Anda di halaman 1dari 15

Mesin Las Argon Ac Dc, Merk Daiden, Technica, Miller,

Nichia Dan Berbagai Mesin Las Lainnya Dengan Harga


Bersaing Dan Kualitas Terbaik

===

Home > Artikel > Bidang


Keahlian > Pengelasan >   20 /04 /10 10:48:29
Rangkuman Diskusi
Pre-heating & PWHT
Oleh Administrator  

Tanya - raharjo_wida

Saya mau tanya mengenai pre-heating & pwht Saat ini pada beberapa komponen kami harus
dilakukan pre-heating (temperatur sekitar 150-220 celcius) juga pwht (temperatur sekitar 600
celcius)

1. Mengenai kegunaan pre-heating

Kalo nggak salah saya pernah baca di 'Teknologi pengelasan logam' (pengarang
Harsono)manfaat dari pre-heating ini adalah untuk mem perlambat kecepatan pendinginan dari
800 celcius ke 500 celcius shg didapat ketangguhan las yg bagus Namun disisi lain heat-input
ini juga harus dibatasi untuk mengurangi penggetasan batas las. Bukankah ini paradox ?

Mohon pencerahannya ......

2. Mengenai apa itu PWHT dsb, mohon kalo ada yg bisa sharing

3. Saat ini saya juga sedang mencari 'alat' untuk pre-heating

Referensi dari customer preheating dg cara menempelkan heater dekat area yg akan di-las,
temperatur sekitar 300 celcius (saat ini preheating biasanya hanya dg burner saja)

Mohon kalo ada yg punya info, dimana perusahaan yg menyewakan alat tsb, via japri aja.

Thx sebelumnya

Tanggapan 1 - Mazyadi Akhmad


Mau menambahkan sedikit..

Factors which affect distortion :

1.Material properties and condition

2.Heat Input

3.Lack of restraint

Methods of reducing distortion :

1.preheating

2.Forced restraint

3.Use a balncing welding technique; back skip welding or back step welding

4.Use a different joint design to reduce the amount of weld deposited

5.Reduce the heat input

PWHT in this context is a process in which metal in the solid state is subjected to one or more
controlled heating cycles after welding. The PWHT is normally carried out for the purpose of
stress relief; i.e the reduction of localised residual stress. Post heat treatment may also be used to
produce certain properties, such as :

- Softening after cold working

- Hardening to produce improved strength and hardness, this may be very hard and britlle

-Tempering to improve hardened structure giving ranges of strength with toughness

The relevant variable for a PWHT process which must be carefully controlled are as follows :

1. heating rate,

2. Temperature attained,

3. Time at the attained temperature (holding time)

4.Cooling rate ~ in certain circumstances

Stress Relieving
Used to relax welding stress without any significant affect on the component's metalurgical
structure because austenite is not produced.

Stress relief is achieved by heating to 550 - 650 derajat Celcius,

Holding for required time, e.g. 1 hour per 25 mm thickness, and then coollig down in air. Local
heating is carried out with gas flame or electric element; whole components may be stress
relieved in a furnace.

Taken from :"Training & Examinations In Inspection & Non -Destructive testing" Ruane TATI

yang saya ketahui Untuk PWHT bisa hub : HALTEX ENGINEERING SERVICES (local PWHT
n Furnace PWHT)

telp.fax:031-3571350

Semoga bermanfaat,

Tanggapan 2 – Darmayadi

Bung Raharjo,

Menjawab pertanyaan anda,

1. Proses Pre Heat gunanya adalah untuk memperkecil " Gradien Temperatur " dari suatu proses
pengelasan. Biasanya proses ini diperlukan pada saat pengelasan "Alloy Steel". Kenapa? Karena
Alloy Steel sangat sensitive terhadap perubahan temperatur yang sangat mendadak, baik saat
dimulainya pengelasan ataupun saat berakhirnya proses pengelasan. Lantas apakah dengan
dilakukan Preheat berarti kita menaikkan Heat Input ? Tidak, karena pengertian heat input adalah
panas yang dihasilkan oleh proses pengelasan seperti rumus yang telah di tulis oleh pak Ismadi
Sabandi " HI = A x V/ S (speed ). Temperatur yang dihasilkan suatu proses pengelasan bias
mencapai diatas 4000 Derajat Celcius. Jadi temperatur preheat tidak ada apa-apanya.

2. Cara melakukan pre heating bermacam-macam, bisa pakai coil pemaanas, bias pakai burner
dll, tergantung pada ukuran dan bentuk benda yang mau di las.

3. Utk PWHT saya tidak tanggapi, karena beberapa waktu lalu kita sudah pernah bahas, bahkan
mas Budhi ada kirim attachment tentang PWHT.

Demikian,

Tanggapan 3 - qaqcptmeco

manfaat dari pre-heating ini adalah untuk memperlambat kecepatan pendinginan dari 800 celcius
ke 500 celcius shg didapat ketangguhan las yg bagus.
Kalau coba bantu untuk menjawab :

Maksud dari penulis ini adanya fenomena distribusi temperature. Didalam teori metallurgi
pengelasan ada istilah yang dinamakan dengan TEMPERATURE DISTRIBUSI dari suatu Base
metal. Fenomena Temperature Distribusi ini biasanya dikorelasikan adanya TTT diagram. Hal
ini perlu diketahui didalam kita mengantisipasi terjadinya suatu fenomena metalurgis, terutama
pada daerah yang mengalami pendinginan didaerah kritis khususnya untuk MATERIAL BAJA
KARBON. Temperature kritis ini ada pada kisaran temperature 800° -- 500°C sesuai yang
dijelaskan oleh Pengarang buku tersebut. Kalau kita merujuk pada TTT fungsi dari Temperature
dan Time (waktu) FAKTOR KECEPATAN PENDINGINAN mempunyai arti yang sangat
krusial pada Temperature ini (800° -- 500°C), karena pada temperature ini sangat rentan sekali
akan terbentuknya FASA-FASA KERAS yang sangat tidak kita kehendaki yang ujung-ujungnya
akan menimbulkan kemungkinan terjadinya cacat pengelasan yang diakibatkan oleh
berkurangnya ketangguhan material tersebut. Untuk meningkat Ketangguhan pada material
tersebut fungsi dari THICKNESS dari material sangat berperan guna memperlambat terjadinya
laju pendinginan yang sangat cepat pada temperature ini. Salah satunya adalah dengan
melakukan PREHEAT sebelum dilakukan pengelasan guna mendapatkan daerah yang
mempunyai ketangguhan yang cukup.

Disisi lain heat-input ini juga harus dibatasi untuk mengurangi penggetasan batas las. Bukankah
ini paradox ?

Maksud dari penulis disini bila peristiwa metalurgis terjadi pada BAJA KARBON yang
mempunyai kekuatan 70 kg/mm2 -- 80 kg/mm (Coba anda baca secara cermat pada buku
Teknologi Pengelasan sebelum menarik suatu kesimpulan). Baja Karbon yang mempunyai
kekuatan 70 kg/mm2 --- 80 kg/mm2 sifatnya mempunyai tingkat kegetasan yang cukup tinggi
dibandingkan Baja karbon yang mempunyai kekuatan 60 kg/mm2. Hal ini disebabkan
TINGGINYA UNSUR PADUAN yang terkandung didalam Baja tersebut. Oleh karena itu baja
ini tidak boleh mempunyai HEAT INPUT yang berlebih. Karena akan mempromote terjadinya
Penggetasan material yang diakibatkan oleh banyak unsur paduan yang ada pada material
tersebut (eg : Cu, Ni, Cr, Mo dan V)

Mengenai apa itu PWHT dsb, mohon kalo ada yg bisa sharing

PWHT adalah Proses Heat Treatment yang terjadi setelah dilakukan pengelasan. Adapun
prosedurenya mula-mula dilakukan pemanasan sampai mencapai temperature tertentu (dibawah
temperature transformasi yaitu disekitaran 600° - 675°C) kemudian didinginkan sampai
mencapai temperature kamar. Adapun kecepatan (heating rate) baru diatur jika kondisi Benda
kerja tersebut sudah mencapai temp.dikisaran 425° C dengan pengaturan heating rate (laju
kenaikan temperature) tidak lebih dari 200°C perjam dibagi dengan tebal maksimum dari bagian
yang paling tebal pada material tersebut. Setelah mencapai Temperature 600° - 675° C dilakukan
Penahanan temperature dengan rentang waktu tertentu. Lamanya penahanan ditentukan oleh
Tebal material. Setelah cukup waktu penahanannya dilakukan proses laju pendinginan dimana
laju pendinginan antara temperature 600° sampai dengan temperature 427° C diatur tidak boleh
lebih dari 278°C perjam. Selepas itu boleh didinginkan didapur pendingin dengan jalan
mematikan burner pada dapur tersebut. Ingat Dapur tidak boleh dibuka.
PWHT sendiri dapat diapplikasikan dengan 2 method yaitu :

1. Method Furnace.

2. Method Heating Element.

Tujuan yang paling pokok adalah menghilangkan TEGANGAN SISA yang terjadi selama
pengelasan.

Demikian Sekilas info dari Bidang Pengelasan.

===

Welding Electrode (WE)

rio bm

Saya ada beberapa pertanyaan (maklum Pak, masih Junior).

1. Apa yang menjadi dasar pemilihan Welding Electrode (WE) dalam setiap pekerjaan fabrikasi.. Selain
jenis logam yang akan di-weld dan jenis pengelasan yang digunakan tentunya.. </i></p>

2. Bagaimana mengetahui tanda-tanda WE yang baik.. Jenis test apa saja yang perlu saya lakukan..

3. Bagaimana mengetahui kekuatan sambungan yang dilas. Memang dari WE itu sendiri bisa diketahui
Tensile Stress-nya. Tapi bagaimana kalau bagian yang dilas itu juga mengalami Beban Transversal, Beban
Puntir (Twist) dan Beban Tarik (Contohnya pada chassis kendaraan Pak)..

4. Bagaimana menentukan pola lasan Pak.. Apakah las penuh atau intermitten.. Dan tebal fillet lasan..

5. Bagaimana mengetahui kualitas lasan melalui inspeksi visual..

6. Jenis logam apa saja yang bisa di Pre-Heat atau di PWHT Pak..
Maaf pertanyaannya agak sederhana Pak.. Maklum masih Junior..

Jimmy OC.

Pak Rio,

Saya jg msh junior spt bapak,sebelumnya mohon maklum apabila blm bias memberi info yg lengkap.

Berdasarkan pengalaman saya selama supply welding electrode khususnya di special alloy eg.: Nickel
alloy, titanium and Aluminum bronze, kami seringkali dihadapkan kpd material2 yg exotic. Namun yg
dpt mjd pedoman :

1. Ketahui dahulu chemical comp dr material yang akan dilas. Cocokkan dgn chemical composition TIG
filler rod/welding electrode (biasanya berdasarkan range kimia yg persis / mendekati, sebaiknya jgn
downgrade).

2. Tanda2 electrode yg baik ini banyak aspeknya pak, salah satunya ketika dilas. Kalau electrode / filler
rod yg bagus, wasted yg terbuang sangat minim dan sebaiknya cari electrode rutile coating (electrode ini
tidak mudah menyerap air dan mudah dalam penyimpanannya). Pengetesan biasanya test mekanikal
dan radiography. Utk test ini bias ditanyakan lebih jelas dengan pakarnya yg kompeten di bidang ini.
Bapak bias coba hub Ir. Sabandi, email: gbp@yahoo.com Kalau untuk mengetahui kualitas las hanya
melalui inspeksi visual, agak sulit mengetahuinya. Namun berdasarkan pengalaman saya di lapangan,
selama tidak ada undercut dan porosity hasil las scr visual sdh OK.

Mudah2an informasi saya ini dapat membantu. Thanks.


SYARLI WELLMAN

Pak Rio,

saya juga masih junior, tapi saya baru saja menyelesaikan diklat Welding Inspector...mungkin ini sedikit
membantu:

cara pemilihan electroda biasanya di kombinasikan dengan material, sebelumnya kita harus tau
spesifikasi dari material terlebih dahulu, itu bisa dilihat dari (tergantung anda menggunakan standar
apa),misalnya untuk Asme Section IX, anda bisa melihatnya di QW/QB 422, disini anda harus melihat
material tersebut Pno.nya berapa, baru kemudian anda mencari elektroda yang cocok berdasarkan Pno
material, itu bisa anda liat di ASME section IX di QW-432 nah disini anda harus mencari Pno. minimal
harus sama (tetapi ada beberapa ketentuan lain yang bisa anda baca di ASME IX untuk pemilihan
material dan elektroda).......

Mengenai uji yang akan digunakan, itu tergantung dari syarat yang diharuskan oleh Standard yang kita
pakai....itu bisa Visual,RT, UT, PT/MT, mechanical test... :)

Mengenai preheat, anda bisa baca di standard yang akan anda gunakan yang menyaratkan untuk
dilakukannya preheat, misalnya ASME, AWS, API.....kalo diterangkan disini terlalu panjang, mungkin
anda harus membaca seperti standard2 yang saya sebutkan tadi misalnya

mudah2an informasi saya ini juga dapat membantu..thanks :), maaf kalo ada salah.....

Ismadi Sabandi sabandi.ismadi@tetrapak.com


1. Electrode selection dilihat dari aspek selain Logam yang akan di las dan jenis proses pengelasan adalah
bagaimana mudah dan sulitnya treatment handling dari Electrode yang akan kita pilih, weld deposition
ratenya, kemampuan electrode dalam aplikasi pengelasan. seperti handling dari type electrode Low
Hydrogen akan lebih sulit dengan High Celulose Electrode yang tidak membutuhkan dilakukan Oven
Dryed diatas 350 oC , kemudian kemampuan electrode untuk dipakai dalam mengelas pada semua posisi
pengelasan. pilihlah type electrode jenis misal E 7010 (1 adalah untuk code all position dll). Deposition
rate dari jenis electrode tersebut misal E7010 dari merek A belum tentu sama deposition rate nya dengan
E7010 merek kawat las B, hal ini disebabkan oleh stabilitas busur dari jenis electrode yang dihasilkan dari
manufacturer kawat las akan berbeda-beda ada yang banyak spater dan ada yang tidak sehingga ada
weld depositnya bagus ada yang tidak hal tersebut berhubungan dengan formulasi dari Flux-nya.

2. Untuk melihat keunggulan electrode minta spesifikasi yang jelas dari supplier misalnya Guide
Booknya electrode, atau hasil2 pengujian mereka dll.

3. Untuk mengetahui kekuatan sambungan las adalah dengan mekanikal test (Tensile, Bending test atau
ditambah twist test untuk beban puntir/twist)

<p> 4. Menentukan pola lasan adalah darispesifikasi design harus dihitung berapa minimum fillet length
(panjang effektif lasan fillet) dan dimensilasnya atau fillet weld size ini diatur di code / standard misal
AWS D1.1 sangat jelas mengatur ini. Pada prinsipnya di lihat dari 2 tinjauan aspek 1. Dari Heat input yg
akan dihasilkan 2. dari tinjauan aspek design (misal Beban , wind Load dll).

5. Visual inspeksi guding nya bisa di lihat di EN 970 untuk standard visual inspeksi dan EN 25817
standard for Quality Level

6. Jenis Logam yang perlu dipre-heat ditinjau dari aspek % C content dalam material (semakin tinggi
kandungan karbon semakin tinggi pula temperatur preheat-nya. kemudian dari Aspek tebal material
yang akan di las, dan dari aspek internal stress akibat cold working dari material yang akan di las

sekian semoga membantu.

qaqcptmeco ptmeco@meco.co.id
Jawaban No.1

Selain apa yang telah dijelaskan oleh rekan milist yang didalam melakukan pemilihan electrode (dalam
hal ini bukan jenis filler) ada beberapa parameter yang perlu dicermati yaitu :

- Material.(Hal yang paling pokok).

- Proses Pengelasan yang digunakan.

- Posisi Pengelasan.

POSISI PENGELASAN meruapakan suatu hal yang cukup significant didalam kita melakukan
pemilihan electrode dimana electrode dapat dibedakan menjadi beberapa kategori jika pengelasan ini
diapplikasikan pada material MILD STEEL (CARBON STEEL). Type FAST FREEZE (E.6010) ; FILL
FREEZE (E.6013) ; FAST FILL (E.6020) dan Type LOW HYDROGEN (E.7018). Adapun detail penjelasan
ini akan dapat dilihat pada lampiran yang akan saya kirim via Administrator.

Jawaban No.2.

Pengujian ada 2 kategori meliputi :

Pengujian PROSEDURE PENGELASAN (WPS/PQR) meliputi :

1. Pengujian Tarik.

2. Pengujian Bending.

3. Pengujian Nick Break.

4. Makro Etsa.

5. Impact Test.

Jenis pengujian diatas adalah pengujian yang sering ditemui pada saat kita melakukan pengujian
WPS/PQR.

Pengujian ELECTRODE atau MATERIAL PENGELASAN meliputi :

1. Chemical Composition.

2. Pengujian Tarik dan Bending.

3. Radographic Test.

4. Moisture Test (jika type electrodenya adalah Low Hydrogen).


5. Impact Test.

Kedua jenis pengujian ini sifatnya tidak mengikat tergantung dari jenis electrode, diameter electrode dan
standard yang diapplikasikan pada electrode tsb. Tidak menutup kemungkinan didalam jenis pengujian
yang ada pada Material pengelasan diapplikasikan pada pengujian Prosedure Pengelasan.

Jawaban No. 3.

Inti dari pengujian kekuatan pada pengelasan sebenarnya diapplikasikan pada Prosedure Pengelasan
dimana parameter yang diambil untuk pengujian kekuatan terletak pada TENSILE STRENGTH dari
material kawat las tersebut. Dan rata - rata standard mengapplikasikannya seperti itu. Tetapi perlu
diingat ada beberapa CODE atau Standard parameter nya berbasis pada YIELD STRENTGH dari
material kawat las tersebut. Hal ini biasanya diapplikasikan pada standard PIPELINE (API Std. 1104).
Korelasi dengan kekuatan lainnya seperti Beban puntir, Transversal dsb. Sebenarnya terletak pada
perhitungan Design dari equipment tsb. Dan sudah banyak guide atau standard yang dapat dijadikan
referensi perhitungan ini. Ada satu hal yang perlu dicermati didalam kita mendesign suatu equipment
atau produk jasa yaitu WELDABILITY dari material yang akan dipakai untuk membuat peralatan
tersebut.

Jawaban No. 4.

Pola lasan dalam hal ini sambungan Lasan banyak macam dan type apakah dalam bentuk BUTT JOINT
atau FILLET JOINT. Penentuan type ini bisa ditentukan melalui ; PERHITUNGAN DESIGN ;
APPLICATION CODE atau STANDARD dan FUNGSI DARI EQUIPMENT tsb.

Jawaban No. 5

Visual Inspeksi masuk kategori NONDESTRUCTIVE EXAMINATION dimana parameter sebenarnya


pada inspeksi ini tergantung dari standard yang digunakan. Jelas beda Standard yang diapplikasikan
satu misal HULL STRUCTURE beda dengan standard BOILER atau PRESSURE VESSEL demikian juga
untuk FOOD INDUSTRI (FOOD GRADE).

Kalau visual dikorelasikan dengan WELDING RIPPLE maka kita bisa mengacu pada jenis SOLUTAN
dari ELECTRODE tersebut misal ELECTRODE yang mempunyai type RUTILE akan mempunyai hasil
pengelasan yang lebih halus bila kita menggunakan type electrode CELULOSE atau BASIC. Demikian
juga dengan POSISI PENGELASAN serta paramater jenis CURRENT dari proses tersebut.

Jawaban No. 6
Semua jenis LOGAM FERROUS bisa dilakukan Preheat dan PWHT kecuali untuk jenis STAINLESS
STEEL.

Parameter dari penentuan ini bisa kita ambil dari CARBON EQUIVALENT dan KETEBALAN dari
material yang akan di welding.

Demikian pencerahana pagi ini untuk melengkapi keterangan diatas nantinya akan saya lampirkan
beberapa lampiran via administrator.

Dirman Artib dirman.artib@amec.com

Mas Farid,

Terima kasih atas penjelasan yang sistematik.

Sebagai orang yang nggak pernah kesampaian untuk kursus WI, tetapi dulu sering bersinggungan
dengan proses welding sewaktu di lapangan, saya punya beberapa pertanyaan yang masih hadir di
benak saya sbb:

Mana yang lebih dulu menentukan antara hal-hal yang berikut di dalam WPS:

* Proses pengelasan apakah SMAW, TIG, automatic, dll.

* Welding consumables (bukan hanya electrode)

* Direction of Welding (uphill and down hill or other ?)

* Position ?

* Technique (string and wave , other ?)


Dapatkah dikatakan bahwa apa yang harus direncanakan/ditetapkan di dalam WPS sebagai sebuah
keseluruhan dari hasil sebuah "Welding Design" atau masihkah ada tambahan lain sehingga dapat
dikatakan sebagai "Welding Design" ?

Di manakah perbedaan yang jelas kompetensi yg harus dimiliki, dan scope dari peranan/tugas seorang
"Welding Engineer" dan "Welding Inspector" dalam Welding Practices ?

Terima kasih , sebelumnya.

qaqcptmeco ptmeco@meco.co.id

Unsur yang terpokok didalam pembuatan WPS / PQR menurut analisa pribadi saya

ada 3 kategori :

1. Proses Pengelasan.

2. Parent Metal ( Base Material )

3. Welding Consumable.

Mana yang lebih dulu ? Menurut saya seiring dan sejalan. Ketiga unsur pokok diatas merupakan
parameter awal sebelum kita melakukan penyusunan DRAFT WPS. Awal dari penyusunan Prosedure
pengelasan kita harus mengetahui lebih dahulu TYPE atau JENIS material yang di Weld. NEXT kita
kenali dulu karekteristik dari material, application material (digunakan untuk apa ?) dan referensi code
atau standard yang akan diapplikasikan. Nah dari situ nantinya akan muncul parameter - parameter
penunjang lainnya yang comply dengan material tsb serta equipment yang akan dibuatnya. (Maaf Mas
Dirman ...... saya nggak bisa detail di milist ini mungkin bisa butuh waktu 2 hari untuk mendescibe
masalah ini).

Mengenai parameter penunjang lainnya selama masih masuk kategori ESSENTIAL VARIABLE dan
SUPLEMANTARY VARIABLE harus kita prioritaskan dan merupakan kewajiban untuk
mengartikulasikan kedalam suatu Prosedure Pengelasan. Sedangkan yang masuk dalam kategori NON
ESSENTIAL VARIABLE bisa kita implementasikan kedalam sebuah Prosedure Pengelasan tsb bisa juga
tidak. Tetapi alangkah baiknya kalau Prosedure Pengelasan tsb. mempunyai banyak parameter
pengelasan yang sifatnya Non Essential Variable. dan perlu diingat juga semuanya ini tergantung dari
applicable code atau standard yang diimplementasikan pada equipment.

Dapatkah dikatakan bahwa apa yang harus direncanakan/ditetapkan di dalam WPS sebagai sebuah
keseluruhan dari hasil sebuah "Welding Design" atau masihkah ada tambahan lain sehingga dapat
dikatakan sebagai "Welding Design" ?

# Kalau hal ini kita implementasikan pada hal yang sifatnya spesifik ( missal : Material yang akan diweld,
Proses pengelasan dsb ) demikian juga kalau hal ini diimplementasikan pada suatu proses fabrikasi
selama Prosedure tersebut comply dengan code atau standard atau costumer spec lebih – lebih kalau
equipment yang diproduksi mempunyai sifat MASS PRODUK maka procedure tersebut bisa kita artikan
sebagai Welding Design.

Seorang " Welding Engineer " lebih fokus didalam suatu perencanaan dari suatu PROSES WELDING &
BRAZING. Terus terang Mas .... Saya punya latar belakang Sebagai WELDING ENGINEER ( WE Angkt
II B4T) Waktu saya mengikuti Training hampir 80% materi yang tersaji difokuskan pada hal - hal yang
sifatnya PERENCANAAN baik itu dari sisi material, peralatan dan calculation dari welding. Jadi
kasarannya Welding Engineer itu lebih terkutat pada Welding Design.

Bagaimana dengan " Welding Inspector " lebih diorentasikan kepada PENGAWASAN / SUPERVISI dari
masalah Welding yang dikorelasikan dengan APPLICATION CODE atau STANDARD yang digunakan.
Dimana kalau kita lihat materi dari diklat welding lebih fokus ke CODE atau Standard.

Demikian pencerahan yang bisa saya sampaikan semoga menjadikan Mas Dirman ....... tidak puas saya
lebih senang anda tidak puas karena hal ini akan menguntungkan bagi saya untuk menggali informasi
atau membuka file – file saya yang numpuk di lemari. Sorry Mas ..... Keterbatasan waktu saya memantau
email membuat anda lebih lama menunggu jawaban dari saya. Terus terang saya tidak setiap waktu
memantau milist ini karena saya banyak terkutat di lapangan atau work shop. Maklum dulu mantan
orang lapangan sehingga tidak bisa berlama - lama duduk dikursi dan ruangan yang ber AC.
abdul abdulrozaqk@yahoo.com

sekedar menambah point 4 (2).

-Penentuan spesifikasi las berdasarkan loading.

* Untuk struktur yang mengalami beban ekstrem dan bersifat dynamic biasanya pake full penetration
ataupun partial penetration ( ini juga dipengaruhi oleh welding accessible ) kalau hanya bisa welding
satu side maka pake partial penetration. Penentuan spesifikasi las juga di pengaruhi oleh tebal plate,
yang akan di las.

pak ismadi tolong koreksi saya kalau saya salah.

"qaqcptmeco" ptmeco@meco.co.id

Mas Budhi mohon bantuan untuk di up load ke milist sebagai penjelasan jawaban saya dibawah ini.

Lihat attachment : Lamp Tanya welding.pdf

DARMAYADI darmayad@indosat.net.id

Berkaitan dengan pemilihan kawat las, Salah satu langganan saya bertanya....

Pak, pekerjaan saya membutuhkan kawat las dengan spesifikasi : AWS F7A2EM12K, Namun stock yang
ada digudang saya spesifikasinya : F9Pz EB2-B2. Bisa nggak kawat las yang ada tersebut digunakan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut? Saya katakan kepada beliau, bapak lihat aja di AWS atau di
ASME, bias dipakai apa tidak? Beliau mengatakan bahwa pekerjaan tersebut tidak perlu refer ke AWS
atau ASME. Yang beliau perlukan adalah, apakah menggunakan kawat las yang mempunyai Kekuatan
tarik 35% lebiih tinggi itu akan menyebabkan daerah sekitar sambungan las akan terjadi keretakan atau
menyebabkan kekuatan sambungan las akan lebih jelek dari base metalnya? Sebagai informasi beban
yang dialami oleh barang jadi adalah statis dan dinamis sedikit.

Mohon buat rekan-rekan bisa bantuin saya mikir....

====

Anda mungkin juga menyukai