“JARINGAN PENGUAT”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunya bentuk, asal, fungsi, dan struktur yang
sama. Untuk melakukan proses proses hidup pada tummbuhan terdapat bermacam macam sel
yang mana mempunyai fungsi fungsi tertentu. Sel parenkim, sel ini berdinnding tipis yang
mana membentuk suatu jaringan yaitu jaringan parenkim yang merupakan jaringan dasar
pembentukkan korteks dan empulur pada batang serta korteks pada akar. Jaringan kolenkim
merupakan jaringan penguat yang berasal dari jaringan parenkim yang mengalai penebalan
selulosa pada bagian sudut sudutnya sehingga sifat selnya merupakan sel yang hidup. Sel sel
kolenkim bersifat lentur sehingga dapat memberikan dukungan tanpa menghambat
pertumbuhan karena mempunyai kemapuan memanjang bersama batang daun daun yang
sedang mengalami pertumbuhan (Parjatmo, 1987). Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT
pada QS. An Nahl ayat 10 yang berbunyi :
“Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi
minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat
tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air
hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memikirkan”
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya dapat diketahui bahwa Allah SWT telah
menurunkan air hujan dari langit untuk kebutuhan makhluk hidup. Air hujan tersebut
digunakan untuk minum dan sebahagiannya untuk menyuburkan tumbuh tumbuhan yang ada
di bumi. Hal ini membuat berbagai tumbuhan yang ada di bumi tumbuh dengan berbagai
macam jenis dan fungsinya masing masing. Tentunya dengan air, sel tumbuhan tersusun
dengan sempurna. Oleh karena itu, dengan dilakukannya praktikum tentang “Jaringan
Penguat” diharapkan praktikan lebih memahami tentang penyusun dan tipe dari jaringan
penguat. Selain itu, dengan dilakukannya praktikum ini diharapkan praktikkan lebih
bersyukur kepada Allah SWT karena telah menciptakan segala sesuatu yang mempunya
beragam manfaatnya masing masing.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum yang berjudul “Jaringan Penguat” adalah sebaga berikut :
1. Bagaimana jaringan penguat pada tumbuhan?
2. Bagaimana letak jaringan penguat pada tumbuhan?
3. Bagaimana penampang melintang dan membujur sel-sel penyusun jaringan kolenkim?
4. Bagaimana penampang melintang dan membujur sel-sel penyusun jaringan
sklerenkim?
5. Bagaimana perbedaan kolenkim dan sklerenkim?
6. Bagamana macam macam struktur fungsi, serta letak jaringan kolenkim dan
sklerenkim dalam tubuh tumbuhan?
Tujuan dari praktikum yang berjudul “Jaringan Penguat” adalah sebagai berikut :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang kuat, terdiri atas sel panjang yang
tumpang tindih (panjangnya dapat mencapai 2 mm) dengan dinding tebal yang tidak
berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim sebanding dengan serabut. Pada bagian tumbuhan
yang ttua, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan
pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Terpusatnya lignin terjadi terutama lapisan
dinding terluar. Biasanya disimpulkan bahwa kolenkim adalah jaringan penunjang yang
muda, apabila kolenkim terdapat pada organ yang berkanjang (persisten) untuk periode yang
lama, kolenkim akan mengalami sklerifikasi (Mulyani,2006).
Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang seling, kaya akan selulosa
dengan sedikit pectin. Air dalam seluruh dinding sel kurang leih 67% . Di dalam petasites,
dinding sel kolenkim berisi 45% pectin, 35% hemiselulosa, dan 20% selulosa. Dinding sel
kolenkim Petasites ini terdiri atas 7 sampa 20 lamela yang bergantian atau berseling antara
lamella yang mengandung banyak selulosa dan lamella yang mengandung sedikit selulosa.
Semakin mendekati lumen sel, selulosanya semakin banyak. Menurut tipe penebalan
dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi beberapa macam, sebagai berikut (Hidayat,1995) :
a. Kolenkim Sudut (Angular Kolenkim), penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada
sudut sudut sel. Pada penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada
tempat bertemunya tiga sel atau lebih.
b. Kolenkim lamella, penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial
sel. Kolenkim lamella terdapat pada korteks batang Sumbucur nigra.
c. Kolenkim lakuna, penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding dinding
yang berbatasan dengan ruang antar sel.
d. Kolenkim cincin, kolenkim cincin dewasa tampak adanya penebalan dinding sel
secara terus menerus sehinggan lumen sel akan kehilangan bentuk sudutnya.
Jaringan sklerenkim merpakan jaringan penyokong yang terdapat pada organ tubuh
tumbuhan yang telah dewasa. Jaringan sklerenkim tersusun oleh sel sel mati yang seluruh
bagian dindingnya mengalami penebalan sehingga kuat, sel selnya lebih kaku daripada sel
kolenkim, sel sklerenkim tidak dapat memanjang. Jaringan sklerenkim merupakan jaringan
penguat dengan dinding sekunder yang tebal. Umumnya,jaringan sklerenkim terdiri atas zat
lignin dan tidak mengandung protoplas. Sel sel sklerenkim hanya dijumpai pada organ
tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan sklerenkim
terdiri dari serat serat sklerenkim (fiber) dan sel sel batu (sklereid) (Hidayat,1995).
1. Sklereid
Terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Sklereid berhimpun menjadi
kelompok sel keras diantara sel parenkim di sekelilingnya. Sklereid dapat dibagi empat
macam menurut Lovelles (1987) :
a. Brakisklereid atau Sel Batu yang bentuknya hamper isodiametric, misalnya pada
floem kulit kayu pohon.
b. Makrosklereid yang berbentuk batang sering ditrmukan dalam kulit biji, misalnnya
pada leguminosae
c. Osteosklereid yang berbentuk tulang dengan ujung ujungnya yang membesar kadang
kadang sedikit bercabang.
d. Asterosklereid yang bercabang cabang dan berbentuk bintang sering terdapat pada
daun
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum yang berjudul “ Jaringan Penguat” adalah
sebagai berikut :
1. Mikroskop majemuk (cahay) (1 buah)
2. Gelas benda dan penutup (1 buah)
3. Kuas (1 buah)
4. Pinset Kecil (1 buah)
5. Jarum Preparat (1 buah)
6. Pipet Tetes (1 buah)
7. Silet (1 buah)
8. Kobokan (1 buah)
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum yang berjudul “Jaringan Penguat” adalah
sebagai berikut :
1. Buah Pir (Pyrus sp.) (1 buah)
2. Batang Kiapu (Pistia stratiotes) (1 buah)
3. Batang Begonia (Nerium oleander) (1 buah)
4. Tangkai Seledri (Apium graveolens) (1 buah)
5. Tangkai daun Alamanda (Allamanda cathartica) (1 buah)
6. Tangkai Kangkung (Ipomoea aquatica) (1 buah)
3.2 Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum yang berjudul “Jaringan Penguat” adalah
sebaga berikut :
1. Dibuat preparat irisan melintang tangkai daun seledri, diamati di bawah mikroskop.
diperhatikan lapisan sel dibawah epidermis pada bagian rigi-riginya (yang menojol).
dilihat bagian dinding sel yang menebal.
2. Digambar dan ditentukan bentuk kolenkimnya menurut penebalan dinding sel
penyusunnya.
3. Dibuat preparat irisan melintang tangkai daun selada air, amati di bawah mikroskop.
4. Diperhatikan lapisan sel dibawah epidermis pada bagian rigi-riginya (yang menojol).
5. Dilihat bagian dinding sel yang menebal.
6. Digambar dan ditentukan bentuk kolenkimnya menurut penebalan dinding sel
penyusunnya.
7. Dibuatlah preparat segar irisan melintang batang atau tangkai daun kangkung atau
ketela rambat setipis mungkin dalam air. Kemudian diamatilah di bawah mikroskop.
Dicari macam kolenkim yang tampak.
8. Dibuatlah preparat segar irisan melintang tangkai daun alamanda setipis mungkin
dalam air. Kemudian amatilah di bawah mikroskop.
9. Dicarilah macam kolenkim yang tampak.
10. Dibuat preparat segar irisan melintang daun Pistia stratiotes setipis mungkin dalam air.
Kemudian amatilah di bawah ikroskop. Carilah macam kolenkim yang tampak.
BAB IV
Keterangan:
4.1.2 Pembahasan
Klasifikasi dari Buah Pir (Pyrus sp.) menurut ITIS (2020), adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Order : Rosales
Family : Rosaceae
Genus : Pyrus
Hasil pengamatan pada irisan dari Buah Pir (Pyrus sp.) yang diamati dibawah
mikroskop majemuk (cahaya) dengan perbesaran total 100×. Setelah dilakukannya
pengamatan, hasil menunjukkan bahwa terlihat sklerenkim berupa sklereid yang berbentuk
batu. Menurut Horbens et al (2015) brakhisklereid berbentuk membulat dapat seperti sel
parenkim atau batu, biasanya terdapat di floem, korteks, dan kulit batang serta bagian buah
beberapa tumbuhan. Sklereid berupa brakhisklereid menyerap tekanan yang yang kompresif,
dimana tekanan serat dengna tegangan pada tumbuhan dapat membentuk sklereid berupa sel
batu yang keras. Fungsi dari sklereid yaitu memberi kekuatan mekanik pada buah pir yang
berair. Hal ini sesuai dengan Aohaea et al (2009) bahwa penebalan dinding sekunder jaringan
sklerenkim terbentuk dari penebalan primer dinding sel setelah berhentinya pertumbuhan sel
dan berkembangan terutama dalam jaringan sklerenkim dan floem. Penebalan sekunder
dinding sel pada tumbuhan akan berfungsi dalam pemberian kekuatan mekanik tumbuhan.
Sklereid dapat ditemukan pada berkas pengangkut korteks batang, tangkai daun, akar, buah
dan biji. Tekstur keras pada buah Pyrus sp dikarenakan adanya bulir-bulir sesuai dengan
pendapat Hidayat (1995) bahwa sklereid biasanya terhimpun menjadi sel keras diantara sel
parenkim sekelilingnya.
Keterangan:
4.2.2 Pembahasan
Klasifikasi dari Batang Kiapu (Pistia stratiotes) menurut ITIS (2020), adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Alismatales
Family : Araceae
Genus : Pistia
Hasil pengamatan pada irisan dari Batang Kiapu (Pistia stratiotes) diamati dibawah
mikroskop majemuk (cahaya) dengan perbesaran total 100×. Setelah dilakukannya
pengamatan, hasil menunjukkan bahwa Pistia stratiotes memiliki tipe sklerenkim yatu
Trikosklereid karena terdapat bentuk bercabang cabang yang panjang, berujung runcing
dengan jari-jari yang masuk ke dalam ruang-ruang antar sel. Hal ini sesua dengan pernyataan
dari Omprakash (2011) yang menyatakan bahwa bundel vaskular memiliki tambalan
sclerenchyma yang menonjol di sisi atas. Setiap bundel vaskular terdiri dari seuntai floem dan
2 atau 3 elemen metaxylem. Di antara serat-serat itu juga ada yang menandakan bahwa
sklerenkim tersusun atas serat-serat selain itu juga pada spesies ini tipe sklerenkimnya adalah
trikosklereid, pada tipe ini terdapat serabut panjang dan bercabang terdapat jari-jarinya.
4.3.2 Pembahasan
Klasifikasi dari Batang Begonia (Nerium oleander) menurut ITIS (2020) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisipm : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Nerium
Hasil pengamatan yang telah dilakukan menggunakan irisan dari batang Nerium
oleander menggunakan mikroskop dengan perbesaran total 100×, telihat memiliki jaringan
kolenkim yang bertipe angular. Tipe ini mengalami penebalan pada dinding selnya di bagian
sudut-sudutnya. Hal ini sesuai dengan Bercu (2017), yang menyatakan bahwa area eksternal
dari tangkai daun diwakili oleh jaringan kolenkim angular yang terdiri atas 5 lapisan sel dan
internal, diwakili oleh sejumlah lapisan parenkim sel. Selain itu kolenkim ini juga berada
dibawah epidermis yang terdiri dari dua lapisan. Sedangkan menurut Hidayat (1995), bahwa
terdapat 4 sampai 5 lapisan kolenkim yang terletak di bawah epidemis pada Nerium olender.
Penebalan dinding sel terdapat pada sudut sel yang memanjang mengikuti sumbu sel dan
apabila dilihat dari penampang melintang penebalan sudut terlihat di tempat pertemuan tiga
sel atau lebih.
Keterangan:
4.4.2 Pembahasan
Klasifikasi dari Tangkai Seledri (Apium graveolens) menurut ITIS (2020), adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Apium
Hasil pengamatan berdasarkan praktikum pada sayatan dari tangkai Apium graveolens
menggunakan mikroskop dengan perbesaran total 100 X ditemukan jaringan kolenkim dengan
tipe kolenkim angular. Tipe ini mengalami penebalan pada dinding sel bagian sudut, sehingga
tidak ada ruang antar sel. Hal ini jika dibandingkan dengan litertur dari Leroux (2012),
menyatakan bahwa pada batang dan tangkai daun, collenchyma biasanya terjadi pada posisi
perifer dan dapat ditemukan langsung di bawah epidermis atau dipisahkan darinya oleh satu
hingga beberapa lapisan parenkim. Jika collenchyma terletak berdekatan dengan epidermis,
dinding tangensial bagian dalamnya dapat menebal secara collenchymatously, atau dalam
beberapa kasus semua dinding epidermal dapat mengalami penebalan. Tipe kolenkimnya
adalah angular yang umum di mana sudut sel tampak lebih tebal. Jenis ini terlihat paling
sebagai jaringan sub-epidermal di banyak batang dan tangkainya.
Menurut Darmanti (2009), kolenkim merupakan bagian korteks yang tersusun oleh
sel-sel parenkim dengan susunan yang kurang teratur dan diantaranya terdapat ruang antar sel.
Kolenkim merupakan jaringan pendukung organ tumbuhan yang dapat ditemukan pada
tanaman herba dibagian batang dan daun serta juga tanaman berkayu. 3 karakteristik pada
kolenkim yaitu sel – sel nya memanjang secara aksial, dinding selnya mengalami penebalan
dan protoplas nya hidup. Jika dibandingkan dengan literatur lain dari Hidayat (1995)
menyatakan bahwa kolenkim angular yaitu kolenkim yang penebalan dinding selnya berada
pada sudut – sudut sel, pada penampang melintang, penebalan ini tampak terjadi pada tempat
bertemunya tiga sel atau lebih. Sesua dengan hasil praktikum yang telah dilakukan yaitu
adanya kolenkim angular pada Apium graveolens.
Keterangan:
4.5.2 Pembahasan
Klasifikasi dari Tangka daun alamanda (Allamanda cathartica) menurut ITIS (2020),
adalah seagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Allamanda
4.6.2 Pembahasan
Klasifikasi dari tangka kangkung (Ipomoea aguatica) menurut ITIS (2020), adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Jaringan penguat pada tumbuhan ada 2 yaitu jaringan sklerenkim dan jaringan
kolenkim.
2. Letak jaringan kolenkim pada batang dan tangkai daun kangkung, batang oleander,
tangkai daun Alamanda cathartica dan seledri. Sedangkan jaringan sklerenkim
terdapat pada buah pir dan daun kiapu.
3. Kolenkim pada daun seledri, tangkai daun Alamanda cathartica, tangkai daun
kangkung, dan batang oleander bertipe kolenkim angular, pada batang kangkung
bertipe kolenkim cincin.
4. Sklerenkim pada buah pir bertipe brakiosklereid dan pada daun kiapu bertipe
trikosklereid.
5. Perbedaan dari kolenkim dan sklereid yaitu kolenkim terdiri dari sel hidup dan
sklerenkim terdiri dari sel mati. Penebalan dari kolenkim lebih elastic disbanding
dengan sklerenkim yang penebalannya kaku.
6. Letak dari kolenkim berada di dibawah jaringan parenkim, sedangkan sklerenkim
terletak di korteks, buah, dan diantara xylem floem. Struktur dari kolenkim terdiri dari
sel – sel hidup, sedangkan sklerenkim terdiri dari sel sel mati. Fungsi dari kolenkim
sebagai penyokong tubuh tumbuhan serta dapat melakukan fotosintesis, sedangkan
sklerenkim fungsinya melindungi tubuh tumbuhan dan juga sebagai penyokong dari
tubuh tumbuhan tersebut.
5.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari praktikum tentang “Jaringan Penguat” yaitu diharapkan
kepada praktikan agar belajar terlebih dahulu sebelum dilakukannya praktikum.