Anda di halaman 1dari 11

Kalibrasi Alat Spektrofotometer Uv-Vis,

AAS, dan Oven Laboratorium


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Kelompok 4 :
1. Aa Setyawan
2. Alfath Meaza Effriandy
3. Faisha Virdana
4. Istiana Maulidah
5. Tiara Dwi Oktaviani

XIII Analis Kimia A


SMK N 1 Bontang
Kalibrasi Spektrofotometer UV/VIS
Tujuan kalibrasi

 Agar alat spektrofotometer dapat digunakan dengan baik (menghasilkan data yang
handal dan valid) dan awet
 Untuk mengetahui letak kesalahan atau kerusakan secara dini sehingga dapat
diperbaiki sebelum alat mengalami kerusakan berat
 Sesuat persyaratan ISO/IEC 17025 (klausal 5.5)

Kalibrasi

1. Panjang gelombang (presisi – akurasi)


2. Absorban (presisi – akurasi)
3. Sinar sesatan

Verifikasi (unjuk kerja) alat : pengecekan secara rutin

1. Panjang gelombang (presisi – akurasi)


Ada tiga metode kalibrasi λ
a. Lampu lucutan bertekanan rendah (Hg; Cd atau Zn)
Tabel 1. Garis emisi lampu Hg, Cd dan Zn

Unsur λ(nm) Unsur λ(nm)


Hg 185,0 Hg 435,8
Zn 213,9 Cd 467,8
Cd 228,8 Cd 480,0
Hg 253,7 Hg 546,1
Hg 365,0 Hg 579,1
Hg 404,7 Cd 643,8

b. Gelas filter Holmium atau Didimium


Tabel 2. Data λmaks terseleksi dari Holmium dan Didimium

Filter Holmium Filter Didimium

λmaks (nm) λmaks (nm)


241,5 ± 0,2 573 ± 3,0
279,4 ± 0,3 586 ± 3,0
287,5 ± 0,4 685 ± 4,5
333,7 ± 0,6
360,9 ± 0,8
418,4 ± 1,1
453,2 ± 1,4
536,2 ± 2,3
637,5 ± 3,8

c. Larutan Halmium oksida dalam HClO4


Tabel 3. Panjang Gelombang Maks Larutan Holmium Oksida

Panjang Gelombang Maks Larutan Holmium Oksida (nm)


241,1 ± 0,1
278,2 ± 0,5
287,2 ± 0,2
361,2 ± 0,2

Pengecekan panjang gelombang

1) Keterulangan panjang gelombang / wavelength repeatability


Adalah ukuran kemampuan suatu spektrofotometer untuk kembali pada posisi spektral
yang sama yang ditentukan berdasarkan pita absorpsi dari suatu pita (band) dari panjang
gelombang yang telah diketahui bila alat di reset atau dibaca pada panjang gelombang
yang telah ditentukan.

2) Akurasi panjang gelombang / wavelength accuracy


Adalah besarnya penyimpangan (bias) dari rata-rata pembacaan panjang gelombang pada
suatu pita (band) absorpsi dari panjang gelombang yang telah ditentukan.

Absorban (presisi – akurasi)

Kalibrasi absorbansi

 Konsentrasi analit yang mengabsorpsi berbanding lurus dengan absorbansi yang


terukur
 Linearitas skala fotometrik harus diperiksa
 Stabilitas pembacaan fotometrik harus cukup baik sehingga variansi selama
pengukuran tidak berpengaruh pada ketelitian

Bahan yang dapat digunakan untuk kalibrasi absorban :


- Larutan dikromat
- Larutan K2Cr2O7 dalam 0,005 M H2SO4 (direkomendasikan untuk daerah UV)
Tabel 4. Harga absorban K2Cr2O7 dalam 0,005 M H2SO4

λ(nm) Larutan A Larutan B


235 (Min) 0,626 ± 0,009 1,251 ± 0,018
257 (Maks) 0,727 ± 0,007 1,454 ± 0,014
313 (Min) 0,244 ± 0,004 0,488 ± 0,008
350 (Maks) 0,536 ± 0,005 1,071 ± 0,010

Kalibrasi absorban dilakukan pada suhu : 20 – 30 oC


- Asam kromat
- Tembaga sulfat
- Larutan CuSO4 dalam H2SO4 1 % (direkomendasikan untuk daerah Vis)
Tabel 5. Nilai absorbansi larutan CuSO4 dalam H2SO4 1%

Panjang Gelombang (nm) Absorbansi


600 0,068
650 0,224
700 0,527
750 0,817
Catatan :
 Pengukuran dilakukan dengan kuvet 10 mm
 Lebar pita (bandwidths) lebih kecil dari 10 nm
 Penyimpangan absorban maksimum 2 %

Sinar sesatan
Untuk mengetahui unjuk kerja sinar sesatan dianjurkan menggunakan metoda ASTM
dengan cara :
Pada 220 nm: ukur transmitansi dari 10 g/L NaI dengan kuvet 1 cm à %T < 10-10
Pada 340 nm: ukur transmitansi dari 50 g/L NaNO3 dengan kuvet 1 cm à %T = ?
Tabel 5.
Ring spectral (nm) Filter cairan Panjang sel (mm)
165 – 173,5 Air 0,10
170 – 183,5 Air 10,0
175 – 200 KCl encer (12 g/L) 10,0
195 – 223 NaBr encer (10 g/L) 10,0
210 – 259 NaCl encer (10 g/L) 10,0
250 – 320 Aseton 10,0
300 – 385 NaNO3 encer (50 g/L) 10,0

Daftar Pustaka

Modul Kursus“Pengecekan Kalibrasi Antara dan Verifikasi Peralatan Dalam Laboratorium


Pengujian Sesuai Dengan SNI ISO/IEC 17025;2008” RCChem Learning Centre Bandung 7-
11 Nopember 2011

Verifikasi dan Kalibrasi AAS


Pendahuluan
Analisis yang menggunakan AAS dikelompokkan kedalam metode analisis
instrumental karena metode ini memerlukan sebuah instrument –> sebelum digunakan,
kondisi instrument ini harus dioptimalkan terlebih dahulu.
Metode AAS termasuk dalam kategori metode komparatif –> skala absorbans dari
AAS tersebut harus dikalibrasi dengan suatu deret standar yang diketahui
konsentrasinya dengan akurat (atau menggunakan CRM – Certified Reference
Materials).
A. Verifikasi AAS
1) Penentuan kepekaan (sensitivitas)
 Kepekaan adalah konsentrasi analit minimum yang memberikan %T =
1% atau nilai A = 0,0044
Formula   S = 0,0044 C1 / A1
Alat dikatakan memiliki kepekaan yang baik bila S < 1,25 x nilai S dari
spesifikasi pabrik. Semakin besar nilai S maka alat semakin kuran sensitive.
 Kepekaan adalah respon alat per-unit konsentrasi
Dapat dilihat dari slope kurva kalibrasi
Formula
S = a = (A1 – b)/C1 , bila persamaan kurva kalibrasi A1 = C1 + b
S = A1/C1 , bila kurva kalibrasi melewati titik nol
 Pengukuran kepekaan AAS
- Pilih larutan kalibrasi (konsentrasi analit = C1) dimana 0,2<A<0,4
- Optimalkan kondisi AAS dengan larutan ini
- Ukur absorban larutan kalibrasi, minimal 3 kali (gunakan larutan
pembanding untuk set “zero”
- Setiap kali larutan kalibrasi akan diukur). Absorban rata-rata dinyatakan
sebagai A1.
- Tentukan kepekaan alat sesuai formula yang telah disebutkan.

2) Presisi (repeatibilitas)
Pilih larutan kalibrasi (konsentrasi analit = C1) dimana 0,2<A<0,4
 Ukur absorban larutan kalibrasi, minimal 6 kali (gunakan larutan
pembanding untuk set “zero” setiap kali larutan kalibrasi akan diukur)
 Absorban rata-rata dinyatakan sebagai A1.
 Hitung nilai RSD
 Alat dikatakan memiliki presisi yang baik bila RSD ≤ 1% dari A rata-rata.
Semakin besar nilai RSD maka alat semakin kurang bagus presisinya.

3) Batas daerah kerja (linieritas)


 Buat deret larutan kalibrasi dari konsentrasi rendah hingga konsentrasi
yang cukup tinggi (sebagai acuan dapat dilihat rentang konsentrasi yang
tercantum pada manual alat).
 Optimalkan kondisi AAS dengan salah satu larutan kalibrasi (konsentrasi
analit = C1) dimana 0,2<A<0,4
 Ukur absorban semua larutan kalibrasi, minimal 3 kali (gunakan larutan
pembanding untuk set “zero” setiap kali larutan kalibrasi akan diukur)
 Hitung absorban rata-rata untuk setiap larutan kalibrasi
 Buat kurva kalibrasi, kemudian tentukan batas kurva yang linier dimana
nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1

4) Batas/limit deteksi
 Siapkan sebuah larutan blanko
 Ukur absorban minimal 6 kali. Absorban rata-rata dinyatakan sebagai Ab.
 Hitung nilai SD (dinyatakan/diubah menjadi dalam unit konsentrasi)
 Hitung nilai IDL (Instrument Detection Limit). Formula IDL= Cb + 3 SD
 Apabila SD tidak diperoleh karena Ab = 0,lakukan prosedur berikut :
- siapkan sebuah blanko yang di”spiking” dengan konsentrasi
minimum analit (konsentrasi analit yang paling rendah, tetapi masih
terukur absorban-nya)
- Ukur absorban minimal 6 kali. Absorban rata-rata dinyatakan
sebagai Ab.
- Hitung nilai SD (dinyatakan/diubah menjadi dalam unit konsentrasi)
- Hitung nilai IDL (Instrument Detection Limit).
Formula   IDL = Cb + 3 SD
IDL = 0 + 3 SD
IDL = 3 SD
B. Kalibrasi AAS
1) Cara biasa
Kurva kalibrasi dengan cara biasa ada 2 jenis yaitu :
 Konsentrasi mencakup seluruh daerah kerja (working range)
 Konsentrasi larutan kalibrasi mencakup sebagian daerah kerja (hanya
yang linier)
Prosedur : sama dengan pekerjaan penentuan batas daerah kerja
Catatan : jangan sampai terjadi perbedaan absorban yang > 0,01 unit
antara 2 hasil pengukuran, Bila ini terjadi, berarti presisi menurun.

2) Cara adisi standar


 Sediakan 5 buah labu takar yang sama ukurannya
 Pipet X mL larutan contoh yang akan diukur ke dalam labu takar no 1 – 4
 Pipet X mL air ke dalam labu takar no. 5
 Pipet X mL larutan standar analit Z yang :
1. 0 ppm Z ke dalam labu takar no. 1 dan 5
2. a ppm Z ke dalam labu takar no. 2
3. 2a ppm Z ke dalam labu takar no. 3
4. 3a ppm Z ke dalam labu takar no. 4
 Tambahkan asam bila perlu (biasanya HNO3, atau lainnya), tambahkan
air hingga tanda batas
 Homogenkan larutan dengan baik, ukur absorban dengan AAS
 Buat grafik standar adisi, kemudian tentukan Cz konsentrasi analit Z
Catatan : labu takar no. 5 digunakan untuk set “zero” setiapkali larutan
kalibrasi akan diukur.

3) Cara “high precision ratio” (bracketing)


Daftar Pustaka
Modul Kursus“Pengecekan Kalibrasi Antara dan Verifikasi Peralatan Dalam Laboratorium
Pengujian Sesuai Dengan SNI ISO/IEC 17025;2008” RCChem Learning Centre Bandung 7-
11 Nopember 2011

Verifikasi dan Kalibrasi Oven


1. Prinsip kalibrasi
a. Pengukuran suhu dilakukan pada lokasi-lokasi titik ukur tertentu di dalam
daerah kerja (working space) oven selama 1 jam atau 5 siklus terhitung
setelah tercapai suhu yang stabil. Variasi total dihitung dari nilai suhu
maksimum dan minimum dari semua lokasi titik ukur. Variasi total
merupakan indikator unjuk kerja dari oven yang dikalibrasi.
b. Penentuan jumlah lokasi titik ukur dan jumlah sensor suhu yang digunakan
adalah seperti diuraikan pada bagian 6.1.
c. Selama proses kalibrasi berlangsung suhu ambien tidak boleh berubah lebih
dari 10 oC. Sumber daya listrik tidak boleh berubah lebih dari 10% atau seperti
yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuat oven.
d. Apabila pembacaan dan/atau perekaman suhu dilakukan secara manual,
pembacaan harus dilakukan sehingga variasi suhu jangka pendek (karena
pengaruh siklus pengendali suhu) dapat terekam.

2. Sensor Suhu
a. Sensor suhu yang digunakan harus terkalibrasi dalam rentang yang sesuai dengan
rentang pemakaian. Sensor suhu dipilih mempunyai ketidakpastian tidak lebih dari
1/3 (sepertiga) dari variasi total maksimum yang diijinkan.
b. Resolusi indikator sensor suhu yang digunakan tidak boleh lebih dari 1/10
(sepersepuluh) dari variasi total maksimum yang diijinkan.
c. Sensor suhu harus mempunyai waktu respon yang lebih cepat dari pada variasi
temporal oven.
d. Semua sensor suhu yang digunakan harus mempunyai waktu respon yang sama.
Misalnya dengan menggunakan termokopel yang berasal dari gulungan yang sama.
e. Sensor suhu ditempatkan pada lokasi titik ukur dengan tidak menempel pada
dinding oven.

3. Prosedur kalibrasi
a. Penentuan jumlah lokasi titik ukur dan jumlah sensor suhu yang digunakan.
b. Untuk menghitung jumlah lokasi titik ukur dan jumlah sensor suhu yang diperlukan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
c. Penentuan suhu kalibrasi nominal dan toleransi suhunya, ∆t.
d. Nilai toleransi suhu dapat diperoleh dengan salah satu cara sebagai berikut. Dari
spesifikasi oven yang terdapat pada manual pemilik/pengguna, atau
e. Apabila tidak informasi dari manual, toleransi dapat dimintakan dari pelanggan.
Dalam hal ini toleransi suhu diartikan sebagai nilai toleransi yang diinginkan, yang
belum tentu tercapai, atau
f. Toleransi suhu adalah 1,5x ketidakpastian sensor suhu yang digunakan.
g. Menentukan nilai variasi total teoritik,  Ro, dengan Persamaan 1

Anda mungkin juga menyukai