Anda di halaman 1dari 102

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN


DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN PROSES LIMA FASE
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI BULUKANTIL
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh :
ARDHYANTO RESTU WIDODO
K 1208003

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2012to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN


DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN PROSES LIMA FASE
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI BULUKANTIL
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh :
ARDHYANTO RESTU WIDODO
K 1208003

SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Persetujuan pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Slamet Mulyono, M.Pd Sri Hasuti, S.S, M.Pd


NIP 19620728 199003 1 002 NIP 19690628 200312 2 001

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Kamis


Tanggal : 22 Maret 2012

Tim Penguji Skripsi :


Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Drs. Swandono, M.Hum. ____________
Sekretaris : Atikah Anindyarini, S.S., M.Hum. ____________
Anggota I : Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. ____________
Anggota II : Sri Hastuti, S.S., M.Pd. ____________

Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.


NIP 19600727 198702 1 001

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Ardhyanto Restu Widodo. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS


KARANGAN DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN PROSES LIMA
FASE PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI BULUKANTIL TAHUN
PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Maret. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengidentifikasi prosedur
penerapan pendekatan proses lima fase dalam meningkatkan kemampuan menulis
karangan siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil; (2) untuk mengidentifikasi
peningkatan kemampuan siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil dalam menulis
karangan dengan menggunakan penerapan pendekatan proses lima fase.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil yang berjumlah 43 siswa dan guru
kelas VI SD. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa, informan,
dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes/pemberian tugas
menulis, nontes, pengamatan (observasi), dan wawancara. Pelaksanaan penelitian
dimulai dari survei awal, siklus I, sampai siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat
tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi
tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas bertindak
sebagai fasilitator pembelajaran/aktor dan peran peneliti sebagai pengamat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan dengan
menggunakan pendekatan proses lima fase pada siswa kelas VI SD Negeri
Bulukantil. Peningkatan proses ditunjukkan dengan (1) keaktifan siswa selama
apersepsi. Pada saat pratindakan menunjukkan 35% siswa aktif, 67% pada siklus
I, dan 81% pada siklus II; (2) perhatian siswa kepada materi mengalami
peningkatan yaitu dari 40% pada pratindakan, 58% pada siklus I dan pada siklus
II sebesar 88%; (3) keaktifan siswa bertanya/merespon pertanyaan mengalami
peningkatan, yaitu 27% pada pratindakan, 71% pada siklus I, dan 79% pada siklus
II; (4) Kerjasama/diskusi menunjukkan peningkatan, yaitu pada pratindakan
sebesar 15%, 68% pada siklus I dan 70% pada siklus II; (5) kesungguhan
mengerjakan tugas (karangan) menunjukkan peningkatan dari 55% pada
pratindakan, 83% pada siklus I dan 91% pada siklus II. Penerapan pendekatan
proses lima fase juga dapat meningkatkan hasil menulis karangan. Hal ini ditandai
dengan jumlah siswa yang sudah mampu menulis karangan dengan baik atau
mencapai nilai 63 ke atas mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yakni 67%
pada siklus I dan 81% pada siklus II, dari angka awal hanya sebesar 53,5% siswa
yang mampu menulis karangan dengan baik dan dinyatakan tuntas.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”


(QS. Al Insyirah:6)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat


untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air hujan dari
langit, lalu menghidupkan bumi dengan air sesudah matinya. Sesunguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan
akalnya.”
(QS. Ar Rum: 24)

“Belajar menulis berarti belajar berpikir. Jika anda tidak bisa berpikir, maka anda
tidak mampu menulis.”
(Robert Pinckret)

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:


1. Bapak Joko Sumiyanto dan Ibu Sri Nurani, kedua orang tua yang kucintai,
terimakasih atas doa, dukungan, semangat, dan kepercayaan yang diberikan
kepadaku selama ini.
2. Adikku Bimo Aji Wododo.
3. Alfira Dewi Kinasih, Colin Widi Widawati, Arlina Distia, Erma Susilowati,
Cheney Christ Sabatini, terima kasih telah senantiasa menemani dengan
segenap dorongan semangat, aku bisa karena kalian.
4. PSM Voca Erudita UNS, soulmate-ku Mas Redi Sabtono, Ibu Susy
Susmartini, Mas Albertus Agung Yuwono, Mas Januar Arifin, Mas Adhityo
Faturrochman, Cik Restytia Mathilda, Cik Epita, Mbak Enji, Ipung
Jatikustanto, Gadis Tegar Bernama Karmelita Agni, Amanda, Sigit
Bayudono, Mas Ben, Mbak Atun, Mbak Uwek, Mas Ditabro, Mbak Putek,
Abdillah Rifqi, Mas Christofer Bintang Permana, Gilang Cahya, Kristian
Agung, Widhi Nugrahaningtyas, Anna Febriana, Ardian Dika, Evy, Mbak
Mayang, Mbak Puri, Mbak Isebel, Mbak Yohana, Mbak Candra, Bintang,
Virina, Frans Rikardo, Theresa, Sekar Iwow, Stefani Kirana, Tria Hesti, dan
anakku Kherianda, terima kasih telah memberi warna hari-hariku dan
semangat untuk selalu menjadi mahasiswa luar biasa. Tanpa kalian aku tak
akan pernah menjajaki Malaysia, China, Thailand, dan tentu saja Paris.
5. Rekan-rekan kerja di Radio Immanuel FM dan Radio MH FM Solo.
6. Teman-teman PPL SMA Negeri 1 Surakarta, Suci, Novi, Febri, Datul, Irene,
Dyan, Atin, Navita, Metta, Windy, Noorman, Wahyu, Yulian, Sinta, Anita,
terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.
7. Teman-teman Bastind FKIP UNS, Jatmiko, Helmy, Ellysa, Amiliya, Genk
Kecap, Genk Surya, yang selalu membagi keceriaan di setiap perkuliahan.
8. Teman-teman kost Aisyiyah Bapak Sugiarto, Yudha, Bagus, Ali, Sigit,
Tommy, Nur, yang menemani saat senang maupun sedih.
commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan segala karunia, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena mendapat dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi;
1. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini;
2. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum., Ketua Program Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;
3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dengan begitu sabar, saran, dan semangat pada penulis serta
masukan yang tak ternilai harganya;
4. Sri Hastuti, S.S., M.Pd, selaku pembimbing II yang dengan sabar
membimbing penulis dengan sebaik-baiknya serta memberikan dorongan dan
selalu meluangkan waktu bagi penulis sehingga menjadikan penulis semangat
dalam menyelesaikan skripsi;
5. Drs. Amir Fuady, M.Hum, selaku Penasehat Akademik sekaligus Pembantu
Dekan III yang telah banyak memberikan solusi mengenai persoalan
akademik, beasiswa, dan dukungan moral dalam setiap kompetisi yang penulis
ikuti;
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada
penulis; commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Maryanto, S.Pd, M.M., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Bulukantil yang


telah memberikan izin peneliti terkait dengan penelitian yang dilaksanakan;
8. Sulasmi, S. Pd. selaku guru kelas VI SD Negeri Bulukantil sekaligus sebagai
kolaborator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam melaksanakan
penelitiannya;
9. Dra. Sumarwati, M.Pd yang senantiasa selalu memberikan waktu untuk
membimbing dan membantu dalam pengumpulan materi dan referensi; dan
10. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat
pahala dan imbalan dari Allah SWT, Amien. Penulis berharap semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam
pelajaran Bahasa Indonesia.

Surakarta, Maret 2012

Penulis

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................... ... v
MOTTO...................................................................................................... . vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL....................................................................................... . xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. .. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
D. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... .............................................................. 8
A. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan ......................................... 8
1. Pengertian Menulis ........................................................ 8
2. Tujuan Menulis .................................................................... 9
3. Manfaat Menulis................................................................... 10
4. Motivasi Menulis........................................................ .......... 11
5. Teknik Penilaian Kemampuan Menulis........................... .... 13
6. Teknik Penilaian Proses Pembelajaran................................. 16
B. Hakikat Pembelajaran Menulis Karangan di Sekolah Dasar ........... 19
1. Pembelajaran Menulis pada Kelas VI Sekolah Dasar.......... 19
commit to user
2. Konsep Pembelajaran...................................................... ..... 20

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Konsep Pendekatan Proses dalam Pembelajaran ................. 21


4. Pendekatan Proses Lima Fase dalam Pembelajaran ............. 23
C. Penelitian yang Relevan............................................................. ...... 28
D. Kerangka Berpikir ...... .................................................................... 30
E. Hipotesis Tindakan ..... .................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 33
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 34
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 36
E. Sumber Data .............. .................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 39
G. Indikator Keberhasilan Tindakan .................................................... 40
H. Prosedur Penelitian .................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 49
A. Deskripsi Survai Awal .................................................................... 49
B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................ 53
1. Siklus I ........................................................................ 53
2. Siklus II...................................................... .......................... 66
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 77
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 85
A. Simpulan ....................................................................................... 85
B. Implikasi......................................................................... .............. 86
C. Saran ............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 89
LAMPIRAN ................................................................................................. 92

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval .............. 15
Tabel 2.2 Penilaian Proses Pembelajaran .................................................. . 17
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................... 34
Tabel 3.2 Tabel Indikator Ketercapaian Tujuan .......................................... 41
Tabel 4.1 Daftar Nilai Pratindakan .............................................................. 49
Tabel 4.2 Indikator Sikap pada Pratindakan ................................................ 50
Tabel 4.3 Indikator Sikap pada Siklus I ....................................................... 61
Tabel 4.4 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa pada Siklus I ................... 62
Tabel 4.5 Indikator Sikap pada Siklus II...................................................... 75
Tabel 4.6 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa pada Siklus II .................. 75
Tabel 4.7 Rekapitulasi Indikator Sikap ........................................................ 82
Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Menulis Siswa ................................................ 82

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................……..……... 31
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Milles dan Huberman…………….. 40
Gambar 3.2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas……….………… ……..… 47

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran .............................................……..……... 92
Lampiran 2 Pedoman Penilaian Hasil Menulis Karangan .........……..……... 95
Lampiran 3 Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran ...............……..……... 97
Lampiran 4 Instrumen Penelitian Tindakan...............................……..…....... 100
Lampiran 5 Pedoman Wawancara kepada Guru Bahasa Indonesia…..……... 101
Lampiran 6 Pedoman Wawancara terhadap Siswa .......................…..……... 102
Lampiran 7 Hasil Wawancara kepada Guru Bahasa Indonesia…..……......... 103
Lampiran 8 Hasil Wawancara terhadap Siswa .......................…..…….......... 106
Lampiran 9 Hasil Wawancara terhadap Siswa .......................…..…….......... 108
Lampiran 10 Hasil Wawancara terhadap Siswa .......................…....….......... 110
Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pratindakan .……............ 112
Lampiran 12 Catatan Lapangan Hasil Observasi Pratindakan ..…….......... 116
Lampiran 13 Foto-foto Pembelajaran Pratindakan..................…..…….......... 118
Lampiran 14 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Pratindakan.....…….......... 120
Lampiran 15 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa Pratindakan.…….......... 121
Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...... .……............ 123
Lampiran 17 Materi Pembelajaran Siklus I...... .…........................…............ 130
Lampiran 18 Buku Pegangan Guru pada Siklus I...... .…...............…............ 132
Lampiran 19 Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ....... ..…….......... 138
Lampiran 20 Foto-foto Pembelajaran Siklus I..................…..……................ 142
Lampiran 21 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I...........…….......... 144
Lampiran 22 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa Siklus I ..........……...... 145
Lampiran 23 Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ..........….........................…...... 147
Lampiran 24 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II...... .……............ 151
Lampiran 25 Materi Pembelajaran Siklus II...... .…........................…............ 158
Lampiran 26 Buku Pegangan Guru pada Siklus II...... .…...............…........... 161
Lampiran 27 Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II ........…….......... 171
commit
Lampiran 28 Foto-foto Pembelajaran to user
Siklus II..................…..…….............. 175

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 29 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II...........…….......... 178


Lampiran 30 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa Siklus II ..........……...... 179
Lampiran 31 Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ..........….........................…...... 181
Lampiran Perijinan dan Surat Keterangan ....................................................... 187

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan
diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan
dikembangkan serta dapat dituntunkan kepada generasi-generasi mendatang.
Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana
mengupayakan pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia secara terarah.
Maka dari itu melalui proses pengajaran bahasa diharapkan siswa mempunyai
kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar.
Salah satu tujuan dari pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
adalah bertujuan dengan pembinaan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
dalam berbagai peristiwa. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 41), pembinaan
terhadap bahasa Indonesia, meliputi empat aspek kemampuan berbahasa, yakni
(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Pengajaran menulis
sebagai bagian integral dari pengajaran Bahasa Indonesia diberikan dengan tujuan
agar siswa mampu menuangkan gagasannya dalam bahasa tulis dengan lancar dan
tertib. Kehadiran pembelajaran menulis yang terencana dengan baik dirasakan
amat mendesak, karena keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan
bahasa, kehadirannya mutlak diperlukan. Henry Guntur Tarigan (2008: 27)
menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara dapat dilihat dari maju
tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat
penting bagi siswa. Keterampilan ini sangat besar artinya bagi siswa selama ia
mengikuti kegiatan pendidikan di bangku sekolah. Banyak kegiatan yang
berhubungan erat dengan keterampilan menulis yang harus diselesaikan siswa,
yaitu membuat ikhtisar, membuat catatan, menulis notulen, menulis berbagai
macam surat, menulis proposal penelitian, menulis rancangan kegiatan, sampai
pada kemampuan menulis karyacommit
ilmiah.to Akhadiah
user (2002: 2) mengungkapkan

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta


mengungkapkannya secara tersurat.
Keterampilan menulis juga digunakan untuk mencatat, merekam,
meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca.
Maksud dan tujuan dari semua itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para
pembelajar yang mampu menyusun dan merangkai jalan pikiran dan
mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif
(Syarkawi, 2008: 2). Keterampilan ini meliputi keterampilan menyusun pikiran
tentang gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada pembaca dengan
menggunakan kata-kata dalam susunan yang tepat berdasarkan pikiran, organisasi,
pemakaian kata, pemilihan kata, dan struktur kalimat. Di samping itu, diperlukan
juga keterampilan menyusun kalimat yang merupakan prasyarat untuk
membentuk kesatuan isi dalam paragraf. Paragraf yang baik bukan hanya
ditentukan oleh kaidah-kaidah sintaksis, kosa kata, dan penguasaan diksi yang
tepat, melainkan juga bagaimana cara seseorang dalam menuliskan kalimat yang
saling bertalian atau tersusun dengan baik sebagai ungkapan gagasan atau ide
yang mereka ciptakan secara unik yang mewakili daya kreasi dan imajinasi orang
tersebut.
Tujuan yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran menulis adalah agar
siswa mampu mengungkapkan ide atau gagasan, pendapat, dan pengetahuan
secara tertulis serta mempunyai hobi menulis. Melalui keterampilan menulis yang
dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan
bahasa sebagai sarana komunikasi. Akan tetapi, tidak semua orang mampu
melaksanakan tugas menulis dengan baik karena menulis bukan pekerjaan yang
mudah dan membutuhkan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah
pengetahuan dan keterampilan.
Pembelajaran keterampilan menulis pada jenjang sekolah dasar
merupakan langkah awal menuju tingkat lanjut ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
Kemampuan menulis ini diajarkan di SD kelas I sampai dengan kelas VI.
Kemampuan menulis yang diajarkan di kelas I dan kelas II merupakan
commit toyang
kemampuan tahap permulaan, sedangkan userdiajarkan di kelas III, IV, V, dan
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

VI disebut tahap lanjut (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 71). Melalui
latihan menulis secara bertahap, siswa diharapkan mampu membangun
keterampilan menulis lebih meningkat lagi. Akan tetapi, fakta di lapangan
menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah bila dibandingkan
dengan kegiatan berbahasa lainnya.
Rendahnya kemampuan menulis siswa terjadi pada siswa kelas VI SD
Negeri Bulukantil, Ngoresan, Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari data pendukung
yang diperoleh pada saat guru memberikan tugas mengarang pada kompetensi
dasar sebelumnya (menulis karangan percakapan). Rata-rata siswa mendapat nilai
di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan di SD Negeri Bulukantil
yaitu 63, bahkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah nilai 43.
Melihat kondisi demikian, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu
Sulasmi, S.Pd selaku guru kelas VI pada tanggal 12 September 2011. Berdasarkan
wawancara tersebut, peneliti menemukan beberapa hal yang menghambat
pembelajaran menulis karangan yang secara umum disebabkan oleh
ketidaktepatan prosedur pembelajaran yang digunakan oleh guru dan rendahnya
kompetensi siswa dalam membuat karangan. Prosedur yang selama ini dilakukan
guru adalah (1) memberikan tema, (2) meminta siswa membuat karangan dalam
waktu yang sangat singkat yaitu 2 x 40 menit, (3) kemudian siswa mengumpulkan
karangan yang langsung dikoreksi dan dicoret-coret oleh guru pada bagian yang
salah, (4) setelah dikoreksi dan dinilai karangan dikembalikan kepada para siswa.
Selain prosedur pembelajaran yang diterapkan guru, hambatan berasal dari
kompetensi siswa, yaitu rendahnya kemampuan menulis karangan siswa yang
ditunjukkan dengan sering ditemukannya (1) siswa kurang mampu
mengembangkan tema yang ditentukan, sehingga seringkali tema yang ditentukan
tidak sesuai dengan karangan yang dibuat, (2) kurang menguasai ejaan, dan (3)
kurang menguasai struktur kalimat.
Peneliti menemukan penyebab lain yang mengakibatkan rendahnya
kemampuan menulis karangan siswa, yaitu ketika melakukan identifikasi lebih
lanjut berupa wawancara dengan beberapa siswa SD tersebut mengenai
commit toguru
pembelajaran menulis yang diajarkan user selama ini. Berdasarkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

wawancara dapat diketahui bahwa para siswa kurang termotivasi mengikuti


pembelajaran menulis karena pembelajaran yang diberikan guru selama ini
kebanyakan masih terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan berjalan
secara monoton tanpa ada variasi metode atau teknik pembelajaran yang
diberikan. Menurut beberapa siswa, metode atau teknik pembelajaran yang
dilakukan guru selama ini kurang inovatif karena dalam kegiatan pembelajaran
menulis di kelas, siswa hanya dijejali dengan materi melalui ceramah saja
kemudian siswa diminta mengerjakan latihan menulis karangan yang berupa
mengisi karangan rumpang. Selain itu, guru juga tidak memberikan kesempatan
untuk melakukan tahap prapenulisan (menentukan ide, menulis kerangka, dan
lain-lain). Kurangnya motivasi juga disebabkan oleh kurangnya media pendukung
sehingga tidak ada kesempatan siswa saling berbagi karangan dengan temannya.
Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti bersama guru melakukan
sharing ideas untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada prosedur
pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas belajar, kreativitas siswa, dan
motivasi siswa, yaitu dengan menggunakan pendekatan proses. Pendekatan
proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberi kesempatan
kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Dalam pendekatan
proses, pembelajaran menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi
oleh konsep "Naturalisme-Romantis" dan Teori "Kognitif Gestal” (Sagala, 2005:
74).
Terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai tahapan-tahapan
pendekatan proses dalam pembelajaran menulis karangan, ada yang
mengidentifikasinya menjadi 3 tahap, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi
(Akhadiah, 2002: 6). Ada yang mengidentifikasikan menjadi 4 tahap, yaitu
prapenulisan, penulisan, revisi, dan evaluasi (White & Arndt dalam Sumarwati,
2007: 3). Tompkins (dalam Sumarwati, 2007: 4) menyebutkan bahwa terdapat 5
langkah (fase) dalam penerapan pendekatan proses, yaitu prewriting
(prapenulisan), drafting (penulisan), revise (revisi), editing (penyuntingan), dan
publishing (publikasi). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pendekatan proses yang paling


tepat untuk diterapkan pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil adalah pendapat
Tompkins, yaitu Pendekatan Proses Lima Fase. Ditinjau dari pembagian
tahapannya, Pendekatan Proses Lima Fase sangat memungkinkan siswa untuk
mengembangkan karangannya dengan melalui tahap persiapan terlebih dahulu,
kemudian penulisan, selanjutnya di bawah bimbingan guru, siswa merevisi
karangannya dari segi struktur karangan yang dilanjutkan dengan tahap
penyuntingan dari segi ejaan dan tanda baca. Selanjutnya karangan siswa
dipublikasikan di dinding kelas agar siswa bisa berbagi dengan teman dan untuk
meningkatkan motivasi agar selalu berusaha membuat karangan sebaik-baiknya.
Peran guru dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses
tidak hanya memberikan tugas menulis dan menilai tulisan para pembelajar,
tetapi juga membimbing pembelajar dalam proses menulis (Tompkins, dalam
Kurniawan, 2006).
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan dengan Penerapan
Pendekatan Proses Lima Fase pada Siswa Kelas VI (enam) SD Negeri
Bulukantil tahun ajaran 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti uraian sebelumnya,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil?
b. Apakah penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis karangan siswa kelas VI SD Negeri
Bulukantil?
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi prosedur penerapan Pendekatan Proses Lima Fase
dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas VI SD
Negeri Bulukantil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

2. Untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan siswa kelas VI SD Negeri


Bulukantil dalam menulis karangan dengan menggunakan penerapan
Pendekatan Proses Lima Fase.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pembelajaran menulis. Penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat
menciptakan interaksi positif antara siswa dan guru dalam mengembangkan
daya kreatif siswa membuat karangan yang baik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat membantu memotivasi dan membangun daya kreatif
siswa dalam membuat karangan yang baik dan benar.
b. Bagi Guru
· Penelitian ini dapat memberikan masukan positif dalam meningkatkan
pembelajaran menulis karangan,
· dapat memperbaiki teknik mengajar yang selama ini digunakan, dan
· dapat menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang menarik.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka
meningkatkan prestasi sekolah.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memperkaya wawasan mengenai pendekatan proses
dalam pembelajaran menulis dan dapat mengatasi masalah belajar siswa
yang sangat berguna untuk persiapan menjadi guru.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan


1. Pengertian Menulis
Keterampilan menulis merupakan berbahasa yang paling
kompleks. Keterampilan menulis terkait dengan tiga keterampilan berbahasa yang
lain. Menurut Tarigan (2008: 4), menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini penulis haruslah
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan tertentu. Selanjutnya, Tarigan
(2008: 21) menjelaskan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Nurgiyantoro (2010: 283) berpendapat bahwa menulis adalah aktivitas
aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa, sedangkan Nurudin (2010: 4)
memberi batasan dengan berpendapat bahwa menulis adalah segenap rangkaian
seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menampaikannya melalui
bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Lasa Hs (2005: 7)
mengungkapkan bahwa menulis merupakan proses penuangan gagasan dan
pemikiran dengan sistem tertentu dalam bentuk tulisan. Wiyanto (2006: 1-2)
membagi pengertian menulis menjadi dua pengertian, pertama, menulis berarti
mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda – tanda yang dapat dilihat.
Pengertian kedua adalah bahwa menulis merupakan kegiatan mengungkapkan
gagasan secara tertulis. Wahyudi Joko Santoso dan Diah Vitri Widayanti (2009:
160) menyebutkan bahwa menulis dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa
memiliki pengertian menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik
dan benar menurut tata bahasa dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun
dengan penalaran yang tepat. commit to user

8
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


kegiatan menulis merupakan kegiatan memproduksi pikiran dan perasaan
kemudian menuangkannya dalam bahasa tulis dengan menggunakan sejumlah
aturan universal sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Suparni dan Yunus
(dalam Wahyudi Joko Santoso dan Diah Vitri Widayanti, 2009: 159)
menyebutkan bahwa dalam suatu komunikasi tulis, terdapat empat unsur, yaitu
penulis sebagai penyampai pesan, pesan, media, dan pembaca sebagai penerima
pesan.

2. Tujuan Menulis
Semua aktivitas yang dilakukan manusia pasti memiliki tujuan tertentu,
termasuk menulis. Hugo Hartig dalam Tarigan (2008: 24-25) menyatakan tujuan
penulisan suatu tulisan adalah sebagai berikut.
a. Tujuan penugasan (assigment purpose)
Penulis menulis sesuatu hanya karena ditugasi, tulisan yang
dihasilkan berbentuk tugas atau portofolio berbentuk karangan yang dibuat
hanya karena kewajiban menyelesaikan tugas.
b. Tujuan altruristik (altruristik purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca
memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup
para pembaca lebih mudah, dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c. Tujuan persuasif (persuasif purpose)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembacanya akan
kebenaran gagasan yang diucapkan.
d. Tujuan informasional (informasional purpose)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi kepada pembaca.
e. Tujuan pernyataan diri (self-expresive purpose)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
penulis kepada para pembaca.
commit to user
f. Tujuan kreatif (creative purpose)
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau nilai-nilai


kesenian.
g. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)
Tulisan yang bertujuan memberikan pemecahkan dari suatu masalah
yang dihadapi. Penulis berusaha menjelaskan dan meneliti secara cermat ide
dan gagasannya agar dapat dipahami dan diterima oleh para pembacanya.
Seorang penulis harus mampu menciptakan tulisan yang baik dan
berkualitas sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai penulis tersebut. Fachruddin
Ambo Enre (1988: 8) menyebutkan lima ciri tulisan yang baik yaitu bermakna,
jelas, bulat dan utuh, ekonomis, serta memenuhi kaidah gramatika.

3. Manfaat Menulis
Menurut Dahlan Rais (2007: 90), manfaat menulis adalah mengadakan
komunikasi dengan orang lain secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang yang diajak komunikasi. Banyak manfaat yang diperoleh dari
aktivitas menulis, Pennebaker (dalam Didik Komaidi, 2007: 14) menambahkan
bahwa manfaat menulis antara lain: (1) dapat menjernihkan pikiran, (2) membantu
mendapatkan dan mengingat informasi baru, dan (3) membantu memecahkan
masalah. Lebih rinci, Didik Komaidi (2007: 12-13) menyebutkan manfaat yang
diperoleh seseorang dari kegiatan menulis. Manfaat tersebut antara lain:
a. menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di
sekitar.
b. mendorong untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan
sejenisnya.
c. terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan
logis.
d. secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres.
e. mendapatkan kepuasan batin jika tulisan dimuat di media massa atau
diterbitkan oleh penerbit.
f. commitdan
membuat penulis semakin populer to user
dikenal oleh publik pembaca apabila
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

tulisan dibaca oleh banyak orang.


Menurut Yunus (dalam Wahyudi Joko Santoso dan Diah Vitri Widayanti,
2009: 159), suatu kegiatan menulis dapat bermanfaat (1) menambah wawasan
ketika melakukan pencarian sumber informasi tentang suatu topik, (2) belajar
tentang sesuatu, berpikir, menghubung-hubungkan, dan menarik kesimpulan, (3)
penyusunan gagasan secara sistematis, (4) penuangan gagasan dalam tulisan, (5)
siswa dapat belajar secara aktif-produktif, dan (6) pembiasaan berpikir aktif dan
berbahasa secara baik dan benar.

4. Motivasi Menulis
Terjadinya perbedaan aktivitas dalam belajar dipengaruhi oleh perbedaan
motivasi. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu energi yang
menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan
aktivitas siswa kepada tujuan belajar (Elida Prayitno, 1989: 8). Makin tinggi dan
berarti suatu tujuan, makin besar pula motivasinya dan makin besar motivasi yang
akan diraih akan makin kuat pula kegiatan yang dilaksanakan (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2004: 62). Oleh sebab itu, motivasi mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam suatu kegiatan, yakni akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan
tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi tujuan (Nana Syaodih Sukmadinata,
2004: 61-62).
Tidak jarang ditemui banyak bakat siswa tidak berkembang karena tidak
diperolehnya motivasi yang tepat. Apabila seseorang mendapat motivasi yang
tepat, maka keluarlah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang
semula tidak terduga (Ngalim Purwanto, 2000: 61). Oleh sebab itu, motivasi
penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu mau bekerja keras
dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi (Malayu S. P.
Hasibuan, 2003: 92).
Motivasi (motivation) berasal dari kata Latin ”movere” yang berarti
”dorongan atau daya penggerak” (Malayu S. P. Hasibuan, 2003: 92). Motivasi
secara umum didefinisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan
pelajaran motivasi sebenarnya commit to user
merupakan pelajaran tingkah laku (Merle J.
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Moskowits dalam Malayu S. P. Hasibuan, 2003: 96). Sukmadinata (2004: 61)


menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan
individu, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong
atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu
tujuan. Malayu S. P. Hasibuan (2003: 95) menyatakan bahwa motivasi adalah
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar
mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan.
Menurut beberapa pengertian mengenai motivasi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu daya pendorong yang dapat
membangkitkan inisiatif seseorang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang
menyangkut minat, keaktifan, ketajaman perhatian, konsentrasi, dan ketekunan.
Pengertian motivasi belajar yang telah dikemukakan di atas tidak jauh
berbeda dengan motivasi seseorang dalam menghasilkan suatu tulisan. Motivasi
dalam hal ini berkaitan erat dengan faktor keyakinan dan niat seseorang dalam
menulis. Tanpa adanya keyakinan dan niat yang sungguh-sungguh, seseorang
tidak akan menghasilkan tulisan dengan baik. Keyakinan adalah sebuah kesadaran
dalam diri seseorang bahwa ia mampu atau tidak mengerjakan sesuatu (Didik
Komaidi, 2007: 3). Keyakinan ini menentukan sikap-sikap dan tindakan
seseorang. Jika seseorang sudah merasa yakin maka timbullah niat untuk
mengerjakan seperti apa yang telah diyakininya. Niat adalah kesadaran dalam diri
untuk mengerjakan sesuatu secara sengaja (Didik Komaidi, 2007: 4).
Kedua faktor di atas, yakni keyakinan dan niat merupakan modal dasar
dan kunci sukses bagi seseorang yang ingin berhasil dalam memotivasi dirinya
dalam menghasilkan suatu tulisan. Karena kedua faktor tersebut menentukan
kesuksesan seseorang dalam menulis, hendaknya dipupuk secara terus-menerus
dalam rangka memotivasi diri dalam menulis. Mengenai motivasi menulis, satu
hal yang harus ditanamkan dalam karakter penulis ialah jika menulis, hendaknya
seseorang menulis hal yang bermanfaat, tidak menulis hal yang menyesatkan.
commit to
Jika tulisan yang dihasilkan bermanfaat user
bagi orang lain, maka timbul kepuasan
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

batin. Wisnu Arya Wardana dan Ardi Suryo Ardianto dalam Abullah Al
Muzammi (2006: 2) menyebutkan ada 3 hal dalam memotivasi diri untuk terus
menulis, ketiga hal tersebut antara lain:
1. ilmu yang diketahui atau dikuasai harus disebarkan. Melihat dari segi
keyakinan semua orang, menyebar kebaikan adalah suatu kemuliaan. Bahkan
dengan menulis merupakan kegiatan yang tujuannya ialah menyebarkan ilmu
pengetahuan.
2. menyembunyikan ilmu ialah tindakan yang naif, apalagi sampai
merahasiakan dan hanya demi kepentingan diri sendiri.
3. menyebarkan ilmu merupakan perwujudan rasa syukur atas apa yang telah
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Menulis sebagai keterampilan hidup yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya: menulis surat, menulis artikel, menulis bahan pidato, puisi,
menulis karya ilmiah, dan Iain-lain. Untuk bisa menulis dengan baik yang penting
dimiliki oleh calon penulis adalah motivasi menulis itu sendiri. Motivasi menulis
ibarat lokomotif yang akan menjadi pendorong dan penggerak bagi penulis untuk
menghasilkan tulisan. Motivasi adalah alasan yang melatarbelakangi mengapa
sebuah tindakan atau perbuatan dilakukan. Dengan motivasi yang tinggi maka
akan dengan mudah menghasilkan tulisan yang baik dan benar.

5. Teknik Penilaian Kemampuan Menulis


Burhan Nurgiyatoro (2010: 4) menyatakan bahwa penilaian adalah suatu
proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Oleh karena itu, penilaian dalam
pembelajaran merupakan komponen yang penting dan tidak mungkin dilepaskan.
Penilaian berfungsi sebagai tolok ukur pencapaian suatu keberhasilan kegiatan
belajar siswa. Penilaian karangan siswa biasanya diberikan guru pada setiap akhir
pelajaran menulis. Dalam hal ini guru memberikan tes untuk melihat sejauh mana
kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran yang diberikan dalam kurun waktu
tertentu. Pengukuran penilaian karangan siswa biasanya berupa tes.
Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan
commit
evaluasi, yang di dalamnya terdapat to useritem atau serangkaian tugas yang
berbagai
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban
itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut (Zainal Arifin dalam
Agus Suriamiharja, Akhlah Husen, dan Nunuy Nurjanah, 1996: 5). Jadi, jelas
bahwa dengan mengadakan tes, pengajar akan mengetahui perkembangan anak
didiknya, sekaligus mengetahui nilai yang telah dicapai apakah baik atau buruk.
Kemampuan menulis dapat diukur melalui kemampuan mengungkapkan
isi (materi atau gagasan yang dikemukakan), kemampuan menyusun organisasi
tulisan, kemampuan menggunakan gaya penulisan (pilihan struktur dan kosakata),
dan kemampuan menerapkan mekanisme tulisan ejaan. Di samping itu
pengukuran terhadap kemampuan menulis dapat diperkuat melalui penilaian
terhadap kelengkapan cerita dan urutan pikiran (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 307-
308). Penilaian terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan
selintas. Maksud dari hal tersebut adalah penilaian secara menyeluruh berdasarkan
kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas. Penilaian tersebut
memang diperlukan, tetapi alangkah baik apabila guru melakukan penilaian secara
analitis karena dengan penilaian itu, guru mampu menilai secara rinci dan
objektif. Penilaian analitis membagi karangan secara rinci berdasarkan
aspek-aspek tertentu. Perincian ke dalam aspek-aspek tersebut dapat berbeda
antara karangan satu dengan lainnya tergantung jenis karangan yang dinilai.
Penilaian karangan siswa yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran
menurut Hartfield dalam Burhan Nurgiyantoro (2010: 307) yakni dengan model
skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model
penilaian ini lebih teliti dan rinci dalam memberikan skor yang dapat
dipertanggungjawabkan. Model penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1 : Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
Aspek yang
Skor Kriteria
dinilai
20 – 25 SANGAT BAIK – SEMPURNA: tema/ide cerita kreatif/segar* pengembangan
tema kreatif* pengembangan ide tuntas* isi wacana dialog dikembangkan dengan
I baik* substansif.
15 – 19 CUKUP – BAIK: tema/ide cerita cukup kreatif/segar* pengembangan tema
S cukup* pengembangan ide terbatas* isi wacana dialog dikembangkan tetapi tidak
commit
lengkap* substansi kurang.to user
I 10 – 14 SEDANG – CUKUP: tema/ide cerita terbatas* informasi terbatas*
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

pengembangan tema tidak cukup* pengembangan ide kurang* wacana dialog


tidak dikembangkan* substansi tidak cukup.
1–9 SANGAT KURANG: tema tidak jelas* tema tidak berkembang* ide mandeg*
tidak ada substansi.
(Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2010: 307-308 dengan modifikasi pada skor)

Kelanjutan penilaian kemampuan menulis di atas dapat dilihat pada tabel


berikut:
Aspek yang
Skor Kriteria
dinilai

O 12 – 15 SANGAT BAIK – SEMPURNA: gagasan diungkapkan dengan jelas * padat*


R tertata dengan baik* urutan logis* ada kohesif dan koheren.
G 9 – 11 CUKUP – BAIK: pengungkapan gagasan kurang lancar* gagasan kurang
A terorganisasi tetapi ide utama terlihat* bahan pendukung terbatas* urutan logis
N tetapi tidak lengkap* cukup kohesif dan koheren.
I 5–8 SEDANG – CUKUP: pengungkapan gagasan tidak lancar* gagasan kacau,
S terpotong-potong atau melompat-lompat* urutan tidak logis tetapi lengkap*
A kurang kohesif dan koheren.
S 1–4 SANGAT KURANG: pengungkapan gagasan tidak komunikatif* gagasan tidak
I terorganisasi* tidak kohesif dan koheren serta tidak layak nilai.

K
O 23 – 30 SANGAT BAIK – SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata sangat baik* pilihan
S kata dan ungkapan tepat* menguasai pembentukan kata.
A 16 – 22 CUKUP – BAIK: pemanfaatan potensi kata cukup baik* pilihan kata dan
ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.
K 10 – 15 SEDANG – CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas* pilihan kata dan
A ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.
T SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata sangat terbatas* sering terjadi
A 1–9 kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna* tidak menguasai
pembentukan kata* pengetahuan tentang kosa kata rendah* tak layak nilai.

P
E
N 18 – 20 SANGAT BAIK – SEMPURNA: konstruksi kalimat lengkap dan efektif* hanya
G terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.
G
U 14 – 17 CUKUP – BAIK: konstruksi kalimat sederhana tetapi efektif* kesalahan kecil
N pada konstruksi kalimat* terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.
A
A 10 – 13 SEDANG – CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam rangkaian kalimat* makna
N membingungkan atau kabur.

B 7–9 SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis* terdapat banyak


A kesalahan* tidak komunikatif* tidak layak nilai.
H
A
S
A commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

M 10 SANGAT BAIK – SEMPURNA: menguasai aturan penulisan* hanya terdapat


E beberapa kesalahan ejaan dan tanda baca.
K 8 CUKUP – BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi
A tidak mengaburkan makna.
N 5 SEDANG – CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca* makna
I membingungkan atau kabur.
K 3 SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan* terdapat banyak
kesalahan ejaan* tulisan tidak terbaca* tak layak nilai.

6. Teknik Penilaian Proses Pembelajaran


Nana Sujana (2008: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh
siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan
kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, penilaian proses juga patut untuk diperhatikan mngingat hasil
pembelajaran merupakan akibat dari proses pembelajaran. Lebih lanjut, Nana
Sujana (2008: 3) menyatakan bahwa penilaian proses pembelajaran adalah upaya
untuk memberikan nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Penilaian proses pembelajaran dapat dinilai dari sikap siswa ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran. Sarwiji Suwandi (2008: 89) menyatakan “sikap
bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-
nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk,
sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan”. Secara umum,objek
sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran, antara lain sikap terhadap
materi pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka pedoman penilaian proses
yang digunakan dalam pembelajaran menulis karangan adalah sebagai berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2 : Penilaian Proses Pembelajaran


(Sarwiji Suwandi, 2008: 137 dengan modifikasi pada kolom perilaku)
Perilaku

Keaktifan
Keaktifan Perhatian Skor Nilai Ket.
No. Nama siswa Kerja- Mengerjakan
siswa siswa
bertanya / sama/ tugas
selama kepada
merespon diskusi (karangan)
apersepsi materi
pertanyaan

1
2
3
4
5

1. Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = amat baik
2. Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ...
Skor maksimal (25)
3. Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
10 – 29 = sangat kurang
30 – 49 = kurang
50 – 69 = cukup
70 – 89 = baik
90 – 100 = sangat baik
4. Kolom perilaku diisi dengan kriteria sebagai berikut.
a. Keaktifan siswa selama apersepsi
5 = jika siswa sangat merespon dengan antusias setiap stimulus
yang diberikan guru selama apersepsi
4 = jika siswa cukup merespon dengan antusias setiap stimulus
yang diberikan guru selama apersepsi
3 = jika siswa merespon tapi tidak antusias kepada setiap stimulus
yang diberikan guru selama apersepsi
2 = jika siswa sesekali merespon setiap stimulus yang diberikan
guru selama apersepsi
1 = jika siswa sama sekali tidak merespon setiap stimulus yang
diberikan guru selama apersepsi
b. Perhatian siswa kepada materi
commit
5 = jika siswa tampak to user
antusias dan berkonsentrasi penuh terhadap
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

materi yang dijelaskan guru


4 = jika siswa memperhatikan dan sesekali bertanya jika kurang
jelas
3 = jika siswa hanya memperhatikan secara pasif tanpa ada
antusias atau respon positif
2 = jika siswa tidak memperhatikan penjelasan materi (melakukan
aktivitas lain)
1 = jika siswa sama sekali tidak memperhatikan materi yang
disampaikan guru
c. Keaktifan bertanya / merespon pertanyaan dari guru
5 = jika siswa aktif bertanya dan merespon pertanyaan yang
diberikan oleh guru
4 = jika siswa aktif bertanya dan sesekali merespon pertanyaan
yang diberikan oleh guru
3 = jika siswa sesekali bertanya dan sesekali merespon pertanyaan
yang diberikan oleh guru
2 = jika siswa kurang aktif bertanya dan merespon pertanyaan
yang diberikan oleh guru
1 = jika siswa sama sekali tidak aktif bertanya dan merespon
pertanyaan yang diberikan oleh guru
d. Kerjasama/diskusi
5 = jika siswa tampak antusias dan selalu aktif dalam bekerjasama
atau berdiskusi
4 = jika siswa aktif dalam bekerjasama atau berdiskusi
3 = jika siswa kurang aktif dalam bekerjasama atau berdiskusi
2 = jika siswa tidak aktif dalam bekerjasama atau berdiskusi
1 = jika siswa sama sekali tidak mau bekerjasama atau berdiskusi
e. Mengerjakan tugas (karangan)
5 = jika siswa tampak antusias, bersungguh-sungguh, dan juga
menunjukkan adanya kesenangan dalam mngerjakan tugas
4 = jika siswa mengerjakan semua tugas dengan baik
3 = jika siswa mau mengerjakan tugas namun tidak tampak
bersemangat
2 = jika siswa hanya mengerjakan sebagian tugas
1 = jika siswa tidak mau mengerjakan tugas

B. Hakikat Pembelajaran Menulis Karangan di Sekolah Dasar


1. Pembelajaran Menulis Pada Kelas VI Sekolah Dasar
Menurut silabus yang dibuat oleh guru kelas VI, pembelajaran menulis
pada kelas VI Sekolah Dasar disusun dalam enam kompetensi dasar, antara lain,
(1) mengisi formulir, (2) membuat ringkasan dari teks yang dibaca / didengar, (3)
menyusun percakapan, (4) membuat parafrase dari sebuah puisi, (5) membuat
commit to user
naskah pidato, dan (6) membuat surat resmi. Dalam penelitian ini, peneliti
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

menggunakan dua kompetensi dasar sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi,


yaitu membuat parafrase dari sebuah puisi dan membuat naskah pidato. Kedua
kompetensi dasar ini dipilih karena sesuai dengan pendekatan yang diterapkan,
dalam membuat sebuah parafrase dan naskah pidato diperlukan konsepsi yang
jelas dan persiapan yang matang melalui sebuah proses, oleh karena itu
pendekatan proses lima fase sesuai dengan kedua kompetensi dasar tersebut.

2. Konsep Pembelajaran
Istilah pembelajaran banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi
kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain
itu istilah pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat
berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar,
radio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya
perubahan peranan guru dalam mengelola proses pembelajaran, dari guru
sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran (Sanjaya, 2005: 78). Hal ini juga dikemukakan oleh Gagne &
Briggs (1979: 3), yang menyatakan bahwa "Intructions is aset of even that effect
learner in such a way that learning is facillited".
Selanjutnya Gagne & Briggs menjelaskan bahwa mengajar atau
teaching merupakan bagian dari pembelajaran (intructions), di mana peran
guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengelola berbagai
sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan
siwa mempelajari sesuatu. Lebih lengkap Gagne & Briggs (1979: 3) menyatakan:
"Why do we speak of "instructions" rather than "teaching" ? It is
because we wish to describe all of the events which may have a
direct effect on the learning of human being, not just those set in motion
by on individual who is teacher. Instruction may include events
that are generated by a pade print, by a picture, by a television
program, or by a combination of phsical objects, among other things. Of
course, a teacher may play an essential role in the arrangement of any
these event".
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

(Mengapa kita lebih suka menyebut “instruksi” daripada “mengajar”?


karena kami berharap dapat mendeskripsikan semua kegiatan yang
mungkin memiliki dampak langsung dari pembelajaran yang dilakukan
oleh manusia, bukan sekedar menunjukkan apa yang dilakukan guru.
Instruksi yang dimaksud bisa melalui media cetak, gambar, tayangan
televisi, atau kombinasi dari beberapa objek fisik. Tentu saja guru harus
mengerti esensi dari perencanaan kegiatan yang diterapkan.)

Dalam pembelajaran siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang


memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar
siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual
mempelajari bahan pelajaran. Dengan kata lain istilah teaching menempatkan
guru sebagai pemeran utama dalam memberikan informasi kepada siswa, maka
dalam istilah intruction guru lebih banyak sebagai fasilitator yang mengelola
berbagai sumber belajar untuk dipelajari siswa. Proses pembelajaran aktivitas
dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam susunan interaksi edukatif, yaitu
interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan
untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah tujuan intruksional atau
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada perencanaan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses yang sistematis yang terdiri
dari komponen guru, siswa, dan lingkungan belajar merupakan komponen
penting untuk keberhasilan belajar. Komponen tersebut merupakan suatu
sistem yang terlibat dalam pembelajaran saling berinteraksi satu dengan
lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Subyantoro (dalam Wahyudi Joko Santoso dan Diah Vitri
Widayanti, 2009: 159), pembelajaran menulis jika dikaitkan dengan proses
pendidikan secara makro merupakan salah satu komponen yang sengaja disiapkan
dan dilaksanakan oleh pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
sesudah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Wahyudi Joko Santoso dan Diah
Vitri Widayanti (2009: 160) menambahkan bahwa perubahan tingkah laku dalam
pembelajaran menulis adalah hasil pengaruh kemampuan berpikir, berbuat, dan
merasakan perihal apa yang disampaikan sebagai bahan pembelajaran menulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

3. Konsep Pendekatan Proses dalam Pembelajaran


Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran
memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Dalam pendekatan proses, pembelajaran menekankan kepada belajar
proses dilatarbelakangi oleh konsep "Naturalisme-Romantis" dan Teori "Kognitif
Gestal" (Syaiful Sagala, 2005: 74).
Teori naturalisme berpangkal dari psikologi Naturalisme
Romantik dengan tokoh utamanya Jean Jacques Rousseu. Jean Jacques Rousseau
berasumsi bahwa individu bukan saja mempunyai potensi atau kemampuan, akan
tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang
sendiri. Teori belajar kognitif bersumber pada teori perkembangan kognitif
anak atau teori perkembangan mental Piaget. Teori ini seringkali disebut
dengan teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.
Teori belajar ini berkaitan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang
dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi
dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkontruksi ilmu pengetahuan.
Misalnya, pada tahap sensori motor anak berfikir melalui gerakan atau
perbuatan.
Menurut Piaget (dalam E. T. Ruseffendi,1988: 132), pengetahuan tidak
diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.
Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa
jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri
merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-
seimbangan dan keadaan keseimbangan. Sedangkan teori belajar
gestaf pertama-tama meneliti tentang pengamatan dan problem solving,
serta menghendaki agar siswa belajar dengan pengertian bukan
hapalan. Praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran
bukan pada siswa yang belajar yang ditandai oleh peran guru yang
dominan dan siswa hanya menghapalkan pelajaran. Pandangan
tersebut tercipta karena: menjadi manusia berarti mempunyai
kekuatan yang wajar untuk belajar, siswa akan mempelajari hal-
hal yang bermakna bagi dirinya, pengorganisasian bahan
commit to user bahan dan ide baru sebagai
pengajaran berarti mengorganisasikan
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

bagian yang bermakna bagi siswa, belajar yang bermakna bagi


masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar,
keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan
melakukan pengubahan diri terus-menerus, belajar yang optimal
terjadi bila siswa berpartisipasi. Dalam proses belajar, belajar
mengalami terjadi apabila siswa mengevaluasi dirinya sendiri, belajar
mengalami keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Menurut Ai Sutari (2009: 11), pendekatan proses ditekankan pada proses
belajar-mengajar yang sedang berlangsung. Untuk itu, kemampuan pengelolaan
kelas sangat diperlukan guru untuk menciptakan suasana kelas yang baik agar
siswa belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

4. Pendekatan proses lima fase dalam Pembelajaran


Menurut Supriadi (dalam Kurniawan, 2006) menulis merupakan suatu
proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar)
dari pada korvengen (memusat). Menulis tidak ubahnya dengan melukis.
Penulis memiliki banyak gagasan yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang
akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam
mengungkapkan gagasan. Menurut Carole Cox (1999: 307) penelitian mengenai
proses kegiatan menulis sebenarnya telah dilakukan pada tahun 1970-an dan
tahun 1980-an yang didasarkan pada hasil penelitian Donal Grave's
(1983) dengan buku yang berjudul Writing: Teachers and children at work.
Melalui pendekatan ini, fokus pembelajaran menulis bergeser dari produk
ke proses. Proses menulis yang dimaksud menunjuk pada apa yang
dilakukan oleh anak (siswa). Selanjutnya Graves membagi beberapa
kegiatan proses menulis, yaitu (1) Prewrite/pramenulis, (2) draft/menyusun
draf penulisan, (3) revise/revisi, (4) edit/sunting, dan (5) pulish/publikasi yang
juga disebutkan oleh Tompkins (dalam Sumarwati, 2007: 4).
Istilah pramenulis, menulis draf, merevisi, menyunting, dan
mempublikasi tersebut digunakan untuk menunjukan bagian-bagian pada proses
menulis. Proses menulis tersebut selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

a. Fase Pramenulis (prewriting)


Fase pramenulis merupakan persiapan untuk menulis. Fase
ini merupakan fase yang sangat penting dan menentukan fase-fase menulis
selanjutnya. Fase ini memerlukan waktu yang cukup banyak dibandingkan
fase lainnya. Menurut Sumarwati (2007: 14), kegiatan yang dapat dilakukan
oleh siswa adalah : (1) menentukan dan membatasi topik tulisan, (2)
merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan, dan menentukan pembaca
yang ditujunya, (3) memilih bahan, (4) menentukan cara mengorganisasi
pokok-pokok pikiran/ide untuk penulisannya, serta (5) membuat kerangka
karangan. Apabila ada siswa yang merasa kesulitan pada fase ini, guru
dapat membantunya dengan mengadakan brainstorming (curah
pendapat) untuk menentukan beberapa macam topik kemudian
meminta siswa yang merasa kesulitan memilih topik tersebut untuk
memilih salah satu yang paling menarik di antaranya.
Pada fase pramenulis, kegiatan lain yang dapat membantu
siswa dalam menemukan topik karangan adalah berdiskusi, mencorat-
coret, membaca dan bahkan menulis untuk topik-topik tulisan mereka.
Menurut Ismail Baroudy (2008: 4), beberapa strategi yang dapat diterapkan
pada tahap pramenulis yaitu : (1) cubing, yaitu memetakan konsep dengan
menggunakan kotak-kotak yang berisi gagasan, (2) free writing, yaitu siswa
menulis bebas apapun yang ada di pikirannya, (3) journal keeping, siswa
membuat catatan-catatan singkat tentang apa yang ingin dikemukakan dalam
tulisannya nanti, (4) clustering, yaitu siswa memilih dan memilah topik yang
ada di sekitarnya, (5) looping, yaitu siswa menulis beberapa kalimat secara
cepat dan berulang secara berkala, bertujuan agar siswa bisa menyusun
kalimat dengan benar untuk menemukan ide, (6) brainstorming, berpikir acak
untuk mendapatkan ide.
Pada fase ini pula, siswa harus menentukan tujuan dari
tulisan mereka, seperti bertujuan untuk menghibur, menginformasikan
sesuatu, atau memaparkan. Selain itu mereka juga perlu merencanakan
commit
apakah mereka menulis untuk to user
dirinya sendiri atau untuk orang lain bisa
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

teman sekelas, orang tua, nenek, kakek, paman, atau yang lain. Para siswa
juga harus mempertimbangkan bentuk tulisan yang akan mereka buat.
Apakah cerita, surat, puisi, laporan atau jurnal. Dalam satu kegiatan menulis
hendaknya ditentukan satu bentuk tulisan saja.
Para siswa melakukan berbagai kegiatan untuk berusaha
memperoleh dan menyusun ide-ide untuk menulis. Ada beberapa macam
bentuk kegiatan yang dapat dilakukan, seperti (1) menggambar (2)
pengelompokan, (3) berdiskusi, (4) membaca, (5) bermain peran, atau (6)
menulis cepat.

b. Fase Penulisan (drafting)


Menurut Lee McKenzie dan Gail E. Tompkins (1984: 204), tujuan
dari tahap penulisan adalah siswa dapat mengembangkan ide mereka menjadi
sebuah komposisi karangan. Dalam tahap ini, siswa menulis dengan cepat
untuk dapat segera menuangkan apa yang ada di pikiran mereka, seringkali
mereka mengabaikan ejaan, tanda baca, penulisan huruf kapital, dan aspek
mekanik lainnya. Menurut Sumarwati, Sudarsono, dan Suradi (2007: 15),
ketika menyusun sebuah komposisi karangan, siswa dapat sewaktu-waktu
mengubah apa yang telah ditulisnya pada tahap prapenulisan. Perubahan
tersebut dapat berkaitan dengan masalah tujuan penulisan, pembaca yang
dituju, maupun bentuk tulisan yang akan dibuat.
Pada tahapan ini guru tidak memberikan penilaian, namun hanya
masukan-masukan bersifat konseptif agar siswa dapat membangun konsep
karangannya.

c. Fase Revisi (revising)


Fase revisi menitikberatkan pada melihat kembali atau meninjau
ulang karangan dari segi isi. Pada fase ini, siswa memperbaiki ide-ide yang
telah mereka kembangkan pada fase drafting (penulisan). Fase ini bukan
untuk membuat karangan menjadi lebih luas, tetapi lebih berfokus pada
penambahan, pengurangan, commit to user
penghilangan, dan penyusunan kembali isi
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

karangan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Sumarwati, Sudarsono, dan


Suradi (2007: 16), pada saat melakukan revisi, siswa dapat menganti,
menambah, memindahkan, dan menghilangkan bagian-bagian tertentu yang
dipandang bermasalah. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa pada
tahap ini adalah: (1) Membaca ulang seluruh draf, (2) sharing atau berbagi
pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman atau guru, (3)
mengubah atau merevisi tulisan dengan memperhatikan masukan dari
teman atau guru.
Pada tahap revisi, kedekatan guru dan siswa sangat diperlukan,
seperti diungkapkan Given Lee dan Diane L. Schalert (2008: 518), faktor
kedekatan mempengaruhi interaksi guru dan siswa ketika guru mengkritik
karya siswa, siswa akan dengan mudah menangkap masukan (feedback) yang
diberikan guru jika mereka menjalin hubungan yang baik. Sebaliknya, guru
juga dengan mudah dapat memberikan masukan melalui kata-kata yang telah
tersusun pada tahapan prapenulisan hingga penulisan.

d. Fase Penyuntingan (editing)


Fase penyuntingan adalah mengadakan perubahan-perubahan pada
karangan. Siswa memperbaiki karangan mereka dengan memperbaiki ejaan
atau kesalahan yang lain. Tujuannya adalah untuk membuat karangan lebih
mudah dibaca orang lain. Secara mekanis aspek-aspek yang diperbaiki adalah
penggunaan huruf besar, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah dan
kosakata serta format karangan. Waktu yang paling tepat untuk
mengajarkan aspek-aspek mekanik ini ialah pada tahap menyunting
bukannya melalui latihan-latihan pada buku kerja siswa.
Dalam memeriksa, siswa membaca cermat karangan untuk
menentukan dan menandai kemungkinan bagian-bagian tulisan yang salah.
Sumarwati, Sudarsono, dan Suradi (2007: 16) menyebutkan bahwa
penyuntingan dapat diawali dengan membaca kata per kata atau bagian per
bagian sehingga dapat ditemukan kesalahannya. Guru dapat menunjukan cara
commit
membaca cepat misalnya dengan to user karangan salah satu siswa. Guru
membaca
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

membaca karangan itu dengan lambat dan menandai kemungkinan bagian-


bagian karangan yang salah dengan pensil atau pulpen.
Beberapa kesalahan mungkin ada yang mudah untuk dikoreksi,
ada yang perlu dilihat pada kamus, atau ada yang perlu bantuan guru secara
langsung. Di sinilah kebermaknaan pembelajaran tata tulis yang dapat
meliputi ejaan, tanda baca, dan penggunaan struktur atau istilah. Siswa
benar-benar meresapi keterangan dan perbaikan dari guru atau teman sekelas.
Menurut Calkins (dalam Sumarwati, Sudarsono, dan Suradi, 2007: 17), cara
seperti di atas lebih efektif untuk mengajarkan masalah kebahasaan daripada
pengajaran yang bersifat hafalan.

e. Fase Publikasi (pulishing)


Pada fase publikasi, fase akhir menulis, siswa mempublikasikan
tulisan mereka dalam bentuk yang sesuai atau berbagi tulisan dengan
pembaca yang telah ditentukan. Pembaca bisa teman sekelas, guru,
pegawai sekolah, atau bahkan kepala sekolah. Bentuk-bentuk tulisan yang
bisa digunakan adalah buku, jurnal, laporan, atau portofolio dinding.
Penentuan bentuk tulisan ini ditetapkan berdasarkan kesepakatan siswa
dengan guru.
Dalam sharing dari berbagai tulisan siswa, dapat dilakukan
dengan konsep author chair atau kursi penulis. Siswa yang telah selesai
melakukan kegiatan menulis, maju ke depan dan duduk di kursi itu.
Seterusnya ia membaca hasil karyanya, para siswa lain dan guru
memberikan perhatian dan menyampaikan applaus dengan bertepuk
tangan setelah pembahasan selesai. Pembacaan hasil karya siswa itu dapat
meliputi sebagian atau seluruh siswa.
Menurut Tompkins (dalam Kurniawan, 2006) tahap-tahap yang
terdapat dalam proses menulis itu tidak merupakan kegiatan yang linier.
Pada dasarnya proses menulis bersifat nonlinier, dan merupakan suatu
putaran yang berulang. Ini berarti setelah penulis merevisi tulisannya
mungkin ia melihat ke tahapcommit to user misalnya ke tahap pramenulis
sebelumnya,
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

untuk melihat kesesuaian isi tulisan dengan tujuan menulis.


Di samping itu, dalam pelaksanaannya, setiap siswa
mungkin akan berbeda pada tahap menulis yang tidak sama walaupun
sebagaian besar siswa mungkin ada pada tahap yang sama, hal ini
dimungkinkan karena karakteristik siswa berbeda, ada yang cepat berpikir,
ada yang lambat, ada yang selalu meminta bantuan orang lain, ada yang
mandiri, dan lain sebagainya. Guru sebagai kolabolator (bukan
pemimpin kelas), harus bisa mengakomodasi setiap karakteristik siswa.
Guru hendaknya dapat menolong perkembangan keterampilan setiap siswa
semaksimal mungkin.
Setiap ada kesulitan yang dialami siswa, guru harus dapat
menciptakan situasi agar kesulitan siswa itu dapat dipecahkan, baik dengan
bantuan orang lain, teman sekelompok, sekelas, maupun guru. Ini
berarti bahwa guru dituntut memiliki kemampuan pengelolaan
pembelajaran menulis dengan baik. Ia bukanlah pemimpin kelas, tetapi
merupakan kolabolator atau teman siswa dalam memecahkan berbagai
persoalan yang muncul dalam setiap siswa yang memiliki kesulitan.

C. Penelitian yang Relevan


Penelitian tentang pembelajaran menulis telah banyak dilakukan oleh
banyak pihak baik yang berbentuk studi kasus maupun berbentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Silmi Munifatul Faizah (2011) dengan judul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi dengan Pendekatan
Quantum Learning pada Siswa Kelas V-C SD Negeri Cemara Dua Surakarta
Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan menulis
narasi pada siswa kela V-C SD Negeri Cemara Dua Surakarta.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Fajarwati (2010) dengan judul “Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan Media Film Kartun
Animasi pada Siswa Kelas IIcommit to user
SD Negeri Gogodalem 1 Kabupaten Semarang
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media


film kartun dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil menulis deskripsi
pada siswa kelas II SD Negeri Gogodalem 1 Kabupaten Semarang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Eny Susanti (2010) dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Menggunakan Media
Gambar Berseri pada Siswa Kelas IV SDN Wonoharjo Wonogiri Tahun
Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media gambar
berseri dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
narasi pada siswa kelas IV SDN Wonoharjo Wonogiri.
4. Penelitian yang dilakukan Evyana Dianingrum (2011) dengan judul “Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Pendekatan
Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Negeri II Sumberagung Kecamatan
Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011 (Penelitian
Tindakan Kelas)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa
kelas IV SD Negeri II Sumberagung Kecamatan Batuwarno Kabupaten
Wonogiri.
5. Penelitian yang dilakukan Sumarwati, Sudarsono, dan Suradi (2007) dengan
judul “Penerapan Pendekatan Proses 5 Fase Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Menulis pada Siswa Kelas V SD Negeri 15 Surakarta”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan proses dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis pada siswa kelas V SD Negeri
15 Surakarta.
Kelima penelitian di atas peneliti gunakan sebagai penelitian yang
relevan karena menunjukkan bahwa permasalahan pembelajaran menulis
merupakan masalah klise yang sering ditemukan pada siswa sekolah dasar. Untuk
mengatasinya terdapat berbagai metode dan media yang bisa digunakan.
Penelitian yang dilakukan Sumarwati, Sudarsono, dan Suradi menunjukkan bahwa
rendahnya kualitas pembelajaran menulis dapat diatasi dengan menggunakan
pendekatan proses lima fase.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

D. Kerangka Berpikir
Hasil survei awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa terdapat
beberapa kelemahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis siswa,
yaitu, (1) siswa kurang termotivasi terhadap pembelajaran menulis karena
karangannya tidak dipublikasikan, menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti
pembelajaran, (2) siswa kurang mampu mengembangkan tema, (3) siswa kurang
menguasai penggunaan ejaan yang benar, (4) siswa tidak memiliki kesempatan
untuk melakukan kegiatan persiapan menulis (prapenulisan), membuat kerangka
dan sebagainya, (5) siswa tidak memiliki kesempatan melakukan revisi dan
pengeditan pada karangannya, (6) karangan hanya dibuat untuk mendapatkan
nilai, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk berbagi karangan.
Prosedur pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya dilakukan dengan, (1)
menentukan judul, (2) menulis karangan, (3) mengumpulkan dalam waktu yang
singkat, (4) guru mengoreksi dan memberi nilai, dan (5) mengembalikan karangan
pada siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memperoleh hasil karangan yang
tidak optimal karena kreatifitas siswa dibatasi oleh waktu, yang menyebabkan
siswa menjadi kurang aktif dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
menulis.
Pendekatan proses lima fase digunakan peneliti untuk mengatasi
permasalahan di atas, karena menggunakan tahapan-tahapan (fase) yang
diharapkan (1) siswa dapat aktif dan kreatif karena terlibat langsung dalam
melakukan pembenaran karangan, (2) siswa terlatih untuk lebih teliti dalam
menggunakan ejaan dan tanda baca, (3) siswa lebih kreatif karena berusaha
membuat karangan sebaik mungkin, dan (4) siswa termotivasi membuat karangan
yang baik karena ada tahap publikasi. Prosedur yang digunakan dalam pendekatan
proses antara lain, (1) tahap prapenulisan yang memungkinkan siswa melakukan
persiapan sebelum menulis, (2) tahap penulisan, (3) tahap revisi yang
memungkinkan siswa meninjau ulang karangannya dari segi isi dan melakukan
perubahan jika perlu, (4) tahap pengeditan yang memungkinkan siswa untuk aktif
dan teliti mininjau kebenaran ejaan, tanda baca, dan kosakata pada karangannya,
commit to user
dan (5) tahap publikasi yang memungkinkan siswa untuk membagi karangannya
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

dengan teman sekelas, adik kelas, dan civitas akademik yang lain.
Berdasarkan rincian di atas, penerapan pendekatan proses lima fase
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas enam
SD Negeri Bulukantil. Untuk lebih jelasnya, uraian di atas dapat digambarkan
dengan kerangka berpikir sebagai berikut :

Rendahnya kemampuan menulis karangan siswa kelas 6


SD Negeri Bulukantil

· Guru tidak mengunakan metode yang tepat · Siswa kurang termotivasi terhadap pembelajaran
· Prosedur pembelajaran dilakukan dengan: menulis karena karangannya tidak dipublikasikan,
1. Guru memberikan tema tanpa memberikan menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti
gambaran keseluruhan karangan yang pembelajaran
menyebabkan siswa kurang mampu · Siswa kurang mampu mengembangkan tema,
mengembangkan tema, · Siswa kurang menguasai penggunaan ejaan yang
2. Menulis karangan, benar,
3. Mengumpulkan dalam waktu yang singkat, · Siswa tidak memiliki kesempatan untuk
4. Guru mengoreksi dan memberi nilai tanpa melakukan kegiatan persiapan menulis
memberikan masukan pada kesalahan (prapenulisan), membuat kerangka dan
siswa, sehingga siswa tidak tau letak sebagainya,
kesalahannya dan tidak bisa melakukan · Siswa tidak memiliki kesempatan melakukan
perbaikan karangan, revisi dan pengeditan pada karangannya.
5. Mengembalikan karangan pada siswa.

Pendekatan Proses 5 Fase

1. Pramenulis
2. Penulisan
3. Revisi
4. Penyuntingan
5. Publikasi

1. Siswa termotivasi membuat karangan yang baik karena ada tahap publikasi
2. Siswa aktif karena terlibat langsung dalam melakukan perbaikan karangan (keaktifan
ditunjukkan dengan 75% siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran)
3. Hasil karangan menunjukkan peningkatan, yang ditunjukkan dengan berkurangnya kesalahan
pada karangan siswa (75 % siswa mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 63)
4. Siswa terlatih untuk lebih teliti dalam menggunakan ejaan dan tanda baca
5. Siswa lebih kreatif karena berusaha membuat karangan sebaik mungkin

Terjadi peningkatan kemampuan menulis karangan siswa kelas 6


SD Negeri Bulukantil

commit
Gambar 2.1 to user Berpikir
: Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan proses lima fase dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis dan kualitas karangan (hasil
menulis) pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bulukantil, Ngoresan, Surakarta
yang berdasarkan data Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga kota
Surakarta, termasuk dalam kualifikasi sepuluh sekolah dasar terbaik tingkat kota
Surakarta. Secara khusus, penelitian ini dilaksanakan di kelas VI karena beberapa
hal, antara lain karena siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil mempunyai
permasalahan pada kemampuan menulis (hasil karangan), khususnya tanda baca,
ejaan serta struktur kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa, selain itu
terdapat permasalahan dalam hal motivasi menulis yang sangat berpengaruh pada
keaktifan dan kreatifitas siswa ketika proses pembelajaran menulis.
Waktu pelaksanaan penelitian, yakni dari tahap persiapan hingga
pelaporan hasil penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, yakni mulai bulan
September 2011 hingga Maret 2012. Adapun pelaksanaan pembelajaran
diselenggarakan pada setengah semester gasal (semester 1), yaitu bulan Agustus
hingga November 2011 dengan rincian sebagai berikut:
a. Siklus I
Materi : Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan
makna puisi
Dilaksanakan pada tanggal 24 dan 27 Oktober 2011 (pemajangan/publikasi
karangan berlangsung tanggal 31 Oktober 2011)
b. Siklus II
Materi : Menyusun naskah pidato perpisahan
Dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2011 dan 3 November 2011
(pemajangan/publikasi karangan berlangsung tanggal 10 November 2011)
Berikut ini adalah urutan waktu pelaksanaan kegiatan dalam penelitian
ini yang disajikan dalam bentuk tabel.

commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Jenis September Oktober November Desember Januari Februari Maret


Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Persiapan survai awal x x x x
1. Penyusunan Proposal x x x x
2. Koordinasi dengan x x x x
guru dan Kepala Sekolah x x x x

2 1. Menentukan informan x x
2. Menyusun instrumen x x
3. Mengadakan simulasi x x

3 Pelaksanaan Pembelajaran
1. Siklus I x x
a.Perencanaan x x
(RPP/skenario/media) x x
b.Pelaksanaan tindakan x x
c. Observasi dan x x
interpretasi x x
d.Analisis dan refleksi x x

2. Siklus II x x
a.Perencanaan x x
(RPP/skenario/media) x x
b.Pelaksanaan tindakan x x
c. Observasi dan x x
interpretasi x x
d.Analisis dan refleksi
4 Penyusunan Laporan x x x x x x x x x x x x x x x x x x

B. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil tahun
ajaran 2011/2012 yang berjumlah 43 orang. Adapun Objek penelitian ini adalah
pembelajaran menulis karangan yang meliputi dua kompetensi dasar, yaitu (1)
mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan makna puisi
dan (2) menyusun naskah pidato/sambutan (perpisahan, ulang tahun, perayaan
sekolah, dll.) dengan bahasa yang baik dan benar, serta memperhatikan
penggunaan ejaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

C. Bentuk dan Strategi Penelitian


Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa maupun staf
sekolah lain untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut
Arikunto (2008: 3), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi di dalam sebuah kelas secara bersama. Maksud kelas tersebut bukan hanya
dalam ruangan, namun lebih pada kelompok yang sedang belajar.
Suwandi (2004: 119) menyatakan bahwa PTK merupakan penelitian
yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang
dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan. Alternatif
pemecahan masalah dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata (action)
yang dilakukan oleh guru (bersama pihak lain) untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi dalam PBM. Tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan
dapat diukur tingkat keberhasilannya. Jika ternyata tindakan tersebut belum dapat
menyelesaikan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus
berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai
permasalahan tersebut dapat diatasi).
PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian
lain. Suhadjono (dalam Arikunto, dkk, 2008: 62) menjelaskan ada beberapa
karakteristik PTK, antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang dilakukan
dalam situasi alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, (2) PTK
berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis atau bersifat bebas konteks,
(3) dimulai dari permasalahan sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal
yang terjadi di dalam kelas, (4) adanya kolaborasi antara praktisi (guru, siswa, dan
lain-lain) dan peneliti, dan (5) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuwan.
Sejalan dengan itu, Supardi (dalam Arikunto, dkk, 2008: 110) juga
mengungkapkan ada tiga karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) inkuiri
reflektif; 2) kolaboratif; dan 3) reflektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan


kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis karangan siswa kelas
VI SD Negeri Bulukantil tahun pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan
pendekatan proses lima fase. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta
menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses
pembelajaran menulis karangan sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa
penerapan pendekatan proses lima fase.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data ada dua, yaitu tes dan nontes. Teknik tes
digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan. Teknik
nontes digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap
pembelajaran menulis karangan dengan pendekatan proses lima fase.
1. Teknik Tes
Tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab pertanyaan
“seberapa tinggi kinerja seseorang” yang jawabannya berupa angka (Gronlund
dalam Nurgiyantoro, 2010: 105). Pengumpulan informasi melalui teknik tes
lazimnya dilakukan dengan melakukan seperangkat tugas, latihan, atau
pertanyaan yang harus dikerjakan peserta didik yang sedang dites
(Nurgiyantoro, 2010: 105).
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah penugasan membuat
sebuah karangan. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan
siklus II. Materi yang digunakan pada siklus I yaitu Memparafrasekan Puisi,
dan materi yang digunakan pada siklus II yaitu Membuat Naskah Pidato
Perpisahan. Pada hasil tes siklus I dianalisis, dari hasil analisis akan diketahui
kelemahan siswa dalam kegiatan menulis karangan, yang selanjutnya sebagai
dasar untuk menghadapi tes pada siklus II, yang pada akhirnya setelah
dianalisis hasil tes siswa pada siklus II dapat diketahui peningkatan
kemampuan menulis karangan commit
dengan to user
pendekatan proses lima fase.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

2. Teknik Nontes
Menurut Nurgiyantoro (2010: 90) teknik nontes merupakan alat
penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
peserta didik tanpa melalui tes dengan alat tes. Teknik nontes yang dapat
dipergunakan untuk memeroleh informasi hasil belajar atau informasi tentang
peserta didik antara lain, teknik kuesioner, pengamatan (observasi),
wawancara, daftar cocok, portofolio, penugasan, dan lain-lain. Teknik nontes
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Teknik Observasi
Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan
informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana.
Penilaian yang dilakukan dengan teknik pengamatan adalah dengan cara
melakukan pengamatan pengamatan terhadap objek secara langsung,
cermat, dan sistematis dengan mendasarkan pada rambu-rambu tertentu
(Nurgiyantoro, 2010: 93).
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung atau bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Observasi dilakukan terhadap perilaku siswa, baik yang positif maupun
negatif. Pada kegiatan observasi ini, peneliti dibantu oleh guru Bahasa dan
Sastra Indonesia dengan menggunakan lembar pedoman observasi
(terlampir). Melalui observasi dihasilkan data observasi berupa keterangan
kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

b. Teknik Wawancara
Menurut Nurgiyantoro (2010: 96) wawancara merupakan suatu
cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden
(peserta didik) dengan melakukan tanya jawab sepihak. Wawancara
dilakukan terhadap siswa yang mempunyai nilai tinggi, sedang dan rendah.
commitenam
Wawancara dilakukan terhadap to user
orang siswa. Pada siklus I ada tiga
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

siswa yang diwawancarai, yaitu satu siswa dengan nilai tinggi, satu siswa
dengan nilai sedang, dan satu siswa dengan nilai rendah. Pada siklus II
juga dilakukan wawancara terhadap tiga siswa, satu siswa dengan nilai
tinggi, satu siswa dengan nilai sedang, dan satu siswa dengan nilai rendah.
Wawancara dilakukan oleh peneliti setelah pembelajaran menulis
karangan berakhir dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi
daftar pertanyaan (terlampir). Responden bebas menjawab pertanyaan
yang diajukan peneliti tanpa terikat oleh satu jawaban. Wawancara
dilakukan oleh peneliti di luar jam pelajaran dengan menggunakan alat
perekam. Pada kegiatan wawancara ini, peneliti masih dibantu oleh
rekannya. Melalui wawancara dapat diketahui respon siswa terhadap
pembelajaran dan kesulitan-kesulitan dalam menulis karangan.

c. Teknik Dokumentasi
Pengambilan data melalui dokumentasi foto ini dilakukan pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta mengambil
gambar, sehingga siswa tetap fokus dan tidak terjadi perubahan perilaku
siswa pada saat pengambilan gambar. Adapun gambar yang diambil adalah
saat guru memberikan apersepsi, menyampaikan materi menulis karangan,
dan pada saat siswa membuat karangan. Dokumentasi ini akan
memperkuat analisis hasil penelitian pada setiap siklus. Selain itu, melalui
dokumentasi foto dapat memperjelas data yang lain yang hanya
dideskripsikan melalui observasi dan wawancara. Hasil dokumentasi ini,
kemudian dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang ada dan dipadukan
dengan data yang lainnya.

E. Sumber Data
1. Tempat dan Peristiwa
Data yang dikumpulkan yaitu data hasil pengamatan tentang
commit keterampilan
bagaimana proses pembelajaran to user menulis karangan yang
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

dilaksanakan oleh guru di kelas VI SD Negeri Bulukantil.


2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan
siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil tahun pelajaran 2011/2012.
3. Dokumen
Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa hasil rekaman
dan catatan ujaran pembicaraan guru dan murid dalam proses pembelajaran
menulis karangan, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dibuat guru dan peneliti, silabus yang ditentukan pihak sekolah, dan catatan
hasil wawancara.

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskripsi
komparatif dan analisis interaktif. Teknik analisis deskripsi komparatif mencakup
analisis kritis terhadap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam
proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian
berlangsung, membandingkan nilai antarsiklus maupun indikator kinerja. Hasil
analisis tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menyusun tindakan selanjutnya
sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersama antara guru dan
peneliti.
Dalam analisis model ini, peneliti akan mencoba untuk mengatasi
kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Hal ini
dilakukan agar menemukan cara atau strategi yang tepat untuk rencana
pelaksanaan tindakan yang berikutnya. Analisis ini bertujuan untuk memperbaiki
siklus yang sebelumnya agar dapat diperoleh pencapaian indikator yang telah
direncanakan. Adapun perbaikan siklus disusun berdasarkan hasil reflleksi dari
siklus sebelumnya.
Analisis model interaktif merupakan interaksi dari empat komponen,
yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan
(verifikasi). Pada saat melakukan tahap pengumpulan data, peneliti sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

melakukan reduksi dan display data sekaligus sesuai kemunculan data yang
diperlukan. Proses analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Reduksi Displai Data


Data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ( dalam Sutopo,
2002: 96)

G. Indikator Keberhasilan Tindakan


Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis
karangan pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil Tahun Pelajaran 2011/2012.
Dalam indikator ketercapaian ini, ditargetkan 75% siswa lulus dalam menulis
karangan mengingat dalam pratindakan hanya 55% siswa yang nilainya sesuai
dengan standar ketuntasan minimum yaitu 63. Selain itu, dari hasil diskusi dengan
guru pengampu, diperoleh kesepakatan untuk 75% presentase kelulusan siswa
dalam pembelajaran menulis karangan, sesuai dengan kurikulum atau kebijakan
sekolah. Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas, dirumuskan
indikator sebagai berikut ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.2 Tabel Indikator Ketercapaian Tujuan


(Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Karangan)
Pencapaian
Indikator Cara mengukur
siklus terakhir
Keaktifan dan minimal 75 % Diamati saat pembelajaran berlangsung
keantusiasan siswa aktif dan dan dihitung dari jumlah siswa yang
siswa selama antusias selama memperlihatkan keaktifan dan antusias
proses pembelajaran selama kegiatan pembelajaran dengan
pembelajaran menulis karangan menggunakan lembar observasi.
menulis
karangan Batasan keaktifan dan antusias siswa
antara lain memberikan respon
terhadap apersepsi guru,
memperhatikan penjelasan materi,
keaktifan bertanya,
berdiskusi/kerjasama, dan membuat
karangan.
Ketuntasan hasil minimal 75 % Diamati dari hasil karangan siswa dan
belajar menulis siswa mampu dihitung dari jumlah siswa yang
karangan mencapai nilai mampu menulis karangan dengan baik,
batas ketuntasan yaitu dapat menuliskan sesuai konsep
belajar (nilai 63 parafrase dan struktur pidato,
ke atas) penggunaan ejaan yang tepat serta
penguasaan kosakata yang memadai.

Hasil karangan siswa tersebut dihitung


dari jumlah siswa yang memperoleh
nilai menulis karangan sebesar 63 ke
atas (nilai 63 merupakan nilai standar
ketuntasan untuk aspek menulis)

H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan Penelitian
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. melakukan survei awal tentang pembelajaran menulis di kelas VI SD Negeri
Bulukantil dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses
pembelajaran menulis yang dilakukan guru;
b. mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran menulis
karangan yang terdapat di kelas VI SD Negeri Bulukantil. Langkah yang
commit to user
ditempuh guna mengetahui permasalahan tersebut adalah dengan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

wawancara dengan siswa dan guru yang bersangkutan kemudian


mengaitkannya dengan hasil survei awal;
c. menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang
relevan;
d. menyusun tindakan yang sesuai guna mengatasi permasalahan yang ditemukan
pada proses pembelajaran menulis yang telah diikuti sebelumnya. Tindakan
yang diambil peneliti adalah dengan penerapan pendekatan proses lima fase
yang diterapkan pada siklus 1 dan siklus 2;
e. menyusun jadwal penelitian dan rancangan pelaksanaan tindakan; serta
f. menyusun lembar observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran,
lembar kinerja guru saat mengajar, dan lembar evaluasi kerja siswa yang
berupa rubrik penilaian hasil kerja siswa.

2. Prosedur Tindakan pada Siklus I


1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan proses
pembelajaran menulis karangan dengan pendekatan proses lima fase
dengan langkah-langkah (1) menyusun rencana pembelajaran sesuai
dengan tindakan yang akan dilakukan, (2) menyiapkan bahan materi
menulis, (3) menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes,
(4) melakukan kolaborasi dengan guru.

2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan harus sesuai dengan perencanaan.
Pada tahap ini guru melakukan tindakan dalam proses pembelajaran.
Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas pendahuluan, inti,
dan penutup.
1. Pendahuluan
Tahap pendahuluan merupakan tahap untuk mempersiapkan
mental siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti proses belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

mengajar dengan baik. Persiapan dilakukan dengan cara memancing


pengetahuan siswa tentang menulis karangan.
2. Inti
Tahap inti merupakan tahap melaksanakan kegiatan menulis
karangan. Pada tahap ini, guru menjelaskan materi menulis karangan
dengan pendekatan proses lima fase. Kompetensi dasar yang dipakai
adalah membuat parafrase dari sebuah puisi.
Prosedur pelaksanaan tahap inti antara lain (1) guru
menginstruksikan siswa untuk membaca sebuah puisi berjudul Piano
karya Yulia yang ditampilkan di depan kelas, (2) guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan ringan seputar puisi untuk memancing minat
siswa, (3) guru menunjukkan bentuk prosa dari puisi berjudul Piano
karya Yulia, (4) guru menerangkan proses membuat bentuk prosa dari
sebuah puisi, (5) guru mempraktikkan pendekatan proses lima fase
dalam membuat parafrase dari puisi yang berjudul Pancaran Hidup
karya Amal Hamzah.
3. Penutup
Pada tahap ini guru bersama siswa mengadakan refleksi
terhadap pembelajaran yang berlangsung dan membuat simpulan
terhadap pembelajaran menulis karangan.

3. Observasi dan Interpretasi


Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Peneliti mengikuti kegiatan pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. Adapun aspek yang diamati adalah perilaku siswa baik yang
positif maupun negatif. Aspek yang positif terdiri dari: (1) memperhatikan
materi pelajaran; (2) keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran; (3)
keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran; (4) keaktifan siswa di
dalam kelas; (5) siswa bersemangat dalam mengerjakan tes; sedangkan
aspek negatif terdiri dari: (6) siswa meremehkan kegiatan menulis; (7)
commit
siswa berbicara sendiri atau denganto temannya
user saat proses belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

berlangsung; (8) siswa mengganggu teman; (9) siswa terganggu oleh


lingkungan; (10) siswa tidak bersemangat dalam mengerjakan tes.
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pedoman
observasi siswa yang berisi pertanyaan mengenai perilaku siswa selama
pembelajaran berlangsung. Peneliti dibantu guru Bahasa dan sastra
Indonesia dalam mengobservasi, yaitu untuk mencatat hal-hal yang
dilakukan siswa baik yang positif maupun yang negatif selama
pembelajaran dilaksanakan.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti mendata hasil
observasi melalui beberapa cara antara lain (1) tes yang digunakan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan menulis karangan siswa yang
melalui dua siklus; (2) lembar pedoman observasi dan memotret tingkah
laku siswa selama pembelajaran berlangsung; (3) wawancara yang
dilakukan di luar jam pelajaran. Wawancara dilakukan terhadap siswa
yang memperoleh nilai tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis
karangan dan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap karena masing-
masing telah terwakili; (4) dokumentasi foto sebagai laporan yang berupa
gambar aktivitas siswa selama penelitian. Dokumentasi ini digunakan
sebagai penguat data-data yang lain.

4. Analisis Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis
terhadap hasil tes, hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara yang
telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui: (a) kelebihan
dan kekurangan pendekatan proses lima fase yang digunakan yang
digunakan oleh peneliti dalam proses pembelajaran siklus I; (b) kelebihan
dan kekurangan materi menulis karangan; (c) tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran; (d) tindakan-tindakan
yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran. Refleksi pada siklus I
dilakukan untuk mengubahcommit
strategitopembelajaran
user pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

3. Prosedur Tindakan pada Siklus II


1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II, merupakan
penyempurnaan pada siklus I. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan siklus II adalah (1) menyusun perbaikan rencana
pembelajaran keterampilan menulis karangan; (2) menyiapkan bahan
materi menulis yang berbeda; (3) menyusun perbaikan instrumen yang
berupa data tes dan nontes; (4) dalam berkolaborasi peneliti lebih sering
berdiskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan teman
sejawat.
2. Pelaksanaan Tindakan
1. Pendahuluan
Ada beberapa pembaharuan tindakan pada tahap ini. Sebelum
siswa menulis karangan, guru menjelaskan terlebih dahulu kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada siklus I. Guru menanyakan kembali
materi yang telah diberikan guru pada pertemuan yang lalu. Guru
meminta siswa agar lebih konsentrasi dalam kegiatan menulis.

2. Inti
Guru menjelaskan kembali materi menulis karangan dengan
pendekatan proses lima fase beserta langkah-langkahnya,
menerangkan hakikat menulis, dan menyiapkan kembali materi
menulis yang berbeda. Dalam siklus II, kompetensi dasar yang dipakai
adalah membuat naskah pidato perpisahan. Sebelum memulai
pembelajaran, guru memberikan contoh naskah pidato untuk
memancing antusias siswa mengikuti pembelajaran. Kemudian
pembelajaran dilanjutkan dengan langkah-langkah sebagai berikut, (1)
guru menginstruksikan siswa untuk membaca pidato yang ditunjukkan
guru; (2) guru memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan seputar
commit to
pidato; (3) guru memberikan user membuat naskah pidato, struktur
materi
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

pidato, dan lain-lain; (4) guru menugaskan siswa membuat naskah


pidato dengan menerapkan langkah-langkah yang telah dijelaskan di
awal dengan menggunakan pendekatan proses lima fase.

3. Penutup
Pada tahap ini peneliti bersama siswa mengadakan refleksi
terhadap pembelajaran yang berlangsung dan membuat simpulan
terhadap pembelajaran keterampilan menulis karangan.

3. Observasi dan Interpretasi


Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan lembar pedoman
observasi. Aspek-aspek yang diobservasi pada siklus II meliputi aspek
positif dan negatif. Aspek yang positif terdiri dari: (1) memperhatikan
materi pelajaran; (2) keseriusan siswa dalam menulis karangan; (3)
keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran; (4) keaktifan siswa di
dalam kelas; (5) siswa bersemangat dalam mengerjakan tes; sedangkan
aspek negatif terdiri dari: (6) siswa meremehkan kegiatan menulis; (7)
siswa berbicara sendiri atau dengan temannya saat proses belajar mengajar
berlangsung; (8) siswa mengganggu teman; (9) siswa terganggu oleh
lingkungan; (10) siswa tidak bersemangat dalam mengerjakan tes. Dalam
mengobservasi, peneliti kembali dibantu oleh guru Bahasa dan Sastra
Indonesia agar semua kegiatan siswa selama pembelajaran dapat diamati
dengan baik. Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan
siklus II. Melalui observasi, peneliti mendapatkan data berupa keterangan
kegiatan siswa selama pembelajaran. Dalam praktik observasi ini, peneliti
memberikan tanda check list (√) pada pedoman observasi yang telah
disiapkan.

4. Analisis dan Refleksi


Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui
commit to user
keefektifan penggunaan pendekatan proses lima fase dalam kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

menulis karangan siswa dan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan


perbaikan tindakan pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan menganalisis
hasil tes keterampilan menulis karangan dan hasil nontes, wawancara, dan
dokumentasi juga dianalisis untuk mengetahui perubahan tingkah laku
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk merefleksi hasil
evaluasi belajar siswa pada siklus I. Tujuan refleksi ini adalah untuk
menentukan kemajuan- kemajuan yang telah dicapai selama proses
pembelajaran dan untuk mencari kelemahan-kelemahan yang muncul
dalam pembelajaran. Kemajuan yang dicapai pada siklus II adalah
peningkatan nilai tes menulis karangan dan perubahan tingkah laku siswa
dari negatif menjadi positif.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti dapat


digambarkan sebagai berikut:

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


Tindakan I Tindakan I

Pengamatan/
Refleksi I Pengumpulan
SIKLUS I Data I

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


baru hasil Tindakan II Tindakan II

Pengamatan/
SIKLUS II Refleksi II Pengumpulan
Data II

Dilanjutkan ke
Apabila permasalahan
siklus
belum terselesaikan berikutnya

Gambar 3.2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas


(Suharsimi Arikunto,
commitSuhardjono dan Supardi, 2006: 74)
to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Keterangan:
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti
kemudian mengajukan alternatif pemecahan masalah, yakni dengan penerapan
pendekatan proses lima fase. Pada tahap ini peneliti menyajikan data-data
yang telah dikumpulkan kemudian bersama guru menentukan solusi yang
tepat berdasarkan masalah yang dihadapi. Tahap perencanaan tindakan
meliputi langkah-langkah:
a) Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
b) Merancang skenario pembelajaran;
c) Mendiskusikan macam-macam aspek bahasa yang akan disunting dan
simbol yang digunakan untuk menandai letak kesalahan dalam karangan
yang ditulis siswa;
d) Merancang kerangka karangan dan pengembangannya yang akan ditulis
guru pada papan tulis sebagai contoh;
e) Menyusun instrumen penelitian berupa tes dan nontes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran menulis
karangan dengan menerapkan pendekatan prses lima fase. Dalam setiap
tindakan yang dilakukan selalu diikuti dengan kegiatan pengamatan dan
evaluasi serta refleksi. Pada tahapan ini, peneliti mengadakan pengamatan
apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada.
Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya
diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Observasi
Dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas
siswa yang terjadi ketika proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
proses lima fase. Dalam kegiatan ini, peneliti bertindak sebagai pengamat
yang berada dalam lokasi penelitian dan tidak berperan aktif. Peneliti hanya
mengamati dan mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa
dalam pembelajaran menulis commit to user itu peneliti mengolah data untuk
narasi. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

mengetahui apakah ada peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis


narasi dengan penerapan pendekatan proses lima fase tersebut, juga untuk
mengetahui kelemahan yang muncul saat berlangsungnya pelaksanaan
tindakan.
4. Refleksi
Dilakukan dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi
dan menginterpretasikannya sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang
perlu diperbaiki dan bagian mana yang telah mencapai tujuan penelitian.
Dalam melakukan refleksi, peneliti bekerjasama dengan guru sebagai
kolaborator. Kemudian, peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk
menentukan langkah-langkah perbaikan (solusi pemecahan masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan). Setelah itu ditarik
kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak sehingga
dapat menentukan langkah berikutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Survai Awal


Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti melakukan
survai awal. Survai awal dilakukan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran
menulis karangan serta permasalahan yang muncul berkaitan dengan
pembelajaran menulis karangan yang telah dilaksanakan oleh guru. Survai awal
yang dilakukan oleh peneliti akan dijadikan sebagai bahan pedoman untuk
menentukan langkah yang akan ditempuh dalam meningkatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran menulis karangan. Survai awal ini dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 17 Oktober 2011, dengan kegiatan berupa observasi dalam kelas
dan wawancara. Kegiatan observasi yang dilakukan adalah mendokumentasikan
nilai siswa terdahulu dan observasi kelas terkait dengan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, diperoleh
data nilai sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Nilai Pratindakan
Aspek penulisan yang dinilai
Organisasi Penggunaan
No Nama Siswa Isi Kosakata Mekanik Jml. Ket.
isi bahasa

1 Ridwan 10 10 20 8 5 53 tidak tuntas


2 Kosim 15 10 20 10 5 60 tidak tuntas
3 Yossi 10 10 5 10 10 43 tidak tuntas
4 Agung Aji 17 8 20 5 5 55 tidak tuntas
5 Alby Ridho Ulhaqi 20 10 20 10 5 65 tuntas
6 Alfira Damayanti 25 15 30 20 8 83 tuntas
7 Ananda 15 10 10 5 5 45 tidak tuntas
8 Annisa Indah P. 20 15 25 15 5 80 tuntas
9 Aisyah Putri Anggraini 25 15 30 18 8 96 tuntas
10 Astika Asha Rani 20 15 25 10 10 78 tuntas
11 Audrey El Rafa E.M. 25 15 30 20 10 75 tuntas
12 Aulia Afna N.A. 25 15 15 10 8 43 tidak tuntas
13 Calista 25 15 20 10 5 75 tuntas
14 Dinda Amalia F.A. 25 15 25 15 10 90 tuntas
15 Fajar Prasetyo 25 15 10 10 5 54 tidak tuntas
16 Febrian S.S. 25 15 30 15 10 60 tidak tuntas
17 Gunawan 20 commit
10 to user
30 10 5 43 tidak tuntas
18 Hanifa Salsabilla 15 10 20 15 5 65 tuntas

49
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

19 Imron 10 10 15 10 8 53 tidak tuntas


20 Ira Nurul 25 15 28 15 5 79 tuntas
21 Kadek Wahyu Rosetiani 25 10 28 18 8 52 tidak tuntas
22 Kevin Ismail 25 15 30 10 5 51 tidak tuntas
23 Krisna 25 15 25 15 8 54 tidak tuntas
24 Kurniawan Jati 15 15 25 5 5 65 tuntas
25 Layly Aurolia 25 15 25 20 10 95 tuntas
26 Michael 25 15 30 20 8 88 tuntas
27 Nita Widya 10 10 20 10 5 55 tidak tuntas
28 Novella M.B. 25 15 30 15 10 81 tuntas
29 Nur Aini 20 10 20 20 10 80 tuntas
30 Nurrachmayani H. 20 15 30 18 10 52 tidak tuntas
31 Prasetya Aji 20 10 25 5 5 53 tidak tuntas
32 Rahmad Tri R. 18 8 24 8 5 63 tuntas
33 Richo 18 10 20 10 5 63 tuntas
34 Rosyid F. 10 8 10 10 5 43 tidak tuntas
35 Savira Febriani 13 10 30 5 5 63 tuntas
36 Shinta M.W. 25 15 30 20 10 80 tuntas
37 Wildan 25 15 30 20 5 61 tidak tuntas
38 Vita Mutia Yava P. 20 10 20 10 5 65 tuntas
39 Vivia Wulandari 20 10 20 10 5 53 tidak tuntas
40 Wanda Oktaviana 25 10 25 20 10 90 tuntas
41 Yanuar Ayubi 25 10 20 5 5 65 tuntas
42 Yohan Illirwansyah 20 10 25 10 5 70 tuntas
43 M. Rizqi Priyo S. 25 15 30 10 10 61 tidak tuntas
Total 2798
Rata-rata 65,07

Berdasarkan daftar tersebut tampak 23 siswa atau 53,5% siswa telah


mampu menulis karangan dengan baik, namun 20 siswa atau 46,5% siswa belum
mampu menulis karangan dengan baik. Selain daftar nilai, peneliti melakukan
observasi kelas ketika pembelajaran menulis karangan. Observasi tersebut
memperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Indikator Sikap pada Pratindakan
No. Indikator Persentase
1 Keaktifan siswa selama apersepsi 35%
2 Perhatian siswa kepada materi 40%
3 Keaktifan siswa bertanya / merespon pertanyaan 22%
4 Kerjasama/ diskusi 0%
5 Kesungguhan mengerjakan tugas (karangan) 50%

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan daftar nilai dan indikator sikap tersebut, peneliti bersama


guru melakukan analisa tentang rendahnya kemampuan siswa dalam menulis
karangan. Hasil analisa survai awal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Siswa kesulitan mengembangkan tema yang diberikan guru
Siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan karangan dari
tema yang diberikan guru. Ketika observasi pratindakan, masih banyak siswa
yang karangannya meloncat-loncat dari paragraf satu ke paragraf berikutnya,
bahkan ada beberapa karangan siswa yang kurang sesuai antara isi dengan
tema yang diberikan guru.
2. Siswa kurang menguasai dan teliti dalam pemakaian ejaan dan tanda baca
Hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa siswa belum menguasai
aturan penggunaan ejaan maupun tanda baca. Beberapa kesalahan yang
terdapat pada karangan siswa antara lain kesalahan dalam penggunaan huruf
besar pada kata sapaan, kerancuan pada penggunaan awalan dan kata depan,
dan penggunaan tanda titik dan koma. Ketika peneliti mewawancarai
beberapa siswa, ada beberapa yang memang belum paham dalam
menggunakan ejaan dan tanda baca, dan ada pula yang kurang teliti karena
terburu-buru ingin mengumpulkan karangannya.
3. Siswa kurang menguasai struktur kalimat
Hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa siswa kurang menguasai
struktur kalimat. Beberapa kesalahan yang peneliti temukan yaitu
pembentukan kalimat pasif dan aktif, penempatan jabatan pada kalimat
(SPOK) yang kurang tepat sehingga menyebabkan kerancuan dalam
pemaknaan, seringkali siswa menggunakan struktur kalimat bahasa Jawa
(bahasa Jawa yang di Indonesiakan), selain itu siswa seringkali menggunakan
struktur kalimat percakapan sehingga tidak lazim jika disajikan dalam bentuk
tulisan. Misalnya salah satu karya siswa pada kalimat : Dan adik
berangkatnya sekolah diantarkan ayah karena ibu tidak bisa mengantarkan.
Secara struktural kalimat tersebut merupakan kalimat yang salah, karena : (1)
penulisan “dan” di awal kalimat, (2) unsur bahasa Jawa pada kata
commit to user
“berangkatnya” dan ”mengantarkan”.
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

4. Siswa kurang antusias pada pembelajaran menulis


Berdasarkan hasil observasi pratindakan, peneliti melihat sebagian
besar siswa kurang memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran menulis
karangan. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti
pembelajaran, ada beberapa siswa yang tampak bermalas-malasan,
meletakkan dagu di meja, mengobrol dengan teman, dan beberapa mencoret-
coret kertas. Selama pembelajaran berlangsung, guru juga kurang
memperhatikan siswa secara keseluruhan, terlihat guru hanya memperhatikan
siswa-siswa pada deretan depan. Dalam menyikapi siswa yang kurang
memperhatikan, guru hanya memanggil nama siswa saja tanpa
menindaklanjuti secara tegas.
Setelah pembelajaran berakhir, peneliti melakukan wawancara
kepada guru dan siswa untuk menanyakan alasan terjadinya
kekurangantusiasan siswa ketika pembekajaran menulis karangan. Menurut
pendapat guru, siswa sudah tidak perlu terlalu diatur lagi karena mengingat
siswa sudah duduk di kelas enam yang seharusnya sudah bisa menempatkan
diri dalam mengikuti pembelajaran. Lain halnya dengan pendapat siswa,
menurut beberapa siswa, siswa merasa bosan karena guru hanya memberikan
ceramah kemudian langsung memberikan tugas. Selanjutnya siswa
mengerjakan karangannya dan langsung dikumpulkan hari itu juga tanpa
melakukan tahap-tahap penulisan yang benar. Selain itu siswa juga kurang
termotivasi dalam membuat karangan karena nantinya karangan hanya dibuat
untuk mendapatkan nilai, sehingga siswa tidak punya kesempatan berbagi
karangan dengan temannya.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya peneliti bersama guru
melakukan diskusi untuk mencari solusi dalam meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran menulis karangan. Melalui diskusi tersebut, pada akhirnya
guru dan peneliti memutuskan untuk menerapkan pendekatan proses lima fase
dalam pembeajaran menulis karangan pada siswa kelas VI (enam) SD Negeri
Bulukantil, Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

B. Deskripsi Hasil Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun setiap siklus
meliputi empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan dilakukan pada hari Sabtu, 22 Oktober
2011 di ruang kepala SD Negeri Bulukantil. Peneliti dan Guru Bahasa
Indonesia kelas VI mendiskusikan rencana tindakan beserta skenario
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus I. Berdasarkan
pertemuan ini, disepakati bahwa siklus pertama akan dilaksanakan selama
dua pertemuan (2 x 2 x 35 menit) yakni pada hari Senin, 24 Oktober 2011
dan Kamis 27 Oktober 2011.
Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan berikut.
1. Peneliti bersama guru merancang skenario dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) menulis karangan dengan penerapan pendekatan
proses lima fase. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang
direncanakan pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut :
Kegiatan Awal
Apersepsi :
a. Guru mengkondisikan kelas agar siap mengikuti pelajaran
b. Guru melempar beberapa pertanyaan sebagai review cara membuat
karangan yang baik
c. Guru memberikan contoh puisi
d. Guru memberikan contoh prosa yang dibuat dari sebuah puisi
Kegitan Inti
Eksplorasi
a. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab mengenai tema puisi
b. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab mengenai parafrase
sebuah puisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

c. Guru memberi contoh membuat butir-butir karangan dari beberapa


bait puisi dengan ejaan yang benar
d. Siswa diminta membuat kerangka dari puisi di kertas yang telah
disediakan
Elaborasi
a. Guru memeriksa kerangka karangan yang telah dibuat oleh siswa
b. Guru memberi contoh mengembangkan kerangka menjadi sebuah
paragraf dengan ejaan yang benar
c. Siswa mengikuti contoh yang diberikan guru
Konfirmasi
a. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan terhadap beberapa hasil kerja siswa
b. Siswa yang belum menyelesaikan karangannya boleh melanjutkan
mengerjakan di rumah
Kegiatan Penutup
a. Guru menunjukkan karya terbaik sementara
b. Siswa menyimak umpan balik yang disampaikan guru terhadap
proses dan hasil pembelajaran
c. Siswa menyimak rencana pembelajaran yang akan dilakukan guru
pada pertemuan berikutnya.

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua adalah


sebagai berikut :
Kegiatan Awal
Apersepsi :
a. Guru mengkondisikan kelas agar siap mengikuti pelajaran
b. Guru melempar beberapa pertanyaan sebagai review kegiatan
belajar yang lalu dan cara membuat karangan yang baik
c. Guru memberikan contoh sebuah karangan yang baik untuk
memotivasi siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

Kegitan Inti
Eksplorasi
a. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan untuk membacakan
karangannya
b. Guru bersama siswa menunjukkan beberapa kesalahan yang terjadi
pada karangan yang telah dibacakan (kesalahan berupa struktur)
c. Guru menunjukkan cara merevisi karangan dari segi struktur
(organisasi isi, pemilihan kata, dan penyusunan kalimat)
Elaborasi
a. Siswa merevisi karangannya, guru membantu siswa. Guru
memberi contoh cara merevisi karangan
b. Guru memberikan masukan kepada siswa yang bertanya
c. Setelah merevisi, guru mengingatkan siswa untuk memeriksa ejaan
dan tanda baca (tahap penyuntingan). Berfungsi untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan berupa tata cara penulisan
(judul, garis pinggir dan garis bantu) pemakaian huruf besar, kata
depan, awalan dan akhiran, dan pemakaian tanda baca.
Konfirmasi
a. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan terhadap beberapa hasil kerja siswa
b. Setelah siswa menyelesaikan karyanya dengan baik, guru
menginstruksikan untuk menghias karangannya karena akan
dipublikasikan. Siswa boleh menulis ulang.
Kegiatan Penutup
a. Siswa menyimak umpan balik yang disampaikan guru terhadap
proses dan hasil pembelajaran
b. Siswa menyimak rencana pembelajaran yang akan dilakukan guru
pada pertemuan berikutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

2. Peneliti bersama guru menyiapkan media pembelajaran berupa contoh teks


puisi berjudul “Piano” karya Yulia beserta bentuk prosa dari puisi tersebut
dan kertas untuk lembar kerja siswa.
3. Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian berupa tes dan non
tes. Instrumen berupa tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa
memparafrasekan puisi berjudul “Pancaran Hidup” karya Amal Hamzah.
Sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang
dilakukan peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama
mengikuti pembelajaran menulis karangan berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan yang berupa penerapan pendekatan
proses lima fase pada pembelajaran menulis karangan dilaksanakan dalam
dua pertemuan. Sebagaimana telah direncanakan sebelumnya, pelaksanaan
tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 24 Oktober 2011 dan
Kamis, 27 Oktober 2011 di ruang kelas VI SD Negeri Bulukantil. Masing-
masing pertemuan berlangsung selama dua jam pelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan siklus I ini, guru bertindak sebagai
penyampai materi dalam pembelajaran menulis karangan, sedangkan
peneliti bertindak sebagai kolaborator dengan melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran. Ketika mengobservasi, peneliti berperan
sebagai partisipan pasif dengan duduk di kursi paling belakang dan
sesekali mengambil gambar pembelajaran sebagai dokumentasi.
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Senin, 24 Oktober 2011 selama dua jam pelajaran yaitu pukul
09.30 –10.40 WIB (jam ke-5 dan 6). Adapun urutan pelaksanaan tindakan
siklus I pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut :
1. Guru membuka pelajaran Bahasa Indonesia dengan mengucapkan
salam. Guru menjelaskan bahwa pertemuan kali ini siswa akan belajar
mengenai menulis karangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini secara eksplisit yaitu


siswa dapat menulis karangan dari sebuah puisi dengan tetap
memperhatikan makna puisi (parafrase).
3. Sebelum guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya tentang puisi,
perbedaan puisi dengan prosa, dan lain sebagainya, ada beberapa siswa
yang bertanya tentang puisi yang ditempel di depan kelas sebagai media
pembelajaran.
4. Pada kegiatan eksplorasi, guru menjelaskan sambil bertanya jawab
dengan siswa mengenai cara membuat prosa dari sebuah puisi. Guru
berusaha menggali kemampuan siswa mengenai cara mengubah puisi
menjadi prosa yang baik. Tampak beberapa siswa aktif bertanya dan
menjawab. Ada beberapa siswa yang menanggapi jawaban temannya,
dan ada pula yang pasif. Guru memberikan sintesis dari beberapa
pendapat siswa mengenai memparafrasekan puisi dan mempraktikkan
di papan tulis, kemudian siswa diminta mengikuti langkah-langkahnya
di kertas yang telah disediakan.
5. Pada kegiatan elaborasi, guru meminta siswa mengerjakan parafrase
puisi dari sebuah puisi berjudul “Pancaran Hidup” karya Amal Hamzah.
Kegiatan pembuatan dimulai dengan membuat kerangka karangan
sesuai bait-bait yang ada pada puisi. Guru memeriksa pekerjaan siswa
secara berkeliling dan membetulkan jika ada kesalahan. Dalam kegiatan
ini, ada beberapa siswa yang bertanya ketika menemukan kata-kata
sulit.
6. Kegiatan berikutnya adalah konfirmasi. Pada kegiatan ini, guru
meminta siswa yang sudah selesai membuat kerangka untuk
melanjutkan ke tahap pengembangan karangan. Beberapa siswa yang
termasuk aktif telah mampu mengerjakan dengan cepat, namun ada
beberapa siswa yang masih meminta guru untuk mendampingi. Ketika
waktu habis, guru meminta siswa untuk melanjutkan pekerjaannya di
rumah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

7. Pada akhir pertemuan, guru bersama siswa merefleksikan pembelajaran


yang telah dilakukan hari ini.
Pembelajaran menulis karangan dilanjutkan pada pertemuan
kedua, yaitu pada hari Kamis tanggal 27 Oktober 2011 selama dua jam
pelajaran yaitu pukul 09.30 –10.40 WIB (jam ke-5 dan 6). Adapun
pelaksanaan kegiatan pada pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut :
1. Guru membuka pelajaran Bahasa Indonesia dengan mengucapkan
salam. Guru menjelaskan bahwa pertemuan kali ini siswa akan
melanjutkan menulis karangan dengan tahap berikutnya, yaitu revisi
dan penyuntingan.
2. Pada kegiatan apersepsi, guru melakukan review pembelajaran minggu
lalu mengenai cara membuat karangan bentuk prosa dari sebuah puisi.
3. Pada kegiatan eksplorasi, guru mengawali dengan meminta beberapa
siswa membacakan karyanya di depan kelas. Guru meminta siswa yang
lain untuk menanggapi kekurangan karya temannya. Kemudian guru
menunjukkan cara merevisi dan menyunting karangan.
4. Pada kegiatan elaborasi, siswa diminta untuk memeriksa karangannya
masing-masing, apakah strukturnya sudah sesuai dengan urutan pada
puisi atau belum, jika ada yang kurang tepat maka siswa membetulkan.
Kemudian guru mendampingi siswa untuk membetulkan kesalahan dari
segi ejaan dan tanda baca.
5. Setelah siswa menyelesaikan karyanya dengan baik, guru
menginstruksikan untuk menghias karangannya karena akan
dipublikasikan. Siswa boleh menulis ulang karyanya.
6. Karangan siswa dikumpulkan untuk dinilai sebelum melanjutkan ke
tahap berikutnya (publikasi). Setelah dinilai, karangan dikembalikan
pada siswa untuk dihias, sebelumnya peneliti memfotokopi untuk
dijadikan arsip. Pelaksanaan tahap publikasi dilakukan pada jam
istirahat pada pertemuan berikutnya, yaitu pada hari Senin tanggal 31
Oktober 2011, pukul 08.40 – 08.55 WIB.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

c. Observasi dan Interpretasi


Kegiatan observasi dilaksanakan pada hari Senin, 24 Oktober
2011 dan Kamis 27 Oktober 2011 di ruang kelas VI SD Negeri Bulukantil.
Peneliti memfokuskan pengamatan pada proses pembelajaran menulis
karangan serta aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada kegiatan observasi ini, peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif dengan mengambil posisi di tempat duduk paling belakang
untuk mengamati jalannya pembelajaran, sesekali peneliti ke depan kelas
untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi. Pengamatan yang
dilakukan peneliti diperoleh hasil sebagai berikut.
Pada pertemuan pertama guru membuka pelajaran dengan ucapan
salam dan yel “Bulukantil!! Hebat!!”. Jumlah siswa yang hadir pada
pertemuan tersebut adalah 43 orang. Pembelajaran pada pertemuan
pertama difokuskan pada penjelasan mengenai puisi, prosa, dan parafrase.
Guru menggunakan media poster puisi dan prosa yang ditempelkan ke
papan tulis kemudian menjelaskan bagian-bagian puisi, prosa, dan
parafrase dengan cara menuliskan di bagian papan tulis yang masih
kosong. Penjelasan diawali guru dengan melemparkan pertanyaan pada
siswa mengenai perbedaan bentuk antara puisi dan prosa, selanjutnya guru
menjelaskan cara mengubah puisi menjadi bentuk prosa. Pada kegiatan ini
sekitar 25 siswa pada deretan bangku depan terlihat aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru. Kegiatan tanya jawab tersebut bertujuan
untuk mengajak siswa menemukan sendiri pemahaman tentang materi
yang dipelajari pada pertemuan kali ini.
Selanjutnya guru memasang poster puisi berjudul Pancaran Hidup
karya Amal Hamzah. Guru meminta siswa membuat kerangka dari tiap
bait yang ada pada puisi tersebut. Terlihat 30 siswa antusias dalam
mengerjakan, 13 siswa beberapa kali bertanya tentang kata-kata sulit yang
tidak mereka ketahui maknanya. Guru berusaha membimbing siswa untuk
memahami cara menyusun kerangka dari sebuah puisi. Setelah siswa
menyelesaikan commit kerangka,
pembuatan to user guru meminta untuk
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

mengembangkannya menjadi bentuk prosa. Berhubung waktu yang


dialokasikan untuk pertemuan kali ini telah habis, maka guru meminta
siswa untuk melanjutkan mengerjakan di rumah. Sebelum menutup
pertemuan, guru merefleksikan apa yang telah dipelajari hari ini.
Pada pertemuan kedua, siswa yang hadir adalah 43 orang. Seperti
biasa, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan yel untuk
memusatkan konsentrasi siswa dan memacu semangat. Pada kegiatan
apersepsi guru menanyakan tugas karangan pada pertemuan yang lalu,
ternyata ada salah satu siswa yang tugasnya tertinggal, siswa tersebut
mohon ijin untuk pulang sebentar karena rumahnya berada di sebelah
sekolah. Pertemuan kali ini memfokuskan pada cara merevisi dan
menyuting karangan. Guru menunjukkan cara merevisi karangan yang
benar, yaitu mengoreksi satu-persatu urutan bait yang ada pada puisi,
kemudian menghubungkan dengan prosa yang telah dibuat siswa. Jika ada
yang tidak sesuai, guru meminta siswa untuk mengubah sesuai urutan yang
benar. Setelah menjelaskan, guru berkeliling untuk memeriksa pekerjaan
siswa.
Setelah fase revisi, guru menjelaskan tentang menyunting
karangan. Pada fase ini guru mengingatkan kembali penggunaan ejaan dan
tanda baca yang benar. Guru menuliskan contoh kalimat dengan penulisan
yang salah, yaitu “ketika aku pergi kesekolah pagi tadi, aku bertemu
dengan pak guru”, kemudian guru meminta siswa untuk membenarkan
penggunaan ejaan dan tanda baca yang meliputi pengunaan huruf besar
yang benar, penulisan kata depan yang benar, dan tanda baca titik dan
koma. Lebih dari 20 siswa angkat tangan dan berebut untuk membetulkan
kalimat yang ditulis oleh guru. Setelah kalimat tersebut benar, guru
mengkonfirmasi apakah siswa sudah paham atau belum mengenai
menyunting karangan, siswa menjawab “sudah paham”, namun ada
beberapa siswa yang ragu-ragu karena tidak menyimak penjelasan guru
tadi. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menyunting karangannya
masing-masing dan segeracommit to user jika ditemukan kesalahan. Siswa
membetulkan
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

antusias dalam mengerjakannya karena guru memberitahu bahwa karangan


siswa nanti akan dipasang di dinding kelas.
Setelah siswa selesai menyunting karangannya, guru meminta
siswa bernama Audrey untuk membacakan karangannya. Guru bersama
siswa yang lain memberikan penilaian tentang isi karangan. Selanjutnya
guru meminta siswa mengumpulkan karangannya untuk dinilai. Untuk
mengakhiri pembelajaran guru merefleksi sekilas tentang pembelajaran
menulis parafrase, kemudian mengakhiri pertemuan dengan mengucap
salam.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan
tindakan pada siklus I dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut.
1. Ketika apersepsi terlihat 67% siswa aktif ketika apersepsi. Siswa yang
aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan dengan
pendekatan proses lima fase sebanyak 25 siswa atau 58 %, sedangkan
15 siswa lainnya atau 41 % hanya sesekali berpartisipasi, 3 siswa atau 1
% siswa tidak aktif. Pada pelaksanaan tindakan siklus I beberapa siswa
harus ditunjuk agar mau berpartisipasi, namun secara keseluruhan siswa
sudah bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Keaktifan siswa
merespon pertanyaan 71%, sedangkan siswa yang aktif berdiskusi dan
bekerjasama yaitu 68%. Dilihat dari kesungguhan siswa mengerjakan
tugas terdapat 83% siswa terlihat fokus dalam mengerjakan tugas.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.3 Indikator Sikap pada Siklus I
No. Indikator Persentase
1 Keaktifan siswa selama apersepsi 67%
2 Perhatian siswa kepada materi 58%
3 Keaktifan siswa bertanya / merespon pertanyaan 71%
4 Kerjasama/ diskusi 68%
5 Kesungguhan mengerjakan tugas (karangan) 83%

2. Penilaian karangan parafrase mencakup lima aspek, yaitu isi, ketepatan


makna, diksi, ejaan, dan struktur.
commit Penilaian karangan siswa dilakukan
to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

oleh guru dan peneliti dengan cara menjumlahkan nilai dari guru dan
peneliti kemudian membagi dua nilai tersebut (uraian nilai lengkap
terlampir). Siswa yang mampu menulis karangan parafrase dengan baik
adalah siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 dan dikategorikan “tuntas”.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diperoleh 29 siswa atau sekitar 67%
sudah mampu menulis karangan parafrase dengan baik atau mencapai
nilai 63 ke atas. Sedangkan 14 siswa atau sebesar 33% siswa masih
perlu perbaikan. Adapun perolehan skor yang diperoleh siswa pada
setiap aspek dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.4 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa pada Siklus I


(Kompetensi Dasar : mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan
tetap memperhatikan makna puisi)
Aspek penulisan yang dinilai
Ketepatan
No Nama Siswa Isi
Makna
Struktur Kosakata Ejaan Jml. Ket.

1 Ridwan 10 10 15 8 5 48 tidak tuntas


2 Kosim 15 10 15 10 5 55 tidak tuntas
3 Yossi 12 10 8 10 10 50 tidak tuntas
4 Agung Aji 17 8 20 8 5 58 tidak tuntas
5 Alby Ridho Ulhaqi 20 10 20 10 5 65 tuntas
6 Alfira Damayanti 18 15 26 18 8 85 tuntas
7 Ananda 15 10 10 5 5 45 tidak tuntas
8 Annisa Indah P. 20 15 23 15 5 78 tuntas
9 Aisyah Putri Anggraini 15 10 21 10 5 61 tidak tuntas
10 Astika Asha Rani 20 15 25 11 10 81 tuntas
11 Audrey El Rafa E.M. 25 15 24 20 10 94 tuntas
12 Aulia Afna N.A. 23 12 15 10 8 68 tuntas
13 Calista 22 15 20 10 5 72 tuntas
14 Dinda Amalia F.A. 25 15 25 15 10 90 tuntas
15 Fajar Prasetyo 23 15 10 10 5 63 tuntas
16 Febrian S.S. 23 12 25 10 10 80 tuntas
17 Gunawan 18 10 20 8 5 61 tidak tuntas
18 Hanifa Salsabilla 15 10 18 15 5 63 tuntas
19 Imron 10 10 15 10 8 53 tidak tuntas
commit to user
20 Ira Nurul 24 14 25 14 5 82 tuntas
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

21 Kadek Wahyu Rosetiani 25 10 28 18 8 89 tuntas

22 Kevin Ismail 25 15 27 10 5 82 tuntas


23 Krisna 24 15 23 15 8 85 tuntas
24 Kurniawan Jati 10 15 25 5 5 60 tidak tuntas
25 Layly Aurolia 21 13 25 20 10 89 tuntas
26 Michael 20 10 15 10 7 62 tidak tuntas
27 Nita Widya 12 13 20 10 5 60 tidak tuntas
28 Novella M.B. 23 15 28 15 10 91 tuntas
29 Nur Aini 20 10 20 20 10 80 tuntas
30 Nurrachmayani H. 20 12 26 18 10 86 tuntas
31 Prasetya Aji 20 10 25 5 5 65 tuntas
32 Rahmad Tri R. 16 8 24 8 5 61 tidak tuntas
33 Richo 18 12 20 10 5 65 tuntas
34 Rosyid F. 10 15 15 10 5 55 tidak tuntas
35 Savira Febriani 13 10 30 8 5 66 tuntas
36 Shinta M.W. 20 15 25 15 10 85 tuntas
37 Wildan 21 13 25 20 10 89 tuntas
38 Vita Mutia Yava P. 20 10 20 10 5 65 tuntas
39 Vivia Wulandari 20 10 15 10 5 60 tidak tuntas
40 Wanda Oktaviana 23 10 21 18 10 82 tuntas
41 Yanuar Ayubi 22 10 21 5 5 63 tuntas
42 Yohan Illirwansyah 20 12 25 12 5 74 tuntas
43 M. Rizqi Priyo S. 25 15 26 8 10 84 tuntas
Total 3050
Rata-rata 70,93

Beberapa kelemahan guru yang terlihat pada kegiatan tindakan


ini, antara lain :
1. Perhatian guru tidak menyeluruh, sehingga masih ada beberapa siswa
yang belum fokus pada kegiatan pembelajaran.
2. Pengelolaan kelas sudah cukup baik, jika ada siswa yang melakukan
kegiatan lain guru menegur siswa tersebut. Namun beberapa kali ada
siswa yang seperti itu tindakan guru hanya sebatas menegur saja, tidak
ada tindakan tegas.
3. Guru tidak memberikan umpan balik positif terhadap keakifan siswa,
misalnya tepuk tangan atau pujian jika siswa menjawab dengan benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Sementara itu, dari pihak siswa dapat ditemukan beberapa


kelemahan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan siswa sudah fokus, namun ada beberapa siswa yang
masih sibuk dengan kegiatan lain.
2. Keaktifan siswa belum menyeluruh, ada beberapa siswa yang aktif
dengan sendirinya, ada beberapa siswa yang aktif jika ditunjuk oleh
guru, dan ada siswa yang sama sekali tidak aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
3. Hasil pekerjaan siswa sudah baik, ditunjukkan dengan siswa yang
tuntas lebih banyak daripada siswa yang belum tuntas. Terdapat
kesalahan yang peneliti temukan pada beberapa karangan siswa, yaitu
ketidaksesuaian kerangka dengan pengembangan. Meskipun siswa telah
membuat kerangka karangan, ada siswa yang pengembangannya tidak
sesuai dari kerangka yang telah dibuatnya. Selain itu, kesalahan
penulisan ejaan dan tanda baca masih ditemukan pada beberapa siswa.

d. Analisis dan Refleksi


Berdasarkan hasil observasi tindakan pada siklus I, peneliti
bersama guru melakukan analisis dan refleksi. Setelah diterapkan
pendekatan proses pada pembelajaran menulis karangan, peneliti
menemukan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan pada
siswa. Siswa dapat mengembangkan karangan dari kerangka yang telah
dibuatnya. Selain itu kemampuan siswa dalam mengorganisasikan gagasan
juga lebih baik. Penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa menunjukkan 29
siswa atau sekitar 67% sudah mampu menulis karangan parafrase dengan
baik atau mencapai nilai 63 ke atas. Sedangkan 14 siswa atau sebesar 33%
siswa masih perlu perbaikan.
Dilihat dari proses pembelajaran, siswa mulai tampak antusisas
dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan, pada siklus I ini sudah
menunjukkan peningkatan hasil yaitu siswa yang tuntas lebih banyak
commit
daripada siswa yang belum to user
tuntas, namun belum memenuhi target 75%
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

siswa tuntas. Sikap antusias siswa sudah mulai terlihat sejak awal kegiatan
pembelajaran karena media yang digunakan adalah poster puisi sehingga
menarik perhatian siswa. Selain itu puisi yang digunakan terdapat kalimat
“ting ting tang tang” yang membuat siswa tertarik, pada saat itu memang
artis bernama Ayu Ting Ting sedang naik daun sehingga media yang
digunakan guru lebih mudah menarik perhatian siswa. Hal ini sangat
memudahkan guru dalam menjelaskan dan berinteraksi dengan siswa.
Dengan demikian, pelaksanaan tindakan siklus I telah
menunjukkan adanya peningkatan proses dan hasil pembelajaran menulis
karangan meskipun belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti bersama
guru melakukan refleksi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ditemukan ketika proses pembelajaran. Hasil analisis dan refleksi peneliti
bersama guru adalah sebagai berikut.
1. Siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan
dengan pendekatan proses lima fase sebanyak 25 siswa atau 58 %,
sedangkan 15 siswa lainnya atau 41 % hanya sesekali berpartisipasi, 3
siswa atau 1 % siswa tidak aktif. Pada pelaksanaan tindakan siklus I
beberapa siswa harus ditunjuk agar mau berpartisipasi, namun secara
keseluruhan siswa sudah bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Guru sebaiknya menindak tegas siswa yang tidak memperhatikan,
tindakan tersebut bisa berupa menyita benda yang digunakan siswa
untuk bermain-main, bukan sekedar teguran.
2. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diperoleh 29 siswa atau sekitar
67% sudah mampu menulis karangan parafrase dengan baik atau
mencapai nilai 63 ke atas. Sedangkan 14 siswa atau sebesar 33%
siswa masih perlu perbaikan. Hal ini disebabkan masih ada beberapa
siswa yang kurang fokus ketika merevisi dan menyunting
karangannya. Untuk siklus berikutnya guru akan mengatasi masalah
tersebut dengant lebih aktif mengontrol siswa agar selalu fokus ketika
mengikuti pembelajaran dan melakukan revisi dan penyuntingan
karangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

3. Guru hendaknya memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan


pembelajaran. Guru seharusnya lebih banyak melakukan penguatan-
penguatan positif dan masukan agar siswa semakin termotivasi untuk
aktif dalam mengikuti pembelajaran.

2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tidakan siklus II dilaksanakan pada hari
Sabtu, 29 Oktober 2011 di ruang guru SD Negeri Bulukantil. Pada
kesempatan ini, peneliti menyampaikan analisis hasil observasi yang
dilaksanakan pada siklus I. Peneliti menyampaikan kelebihan dan
kekurangan selama pembelajaran menulis karangan dengan kompetensi
dasar mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan
makna puisi. Selain itu peneliti juga memberikan daftar nilai hasil
pekerjaan siswa kepada guru.
Untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I, guru
dan peneliti menyepakati beberapa hal, antara lain:
1. Guru memberikan perhatian pada siswa secara menyeluruh. Dalam
siklus ini guru diharapkan memberikan perhatian tidak hanya pada
siswa yang duduk di deretan depan saja, namun juga di deretan
belakang dan pojok. Lebih baik lagi jika guru berkenan sesekali
berkeliling untuk mengontrol secara langsung aktivitas siswa.
2. Guru lebih tegas dalam menyikapi siswa yang kurang memperhatikan,
jika ada siswa yang terlihat kurang memperhatikan agar segera
ditindaklanjuti dengan tindakan tegas dan bukan sekedar teguran demi
efisiensi dan ketercapaian tujuan pembelajaran.
3. Guru lebih sering memberikan umpan balik dan penguatan positif serta
applause untuk menjaga motivasi siswa agar tetap antusias selama
pembelajaran menulis karangan.
Selain mendiskusikan perbaikan, peneliti bersama guru juga
commitbeserta
mendiskusikan rancana tindakan to userskenario pembelajaran yang akan
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

dilaksanakan pada siklus II. Rancangan kegiatan dalam siklus II ini tidak
jauh berbeda dengan siklus I, media yang digunakan pun sama yaitu poster
berisikan pidato yang ditempelkan di depan kelas. Berdasarkan pertemuan
ini, disepakati bahwa siklus II akan dilaksanakan selama dua pertemuan
(2 x 2 x 35 menit) yakni pada hari Senin, 31 Oktober 2011 dan Kamis 3
November 2011.
Tahap perencanaan tindakan siklus II meliputi kegiatan berikut.
1. Peneliti bersama guru merancang skenario dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) menulis karangan dengan penerapan pendekatan
proses lima fase. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang
direncanakan pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut :
Kegiatan Awal
Apersepsi :
1. Guru mengkondisikan kelas agar siap mengikuti pelajaran
2. Guru melempar beberapa pertanyaan untuk melakukan review cara
membuat karangan yang baik
3. Guru memberikan contoh pidato
4. Guru meminta salah satu siswa membacakan pidato contoh dari
guru
Kegitan Inti
Eksplorasi
a. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab mengenai hakikat
dan struktur pidato
b. Guru memberi contoh membuat kerangka dengan memberikan
arahan berupa poin-poin struktur pidato
c. Siswa diminta membuat kerangka naskah pidato di kertas yang
telah disediakan
Elaborasi
a. Guru memeriksa kerangka karangan yang telah dibuat oleh siswa
b. Guru memberi contoh mengembangkan kerangka menjadi sebuah
commit
paragraf dengan ejaan yangtobenar
user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

c. Siswa mengikuti contoh yang diberikan guru


Konfirmasi
a. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan terhadap beberapa hasil kerja siswa
b. Siswa yang belum menyelesaikan karangannya boleh melanjutkan
mengerjakan di rumah
Kegiatan Penutup
a. Guru menunjukkan karya terbaik sementara
b. Siswa menyimak umpan balik yang disampaikan guru terhadap
proses dan hasil pembelajaran
c. Siswa menyimak rencana pembelajaran yang akan dilakukan guru
pada pertemuan berikutnya.

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua adalah


sebagai berikut :
Kegiatan Awal
Apersepsi :
1. Guru mengkondisikan kelas agar siap mengikuti pelajaran
2. Guru melempar beberapa pertanyaan untuk melakukan review
kegiatan belajar yang lalu dan cara membuat karangan yang
baik
3. Guru memberikan contoh sebuah karangan yang baik untuk
memotivasi siswa
Kegitan Inti
Eksplorasi
d. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan untuk membacakan
karangannya
e. Guru bersama siswa menunjukkan beberapa kesalahan yang terjadi
pada karangan yang telah dibacakan (kesalahan berupa struktur)
f. Guru menunjukkan cara merevisi karangan dari segi struktur
commitkata,
(organisasi isi, pemilihan to user
dan penyusunan kalimat)
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Elaborasi
g. Siswa merevisi karangannya, guru membantu siswa
h. Guru memberikan masukan kepada siswa yang bertanya
i. Setelah merevisi, guru mengingatkan siswa untuk memeriksa ejaan
dan tanda baca (tahap penyuntingan). Berfungsi untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan berupa tata cara penulisan
(judul, garis pinggir dan garis bantu) pemakaian huruf besar, kata
depan, awalan dan akhiran, dan pemakaian tanda baca.
Konfirmasi
j. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan terhadap beberapa hasil kerja siswa
k. Setelah siswa menyelesaikan karyanya dengan baik, guru
menginstruksikan untuk menghias karangannya karena akan
dipublikasikan. Siswa boleh menulis ulang.
Kegiatan Penutup
l. Siswa menyimak umpan balik yang disampaikan guru terhadap
proses dan hasil pembelajaran
m. Siswa menyimak rencana pembelajaran yang akan dilakukan guru
pada pertemuan berikutnya.
2. Peneliti bersama guru menyiapkan media pembelajaran berupa poster
ukuran A1 berisikan contoh naskah pidato dan kertas untuk lembar kerja
siswa.
3. Peneliti Peneliti bersama guru menyusun instrumen penelitian berupa tes
dan non tes. Instrumen berupa tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa
membuat naskah pidato perpisahan. Sedangkan instrumen nontes dinilai
berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan peneliti dengan
mengamati keaktifan dan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran
menulis karangan berlangsung.

b. Pelaksanan Tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Tahap pelaksanaan tindakan yang berupa penerapan pendekatan


proses lima fase pada pembelajaran menulis karangan dilaksanakan dalam
dua pertemuan. Sebagaimana telah direncanakan sebelumnya, pelaksanaan
tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 31 Oktober 2011 dan
Kamis, 3 November 2011 di ruang kelas VI SD Negeri Bulukantil.
Masing-masing pertemuan berlangsung selama dua jam pelajaran.
Sama seperti siklus sebelumnya, dalam pelaksanaan tindakan siklus
II ini, guru bertindak sebagai penyampai materi dalam pembelajaran
menulis karangan, sedangkan peneliti bertindak sebagai kolaborator
dengan melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Ketika
mengobservasi, peneliti berperan sebagai partisipan pasif dengan duduk di
kursi paling belakang dan sesekali mengambil gambar pembelajaran
sebagai dokumentasi.
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Senin, 31 Oktober 2011 selama dua jam pelajaran yaitu pukul
09.30 –10.40 WIB (jam ke-5 dan 6). Adapun urutan pelaksanaan tindakan
siklus I pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut :
1. Guru membuka pelajaran Bahasa Indonesia dengan mengucapkan
salam. Guru menjelaskan bahwa pertemuan kali ini siswa akan belajar
mengenai menulis karangan dengan kompetensi dasar membuat naskah
pidato perpisahan.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini secara eksplisit yaitu
siswa dapat menulis sebuah naskah pidato perpisahan.
3. Sebelum guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya tentang
hakikat dan struktur pidato, ada beberapa siswa yang bertanya tentang
pidato yang ditempel di depan kelas sebagai media pembelajaran.
4. Pada kegiatan eksplorasi, guru menjelaskan sambil bertanya jawab
dengan siswa mengenai struktur pidato dan cara membuat naskah
pidato. Guru berusaha menggali kemampuan siswa mengenai struktur
pidato dan cara membuat naskah pidato perpisahan yang baik. Tampak
commitdan
beberapa siswa aktif bertanya to user
menjawab. Ada beberapa siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

menanggapi jawaban temannya, dan ada pula yang pasif. Guru


memberikan sintesis dari beberapa pendapat siswa mengenai membuat
kerangka naskah pidato dan menuliskan di papan tulis, kemudian siswa
diminta mengikuti langkah-langkah membuat kerangka di kertas yang
telah disediakan.
5. Pada kegiatan elaborasi, guru meminta siswa membuat naskah pidato
dari kerangka yang telah mereka buat tadi. Guru memeriksa pekerjaan
siswa secara berkeliling dan membetulkan jika ada kesalahan. Dalam
kegiatan ini, ada beberapa siswa yang bertanya mengenai kata-kata
yang akan ditulisnya.
6. Kegiatan berikutnya adalah konfirmasi. Pada kegiatan ini, guru
meminta siswa yang sudah selesai membuat kerangka untuk
melanjutkan ke tahap pengembangan karangan. Beberapa siswa yang
termasuk aktif telah mampu mengerjakan dengan cepat, namun ada
beberapa siswa yang masih meminta guru untuk mendampingi. Ketika
waktu habis, guru meminta siswa untuk melanjutkan pekerjaannya di
rumah.
7. Pada akhir pertemuan, guru bersama siswa merefleksikan pembelajaran
yang telah dilakukan hari ini.
Pembelajaran menulis karangan dilanjutkan pada pertemuan kedua,
yaitu pada hari Kamis tanggal 3 November 2011 selama dua jam pelajaran
yaitu pukul 09.30 –10.40 WIB (jam ke-5 dan 6). Adapun pelaksanaan
kegiatan pada pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut :
1. Guru membuka pelajaran Bahasa Indonesia dengan mengucapkan
salam. Guru menjelaskan bahwa pertemuan kali ini siswa akan
melanjutkan menulis karangan dengan tahap berikutnya, yaitu revisi
dan penyuntingan.
2. Pada kegiatan apersepsi, guru melakukan review pembelajaran minggu
lalu mengenai struktur pidato dan cara membuat naskah pidato.
3. Pada kegiatan eksplorasi, guru mengawali dengan meminta beberapa
commit to user
siswa membacakan karangannya di depan kelas. Guru meminta siswa
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

yang lain untuk menanggapi kekurangan karangan temannya.


Kemudian guru menunjukkan cara merevisi dan menyunting karangan.
4. Pada kegiatan elaborasi, siswa diminta untuk memeriksa karangannya
masing-masing, apakah strukturnya sudah sesuai dengan urutan struktur
pidato yang benar atau belum, jika ada yang kurang tepat maka siswa
membetulkan. Kemudian guru mendampingi siswa untuk membetulkan
kesalahan dari segi ejaan dan tanda baca.
5. Setelah siswa menyelesaikan karangannya dengan baik, guru
menginstruksikan untuk menghias karangannya karena akan
dipublikasikan. Siswa boleh menulis ulang karyanya.
6. Karangan siswa dikumpulkan untuk dinilai sebelum melanjutkan ke
tahap berikutnya (publikasi). Setelah dinilai, karangan dikembalikan
pada siswa untuk dihias, sebelumnya peneliti memfotokopi untuk
dijadikan arsip. Pelaksanaan tahap publikasi dilakukan pada jam
istirahat pada pertemuan berikutnya, yaitu pada hari Senin tanggal 7
November 2011, pukul 08.40 – 08.55 WIB.

c. Observasi dan Interpretasi


Kegiatan observasi dilaksanakan pada hari Senin, 31 Oktober 2011
dan Kamis, 3 November 2011 di ruang kelas VI SD Negeri Bulukantil.
Peneliti memfokuskan pengamatan pada proses pembelajaran menulis
karangan serta aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada kegiatan observasi ini, peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif dengan mengambil posisi di tempat duduk paling belakang
untuk mengamati jalannya pembelajaran, sesekali peneliti ke depan kelas
untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi. Pengamatan yang
dilakukan peneliti diperoleh hasil sebagai berikut.
Pada pertemuan pertama guru membuka pelajaran dengan ucapan
salam dan yel “Bulukantil!! Hebat!!”. Jumlah siswa yang hadir pada
pertemuan tersebut adalah 43 orang. Pembelajaran pada pertemuan
commit to user
pertama difokuskan pada penjelasan mengenai hakikat pidato dan struktur
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

pidato. Guru menggunakan media poster jumbo yang berisikan contoh


naskah pidato yang ditempelkan ke papan tulis. Guru kemudian
menjelaskan bagian-bagian dari naskah pidato tersebut dengan cara
menuliskan di bagian papan tulis yang masih kosong. Penjelasan diawali
guru dengan melemparkan pertanyaan pada siswa mengenai apa itu pidato
dan apa saja yang ada pada struktur naskah pidato. Selanjutnya guru
memberikan umpan balik pada jawaban-jawaban siswa. Pada kegiatan ini
sekitar 38 siswa terlihat aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.
Kegiatan tanya jawab tersebut bertujuan untuk mengajak siswa
menemukan sendiri pemahaman tentang materi yang dipelajari pada
pertemuan kali ini.
Selanjutnya guru meminta siswa membuat kerangka pidato dengan
struktur yang benar sesuai dengan yang telah dijelaskan guru. Terlihat
hampir keseluruhansiswa antusias dalam mengerjakan, ada beberapa siswa
yang sesekali bertanya tentang kata-kata yang tepat untuk dituliskan pada
karangannya. Guru berusaha membimbing siswa untuk memahami cara
menyusun kerangka pidato perpisahan. Setelah siswa menyelesaikan
pembuatan kerangka, guru meminta untuk mengembangkannya menjadi
bentuk naskah pidato secara utuh. Berhubung waktu yang dialokasikan
untuk pertemuan kali ini telah habis, maka guru meminta siswa untuk
melanjutkan mengerjakan di rumah. Sebelum menutup pertemuan, guru
merefleksikan apa yang telah dipelajari hari ini.
Pada pertemuan kedua, siswa yang hadir adalah 43 orang. Seperti
biasa, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan yel untuk
memusatkan konsentrasi siswa dan memacu semangat. Pada kegiatan
apersepsi guru menanyakan tugas karangan pada pertemuan yang lalu,
semua siswa mengatakan sudah selesai mengerjakan. Pertemuan kali ini
memfokuskan pada cara merevisi dan menyuting karangan. Sebelum
menuju tahap revisi dan penyuntingan, guru mengajak siswa mengingat
kembali apa saja yang menjadi struktur pidato. Kemudian guru
commit
menunjukkan cara merevisi to user yang benar, yaitu mengoreksi
karangan
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

perbagian karangan dan menyesuaikan dengan struktur yang benar. Jika


ada yang tidak sesuai, guru meminta siswa untuk mengubah sesuai urutan
yang benar. Setelah menjelaskan, guru berkeliling untuk memeriksa
pekerjaan siswa.
Setelah fase revisi, guru mengingatkan kembali penggunaan ejaan
dan tanda baca yang benar. Guru menuliskan contoh kalimat dengan
penulisan yang salah, yaitu “bapak kepala sekolah yang saya hormati”,
kemudian guru meminta siswa untuk membenarkan penggunaan ejaan
yang meliputi pengunaan huruf besar yang benar, kemudian guru
memberikan contoh penulisan kata depan yang benar, dan tanda baca titik
dan koma. Hampir seluruh siswa angkat tangan dan berebut untuk
membetulkan kalimat yang ditulis oleh guru. Setelah kalimat tersebut
benar, guru mengkonfirmasi apakah siswa sudah paham atau belum
mengenai menyunting karangan, siswa menjawab “sudah paham”.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk menyunting karangannya masing-
masing dan segera membetulkan jika ditemukan kesalahan. Siswa antusias
dalam mengerjakannya karena guru memberitahu bahwa karangan siswa
nanti akan dipasang di dinding kelas dan naskah terbaik akan dibawakan
ketika perpisahan kelak.
Setelah siswa selesai menyunting karangannya, guru meminta
siswa bernama Alfira Damayanti untuk membacakan karangannya. Guru
bersama siswa yang lain memberikan penilaian tentang isi karangan.
Selanjutnya guru meminta siswa mengumpulkan karangannya untuk
dinilai. Untuk mengakhiri pembelajaran guru merefleksi sekilas tentang
pembelajaran menulis naskah pidato perpisahan, kemudian mengakhiri
pertemuan dengan mengucap salam.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan
tindakan pada siklus II dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut.
1. Siswa yang aktif ketika apersepsi yaitu 81%. Siswa yang aktif dalam
mengikuti pembelajaran menulis karangan dengan pendekatan proses
commitatau
lima fase sebanyak 38 siswa to user
88%, sedangkan 5 siswa lainnya atau
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

12% hanya sesekali berpartisipasi. Pada pelaksanaan tindakan siklus II


beberapa siswa harus ditunjuk agar mau berpartisipasi, namun secara
keseluruhan siswa sudah bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Dalam bertanya dan merespon pertanyaan, siswa yang berpartisipasi
yaitu 79%. Sedangkan untuk indikator diskusi dan kerjasama terlihat
70% siswa aktif. Sedangkan untuk indikator kesungguhan mengerjakan
tugas terdapat 91% siswa fokus dalam pengerjaan.
Tabel 4.5 Indikator Sikap pada Siklus II
No. Indikator Persentase
1 Keaktifan siswa selama apersepsi 81%
2 Perhatian siswa kepada materi 88%
3 Keaktifan siswa bertanya / merespon pertanyaan 79%
4 Kerjasama/ diskusi 70%
5 Kesungguhan mengerjakan tugas (karangan) 91%

2. Penilaian naskah pidato mencakup lima aspek, yaitu isi, organisasi isi,
kosakata, penggunaan bahasa, dan mekanik. Penilaian karangan siswa
dilakukan oleh guru dan peneliti dengan cara menjumlahkan nilai dari
guru dan peneliti kemudian membagi dua nilai tersebut (uraian nilai
lengkap terlampir). Siswa yang mampu menulis naskah pidato dengan
baik adalah siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 dan dikategorikan
“tuntas”. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diperoleh 35 siswa atau
sekitar 81% sudah mampu menulis naskah pidato perpisahan dengan
baik atau mencapai nilai 63 ke atas. Sedangkan 8 siswa atau sebesar
19% siswa masih perlu perbaikan. Adapun perolehan skor yang
diperoleh siswa pada setiap aspek dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Daftar Nilai Menulis Karangan Siswa pada Siklus II


(Kompetensi Dasar : Menyusun naskah pidato perpisahan)

Aspek penulisan yang dinilai


Organisasi Penggunaan Mekan
No Nama Siswa Isi Kosakata Jml. Ket.
commit to user
isi bahasa ik
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

1 Ridwan 10 10 20 8 5 53 tidak tuntas


2 Kosim 15 10 20 10 5 60 tidak tuntas
3 Yossi 10 10 5 10 10 45 tidak tuntas
4 Agung Aji 17 8 20 5 5 55 tidak tuntas
5 Alby Ridho Ulhaqi 20 10 20 10 5 65 tuntas
6 Alfira Damayanti 25 15 30 20 8 98 tuntas
7 Ananda 15 10 10 5 5 45 tidak tuntas
8 Annisa Indah P. 21 15 25 15 5 81 tuntas
9 Aisyah Putri Anggraini 25 15 30 18 8 96 tuntas
10 Astika Asha Rani 20 15 25 10 10 80 tuntas
11 Audrey El Rafa E.M. 25 15 30 20 10 100 tuntas
12 Aulia Afna N.A. 25 15 15 10 8 73 tuntas
13 Calista 25 15 20 10 5 75 tuntas
14 Dinda Amalia F.A. 25 15 25 15 10 90 tuntas
15 Fajar Prasetyo 25 15 10 10 5 65 tuntas
16 Febrian S.S. 25 15 30 15 10 95 tuntas
17 Gunawan 20 10 30 10 5 75 tuntas
18 Hanifa Salsabilla 15 10 20 15 5 65 tuntas
19 Imron 10 10 15 10 8 53 tidak tuntas
20 Ira Nurul 25 15 28 15 5 88 tuntas
21 Kadek Wahyu Rosetiani 25 10 28 18 8 89 tuntas
22 Kevin Ismail 25 15 30 10 5 85 tuntas
23 Krisna 25 15 25 15 8 88 tuntas
24 Kurniawan Jati 15 15 25 5 5 65 tuntas
25 Layly Aurolia 25 15 25 20 10 95 tuntas
26 Michael 25 15 30 20 8 98 tuntas
27 Nita Widya 13 10 20 10 5 58 tidak tuntas
28 Novella M.B. 25 15 30 15 10 95 tuntas
29 Nur Aini 20 10 20 20 10 80 tuntas
30 Nurrachmayani H. 20 15 30 18 10 93 tuntas
31 Prasetya Aji 20 10 25 5 5 65 tuntas
32 Rahmad Tri R. 18 8 24 8 5 63 tuntas
33 Richo 18 10 20 10 5 63 tuntas
34 Rosyid F. 10 8 10 10 5 43 tidak tuntas
35 Savira Febriani 13 10 30 5 5 63 tuntas
36 Shinta M.W. 25 15 30 20 10 100 tuntas
37 Wildan 25 15 30 20 5 95 tuntas
38 Vita Mutia Yava P. 20 10 20 10 5 65 tuntas
39 Vivia Wulandari 20 10 20 10 5 65 tuntas
40 Wanda Oktaviana 25 10 25 20 10 90 tuntas
41 Yanuar Ayubi 25 10 20 5 5 65 tuntas
42 Yohan Illirwansyah 20 10 25 10 5 70 tuntas
43 M. Rizqi Priyo S. 25 15 30 10 10 90 tuntas
Total 3236
Rata-rata 75,26

d. Analisis dan Refleksi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan hasil observasi tindakan pada siklus II, peneliti


bersama guru melakukan analisis dan refleksi. Kegiatan pembelajaran
menulis karangan dengan pendekatan proses lima fase pada siswa kelas VI
SD Negeri Bulukantil pada siklus II telah berjalan dengan baik dan lancar,
kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus I dapat diatasi dengan
baik dan menunjukkan hasil karangan yang memuaskan. Siswa dapat
mengembangkan karangan dari kerangka yang telah dibuatnya. Selain itu
kemampuan siswa dalam mengorganisasikan gagasan juga lebih baik.
Penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa menunjukkan 35 siswa atau
sekitar 81% sudah mampu menulis karangan parafrase dengan baik atau
mencapai nilai 63 ke atas. Sedangkan 8 siswa atau sebesar 19% siswa
masih perlu perbaikan.
Siswa yang aktif ketika apersepsi yaitu 81%. Siswa yang aktif
dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan dengan pendekatan
proses lima fase sebanyak 38 siswa atau 88%, sedangkan 5 siswa lainnya
atau 12% hanya sesekali berpartisipasi. Pada pelaksanaan tindakan siklus
II beberapa siswa harus ditunjuk agar mau berpartisipasi, namun secara
keseluruhan siswa sudah bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Dalam bertanya dan merespon pertanyaan, siswa yang berpartisipasi yaitu
79%. Sedangkan untuk indikator diskusi dan kerjasama terlihat 70% siswa
aktif. Sedangkan untuk indikator kesungguhan mengerjakan tugas terdapat
91% siswa fokus dalam pengerjaan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan empat tahap, yaitu (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap
pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan interpretasi, (4) tahap analisis dan
refleksi. Berdasarkan hasil observasi terhadap tindakan yang dilakukan pada
siklus I hingga siklus II dapat diketahui bahwa tejadi peningkatan kualitas proses
dan hasil pembelajaran menulis karangan dengan pendekatan proses lima fase
commit to user
pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil.
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

Sebelum melaksanakan tindakan siklus I, peneliti melakukan survai awal


untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas
VI SD Negeri Bulukantil. Berdasarkan survai awal dapat ditemukan bahwa
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan masih tergolong rendah.
Oleh karena itu, peneliti bersama guru bahasa Indonesia yang kebetulan juga wali
kelas VI melakukan diskusi untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah
tersebut, yaitu dengan penerapan pendekatan proses lima fase. Peneliti bersama
guru kemudian menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada siklus pertama. Siklus pertama merupakan tindakan awal
memperbaiki pembelajaran menulis karangan dengan pendekatan proses lima
fase. Pada siklus ini pelaksanaan pembelajaran menulis karangan dilaksanakan
sesuai dengan RPP yang disusun. Kompetensi dasar yang digunakan peneliti
bersama guru pada siklus pertama ini adalah mengubah puisi ke dalam bentuk
prosa dengan tetap memperhatikan makna puisi.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, proses pembelajaran menulis
karangan pada siklus I menemui beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut
berasal dari guru dan siswa. Kekurangan dari pihak guru yaitu: (1) perhatian guru
tidak menyeluruh, sehingga masih ada beberapa siswa yang belum fokus pada
kegiatan pembelajaran, (2) pengelolaan kelas sudah cukup baik, jika ada siswa
yang melakukan kegiatan lain guru menegur siswa tersebut, namun beberapa kali
ada siswa yang seperti itu tindakan guru hanya sebatas menegur saja, tidak ada
tindakan tegas, (3) guru tidak memberikan umpan balik positif terhadap keakifan
siswa, misalnya tepuk tangan atau pujian jika siswa menjawab dengan benar.
Sementara itu, dari pihak siswa dapat ditemukan beberapa kelemahan
sebagai berikut: (1) secara keseluruhan siswa sudah fokus, namun ada beberapa
siswa yang masih sibuk dengan kegiatan lain, (2) keaktifan siswa belum
menyeluruh, ada beberapa siswa yang aktif dengan sendirinya, ada beberapa siswa
yang aktif jika ditunjuk oleh guru, dan ada siswa yang sama sekali tidak aktif
dalam mengikuti pembelajaran, (3) hasil pekerjaan siswa sudah baik, ditunjukkan
dengan siswa yang tuntas lebih banyak daripada siswa yang belum tuntas.
Terdapat kesalahan yang peneliticommit to user
temukan pada beberapa karangan siswa, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

ketidaksesuaian kerangka dengan pengembangan. Meskipun siswa telah membuat


kerangka karangan, ada siswa yang pengembangannya tidak sesuai dari kerangka
yang telah dibuatnya. Selain itu, kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca masih
ditemukan pada beberapa siswa.
Kekurangan-kekurangan yang ditemukan padapelaksanaan tindakan siklus
I merupakan faktor yang menyebabkan hasil pembelajaran menulis karangan
belum menunjukkan hasil yang maksimal. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa
diperoleh 29 siswa atau sekitar 67% sudah mampu menulis karangan parafrase
dengan baik atau mencapai nilai 63 ke atas. Sedangkan 14 siswa atau sebesar 33%
siswa masih perlu perbaikan. Selanjutnya, kekuranan-kekurangan yang terdapat
dalam siklus I tersebut dievaluasi oleh peneliti dan guru sehingga menghasilkan
perencanaan tindakan pada siklus II.
Pelaksanaan tindakan siklus II ini menggunakan pendekatan yang sama,
yaitu pendekatan proses lima fase, namun kompetensi dasar yang digunakan
berbeda, yaitu membuat naskah pidato perpisahan. Pada siklus ini peneliti dan
guru melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklua I,
perbaikan tersebut antara lain: (1) guru memberikan perhatian pada siswa secara
menyeluruh, dalam siklus ini guru diharapkan memberikan perhatian tidak hanya
pada siswa yang duduk di deretan depan saja, namun juga di deretan belakang dan
pojok, lebih baik lagi jika guru berkenan sesekali berkeliling untuk mengontrol
secara langsung aktivitas siswa, (2) guru lebih tegas dalam menyikapi siswa yang
kurang memperhatikan, jika ada siswa yang terlihat kurang memperhatikan agar
segera ditindaklanjuti dengan tindakan tegas dan bukan sekedar teguran demi
efisiensi dan ketercapaian tujuan pembelajaran, (3) guru lebih sering memberikan
umpan balik dan penguatan positif serta applause untuk menjaga motivasi siswa
agar tetap antusias selama pembelajaran menulis karangan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, dapat dilihat peningkatan
proses dan hasil pembelajaran menulis karangan. Hasil pelaksanaan tindakan
siklus II ini menunjukkan peningkatan yang maksimal baik pada proses dan hasil
karangan siswa. Pada siklus II ini, 35 siswa atau sekitar 81% sudah mampu
commit
menulis naskah pidato perpisahan denganto baik
user atau mencapai nilai 63 ke atas.
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

Sedangkan 8 siswa atau sebesar 19% siswa masih perlu perbaikan. Namun
mengingat hasil yang dicapai sudah sesuai target yaitu lebih dari 75% siswa
mampu menulis karangan dengan baik dan sesuai dengan indikator yang
dirumuskan, maka peneliti dan guru memutuskan untuk mengakhiri penelitian.
Peningkatan kemampuan menulis karangan dengan pendekatan proses
lima fase pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil dapat dikatakan berhasil.
Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari persentase untuk tiap indikator yang
ditetapkan. Persentase tersebut dihitung dengan rumus :

Jumlah siswa yang terlibat x 100%


Jumlah total siswa

Keberhasilan penerapan pendekatan proses lima fase dapat dilihat dari


peningkatan yang terdapat pada uraian indikator berikut ini.
1. Keaktifan siswa selama apersepsi
Apersepsi merupakan langkah awal dalam kegiatan pembelajaran yang
bertujuan untuk mengantarkan siswa sebelum mereka mulai mempelajari
materi pokok pembelajaran. Respon siswa terhadap apersepsi mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Pada saat pratindakan, keaktifan siswa
selama apersepsi menunjukkan 35% siswa aktif, pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 67%. Peningkatan tersebut terus meningkat menjadi 81%
pada siklus II.
2. Perhatian siswa kepada materi
Perhatian siswa kepada materi meliputi perhatian siswa pada guru maupun
teman yang mengutarakan pendapat atau bertanya. Perhatian siswa kepada
materi mengalami peningkatan, yaitu dari 40% pada pratindakan menjadi 58%
pada siklus I. Indikator tersebut meningkat pula pada siklus II yaitu sebesar
88% siswa yang memperhatikan materi.
3. Keaktifan siswa bertanya/merespon pertanyaan
Keaktifan siswa dalam bertanya ataupun merespon pertanyaan dapat diketahui
pada saat guru berinteraksi dengan siswa, baik pada saat melempar pertanyaan
commit totersebut
maupun saat siswa bertanya. Keaktifan user mengalami peningkatan, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

27% pada pratindakan meningkat menjadi 71% pada siklus I. Peningkatan pada
siklus II sebesar 79%.
4. Kerjasama/diskusi
Keaktifan siswa dalam bekerjasama atau berdiskusi dapat diamati saat siswa
mengerjakan tugas, apakah siswa saling bertukar pendapat atau tidak. Selain
pada saat mengerjakan tugas, diskusi siswa juga terlihat ketika seorang siswa
membacakan karangannya di depan kelas dan siswa yang lain menanggapi dan
memberikan masukan. Pada indikator ini peningkatan yang terjadi adalah 68%
pada siklus I dan 70% pada siklus II, dari angka awal pada pratindakan hanya
sebesar 15%.
5. Kesungguhan mengerjakan tugas (karangan)
Kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas dapat diamati pada saat siswa
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mulai dari tahap penyusunan
kerangka, penulisan karangan, revisi, penyuntingan, dan publikasi.
Kesungguhan siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yaitu 83%
pada siklus I dan 91% pada siklus II, dari angka awal sebesar 55% pada
pratindakan.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, secara keseluruhan telah
terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan
dengan pendekatan proses lima fase pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil.
Adapun hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dibuat rekapitulasi
sebagai berikut.

Tabel 4.7 Rekapitulasi Indikator Sikap

Persentase
No. Indikator commit to user
Pratindakan Siklus Siklus
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

I II
1 Keaktifan siswa selama apersepsi 35% 67% 81%
2 Perhatian siswa kepada materi 40% 58% 88%
3 Keaktifan siswa bertanya / merespon pertanyaan 27% 71% 79%
4 Kerjasama/ diskusi 15% 68% 70%
5 Kesungguhan mengerjakan tugas (karangan) 55% 83% 91%

Berdasarkan data rekapitulasi di atas, dapat dinyatakan bahwa perbandingan


presentase yang dicapai pada pratindakan, siklus I, dan siklus II menunjukkan
adanya peningkatan pada tiap indikator yang ditetapkan.
Keterampilan menulis karangan siswa mengalami peningkatan untuk tiap
siklusnya. Penilaian keterampilan menulis karangan mencakup aspek kelengkapan
isi, organisasi gagasan, kosakata yang digunakan, struktur kalimat dan karangan,
dan aspek mekanik yang mencakup penggunaan ejaan dan tanda baca. Siswa yang
mampu menulis karangan dengan baik adalah siswa yang memperoleh nilai ≥63
dan dikategorikan “tuntas”. Adapun nilai menulis karangan siswa dari siklus ke
siklus dapat disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Menulis Siswa

No Nama Siswa Pratindakan Siklus I Siklus II Ket.

1 Ridwan 53 48 53 tidak tuntas


2 Kosim 60 55 60 tidak tuntas
3 Yossi 43 50 45 tidak tuntas
4 Agung Aji 55 58 55 tidak tuntas
5 Alby Ridho Ulhaqi 65 65 65 tuntas
6 Alfira Damayanti 83 85 98 tuntas
7 Ananda 45 45 45 tidak tuntas
8 Annisa Indah P. 80 78 81 tuntas
9 Aisyah Putri Anggraini 96 61 96 tuntas
10 Astika Asha Rani 78 81 80 tuntas
11 Audrey El Rafa E.M. 75 94 100 tuntas
12 Aulia Afna N.A. 43 68 73 tuntas
13 Calista 75 72 75 tuntas
14 Dinda Amalia F.A. 90 90 90 tuntas
15 Fajar Prasetyo commit 54
to user 63 65 tuntas
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

16 Febrian S.S. 60 80 95 tuntas


17 Gunawan 43 61 75 tuntas
18 Hanifa Salsabilla 65 63 65 tuntas
19 Imron 53 53 53 tidak tuntas
20 Ira Nurul 79 82 88 tuntas
21 Kadek Wahyu Rosetiani 52 89 89 tuntas
22 Kevin Ismail 51 82 85 tuntas
23 Krisna 54 85 88 tuntas
24 Kurniawan Jati 65 60 65 tuntas
25 Layly Aurolia 95 89 95 tuntas
26 Michael 88 62 98 tuntas
27 Nita Widya 55 60 58 tidak tuntas
28 Novella M.B. 81 91 95 tuntas
29 Nur Aini 80 80 80 tuntas
30 Nurrachmayani H. 52 86 93 tuntas
31 Prasetya Aji 53 65 65 tuntas
32 Rahmad Tri R. 63 61 63 tuntas
33 Richo 63 65 63 tuntas
34 Rosyid F. 43 55 43 tidak tuntas
35 Savira Febriani 63 66 63 tuntas
36 Shinta M.W. 80 85 100 tuntas
37 Wildan 61 89 95 tuntas
38 Vita Mutia Yava P. 65 65 65 tuntas
39 Vivia Wulandari 53 60 65 tuntas
40 Wanda Oktaviana 90 82 90 tuntas
41 Yanuar Ayubi 65 63 66 tuntas
42 Yohan Illirwansyah 70 74 70 tuntas
43 M. Rizqi Priyo S. 61 84 90 tuntas
Rata-rata 65,07 70,93 75,37

Berdasarkan pemaparan di atas, tampak bahwa penerapan pendekatan


proses lima fase dalam pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas VI SD
Negeri Bulukantil dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.
Peningkatan proses pembelajaran didasarkan pada meningkatnya keaktifan siswa
selama apersepsi, perhatian pada materi, keaktifan bertanya/merespon pertanyaan,
keaktifan diskusi dan kerjasama, serta kesungguhan siswa dalam mengerjakan
tugas. Sementara itu, peningkatan hasil didasarkan pada meningkatnya jumlah
siswa yang mendapatkan nilai dicommit to user
atas KKM yang ditetapkan, yaitu ≥ 63. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

wawancara pascatindakan juga menunjukkan bahwa semua informan setuju


apabila penerapan pendekatan proses lima fase dapat meningkatkan kemampuan
menulis karangan siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran,
meliputi: (1) keaktifan siswa selama apersepsi. Siswa yang aktif memberikan
respon selama apersepsi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Pada
saat pratindakan, keaktifan siswa selama apersepsi menunjukkan 35% siswa
aktif, pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 67%. Peningkatan tersebut
terus meningkat menjadi 81% pada siklus II; (2) perhatian siswa kepada materi.
Perhatian siswa kepada materi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus,
yaitu dari 40% pada pratindakan menjadi 58% pada siklus I dan semakin
meningkat pada siklus II yaitu sebesar 88% siswa yang memperhatikan materi;
(3) keaktifan siswa bertanya/merespon pertanyaan. Keaktifan siswa dalam
bertanya ataupun merespon pertanyaan mengalami peningkatan, yaitu 27%
pada pratindakan meningkat menjadi 71% pada siklus I, dan semakin
meningkat pada siklus II yaitu sebesar 79%; (4) Kerjasama/diskusi. Keaktifan
siswa bekerjasama dan berdiskusi menunjukkan peningkatan, peningkatan
yang terjadi adalah 68% pada siklus I dan 70% pada siklus II, dari angka awal
pada pratindakan hanya sebesar 15%; (5) kesungguhan mengerjakan tugas
(karangan). Kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus, yaitu 83% pada siklus I dan 91% pada siklus
II, dari angka awal sebesar 55% pada kegiatan pratindakan.
2. Penerapan Pendekatan Proses Lima Fase juga dapat meningkatkan hasil
menulis karangan. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang sudah mampu
menulis karangan dengan baik atau mencapai nilai 63 ke atas mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus, yakni 67% pada siklus I dan 81% pada siklus
commit
II, dari angka awal hanya sebesar to user
53,5% siswa yang mampu menulis karangan

84
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

dengan baik dan dinyatakan tuntas. Selain itu, nilai rata-rata menulis karangan
siswa juga mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yakni 70,93 pada
siklus I, dan 75, 37 pada siklus II, dari angka awal sebesar 65,07 pada saat
pratindakan.

B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khasanah ilmu
pengetahuan tentang perlunya penerapan pendekatan dalam suatu pembelajaran.
Pendekatan memang bukan satu-satunya hal yang berperan dalam keberhasilan
pembelajaran karena masih ada beberapa faktor yang berpengaruh pada
keberhasilan pembelajaran, seperti ketepatan metode pembelajaran, ketepatan
media pembelajaran, sumber belajar, serta keaktifan guru dan siswa. Faktor dari
guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyampaikan
materi, keterampilan guru dalam mengelola kelas, penggunaan metode dalam
proses pembelajaran, dan penerapan teknik sebagai sarana dalam menyampaikan
materi. Faktor dari siswa meliputi minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan secara maksimal agar semua faktor dapat dimiliki oleh guru dan siswa
dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki
kemampuan yang baik dalam mengelola kelas serta didukung penerapan teknik
yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang menunjang, maka guru akan
mampu menyampaikan materi dengan baik. Materi itu pun akan dapat diterima
baik oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi agar
selalu aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan lancar, kondusif, efektif, dan efisien. Hasil penelitian ini
telah menunjukkan bahwa penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan pada
siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan Pendekatan Proses
Lima Fase dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
karangan pada siswa kelas VI SD Negeri Bulukantil. Adapun peningkatan
kemampuan menulis karangan dapat dilihat dari hasil pembelajaran yang
mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Penerapan Pendekatan Proses Lima
Fase meliputi lima tahapan (fase) yang terdiri atas fase prapenulisan (prewriting),
fase penulisan (drafting), fase revisi (revising), fase penyuntingan/pengeditan
(editing), dan fase publikasi (publishing). Dari penerapan kelima fase tersebut,
siswa diajak untuk terlibat langsung dalam pembuatan dan perbaikan kesalahan
yang dibuatnya, selain itu penanaman pemahaman tentang perbendaharaan
kosakata, ejaan, dan tanda baca bisa langsung ditanamkan pada siswa karena
siswa sebagai pelaku utama yang bertanggung jawab pada kualitas karangannya.
Selain itu fase publikasi memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi
siswa dalam membuat karangan sebaik-baiknya karena karangan yang dibuat oleh
siswa tidak hanya dibaca oleh dirinya sendiri dan guru, melainkan civitas
akademik yang lain.
Oleh karena itu, Pendekatan Proses Lima Fase ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif untuk menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran menulis, serta meningkatkan kemampuan menulis karangan
siswa.

C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya mengikuti pembelajaran menulis karangan dengan
Pendekatan Proses Lima Fase dengan aktif karena penerapan Pendekatan
Proses Lima Fase dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

untuk membuat dan memperbaiki karangan dengan baik sehingga mampu


meningkatkan kemampuan menulis karangn siswa dalam menulis karangan.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya lebih telaten dalam proses pembelajaran, mengingat
penanaman pengertian tentang suatu materi penting untuk dilakukan dalam
suatu proses. Salah satu cara yang bisa diterapkan yaitu mengubah teacher-
centered menjadi student-centered dengan penerapan pendekatanproses lima
fase.
3. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebaiknya menyediakan sarana prasarana yang dapat
mendukung kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung
dengan aktif, kreatif, inovatif dan dapat berjalan secara optimal. Kepala
sekolah hendaknya memotivasi guru agar senantiasa melakukan pembaharuan
dalam dunia pengajaran dan pendidikan. Selain itu, kepala sekolah harus selalu
memonitor kinerja guru pada saat menyampaikan pelajaran dan memotivasi
guru untuk selalu melakukan evaluasi atas kinerjanya.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai