ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pemurnian crude gliserol dengan menggunakan asam fosfat dan semen putih
sebagai adsorben. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam fosfat dan berat semen
putih terhadap kemurnian gliserol. Penelitian ini dilakukan dengan cara penambahan asam fosfat pada crude gliserol
dan di adsorpsi menggunakan semen putih. Parameter kualitas gliserol ditentukan melalui uji kadar gliserol, densitas,
dan viskositas serta identifikasi senyawa gliserol menggunakan Kromatografi Gas Spektroskopi Massa. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam fosfat 5% dan berat semen putih 5 gram pada pemurnian crude
gliserol diperoleh kadar kemurnian tertinggi yaitu 84,20%. Beberapa parameter kualitas uji gliserol diperoleh massa
jenis gliserol sebesar (1,2595 ± 3,1622 x 10-5) g/mL dan viskositas sebesar (1,4372 ± 5,4472 x 10-5) Pa.s serta hasil
analisis dengan kromatografi Gas Spektroskopi Massa menunjukkan kesamaan pola fragmentasi senyawa sampel dan
waktu retensi yang sesuai dengan gliserol standar.
ABSTRACT
The research of purification process of crude glycerol using phosphoric acid and white cement as adsorbent
has been carried out. The aim of this research was to study the effect of phosphoric acid concentration and weight of
white cement used as adsorbent in the purification process to the purity of glycerol. The research was done by the
addition phosphoric acid in crude glycerol followed by adsorption with white cement. Glycerol quality parameters
were determined by assesment of glycerol density, viscosity, and by comparing its GC-MS spectra to GC-MS spectra
of standard glycerol. The result showed that purification process of glycerol using 5 % phosphoric acid and 5 grams
of white cement gave the highest level of glycerol which was 84.20%. The density of purified glycerol obtained in
this research was 1.2595 ± 3.1622 x 10-5 g/mL, the viscosity was 1.4372 ± 3.8333 x 10-3 Pa.s, and the GC_MS
spectra purified glycerol showed similar fragmentation pattern and retention time with the glycerol standard.
279
JURNAL KIMIA 9 (2), JULI 2015: 279-288
melalui beberapa tahapan yaitu destilasi, propanol p.a, NaOH 1 N dan 3N, HCl 0,5 N,
penambahan asam dan proses adsorpsi. Tahap fenolftalein 1 % dan akuades.
pertama adalah destilasi yang bertujuan
menghilangkan metanol yang terdapat dalam crude Peralatan
gliserol. Tahap berikutnya adalah penambahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
asam. Asam yang digunakan adalah asam fosfat ini antara lain : batang pengaduk, botol semprot,
dengan pertimbangan, asam fosfat lebih efektif corong gelas, corong pisah, erlenmeyer, gelas
digunakan dalam menguraikan sabun yang beaker, labu ukur, neraca analitik, kertas saring
terdapat dalam crude gliserol dibandingkan jenis Wharman 42, pH meter, pipet tetes, pipet volum,
asam lainnya seperti HCl dan H2SO4. Hal tersebut termometer, stopwatch, penangas air, piknometer,
dikarenakan kekuatan asam fosfat lebih lemah viskometer ostwald, buret, klem dan statif,
dibandingkan jenis asam lain sehingga mampu seperangkat alat destilasi dan seperangkat alat
mengikat lemak lebih tinggi. Selain itu, asam kromatografi gas.
fosfat banyak digunakan dalam industri pangan
dalam proses penghilangan gum pada minyak Cara Kerja
goreng (Rahmi, 2006). Pemurnian Crude Gliserol dari Metanol
Pemurnian dengan penambahan asam Sebanyak 200 mL crude gliserol dan
belum menghasilkan gliserol dengan tingkat beberapa batu didih dimasukkan ke dalam labu
kemurnian yang tinggi. Proses pemurnian destilasi. Alat dirangkai dengan menghubungkan
dilanjutkan dengan proses adsorpsi. Pada labu destilasi, kondensor, dan water bath sehingga
umumnya, adsorben yang digunakan adalah arang membentuk rangkaian alat destilasi. Crude gliserol
aktif dan bentonit. Pada penelitian ini adsorben di destilasi pada suhu 65 – 70oC sampai metanol
yang digunakan adalah semen putih. Kandungan habis terdestilasi. Diperoleh destilat berupa
senyawa yang terdapat dalam semen putih adalah metanol dan residu berupa crude gliserol yang
Kalsium Oksida (CaO), Besi Oksida (Fe2O3), bebas metanol.
Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3) Pemurnian Gliserol dengan Penambahan Asam
dan Magnesium Oksida (MgO). Manfaat lain dari Fosfat
semen putih adalah sebagai pemucat warna (Mutia, Sebanyak 100 mL crude gliserol yang
2013). bebas metanol dimasukkan ke dalam gelas beker
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dan ditambahkan dengan asam fosfat. Masing –
dilakukan variasi konsentrasi asam fosfat dan berat masing crude gliserol yang bebas metanol
semen putih untuk mengetahui pengaruh terhadap ditambahkan asam fosfat dengan variasi
kadar kemurnian gliserol tersebut. Selanjutnya, konsentrasi dari konsentrasi 5% sampai dengan
dilakukan pengujian kualitas gliserol yang konsentrasi 85%, kemudian di aduk dan
dihasilkan meliputi kadar kemurnian, massa jenis, dimasukkan ke dalam corong pisah. Campuran
viskositas dan senyawa diidentifikasi dengan GC- tersebut akan membentuk 3 lapisan yaitu lapisan
MS serta dibandingkan dengan gliserol standar. atas merupakan asam lemak, lapisan tengah
merupakan garam dan lapisan bawah merupakan
gliserol. Lapisan bawah ditampung pada gelas
MATERI DAN METODE beker dan kadar gliserol dianalis. Penentuan kadar
gliserol dengan menggunakan metode acetin.
Bahan Kadar kemurnian tertinggi dilanjutkan dengan
Bahan – bahan yang digunakan dalam proses adsorpsi.
penelitian antara lain : crude gliserol yang Pemurnian Gliserol dengan Penambahan Semen
diperoleh dari Yayasan Lengis Hijau dan semen Putih
putih yang digunakan sebagai adsorben. Disiapkan 5 buah gelas beker. Masing –
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam masing gelas beker dimasukkan 10 mL gliserol.
penelitian ini antara lain : asam fosfat 85% p.a, Masing – masing gliserol ditambahkan semen
gliserol 87% p.a, asam asetat glasial, asam oksalat, putih dengan berat semen putih yang divariasikan
yaitu (1, 2, 3, 4 dan 5) gram. Gliserol diaduk
280
ISSN 1907-9850
kemudian didiamkan selama 1 jam. Gliserol Agar dapat dimanfaatkan maka kadar
disaring dan kadar gliserol di analisis kembali gliserol perlu ditingkatkan kemurniannya dengan
dengan menggunakan metode acetin. Setelah di penambahan asam fosfat sampai pada pH 6. Pada
peroleh gliserol dengan kadar kemurnian tetinggi pH 6 proses hidrolisis menjadi asam lemak
dilanjutkan dengan pengujian kualitas gliserol berjalan dengan maksimal (Azis, 2009).
hasil pemurnian dan dibandingkan dengan gliserol Penambahan asam fosfat tersebut bertujuan untuk
standar. Pengujian kualitas gliserol yang dilakukan menguraikan sabun – sabun yang terdapat dalam
meliputi densitas, viskositas dan identifikasi gliserol. Sabun dalam gliserol akan diubah menjadi
senyawa gliserol dengan GC-MS. asam lemak. Sabun tersebut berasal dari proses
pembuatan biodiesel yang melibatkan reaksi
transesterifikasi yaitu reaksi antara asam lemak
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan alkohol dan katalis basa (Rahmi, 2006).
Adapun mekanisme reaksi yang terjadi dilihat pada
Pemurnian Crude Gliserol dari Metanol Gambar 1.
Crude gliserol yang dihasilkan dari proses Pada reaksi transesterifikasi tersebut juga
transesterifikasi masih mengandung senyawa lain. terjadi reaksi saponifikasi yang membentuk sabun.
kandungan senyawa tersebut adalah metanol dan Adapun mekanisme reaksi ditunjukkan pada
sabun sehingga crude gliserol tidak dapat Gambar 2.
dimanfaatkan. Penghilangan metanol dilakukan Penambahan asam fosfat pada crude
dengan cara di destilasi. Dari proses tersebut di gliserol menyebabkan terbentuk tiga lapisan.
peroleh metanol yang terdestilasi sebesar 10% dari Lapisan tersebut terdiri dari lapisan atas (asam
volume crude gliserol. Crude gliserol bebas lemak bebas), lapisan tengah (garam) dan lapisan
metanol memiliki warna hitam dengan kadar bawah (gliserol). adapun hasil dan mekanisme
kemurnian sebesar 13,30%. reaksi ditunjukkan pada Gambar 3.
Pemurnian Crude Gliserol dengan Penambahan
Asam Fosfat
O O
H 2 C O C R 1 H 2 C O C R 1
-
O 3OH O ..
+ 3 CH 3 OH + 3CH 3 O :
..
HC O C R 2 HC O C R 2
O O
H 2 C O C R 3 H 2 C O C R 3
-
O
H 2 C O C R 1
OCH 3
-
O O
H 2 C OH
+ 3R C OCH 3 HC O C R 2
+ 3H O
2
HC OH
OCH 3
H C OH O
-
2
H 2 C O C R 3
OCH 3
281
JURNAL KIMIA 9 (2), JULI 2015: 279-288
O O O
+ -
R C O H + K O H R C O + H2 O R C OK + H2 O
O O
R C O K + H PO
3 4 R C OH + KH 2 PO 4
Variasi konsentrasi asam fosfat yang Adapun data hasil perhitungan kadar kemurnian
ditambahkan berpengaruh terhadap kemurnian gliserol setelah proses adsorpsi pada Tabel 2.
gliserol. hal tersebut dapat dilihat dari data yang
diperoleh pada Tabel 1. Tabel 2. Hasil perhitungan kemurnian gliserol
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata setelah di adsorpsi
semakin tinggi konsentrasi asam fosfat yang di Berat semen putih Kadar gliserol
tambahkan maka kadar gliserol yang di peroleh (g) (%)
semakin rendah yaitu 14,22% dan kadar 1 77,72
kemurnian gliserol tertinggi yaitu pada 2 79,91
penambahan asam fosfat 5% dengan kadar 3 81,04
kemurnian gliserol sebesar 77,25%. Hal tersebut 4 82,75
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi 5 84,20
asam fosfat menyebabkan proses asidifikasi tidak
berjalan maksimal sehingga sabun pada crude Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
gliserol tidak terurai yang mengakibatkan gliserol semakin banyak semen putih yang ditambahkan
tidak dapat dipisahkan dari garam dan asam maka kadar gliserol yang di peroleh semakin
lemaknya ( Rahmi,2006). meningkat yaitu 84,20% sedangkan kadar gliserol
terendah pada penambahan semen putih 1 gram
Pemurnian Gliserol dengan Penambahan 77,72% serta pengaruh terhadap warna, pada
Semen Putih penambahan semen putih 1, 2 dan 3 gram tidak
Kadar kemurnian gliserol tertinggi yang di terlihat adanya perubahan warna. Hal ini
peroleh dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu disebabkan jumlah berat semen putih yang terlalu
proses adsorpsi. Adsorben yang digunakan adalah kecil dan kandungan senyawa yang terdapat dalam
semen putih yang bertujuan sebagai pemucat semen putih dalam jumlah sedikit sehingga proses
warna agar gliserol yang di peroleh memiliki penyerapan warna tidak berjalan optimal. Pada
warna yang lebih jernih. Semen putih ditambahkan penambahan semen putih 4 dan 5 gram terdapat
dengan variasi berat semen 1, 2, 3, 4 dan 5 gram. sedikit perubahan warna dari warna sebelumnya.
282
ISSN 1907-9850
Hal tersebut disebabkan oleh kandungan senyawa 2003). Atom hidrogen pada gugus silanol akan
yang terdapat pada semen tersebut. Kandungan membentuk ikatan hidrogen. Hidrogen dari gugus
senyawa yang terdapat pada semen putih adalah silanol akan berikatan dengan gugus oksigen-
Kalsium Oksida (CaO), Besi Oksida (Fe2O3), karbonil (-C=O) dari asam lemak bebas. Asam
Alumunium Oksida (Al2O3), Magnesium Oksida lemak akan teradsorbsi pada permukaan adsorben
(MgO) dan Silika Oksida (SiO2). Kandungan (Kinanthi, 2008).
senyawa tersebut juga dimiliki oleh lempung alam
(bentonit) sehingga semen putih mampu digunakan Uji Kualitas Gliserol
sebagai pemucat warna (Mutia, 2013). Daya Massa jenis
pemucat pada adsorben disebabkan oleh adanya Massa jenis merupakan perbandingan
mineral pada permukaan adsorben yang dapat massa per satuan volume. Menentukan massa jenis
mengadsorpsi partikel zat warna maupun asam gliserol digunakan piknometer pada pengukuran
lemak bebas seperti adanya SiO2 pada adsorben pada suhu 25oC. Adapun data dan hasil
yang memiliki gugus Si-OH (silanol) yang mampu perhitungan massa jenis crude gliserol, gliserol
menyerap asam lemak bebas pada gliserol (Yang, hasil permunian dan gliserol standar.
Table 3. Data dan hasil perhitungan penentuan massa jenis crude gliserol
Massa Piknometer Massa piknometer Volume
Massa jenis
Ulangan kosong + sampel piknometer
(g/mL)
(g) (g) (mL)
1 11,5496 23,0384 10,0 1,1489
2 11,5497 23,0381 10,0 1,1488
3 11,5495 23,0382 10,0 1,1489
Massa jenis rata-rata pada suhu 25 oC 1,1487
Standar Deviasi (SD) 1,2247 x 10-4
Table 4. Data dan hasil perhitungan penentuan massa jenis gliserol pemurnian
Ulangan Massa Piknometer Massa piknometer Volume Massa Jenis
kosong + sampel piknometer (g/mL)
(g) (g) (mL)
1 11,5496 24,1452 10,0 1,2596
2 11,5498 24,1451 10,0 1,2594
3 11,5496 24,1451 10,0 1,2595
Massa jenis rata-rata pada suhu 25 oC 1,2595
Standar Deviasi (SD) 3,1622 x10-5
Table 5. Data dan hasil perhitungan penentuan massa jenis gliserol standar
Ulangan Massa Piknometer Massa piknometer Volume Massa Jenis
kosong + sampel piknometer (g/mL)
(g) (g) (mL)
1 11,5496 24,1652 10,0 1,2615
2 11,5497 24,1652 10,0 1,2615
3 11,5496 24,1653 10,0 1,2616
Massa jenis rata-rata pada suhu 25oC 1,2615
Standar deviasi 1,2903 x 10-5
283
JURNAL KIMIA 9 (2), JULI 2015: 279-288
Table 7. Data dan hasil perhitungan penentuan viskositas gliserol hasil pemurnian
Ulangan Waktu alir pembanding (air) Waktu alir gliserol Viskositas gliserol
(detik) (detik)
1 22,18 3925 1,4373
2 22,20 3928 1,4371
3 22,21 3930 1,4372
Viskositas rata-rata 1,4372
Standar Deviasi (SD) 5,4472 x 10-5
284
ISSN 1907-9850
Identifikasi senyawa dengan GC-MS gliserol. Hasil analisis tersebut tidak menunjukkan
Kromatogram yang di peroleh adanya M+ pada spektra. Hal ini disebabkan,
menunjukkan kesamaan antara sampel dengan alkohol merupakan senyawa yang memberikan
gliserol standar dengan waktu retensi yang puncak ion amat lemah dan mudah melepas
mendekati gliserol standar yaitu 8,89 menit dan molekul H2O (Silverstein,1981). Hasil analisis
8,78 menit. Adapun hasil analisis dengan GC-MS kromatogram dengan menggunakan spektroskopi
dari gliserol hasil pemurnian dan gliserol standar massa menghasilkan pola fragmentasi yang
ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8. identik dengan spektra massa gliserol standar yang
Analisis GC-MS dilakukan untuk menunjukkan puncak dasar berada pada m/z 61.
memastikan kembali bahwa senyawa hasil Pola fragmentasi yang identik tersebut dapat
pemurnian yang dilakukan merupakan senyawa dilihat pada gambar 9 dan 10.
285
JURNAL KIMIA 9 (2), JULI 2015: 279-288
286
ISSN 1907-9850
+
H H
.
H C O H H C O H
H C +.
-e
H C O H -H 2 O H C O H
H C O H
-18 H C O H
H C O H H C O H
H
H H
+
H
H C O H H
+
H C O H +
H C O H C O H
-H 2 O
H C O H H C O H
-31 -18 H C H
H C O H H
287
JURNAL KIMIA 9 (2), JULI 2015: 279-288
Bird, T., 1994, Kimia Fisik untuk Universitas, Nist., 2011, Gliserol, http://webbook.nist.gov/cgi/
Gramedia Pustaka, Jakarta cbook /cgi? Name= glycerol &Units=
Hambali, Erliza., 2007, Jarak Pagar: Tanaman SI&cMS= on# Mass - Spec, 24 Desember
Penghasil Biodiesel, Penebar Swadaya, 2014
Bogor Silverstein, D.F., Atkins, P.W., and Morrill, T.C.,
Haryono, S., 2010, Pengolahan Minyak Goreng 1981, Penyelidikan Spektrometrik
Kelapa Sawit Bekas menjadi Biodiesel, Senyawa Organik, 4th ed., a.b. Hartomo.
studi kasus : Minyak Goreng Bekas dari A.J., Anny, V.C., Erlangga, Jakarta
KFC Dago Bandung, Prosiding Seminar Maceiras, R., Vega, M., Costa, C., Ramos, P., and
Nasional Teknik Kimia, Bandung, 1-5 Marquez, M.C., 2011, Enzyme
Kinanthi, A., 2008, Pengaruh Perlakuan Awal Deactivation during Biodiesel Production,
Sekam Padi dan Ampas Tebu sebagai J.Chem. Eng, 166 : 358-361
Adsorben untuk Meningkatkan Kualitas Rahmi, U., 2006, Pengaruh JenisAsam dan pH
Miyak Goreng Bekas, AKIN, Semarang pada Pemurnian Residu Gliserol dari Hasil
Mutia, Y., Evi, A., dan Susila, A,R., 2013, Samping Produksi Biodiesel, Skripsi,
Pengaruh Kandungan CaO dari Jenis Universitas Sumatera Utara, Medan
Adsorben Semen terhadap Kemurnian Yang, T.R., 2003, Adsorbents Fundamentals and
Gliserol, Jurnal Teknik Kimia,19 (2) : 33- Applications, John Wiley and Sons Inc.,
42 USA
288