Anda di halaman 1dari 6

PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD

MODUL 4 : KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA


SEKOLAH DASAR

MODUL 5 : KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA SEKOLAH


DASAR

Dosen :

Disusun oleh :
KELOMPOK 2:

MODUL 4
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi, dan Sosial anak.
A. Karakteristik Perkembangan Fisik
1. Pengaruh Keluarga/Keturunan
Yang dimaksud adalah faktor keturunan. Anak akan mewarisi gen dari orang tuanya.
2. Gizi
Anak yang dalam pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan yang serba berkecukupan,
akan terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk seumurnya.
3. Tingkat Sosial Ekonomi
Anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial ekonomi sosial yang lebih tingg biasanya akan
lebih terpenuhi semua kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan fisik.
4. Faktor Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan.

5. Jenis Kelamin
Sekitar umur 11-12 tahun, anak perempuan lebih cepat tinggi dan berat daripada anak laki-laki.
6. Kesehatan
Anak yang sehat dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar penampilannya, aktif bergerak seakan tidak
mengenal lelah
7. Suku Bangsa/Ras
Keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa/ras yang diwarisi dari nenek moyangnya.
B. Karakteristik Perkembangan Motorik
Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja sama antara otot, otak
dan saraf.
Keterampilan motorik akan berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya bimbingan. Keterampilan
anak menggunakan jari-jarinya, seperti menulis, atau memegang sendok disebut sebagai keterampilan
motorik halus. Sedangkan keterampilan anak berjalan, melompat, melempar, menangkap, berlari serta
menjaga keseimbangan badannya disebut sebagai keterampilan motorik kasar.
Semakin bertambah usia anak, maka semakin sempurna gerakan motoriknya, seperti gerakan-gerakan
berikut.
1. Cara memegang
Anak-anak yang masih kecil, cara memegang sesuatu masih asal-asalan saja, setelah lebih dewasa, cara
memegang sesuatu sudah sempurna dan siap untuk melakukan segala aktivitas tanganya dengan baik.
2. Cara berjalan
Anak kecil yang berjalan, seolah-olah seluruh tubuhnya ikut bergerak. Namun, pada anak yang lebih
dewasa, mereka hanya mempergunakan otot yang perlu saja, karena mereka sudah dapat mengoordinasi
anggota badanya.
3. Cara memegang
Anak kecil yang menendang bola, kedua belah tangannya mengayun ke depan dengan berlebihan, seakan
seluruh anggota badannya ikut bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasaakan menendang bola
dengan menggunakan kakinnya dengan menempatkan pada objek sasaran dengan tepat.

C. Karakteristik Perkembangan Emosi


Anak usia Sekolah Dasar sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutama emosi yang kurang baik,
secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain, sehingga anak mulai berusaha
mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi emosi yang
menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia Sekolah Dasar merupakan masa
peralihan antara masa anak dan menjelang remaja, sehingga emosi anak kadang-kadang kurang stabil.
Dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan emosi yang sangat berlebihan. Hal tersebut
akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Melalui bimbingan tersebut, emosi anak bisa
terkendali.

D. Karakteristik Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan sosialnya. Pada usia
Sekolah Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia berkelompok. Pada usia ini ditandai
dengan adanya minat anak terhadap aktivitas bersama teman-teman. Mereka merasa puas dengan
perilaku hidup berkelompok dan bahagia apabila dapat diterima menjadi anggota dalam suatu kelompok
tersebut.
Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar mengenal, menafsirkan dan melakukan reaksi
secara tepat terhadap situasi sosial yang mereka hadapi. Motivasi berteman pada anak Sekolah Dasar
dapat dibedakan dalam tiap tahap, yaitu: tahap pemenuhan kebutuhan, tahap balas jasa, dan tahap teman
akrab.
1. Tahap Pemenuhan Kebutuhan
Pada tahap ini anak menghargai teman sebagai individu bukan karena status sosial ekonomi atau yang
lainnya, tetapi mereka lebih tertarik kepada anak lain yang mau bermain bersama, sehingga terjalin
persahabatan. Sebab, anak mengaggap bahwa berteman dan bersahabat merupakan salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Tahap Balas Jasa
Intelegensi atau intelek, pada adasarnya mempunyai arti yang sama, dalam hal ini intelek maksudnya ialah
pikir, sedang intelektual adalah kemampuan kecerdasan. Berpikir merupakan perbuatan menimbang-
nimbang, menguraikan, menghubungkan, sampai pada akhirnya mengambil keputusan. Sedang kecerdasan
merupakan kemampuan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat.
1. Desentrasi dan konservasi
Anak punya konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, dapat dikompensasikan dengan perubahan dari
dimensi lain.
2. Seriasi
Karakteristik lain dari tahap operasional konkret adalah kemampuan utuk mengatur benda sesuai dengan
beberapa dimensi kuantitatif, seperti berat atau ukuran.
3. Pemikiran rasional
Anak dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu kejadian. Dalam hal ini anak dapat berpikir
secara rasional sesuai dengan yang mereka lihat.
4. Inklusi kelas
Anak pada tahap operasi konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan keseluruhan.Selain
itu, anak dalam tahap operasi konkret dapat mengerti bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih
dari satu golongan yang mempunyai hubungan pada satu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan
kelas atau relasi.
Di sekolah, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang dapat memberi kesempatan pada
siswa untuk beraktivitas baik dalam kelas maupun di luar kelas untuk memberikan pengetahuan dan
pengalaman belajar yang lain. Anak harus diberi kesempatan untuk bergerak, berbuat, bertindak, dan
sekaligus berpikir.

B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak


Manusia mempunyai kemampuan berbahasa lebih tinggi derajatnya daripada binatang. Karena manusia
mempunyai akal dan pikiran, juga mempunyai ragam bahasa.
Nilai-nilai moral harus diberikan sedini mungkin, agar tertanam dalam diri anak tentang hal-hal yang baik
dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana bersikap, bertutur kata yang baik terhadap
oranng lain.

1. Perkembangan Bahasa
Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan dapat dalam bentuk
percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak tubuh, ekspresi wajah, ungkapan musik, dan sebagainya.
Tiap individu dituntut memiliki kemampuan untuk menyatakan/mengekspresikan pikirannya dan
menanngkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara, anak akan semakin jelas
mengutarakan kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasanya. Hal tersebut tidak
terlepas dari pengaruh lingkungan, orang tua atau orang yang selalu dekat dengan anak yangn mampu
memberikan rangsangan dengan cara mengajak berbicara. Dengan sering mengajak berbicara, maka anak
akan cepat berbicara dan mengenal bahasa. Keluarga sebagai salah satu model yang dapat dicontoh anak
dalam belajar bicara, dapat mempengaruhi kelancaran anak dalam berbahasa.
2. Fungsi Bahasa
a Untuk mengekspresikan perasaan
b Untuk memengaruhi orang lain
c Untuk menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap Berbicara
a Menangis
Menangis merupakan cara bayi untuk berkomunikasi dan juga melakukan hubungan sosial dengan
sekelilingnya. Melalui irama, intensitas maupun gerakan badan yanng mengiringinnya tersebut akan
diketahui arti tagisan bayi.
b Berceloteh
Dengan bertambahnya umur dan semakin berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat mengeluarkan
sejumlah bunyi eksplosif. Suara-suara yang dikeluarkan kalau didengar tidak menimbulkan arti, hanya
beberapa huruf hidup atau mati yang digabungkan sehingga menimbulkan bunyi.
c Holofrase
Selain sebagai sarana berkomunikasi, berbicara juga berfungsi sebagai sarana bersosialisasi. Disamping
sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi, berbicara dapat berfungsi untuk memperoleh
kemandirian.

d Mengobrol
Mengobrol merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar pembicaraannya
didengar dan dimengerti oleh orang lain.
Inti dari berkomunikasi adalah mengerti apa yang dikatakan orang lain.
4. Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara
a Keluarga
Peran orang tua sebagai pembimbing bicara dan bahasa anak, sehingga akan memacu anak berani
mengutarakan pendapatnya.
b Media elektronik
Media elektronik dapat membantu anak untuk belajar bicara dan menambah kosakata.
c Sekolah
Melalui buku pelajaran, komunikasi dengan guru dan teman-teman di sekolah, anak-anak dapat
meningkatkan penguasaan kosakata. Mereka juga mampu mennngkatkan pemahaman terhadap kalimat-
kalimat yang dibaca, dan didengar di sekolah.

C. Perkembangan Moral
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata moral yang dihubungkan dengan tingkah laku
orang. Tingkah laku yang bermoral adalah tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata cara/adat yang
terdapat dalam kelompok atau masyarakat.
Nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh dari lahir, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar. Pada
mulanya anak mempelajari nilai-nilai moral yang beerlaku di rumah, kemudian di sekolah, dan selanjutnya
setelah mereka bergaul dan menyesuaikan dengan dengan norma kelompoknya.
1. Perkembangan Moral Menurut Pakar
a Menurut Piaget
Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih dipahami dengan kaku. Tetapi pada anak
usia 11 tahun, proses berpikirnya sudah mulai berkembang, banyak bergaul dengan teman sebayanya dan
adanya pengaruh dari lingkungan, kadang-kadang mengangggap bahwa berbohong tidak selalu buruk.
b Menurut Kohlberg
Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat pertama pekembangan moral anak-anak. Pada
tahap ini anak mengikuti semua peratutan yang telah diberikan, dengan tujuan untuk mengambil hati
orang lain dan berharap dapat diterima dalam kelompok.
Sedangkan pada tingkat kedua tingkat perkembangan anak, ia sebut dengan morallitas konvensional atau
moralitas dari aturan-aturan. Pada tahap ini anak menyesuaikan diri pada aturan-aturan yang ada dalam
kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut.
2. Fakto-faktor yang mempengaruhi moral
a Lingkungan Rumah
b Lingkungan Sekolah
c Teman Sebaya dan Aktivitasnya
d Intelegensi dan Jenis Kelamin

D. Perkembangan Agama
Agama menjadi pengarah dan penentu dalam siap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran
agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus dipakai sebagai pedoman hidup yang universal dan
abadi sifatnya. Selain itu, agama mengajarkan untuk bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti
kejujuran maupun keadilan.
Pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaituaspek pembentukan kepribadian (ditujukan kepada
jiwa) dan pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran).
Belajar agama dengan mencontoh, melalui pendengaran, penglihatan dan berbagai panca indera lainnya.
Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia, anak mampu berpikir secara abstrak, sehingga dapat
mencerna pendengaran dan penglihatan yang diterimanya dan menjalankan agama dengan penuh
kesadaran.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama, antara lain.
1. Metode Bercerita
2. Metode Bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6. Metode Diskusi dan Tanya Jawab

MODUL 5
KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

KB 1: Bentuk – Bentuk Kegiatan Belajar Yang Biasa Dilakukan Siswa Sekolah Dasar
A. Belajar Menemukan
Karakteristik belajar siswa SD dapat dilihat dari bentuk – bentuk kegiatan belajar yang biasa dilakukan oleh
siswa di SD tempat mereka belajar sehari – hari. Bentuk – bentuk kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa SD diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar menemukan, menyimak,
meniru, menghafal, merangkai, mengamalkan, menganalisis, merespon, mengorganisasikan, mengambil
keputusan, berlatih, menghayati, dan mengamati.

4. Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi, melalui syair atau kata – kata yang terdapat
pada lagu tersebut.
C. Belajar Meniru
Anak – anak merupakan pribadi yang sangat suka meniru ( modelling ) dari lingkungan sekitarnya. Guru
dan orang tua merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Anak akan banyak sekali belajar
melalui melihat, mengamati, menginternalisasi, hingga meniru dalam bentuk perilaku, bahkan hingga
perilaku hasil meniru itu menetap sebagai suatu kebiasaan dan kegemaran. Oleh karena itu, sebagai guru
hendaknya selalu memberi contoh yang baik karena budaya meniru siswa tersebut. Siswa akan berperilaku
sesuai dengan apa yang biasa dilihatnya. Contohnya siswa bermain peran sabagai polisi lalu lintas, dokter,
guru, ibu rumah tangga sesuai dengan apa yang biasanya mereka lihat sehari – hari.
D. Belajar Menghafal
Pada pengembangan kemampuan mengahafal, hendaknya siswa diberi bekal pengetahuan dan berpikir
logis serta sistematis, sehingga siswa tidak hanya berada pada tingkatan ingatan dan pemahaman saja.
Kecenderungan siswa belajar dengan metode menghafal ini disebabkan oleh budaya yang terjadi di
sekolah yang pada umumnya didominasi oleh komunikasi satu arah, yaitu guru ke siswa dan kurang
merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun individualisasi. Siswa menjadi penerima yang pasif.
Walaupun kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) telah dicanangkan sebagai dasar strategi proses
belajar mengajar, namun dalam praktik di lapangan yang terjadi masih dalam pola siswa Datang, Duduk,
Dengar, Catat dan Hafal (D3CH) dan siswa tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif. Lambat laun siswa
menjadi cenderung suka mencari gampangnya saja dalam belajar. Hal ini akan terpola dalam banyak
bentuk kebiasaan belajar, sehingga siswa kehilangan sense oflearning atau kepekaan untuk belajar. Oleh
karena itu, guru sebagai pendidik harus membenahi metode belajar siswa. Disamping memberi bekal
keterampilan belajar, guru harus berusaha membiasakan siswa menggunakan metode berfikir logis dan
sistematis pada siswa dalam belajarnya.
E. Belajar Merangkai
Untuk meningkatkan kemampuan merangkai , guru dapat menggunakan permainan aneka jenis binatang
dengan karakteristiknya. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan mengamalkan, biasanya
diterapkan pada mata pelajaran PPKn dan Agama karena pada mata pelajaran tersebut siswa diajarkan
tentang nilai – nilai moral dan pengalamannya dalam kehidupan sehari – hari.

Anda mungkin juga menyukai