Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MIKROTEKNIK HEWAN

“PEMBUATAN PREPARAT JARINGAN HEWAN (PANKREAS) DENGAN


METODE PARAFIN”

OLEH :

NAMA : NELA BERLIANI

NIM : 19032082

PRODI : BIOLOGI

DOSEN : Yusni Atifah,S.si.M.si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk:


1. Mengetahui metode atau teknik pembuatan sediaan jaringan hewan dengan
menggunakan metode parafin.
2. Mengetahui bentuk dan struktur dari sediaan atau preparat kelenjar
paratiroid yang telah dibuat.

B. Waktu dan tempat:


Waktu: Selasa/14 September 2021
Tempat: Dirumah dan Di Lab Zoologi Biologi UNP

C. DASAR TEORI

Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang


mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Pada saat perkembangan embrio,
jaringan mudah berdiferensiasi dan berspesialisasi menjadi empat macam jaringan
dasar, yaitu: jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringa saraf
(Waluyo, 2006).
Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama
.Pada organsime multiseluler ,zigot yang merupakan hasil vertilisasi akan mebelah
berulang kali ,sehingga menghasilakan jaringan embrional yang selanjutnya
berdeferensiasi menjaasdi beberapa jaringan , antara lain adalah jaringan epitel
,jaringan ikat,jaringan penyokong , jaringan darah ,jaringan otot,dan jaringan saraf
(Khairul,2001).
Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi bagian luar dan
bagiandalam rongga tubuh di dalam tubuh. Jaringan epitel melindungi
permukaanterhadap mikroorganisme penginvask kehilangan air dan cedera fisik.
Sebagianepitel dikhususkan untuk menyerap zat gizi dan menyekresikan suatu
larutan untukmenjaga agar permukaan tetap basah dan terlumasi (Bresnick, 2003).
Jaringan epitel selapis mempunyai berbagai bentuk yaitu epitel
skuamosa,epitel selapis kubus dan epitel selapis silindris .Epitel selapis silindris

i
merupakan jaringan yang melapisi saluran pencernaan yang terdiri atas
terdiri atas sel absorprtif dan selgoblet yang berfungsi untuk membungkus
pembatas usus halus dan usus besar.Selain terletak di saluran pencernaan jaringan
epitel silindris selapis ini juga terletak pada saluran empedu dan duktus papilaris
disistem urinarius (Waluyo,2006).
Pankreas merupakan organ kelenjar penting dalam tubuh yang terdiri dari
jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin terdiri atas sel asinar pankreas
yang mensekresikan enzim melalui saluran ke dalam duodenum. Sementara,
bagian endokrin yang terdiri dari pulau Langerhans mengekskresikan enzim
langsung ke dalam darah(Luo, 2011).
Organ pankreas merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi ganda
yaitu sebagai kelenjar eksokrin dan sebagai kelenjar endokrin. Sel-sel eksokrin
yang terdapat pada pankreas berfungsi menghasilkan enzim-enzim yang
membantu proses pencernaan makanan, sedangkan sel-sel endokrin berfungsi
melepaskan hormon untuk selanjutnya didistribusikan melalui sistem peredaran
darah. Slack (1995) menyatakan bahwa pada mamalia, burung, reptil, dan ampibi
memiliki struktur histologi pankreas yang sama. Namun berdasarkan beberapa
penelitian, ditemukan adanya perbedaan morfologi anatomis maupun histologis
pada beberapa spesies hewan, meskipun perbedaan tersebut relatif sedikit. Pada
hewan vertebrata, pankreas terletak pada rongga abdomen dengan bentuk lobulasi
dan berwarna putih keabuan hingga kemerahan(Hamny,2016).
Pankreas merupakan organ tubuh istimewa yang berfungsi ganda sebagai
kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin pankreas membantu
dan berperan penting dalam sistem pencernaan dengan mensekresikan enzim-
enzim pankreas seperti amilase,lipase, dan tripsin. Sebagai kelenjar endokrin,
pankreas dikenal dengan produksi hormone utama yaitu glukagon dan insulin
yang berperanan dalam metabolisme glukosa(Adnyane,2011).

Metode paraffin merupakan metode yang paling sering digunakan dalam


hal pembuatan sediaan sayatan. Metode ini memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan metode sediaan sayatan dengan embedding lainnya yaitu
prosesnya lebih cepat dan hasil sayatan sangat tipis yaitu 6-8 mikron. Metode ini

ii
dapat melarutkan beberapa enzim penting pada jaringan, karena selama prosesnya,
jaringan akan dimasukkan ke dalam beberapa larutan kimia yang berbeda
konsentrasi dan beda karakter sehingga dibutuhkan konsentrasi dan ketepatan
urutan saat melakukan metode ini(Roberts,2009).
Metode paraffin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena
hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara
mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen
jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan
metode paraffin. Pembuatan preparat dengan metode paraffin adalah metode yang
paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada
tumbuhan ataupun pada hewan (Dasumiati,2008).
Proses pembuatan preparat histologis disebut mikroteknik. Jaringan yang
diambil kemudian diproses secara fiksatif untuk menjaga agar sediaan tidak rusak
(bergeser posisinya, membusuk atau rusak). Proses ini juga dapat mengawetkan
morfologi jaringan sehingga tetap seperti keadaan sewaktu hidup dan
mengeraskan jaringan agar dapat diiris serta mencegah jaringan larut selama
proses pembuatan preparat. Zat fiksatif yang baik adalah zat yang dapat
mengeraskan jaringan dengan cukup cepat sehingga tidak terjadi perubahan
bentuk pada saat proses-proses selanjutnya yang akan dilakukan. Zat yang umum
digunakan adalah formalin sebab memiliki karakteristik mampu menembus dan
memfiksasi jaringan dengan cepat, menyimpan dan mempertahankan lemak,
myelin, serabut-serabut saraf, amiloid, homosiderin dan komponen alat tubuh
lainnya(Cormack,2002).
Tahapan dalam persiapan preparat adalah fiksasi, dehidrasi, clearing,
impregnasi dan embedding, blocking dan trimming, pemotongan, pewarnaan, dan
perekatan jaringan. Fiksasi merupakan tahap awal pembuatan preparat histologi
yang dilakukan untuk mencegah autolisis dan dekomposisi post mortem dari suatu
jaringan atau organ. Selain itu, fiksasi akan membuat padat suatu jaringan lunak.
Hal ini disebabkan karena bahan fiksatif akan mengkoagulasi protein dalam sel
dan jaringan. Fiksasi juga bertujuan untuk mengawetkan morfologi dan komposisi
jaringan sehingga jaringan tetap, seperti keadaan semula sewaktu hidup, serta
memudahkan pemulasan atau pewarnaan jaringan yang akan dilakukan pada

iii
tahapan selanjutnya(Kiernan,2000).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat Bedah
b. Botol specimen
c. Pinset
d. Kamera HP

2. Bahan
a. Pankreas (ayam)
b. Larutan NaCl (70%)
c. Larutan alkohol

iv
E. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan

Ayam di Bedah untuk diambil organ yang akan


digunakan untuk pembuatan preparat

Bedah badan ayam dan ambil bagian pankreas


yang ada pada ayam

v
Ambil bagian pakreas ayam, kemudian
dipotong sekitar 0.5 cm, lalu dimasukam ke
dalam larutan Nacl.

vi

Celupkan prakreasTutup rapat


tadi ke wadah
dalam lalu diamkan selama 12
larutan
jam.
alkohol yang sudah dimasukan kedalam suatu
F. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan proses pembuatan preparat


jaringan hewan .Bahan utama yang kami gunakan adalah 1 ekor ayam betina ,
fikasasi harus dilakukan terlebih dahulu dengan larutan boung selama kurang
lebih 24 jam tujuan dari fiksasi adalah mempertahan struktur jaringan agar tidak
terjadi proses pembusukan jaringan ,tahap selanjutnya adalah tahap pencucian ,
setelah pencucian masuk pada tahap dehidrasi yang bertujuan untuk
menghilangkan kandungan kandungan air yang terdapat dalam jaringan dengan
menggunakan alkohol seri naik , tujuan penggunaan alkohol seri naik adalah
agar kandungan air dalam jaringan dapat keluar sedikit demi sedikit dan agar sel
dalam jaringan tidak mengalami lisis
Fiksasi merupakan suatu hal yang menjadi salah satu factor keberhasilan dalam

vii
suatu pembuatan sediaan. Ketika terjadi kesalahan dalam proses fiksasi maka
proses selanjutnya menjadi sia-sia karena akan menghasilkan sediaan yang tidak
baik, lebih gawatnya lagi sel atau jaringan yang akan diamati manjadi rusak
keseluruhannya dan tidak dapat diambil kembali. Dikarenakan fiksasi merupakan
hal yang sangat penting dalam pembuatan sediaan.
Fiksasi jaringan adalah suatu usaha untuk mempertahankan komponen-komponen
sel atau jaringan agar tidak mengalami perubahan dan tidak mudah rusak. Proses
fiksasi ini diharapkan setiap molekul pada jaringan yang hidup tetap berada pada
tempatnya dan tidak ada molekul baru yang timbul. Pada prosesnya ini tentu tidak
akan berjalan dengan sempurna, apabila timbul molekul asing baru pada
jaringannya disebut artefak. Tujuan fiksasi ini agar jaringan tersebut tetap utuh.
Fiksasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah pengangkatan jaringan atau
setelah kematian agar tidak terjadi autolisis (Anil & Rejendran, 2008).
Mekanisme kerja dari fiksasi pada dasarnya adalah mengawetkan bentuk sel dan
organel sehingga mendekati bentuk ketika masih di tubuh. Dengan pemberian
cairan fiksasi maka akan mengubah komposisi jaringan secara kimiawi ataupun
secara fisik. Pada sel atau jaringan yang akan difiksasi tersusun atas sel dan
komponen ekstraseluler. Sel dan komponen ekstraseluler terdiri dari elemen
peptida dan protein, lipid dan fospolipid (membran), karbohidrat dan kompleks
karbohidrat, berbagai jenis RNA dan DNA dan sebagainya. Elemen-elemen ini
akan bereaksi selama proses fiksasi dan akan tergantung pada jenis fiksasi yang
digunakan, baik itu akan dihilangkan atau dipertahankan.
Tujuan umum dari fiksasi jaringan adalah menjaga komponen sel dan jaringan
seperti ketika sel itu masih dalam kondisi hidup. Dalam proses fiksasi dan
langkah-langkah selanjutnya dalam pembuatan sediaan jaringan tentu ada
perubahan substansial pada komposisi dan tampilan komponen sel dan jaringan.
Dan ini kadangkala proses ini menghasilkan sediaan yang cukup jauh dari
keadaan yang ideal. Namun jika dilakukan dengan hati-hati, kita diharapkan dapat
menghasilkan sediaan yang secara karakteristik kimia maupun struktur yang baik
sehingga memungkinkan pengamatan menghasilkan nilai yang maksimal.
Tujuan fiksasi adalah mengawetkan jaringan secara permanen sedekat mungkin
dengan keadaan saat hidup. Fiksasi sebaiknya dikerjakan sesegera mungkin

viii
setelah pengambilan jaringan (pada kasus patologi bedah) atau segera setelah
kematian (dengan otopsi) untuk mencegah autolisis. Tidak ada bahan pengawet
yang sempurna, Seringkali larutan pengawet merupakan campuran dari berbagai
bahan pengawet sehingga dapat memaksimalkan kemampuan masingmasing
bahan atau mengurangi kelemahan bahan lainnya. Selain itu fiksasi juga bertujuan
untukmengeraskan jaringan terutama jaringan lunak sehingga memudahkan
pembuatan irisian yang tipis.
Secara teknis fiksasi bertujuan untuk mencegah atau menahan proses degeneratif
yang dimulai segera setelah jaringan lepas dari kontrol tubuh dan kehilangan
pasokan darahnya. Proses degeneratif ini kadangkala disebut dengan proses
penurunan metabolisme atau penghentian metabolisme yang berujung terhadap
kematian sel dan penghancuran sel. Selain dari proses degeneratif, kehilangan dan
difusi zat terlarut di dalam sel harus dihindari semaksimal mungkin dengan
mekanisme pengendapan atau koagulasi komponen ini dengan mekanisme “cross
linked” dengan komponen struktural lain yang tidak dapat larut. Jaringan harus
dilindungi dari kerusakan akibat proses pematangan jaringan termasuk infiltrasi
pada suhu tinggi di dalam parafin cair. Selain dari kerusakan struktural, hal yang
paling penting lainnya adalah mempertahankan jaringan dari kerusakan yang
dapat menghilangkan (negatif palsu) atau memunculkan reaktivitas (positif palsu)
terhadap pewarnaan dan reagen lainnya termasuk antibodi dan probe asam
nukleat.
Dalam praktikum ini, fiksasi menggunakan larutan NaCl dan Alkohol.
Alkohol Merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan
pengerasan dan pengerutan jaringan. Alkohol dapat mengkoagulasi protein dan
presipitasi glukogen dan melarutkan lemak. Fungsi alkohol yang utama adalah
sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam keadaan terpaksa dapat
digunakan sebagai fiksasi sediaan histopatologi. Hal ini disebabkan daya tembus
alkohol yang kurang baik oleh karena jaringan cepat menjadi keras dan mengkerut
sehingga sediaan sukar dipulas. Dua jenis alkohol paling sederhana adalah
methanol dan etanol.
Kemampuan penetrasi (penetration rate) dan ketebalan pemotongan Penetrasi
jaringan tergantung pada kemampuan berdifusi dan berat molekul dari setiap

ix
cairan fiksatif, dimana NaCl dan alkohol mempunyai kemampuan penetrasi
terbaik dan glutaraldehid yang terburuk. Salah satu cara untuk mengatasi masalah
ini dengan pemotongan jaringan tipis (2 sampai 3 mm). Penetrasi pada potongan
tipis akan terjadi lebih cepat daripada bagian tebal..Ketebalan sebuah spesimen
tidak boleh lebih dari 4 mm. Idealnya spesimen dengan tebal 3 mm dapat
menghasilkan fiksasi dan pengolahan jaringan yang baik.

G. Kesimpulan

Dari kegiatan pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Dalam pembuatan preparat mikroteknik dengan metode paraffin memiliki
beberapa tahap diantaranya: sampling, fiksasi, dehidrasi, clearing,
infiltrasi, embedding, sectioning dan mounting.

x
2. Dalam proses fiksasi dapat dikatakan berhasil, jika proses fiksasi
dilakukan dengan cara yang benar. Menggunakan larutan yang tepat dan
memotong ketebalan jaringan harus baik dan tidak terlalu tebal.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyane, I.K.M., Supratikno, A. Winarto, dan S. Agungpriyono. 2011. Studi


mikroanatomi pankreas kodok lembu menggunakan metode pewarnaan

xi
baku dan immunohistokimia. J. Vet. 12(1):1-6.
Bresnick ,Stephen.2006. Intisari Biologi .Jakarta : Hipokrates.
Cormack DH. 2002. Ham Histologi. Jakarta : Binarupa Aksara.
Dasumiatii.2008. Diktat Kuliah Mikroteknik. Prodi Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Press.
Hamny, Hamny, M. Iqbal, S. Wahyuni, M. Sabri, M. Jalaluddin, dan Rinidar.
2016. Studi Anatomis dan Histologis Pankreas Biawak Air(Varanus
salvator). J. Ked. Hewan. Vol 10(2):153-156
Khairul.2001.Mikroteknik.Jakarta : Erlangga
Kiernan. 2000. Histological and Histochemical Methods. Oxford: Pergamon Pr.
Luo D. 2011. Pankreatic Disease. Macmurray Gastroenterolgy. Institute of
Digestive Disease. The Chinese University of Hongkong.
Roberts L et al.2009. Identification of methods for use formalin-fixed,paraffin-
embedded tissue samples in RNA expression profiling. Genomics.
94(5):341-348
Waluyo,Joko .2006.Biologi Dasar.Jember : Jember Press.

xii

Anda mungkin juga menyukai