Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Ardiansyah (C1B019068)
Kelas : R-001
Dosen Pengampu :
Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2020/2021
A. Apa itu PPh atau Pajak Penghasilan?
Definisi Pajak Penghasilan atau PPh adalah pajak yang dibebankan atas suatu
penghasilan yang diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar negeri.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni :
1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan
2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU
No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU
No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan
4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU
No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan.
Orang pribadi: Bagi seluruh WNI atau WNA yang tinggal di Indonesia
maupun di luar negeri, namun memiliki pendapatan dari Indonesia maka
mereka akan diberlakukan pajak orang pribadi.
Badan: Bagi seluruh badan yang berdiri dan berkembang di Indonesia masuk
ke dalam ketentuan subjek pajak badan, terkecuali untuk badan yang bersifat
non-komersial dan juga yang mendapatkan biaya dari APBN/APBD.
Warisan yang belum terbagi: Bagi seluruh pewaris yang akan membagi dan
menurunkan warisannya, maka pewaris wajib mendaftarkan harta bendanya
dan membayarkan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk subjek
pajak dengan kategori warisan yang belum terbagi.
Bentuk usaha tetap: Bagi seluruh kantor, gedung, pabrik, bengkel, gudang, dan
lainnya yang didirikan oleh WNI maupun WNA yang bertempat tinggal di
Indonesia, maka mereka akan dikenakan pajak bentuk usaha tetap.
1. Dalam Negeri
Seluruh aktivitas bisnis yang dilakukan di Indonesia termasuk ke dalam subjek
pajak dalam negeri. Subjek pajak ini berlaku untuk seluruh WNI serta seluruh
WNA yang juga tinggal di Indonesia. Pajak dalam negeri juga berlaku untuk
badan dan badan usaha tetap yang berdiri di Indonesia sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada penjelasan sebelumnya.
2. Luar Negeri
Banyak dari masyarakat Indonesia yang masih mempertanyakan seputar pajak
luar negeri apabila mereka merupakan WNI yang tinggal di luar Indonesia,
apakah mereka akan tetap dikenakan pajak dari Indonesia?
Bagi subjek pajak luar negeri, apabila mereka tidak melakukan aktivitas
ekonomi atau mendapatkan penghasilan dari Indonesia, maka subjek pajak ini
tidak akan dikenakan pajak dalam negeri melainkan sesuai dengan peraturan
perpajakan di negara tempat mereka tinggal.
a) Orang Pribadi
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
dimulai pada saat ia dilahirkan di Indonesia. Kewajiban pajak subjektif orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia dimulai sejak hari
pertama ia berada di Indonesia.
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi berakhir pada saat ia meninggal dunia
atau meninggalkan Indonesia untuk selama-selamanya.
b) Warisan belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Kewajiban pajak subjektif warisan yang belum terbagi dimulai pada saat
timbulnya warisan tersebut, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia.
Selanjutnya, kewajiban pajak subjektif warisan tersebut berakhir pada saat
selesainya warisan tersebut dibagi, dimana kewajiban perpajakannya beralih
kepada ahli warisnya.
c) Badan
Kewajiban pajak subjektif badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi
bertempat kedudukan di Indonesia
d) Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Kewajiban pajak subjektif dari subjek pajak luar negeri yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
dimulai pada saat bentuk usaha tetap tersebut berada di Indonesia, dan
berakhir pada saat bentuk usaha tetap tersebut tidak berada lagi di Indonesia.
Sedangkan subjek pajak luar negeri yang memperoleh/menerima penghasilan
dari Indonesia tidak melalui bentuk usaha tetap, kewajiban pajak subjektifnya
dimulai sejak adanya hubungan ekonomis dengan Indonesia dan berakhir pada
saat tidak ada lagi hubungan ekonomis dengan Indonesia. Yang dimaksud
adanya hubungan ekonomis dengan Indonesia adalah subjek pajak tersebut
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
E. Objek pajak
objek pajak merupakan sumber pendapatan yang dikenakan pajak. Setiap
subjek pajak haruslah mempunyai objek pajak yang nantinya dikenakan
atas pajak yang berlaku. Sementara itu, orang pribadi atau badan yang memiliki
kewajiban pajak dapat disebut sebagai wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan.
Perkara ini diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh. Menurut aturan itu, berikut daftar
bukan objek pajak.
(A). Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan ditetapkan atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah; dan (b). Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro
dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang ada hubungan dengan usaha,
Warisan;
Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal;
penggantian atau ketidakseimbangan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk alam dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (dianggap keuntungan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
(UU.PPh);
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat; (1) dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan; dan (2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal
yang disetor;
Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan;
Bagian laba yang diterima atau diperoleh dari anggota perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, gabungan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa laba dari
badan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat-syarat
badan usaha tersebut; (1) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan (2) sahamnya tidak berlaku di bursa efek di
Indonesia;
Beasiswa yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
tercatat pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa-sisa tersebut,
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan,
Bantuan atau pemberian bantuan tertentu oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Wajib Pajak, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Keuangan