatan ini, peneliti menyampaikan analisis hasil observasi yang
dilaksanakan pada siklus I. Peneliti menyampaikan kelebihan dan
kekurangan selama pembelajaran menulis karangan dengan kompetensi
dasar mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan
makna puisi. Selain itu peneliti juga memberikan daftar nilai hasil
pekerjaan siswa kepada guru.
Untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I, guru
dan peneliti menyepakati beberapa hal, antara lain:
1. Guru memberikan perhatian pada siswa secara menyeluruh. Dalam
siklus ini guru diharapkan memberikan perhatian tidak hanya pada
siswa yang duduk di deretan depan saja, namun juga di deretan
belakang dan pojok. Lebih baik lagi jika guru berkenan sesekali
berkeliling untuk mengontrol secara langsung aktivitas siswa.
2. Guru lebih tegas dalam menyikapi siswa yang kurang memperhatikan,
jika ada siswa yang terlihat kurang memperhatikan agar segera
ditindaklanjuti dengan tindakan tegas dan bukan sekedar teguran demi
efisiensi dan ketercapaian tujuan pembelajaran.
3. Guru lebih sering memberikan umpan balik dan penguatan positif serta
applause untuk menjaga motivasi siswa agar tetap antusias selama
pembelajaran menulis karangan.
Selain mendiskusikan perbaikan, peneliti bersama guru juga
commitbeserta
mendiskusikan rancana tindakan to userskenario pembelajaran yang akan
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
dilaksanakan pada siklus II. Rancangan kegiatan dalam siklus II ini tidak
jauh berbeda dengan siklus I, media yang digunakan pun sama yaitu poster
berisikan pidato yang ditempelkan di depan kelas. Berdasarkan pertemuan
ini, disepakati bahwa siklus II akan dilaksanakan selama dua pertemuan
(2 x 2 x 35 menit) yakni pada hari Senin, 31 Oktober 2011 dan Kamis 3
November 2011.
Tahap perencanaan tindakan siklus II meliputi kegiatan berikut.
1. Peneliti bersama guru merancang skenario dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) menulis karangan dengan penerapan pendekatan
proses lima fase. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang
direncanakan pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut :
Kegiatan Awal
Apersepsi :
1. Guru mengkondisikan kelas agar siap mengikuti pelajaran
2. Guru melempar beberapa pertanyaan untuk melakukan review cara
membuat karangan yang baik
3. Guru memberikan contoh pidato
4. Guru meminta salah satu siswa membacakan pidato contoh dari
guru
Kegitan Inti
Eksplorasi
a. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab mengenai hakikat
dan struktur pidato
b. Guru memberi contoh membuat kerangka dengan memberikan
arahan berupa poin-poin struktur pidato
c. Siswa diminta membuat kerangka naskah pidato di kertas yang
telah disediakan
Elaborasi
a. Guru memeriksa kerangka karangan yang telah dibuat oleh siswa
b. Guru memberi contoh mengembangkan kerangka menjadi sebuah
commit
paragraf dengan ejaan yangtobenar
user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
Elaborasi
g. Siswa merevisi karangannya, guru membantu siswa
h. Guru memberikan masukan kepada siswa yang bertanya
i. Setelah merevisi, guru mengingatkan siswa untuk memeriksa ejaan
dan tanda baca (tahap penyuntingan). Berfungsi untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan berupa tata cara penulisan
(judul, garis pinggir dan garis bantu) pemakaian huruf besar, kata
depan, awalan dan akhiran, dan pemakaian tanda baca.
Konfirmasi
j. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan terhadap beberapa hasil kerja siswa
k. Setelah siswa menyelesaikan karyanya dengan baik, guru
menginstruksikan untuk menghias karangannya karena akan
dipublikasikan. Siswa boleh menulis ulang.
Kegiatan Penutup
l. Siswa menyimak umpan balik yang disampaikan guru terhadap
proses dan hasil pembelajaran
m. Siswa menyimak rencana pembelajaran yang akan dilakukan guru
pada pertemuan berikutnya.
2. Peneliti bersama guru menyiapkan media pembelajaran berupa poster
ukuran A1 berisikan contoh naskah pidato dan kertas untuk lembar kerja
siswa.
3. Peneliti Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian berupa tes
dan non tes. Instrumen berupa tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa
membuat naskah pidato perpisahan. Sedangkan instrumen nontes dinilai
berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan peneliti dengan
mengamati keaktifan dan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran
menulis karangan berlangsung.
b. Pelaksanan Tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
2. Penilaian naskah pidato mencakup lima aspek, yaitu isi, organisasi isi,
kosakata, penggunaan bahasa, dan mekanik. Penilaian karangan siswa
dilakukan oleh guru dan peneliti dengan cara menjumlahkan nilai dari
guru dan peneliti kemudian membagi dua nilai tersebut (uraian nilai
lengkap terlampir). Siswa yang mampu menulis naskah pidato dengan
baik adalah siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 dan dikategorikan
“tuntas”. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diperoleh 35 siswa atau
sekitar 81% sudah mampu menulis naskah pidato perpisahan dengan
baik atau mencapai nilai 63 ke atas. Sedangkan 8 siswa atau sebesar
19% siswa masih perlu perbaikan. Adapun perolehan skor yang
diperoleh siswa pada setiap aspek dapat diuraikan sebagai berikut:
Sedangkan 8 siswa atau sebesar 19% siswa masih perlu perbaikan. Namun
mengingat hasil yang dicapai sudah sesuai target yaitu lebih dari 75% siswa
mampu menulis karangan dengan baik dan sesuai dengan indikator yang
dirumuskan, maka peneliti dan guru memutuskan untuk mengakhiri penelitian.
Peningkatan kemampuan menulis karangan dengan pendekatan proses
lima fase pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil dapat dikatakan berhasil.
Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari persentase untuk tiap indikator yang
ditetapkan. Persentase tersebut dihitung dengan rumus :
27% pada pratindakan meningkat menjadi 71% pada siklus I. Peningkatan pada
siklus II sebesar 79%.
4. Kerjasama/diskusi
Keaktifan siswa dalam bekerjasama atau berdiskusi dapat diamati saat siswa
mengerjakan tugas, apakah siswa saling bertukar pendapat atau tidak. Selain
pada saat mengerjakan tugas, diskusi siswa juga terlihat ketika seorang siswa
membacakan karangannya di depan kelas dan siswa yang lain menanggapi dan
memberikan masukan. Pada indikator ini peningkatan yang terjadi adalah 68%
pada siklus I dan 70% pada siklus II, dari angka awal pada pratindakan hanya
sebesar 15%.
5. Kesungguhan mengerjakan tugas (karangan)
Kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas dapat diamati pada saat siswa
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mulai dari tahap penyusunan
kerangka, penulisan karangan, revisi, penyuntingan, dan publikasi.
Kesungguhan siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yaitu 83%
pada siklus I dan 91% pada siklus II, dari angka awal sebesar 55% pada
pratindakan.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, secara keseluruhan telah
terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan
dengan pendekatan proses lima fase pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil.
Adapun hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dibuat rekapitulasi
sebagai berikut.
Persentase
No. Indikator commit to user
Pratindakan Siklus Siklus
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id
I II
1 Keaktifan siswa selama apersepsi 35% 67% 81%
2 Perhatian siswa kepada materi 40% 58% 88%
3 Keaktifan siswa bertanya / merespon pertanyaan 27% 71% 79%
4 Kerjasama/ diskusi 15% 68% 70%
5 Kesungguhan mengerjakan tugas (karangan) 55% 83% 91%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran,
meliputi: (1) keaktifan siswa selama apersepsi. Siswa yang aktif memberikan
respon selama apersepsi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Pada
saat pratindakan, keaktifan siswa selama apersepsi menunjukkan 35% siswa
aktif, pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 67%. Peningkatan tersebut
terus meningkat menjadi 81% pada siklus II; (2) perhatian siswa kepada materi.
Perhatian siswa kepada materi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus,
yaitu dari 40% pada pratindakan menjadi 58% pada siklus I dan semakin
meningkat pada siklus II yaitu sebesar 88% siswa yang memperhatikan materi;
(3) keaktifan siswa bertanya/merespon pertanyaan. Keaktifan siswa dalam
bertanya ataupun merespon pertanyaan mengalami peningkatan, yaitu 27%
pada pratindakan meningkat menjadi 71% pada siklus I, dan semakin
meningkat pada siklus II yaitu sebesar 79%; (4) Kerjasama/diskusi. Keaktifan
siswa bekerjasama dan berdiskusi menunjukkan peningkatan, peningkatan
yang terjadi adalah 68% pada siklus I dan 70% pada siklus II, dari angka awal
pada pratindakan hanya sebesar 15%; (5) kesungguhan mengerjakan tugas
(karangan). Kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus, yaitu 83% pada siklus I dan 91% pada siklus
II, dari angka awal sebesar 55% pada kegiatan pratindakan.
2. Penerapan Pendekatan Proses Lima Fase juga dapat meningkatkan hasil
menulis karangan. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang sudah mampu
menulis karangan dengan baik atau mencapai nilai 63 ke atas mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus, yakni 67% pada siklus I dan 81% pada siklus
commit
II, dari angka awal hanya sebesar to user
53,5% siswa yang mampu menulis karangan
84
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
dengan baik dan dinyatakan tuntas. Selain itu, nilai rata-rata menulis karangan
siswa juga mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yakni 70,93 pada
siklus I, dan 75, 37 pada siklus II, dari angka awal sebesar 65,07 pada saat
pratindakan.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khasanah ilmu
pengetahuan tentang perlunya penerapan pendekatan dalam suatu pembelajaran.
Pendekatan memang bukan satu-satunya hal yang berperan dalam keberhasilan
pembelajaran karena masih ada beberapa faktor yang berpengaruh pada
keberhasilan pembelajaran, seperti ketepatan metode pembelajaran, ketepatan
media pembelajaran, sumber belajar, serta keaktifan guru dan siswa. Faktor dari
guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyampaikan
materi, keterampilan guru dalam mengelola kelas, penggunaan metode dalam
proses pembelajaran, dan penerapan teknik sebagai sarana dalam menyampaikan
materi. Faktor dari siswa meliputi minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan secara maksimal agar semua faktor dapat dimiliki oleh guru dan siswa
dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki
kemampuan yang baik dalam mengelola kelas serta didukung penerapan teknik
yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang menunjang, maka guru akan
mampu menyampaikan materi dengan baik. Materi itu pun akan dapat diterima
baik oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi agar
selalu aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan lancar, kondusif, efektif, dan efisien. Hasil penelitian ini
telah menunjukkan bahwa penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan pada
siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan Pendekatan Proses
Lima Fase dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
karangan pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil. Adapun peningkatan
kemampuan menulis karangan dapat dilihat dari hasil pembelajaran yang
mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Penerapan Pendekatan Proses Lima
Fase meliputi lima tahapan (fase) yang terdiri atas fase prapenulisan (prewriting),
fase penulisan (drafting), fase revisi (revising), fase penyuntingan/pengeditan
(editing), dan fase publikasi (publishing). Dari penerapan kelima fase tersebut,
siswa diajak untuk terlibat langsung dalam pembuatan dan perbaikan kesalahan
yang dibuatnya, selain itu penanaman pemahaman tentang perbendaharaan
kosakata, ejaan, dan tanda baca bisa langsung ditanamkan pada siswa karena
siswa sebagai pelaku utama yang bertanggung jawab pada kualitas karangannya.
Selain itu fase publikasi memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi
siswa dalam membuat karangan sebaik-baiknya karena karangan yang dibuat oleh
siswa tidak hanya dibaca oleh dirinya sendiri dan guru, melainkan civitas
akademik yang lain.
Oleh karena itu, Pendekatan Proses Lima Fase ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif untuk menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran menulis, serta meningkatkan kemampuan menulis karangan
siswa.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya mengikuti pembelajaran menulis karangan dengan
Pendekatan Proses Lima Fase dengan aktif karena penerapan Pendekatan
Proses Lima Fase dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
commit to user