Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi

Kata konstitusi berasal dari bahasa Perancis “constituer” yaitu sebagai suatu ungkapan
yang berarti membentuk. Oleh karena itu, pemakaian kata konstitusi lebih dikenal untuk
maksud sebagai pembentukan, penyusunan atau menyatakan suatu negara. Dengan kata lain,
secara sederhana, konstitusi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tentang bentuk dan
susunan suatu negara, yang dipersiapkan sebelum maupun sesudah berdirinya negara yang
bersangkutan

Secara terminologis konstitusi adalah sekumpulan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan


dasar yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk juga
dasar hubungan antara negara dan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ada batasan-batasan pengertian konstitusi yaitu : Pertama, konstitusi merupakan suatu


kaidah hukum yangmemberikan batasan- batasan terhadap kekuasaan dalam
penyeleggaraansuatu negara; Kedua, mendeskripsikan tentang penegakan hak-hak asasi
manusia; dan ketiga, konstitusi berisikan materi mengenai susunan ketatanegaraan suatu
negara yang bersifat fundamental.

B. Klasifikasi konstitusi

Mengacu kepada klasifikasi para pakar atau ahli Hukum tata Negara dan atau Hukum
Konstitusi, maka dapat dibuat menjadi tujuh klasifikasi konstitusi yaitu :

1. Konstitusi bernaskah dan konstitusi tidak bernaskah(documentary Constitution and


non-documentary Constitution)
2. Konstitusi fleksibel dan Konstitusi rijid (flexible Constitution and rijid Constitution);
3. Konstitusi derajat tinggi dan Konstitusi tidak derajat tinggi (supreme Constitution and
not supreme Constitution);
4. Konstitusi serikat dan Konstitusi kesatuan(federal Constitution and unitary
Constitution );
5. Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan
parlementer (presidential executive Constitution and parliamentary Constitution)
6. Konstitusi republic dan Konstitusi kerajaan (republican Constitution and monarchical
Constitution)
7. Konstitusi demokratik dan Konstitusi otokratik (democratic Constitution and autoratic
Constitution)

C. Isi konstitusi

Menurut Prof. K. C. Wheare, Isi dari suatu konstitusi dibedakan antara konstitusi Negara
kesatuan dan Negara federal.

1. Negara kesatuan, berisi :

 Struktur umum Negara/alat perlengkapan Negara


 Hubungan (dalam garis besar kekuasaan dalam Negara) batas-batas kekuasaan.
 Hubungan Negara dengan warga Negara, yaitu kewajiban warga Negara dan kewajiban
Negara.

2. Negara Federal, ada tiga kemungkinan, yaitu :

 Penetapan secara terperinci dan tuntas wewenang pemerintah federal, selebihnya


wewenang Negara bagian ;
 Penetapan secara terperinci dan tuntas wewenang Negara bagian selebihnya
wewenang Negara federal ;
 Dimuat semua wewenang secara limitative masing-masing tugas pemerintah Negara
bagian

Kemudian, Dr. Sri Soemantri Martosoewignjo, SH., mengatakan pada umumnya materi yang
diatur dalam konstitusi ada 3 hal, yaitu :

1. Adanya jaminan hak asasi manusia dan warga Negara;


2. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat fundamental (bentuk
Negara, bentuk pemerintahan, kelembagaan Negara, dan sebagainya)
3. Adanya pembagian kekuasaan
D. Sifat sifat konstitusi

Konstitusi memiliki beberapa sifat, yaitu antara lain :

a. Konstitusi Luwes
Berkenan dengan konstitusi luwes, G.S. Diponolo mengemukakan, untuk dapat
bertahan lama maka konstitusi itu tidak boleh terlalu keras dan kaku. Segala sesuatu itu
senantiasa berubah, tidak ada sesuatu yang akan tetap selama-lamanya. Dan konstitusi itu
harus tahan menghadapi segala kedaan. Selain itu konstitusi juga memerlukan pengertian
yang mendalam, perhitungan seksama, kabijaksanaan bertindak dan keluwesan bergerak
dalam menghadapi setiap keadaan.
b. Konstitusi Tegas
Menyangkut konstitusi tegas, G.S. Diponolo menulis : sudah semestinya konstitusi
itu harus tegas dan kokoh kuat, tahan untuk selama lamanya atau setidak tidaknya untuk
waktu yang cukup lama. Karena jika tidak demikian ia akan kehilangan artinya sebagai
piagam dasar Negara. Apa artinya konstitunsi yang dapat dibelok-belokan kemana saja,
yang dapat ditafsirkan bermacam- macam, dan setiap waktu diubah dan dihapus.
c. Konstitusi realistis
Realistis berarti berdasarkan keadaan dan kenyataan yang ada. Konstitusi yang
meninggalkan kenyataan akan tidak berguna, karena tidak dapat dilaksanakan dan akan
segera lenyap.
d. Konstitusi idealistis
Konstitusi yang dibuat yang memandang jauh ke depan yang melihat dan
mempergunakan kemungkinan bagi perkembangan zaman.
e. Konstitusi Konservatif
Konstitusi harus konservatif. Konservatif dalam arti harus dapat mempertahankan
nilai-nilai yang tinggi pada unsure-unsur fundamental Negara dan rakyatnya. Unsur-unsur
ini tidak boleh tergoyahkan oleh mode atau gejolak emosi. Ia harus dilindungi terhadap
goncangan-goncangan pasang surutnya suatu keadaan
f. Konstitusi Progresif
Konstitusi harus juga progresif. Untuk itu maka konstitusi harus dilengkapi dengan
daya penyesuaian pada perkembangan masyarakat. Perkembangan yang juga menjadi
kodrat hidup. Itulah sebabnya ia harus progresif dalam arti harus dapat mengikuti jalanya
perkembangan. Kita tidak boleh takut pada perkembangan, sebaliknya kita harus
senantiasa dapat mengembangkan perkembangan.
E. Nilai konstitusi

Pemikiran tentang nilai konstitusi dapat dikutip dari seorang sarjana, Karl
Loewenstein,yang mengadakan suatu penyelidikan mengenai apakah arti dari suatu konstitusi
tertulis (Undang-Undang Dasar) dalam suatu lingkungan nasional yang spesifik, terutama
kenyataan bagi rakyat biasa sehingga membawa Karl Loewenstein kepada tiga jenis penilaian
konstitusi, yaitu konstitusi yang mempunyai nilai normative, konstitusi yang mempunyai nilai
nominal, dan konstitusi yang mempunyai nilai nominal, dan konstitusi yang mempunyai nilai
semantik

a. Nilai Normatif

Suatu konstitusi mempunyai nilai normatif apabila penerimaan segenap rakyat dari suatu
negara terhadap konstitusinya benar-benar murni dan konsekuen, konstitusi itu ditaati dan
demikian dijunjung tinggi tanpa adanya penyelewengan sedikitpun juga. Konstitusi memeng
demikian diperlukan bagi perbuatan, perlakuan, dan kegiatan-kegiatan yang efektif,
ketentuan-ketentuan apa yang terdapat di dalamnya merupakan pedoman atau pegangan yang
mutlak harus dilaksanakan. Bila konstitusi itu dilaksanakan sepenuhnya maka konstitusi itu
disebut konstitusi normatif

b. Nilai Nominal

Nilai nominal dari suatu konstitusi kita peroleh apabila ada kenyataan sampai dimana
batas-batas berlakunya itu, yang dalam batas-batas berlakunya itulah yang dimaksud dengan
nilai nominal suatu konstitusi. Dari sejumlah pasal dalam suatu konstitusi terdapat beberapa
pasal yang tidak dapat diberlakukan dengan baik, bahkan mungkin dibeberapa daerah tertentu
terdapat pasal yang sama sekali tidak dapat diberlakaukan. Beberapa pasal yang tidak dapat
diberlakukan dengan baik atau tidak dapat diberlakukan sama sekali itu mungkin dapat
diberlakukan setelah mengalami perbaikan, perubahan, atau tambahan. Dengan demikian,
nilai normatif atau yang nyata berlaku adalah pasal-pasal yang berlaku tadi, sedangkan pasal-
pasal lain tidak dapat diberlakukan,baik diseluruh maupun disebagian wilayah suatu Negara.

Karl Loewenstein, mengatakan bahwa nilai konstitusi yang bersifat nominal ialah kalau
konstitusi itu kenyataanya tidak dilaksanakan dan hanya disebut namanya saja. Dengan kata
lain, konstitusi tersebut menurut hukum berlaku, tetapi tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya yaitu tidak memiliki kenyataan sempurna

c. Nilai Semantik

Nilai konstitusi yang bersifat semantic ialah suatu konstitusi yang dilaksanakan dan
diperlakukan dengan penuh, tetapi hanyalah sekedar memberi bentuk (formalization) dari
tempat yang telah ada untuk melaksanakan kekuasaan politik. Maksud esensial dari suatu
konstitusi adalah mobilitas kekuasaan yang dinamis untuk mengatur, tetapi dalam ini
dibekukan demi kepentingan penguasa atau kepentingan pemehang kekuasaan yang
sebenarnya

F. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Konstitusi

Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan
tujuan Negara.

Tujuan adanya konstitusi secara ringkas dapat diklasifikasikan tiga tujuan ( Dede Rosyada
(dkk), 2003 ) , yaitu :

 Konstitusi bertujuan memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap


kekuasaan politik .
 Konstitusi bertujuan untuk mengawasi atau mengontrol proses-proses kekuasaan dari
penguasa.
 Konstitusi bertujuan memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.

Jadi konstitusi berfungsi sebagai pengontrol penguasa sekaligus sebagai alat untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan negara yang sesuai dengan nilai-nilai dan kaedah negara
yang termuat dalam dasar negara.

Ruang lingkup isi UUD sebagai konstitusi dikemukakan oleh A.A.H Struycken memuat
tentang:

1. Hasil perjuangan poitik di masa lampau


2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
3. Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik waktu sekarang maupun
masa yang akan datang
4. Suatu kenginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin

Menurut Sri Soemarni dengan mengutip pendapat Steenbeck menyatakan bahwa terdapat
tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu: jaminan HAM, susunan kenegaraan yang
bersifat mendasar , dan pembagian dan pembatasan kekuasaan.

G. Sejarah Konstitusi dan Perkembangannya

Konstitusi telah lama dikenal yaitu sejak jaman bangsa Yunani yang memiliki beberapa
kumpulan hukum ( semacam kitab hukum pada tahun 624-404 SM ). Athena pernah memiliki
tidak kurang dari 11 konstitusi. Pada masa kaisaran Roma pengertian konstitusi mengalami
perubahan makna. Adalah merupakan suatu kumpulan ketentuan secara peraturan yang di
buat oleh para kaisar, pernyataan dan pendapat para ahli hukum, negarawan serta adat
kebiasaan setempat selain undang-undang. Konstitusi Roma mempunyai pengaruh cukup
besar sampai abad pertengahan yang memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham demokrasi
perwakilan dan nasionalisme. Dua paham inilah yang merupakan cikal bakal munculnya
paham konstitusinalisme modern.
Pada abad ke VII ( Zaman Klasik ) lahirlah piagam madinah atau konstitusi madinah,
yaitu merupakan pokok tata kehidupan bersama di madinah yang dihuni oleh bermacam-
macam kelompok dan golongan. Konstitusi Madinah berisikan hak bebas berkeyakinan,
kebebasan berpendapat, kewajiban bermasyarakat dan juga mengatur kepentingan umum.
Pada paruh abad ke XVII, kaum bangsawan inggris yang menang revolusi istana ( The
Glorious Revolution ) telahh mengakhiri absolutisme dan menggantikannya dengan sistem
parlementer sebagai pemegang kekuasaan, akhir revolusi ini adalah deklarasi kemerdekaan
12 negara koloni inggris pada 1776, dengan menetapkan konstitusi sebagai dasar negara yang
berdaulat.
Tahun 1789 meletus revolusi di Perancis, ditandai oleh ketegangan-ketegangan di
masyarakat dan terganggunya stabilitas keamanan negara. Instabilitas sosial di Perancis
munculnya perlunya konstitusi. Maka pada pada tanggal 14 Septembar 1791 tercatat
konstitusi Eropa pertama oleh Louis XVI, karena deklarasi inilah yang mengilhami konstitusi
Perancis (1791) khususnya yang menyangkut hak asai manusia. Setelah peristiwa ini, maka
muncul konstitusi dalam bentuk tertulis yang di pelopori oleh Amerika.
Konstitusi sebagai UUD atau sering disebut Konstitusi Modern baru muncul bersamaan
dengan perkembangan sistem demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan muncul sebagai
pemenuhan kebutuhan rakyat akan lembaga perwakilan (legislatif). Lembaga ini dibutuhkan
sebagai pembuat undang-undang untuk mengurangi dan membatasi dominasi para raja.
Alasan inilah yang menempatkan konstitusi tertulis sebagai dasar hukum yang posisinya
lebih tinggi dari para raja.

H. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia

Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok
Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia
telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode, yaitu sebagai berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945 terdiri
dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan paralihan, 2
ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS terdiri
atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Oeriode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146
pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Khasus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;
2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001, dan
tahun 2002)
Amandemen tersebut adalah:
a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999;
b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000;
c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November 2001;
d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut sebenarnya
merupakan hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1
Juni 1945 dan tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya BPUPKI berupa rancangan
pembukaaan hukum dasar dari BPUPKI itulah yang selanjutnya ditetapkan menjadi UUD
Negara Indonesia setelah mengalami perubahan seperlunya oleh PPKI.

Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3


keputusan penting, yaitu sebagai berikut.

1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar


Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil
presiden.

3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membentuk


presiden.

Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar inin belangsung sngat


singgat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan keinginan untuk
segera membentuk konstitusi Negara maka penetepan UUD 1945 berjalan dengan lancar.

Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah yang
mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan hokum dasar yang
dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara lain:

a. Istilah”hukum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,


b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”
c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-undang dasar”
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada;
e. Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk
Pemluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI
dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4 Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok Indonesia terdiri
atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan tambahan.

Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang terdiri atas
dua bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya. Adapun
bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dibuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946. Berdasarkan hal itu maka
Naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II No. 7 Tanggal 15 Februari 1946,
terdiri atas:

a) Pembukaan
b) Batang tubuh, dan
c) Penjelasan.

Undang-undang Dasar Neraga Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya berlaku


dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949. Sejak
27 Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru disebut kontitusi Republik
Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua yang berlaku diindonesia adalah
Konstitusi Republi Indonesia Serikat disingkat KRIS atau UUD RIS. Dan UUD Negara
Republik Indonesia 18 Agustus 1945 tetap berlaku tetapi hanya disalah satu Negara bagian
RIS yaitu Negara Republik Indonesia (RI) yang beribu kota di Yogyakarta. Kontitusi
Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949 berlaku dari tanggal 27 Desember
1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950, bangsa Indonesia kembali kebentuk Negara
kesatuan. Dengan demikian, UUD RIS 1949 tidak diberlakukan lagi. Priode berlakunya
UUD RIS 1949 daei tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, oleh Moh. Yamin
disebut konstitusi II.

1) Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.


2) Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.

Beberapa ketentuan pokok dala UUD RIS 1949 antara lain:


a. Bentuk Negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlamenter. Dalam sistem pemerintahan ini, kepala
pemerintahan dijabat oleh seorang perdana mentri.perdana mentri apis saat itu adalah
Moh. Hatta.

Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai pengganti dari UUD RIS
1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan yang dituangkan dalam Undang-
Undang Federal No.7 Tahun 1950 tentang perubahan konstitusi RepublikIndonesia Serikat
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang
menyusun Undang- Undang Dasar yang bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:

1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.


2. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.
3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic;
4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;
5. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap sebagai
pengganti dari UUDS 1950.

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Situasi


ini kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai berikut:
a) Menetapkan pembubaran Konstituante;
b) Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c) Pembentukan MPRS dan DPAS.

2. Proses Amandemen UUD 1995


Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan. Mengamandemen
artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen sebenarnya merupakan
hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan UU.
Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD yang artinya perubahan UUD.
Istilah perubahan konstitusi itu sendiri mencangkup dua pengerrtianyaitu:
a. Amandemen konstitusi
b. Pembaruhan konstitusi
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum
atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian
yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaruhi
konstitusi negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip negara demokrasi. Dengan
adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita diharapkan semakin baik dan
lengkap meyesuikan dengan tuntutan perkembangan dan kehidupan dan kenegaraan yang
demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia juga haus
mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu dilakukan
perubahan terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa pemerintahan presiden
soeharto belum pernah dilakukan perubahan.
Tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai berikut:
1. Unsur perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidam majelis
permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota majelis permusyawaratan

2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan
jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah asal-asar UUD, sidang majelis permusyawaratan rakyat diadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota majelis permusyawaratan rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota majelis permusyawaratan
rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republik indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan perama kali oleh MPR pada
siadang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober 1999.
Amandemen atas UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian UUD
1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999, disahkan 19 oktober
1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.
c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november 2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10 agustus 2002.

Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal serta 3 pasal aturan
peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya
beberapa ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku adalah
ketentuan-ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari UUD negara republik indonesia tahun 1945.
Dengandemikian, naskah UUD 1945 kita terdiri atas:
1. Naskah asli UUD 1945
2. Naskah perubahan pertama UUD 1945
3. Naskah perubahan kedua UUD 1945
4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945
5. Naskah perubahan keempat UUD 1945
Naskah UUD 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat tersebut tertuang
dalam putusan MPR tentang UUD 1945 dan perubahannya. Putusan MPR tersebut tidak
menggunakan nomor putusan majelis. Hal inin berbeda dengan jenis putusan majelis
lainnya, yaitu ketetapan majelis dan keputusan majelis yag menggunakan nomor keputusan
majelis.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD 1945 menjadi
lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah keseluruhan pasal yang diubah
dari perubahan perama sampai keempat ada 73 pasal. Namun jumlah nomor pasal tetap
yaitu 37 tidak termasuk aturan peralihan dan aturan tambahan. Perubahan diakukan dengan
cara menambahkan huruf A, B, C, dan seterusnya setelah nomor pasal (angkanya). Misalnya
pasal 28, kemudian pasal 28A, pasal 28B dan seterusnya.

3. Isi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pembukaan dan
bagian pasal-pasal. Bagian pembukaan pada umumnya berisi pernyataan luhur dan cita-cita
dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak semua konstitusi negara meiliki bagian
pembukaan ini. Konstitusi malaysia, singapure, dan australia tidak memiliki bagian
pembukaan. Contoh konstitusi negara yang memiliki bagian pembukaan adalah konstitusi
jepang, india, dan amerika serikat.

Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi negara
indonesi. Pembukaa UUD 1945 berisi empat alinie sebagai pernyataan luhur bangsa
indonesia. Selain berisi pernyataan, ia juga berisi cita-cita dan keinginan bangsa indonesia,
dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Setiap alenia pembukaan UUD 1945 memiliki makna dan cita-cita tersendiri sebagai satu
kesatuan.
Alenia pertama berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Alenia kedua berbunyi “dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan indonesia telah


sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, yang merdeka bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur”.

Alenia ketiga berbunyi “atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”.

Alenia keempat sebagai berikut “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh
tumpah dara indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan indonesia itu dalam suatu UUD 1945negara indonesia, yang terbentuk dalam
susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh ikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.

DAPUS

Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa,
Bandung: PT Refika Aditama, 2015.

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi , Yogyakarta:


Paradigma, 2016.

Lubis Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: AKASHA


SAKTI, 2018.

Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di


Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007.

Anda mungkin juga menyukai