Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN


DIAGNOSA MEDIS ANEMIA PADA KEHAMILAN
DI RAWAT INAP (VANDA) RS IMC BINTARO

Disusun Oleh:
MIFTAHUL JANNAH
202007024

PROGRAM PROFESI NERS STIKES IMC BINTARO


Komp. RS IMC Jl. Raya Jombang No. 56
Ciputat, Tangerang Selatan
Tahun 2021
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA PADA KEHAMILAN

A. Konsep Dasar Persalinan Normal


1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai,
peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan
adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi,
disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada
ibu bersalin.
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin.
b. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
c. Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri).
d. Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif
pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Jadi dapat
disimpulkan bahwa persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta
dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
2. Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda dan gejala yang biasanya kita jumpai yaitu:
a. Timbul rasa sakit atau nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat
intermiten datang lebih kuat, sering, dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan
membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi
pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai
persalinan secara spontan dalam 24 jam.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara
dan multipara.
a. Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan
pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan,
biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%,
kemudian terjadi pembukaan.
b. Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara
serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan.
c. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).

3. Sebab-sebab Mulainya Persalinan


a. Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya
estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone
menurun sehingga timbul his.
b. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim,
maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-
otot rahim makin rentan.
d. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama
dari biasa.
e. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan
bahwa progtaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena,
intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada
setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persalinan


a. Power
Power ialah suatu kekuatan yang mendorong janin keluar, terdiri
dari:
1) His
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus
yang dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopii
memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari
peacemaker‟ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut. His
merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang bergerak dari
fundus ke korpus sampai dengan ke servik secara tidak sadar.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal
mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis
(jalan lahir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his, akibat dari kerja hormon oksitosin, regangan
dinding uterus oleh isi konsepsi dan rangsangan terhadap pleksus
saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
b. Passage
Passege atau jalan lahir terdiri dari:
1) Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrumatau
promontorium, dan os coccygis).
2) Jalan lahir lunak: yang berperan dalam persalinan adalah segmen
bahwa rahim, servik uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan
ikat dan ligament yang menyokong alat urogenital.
3) Passanger (janin atau plasenta) : Passanger terdiri dari janin dan
plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin
yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin
mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan
dengan letak kepala. Kelainan-kelainan yang sering menghambat
dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala
anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak
seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak
seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
4) Psikis (Psikologis): Psikologis adalah keadaan emosi, jiwa
pengalaman, adat istiadat dan dukungan dari orang-orang
terdekat dapat mempengaruhi proses persalinan. Umumnya
wanita normal dapat merasakan kegembiraan disaat merasa
kesakitan awal menjelang kelahiran bayi.
5) Penolong: Proses persalinan tergantung dari kemampuan skill
dan kesiapan penolong menghadapi persalinan.

5. Kala dalam Persalinan


a. Kala I
Kala satu persalinan dimulai dari saat persalinan mulai sampai
pembukaan lengkap (10cm). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, fase
laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan
sering selama fase aktif.
1) Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang
dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10
menit selama 40 detik.
2) Penanganan
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah,
ketakutan dan kesakitan seperti memberi dukungan dan
yakinkan dirinya, berikan informasi mengenai proses dan
kemajuan persalinan, dengarkan keluhannya dan cobalah
untuk lebih sesitif terhadap perasaannya.
b) Jika ibu tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat
diberikan seperti bantu ibu memilih posisi yang diinginkan,
tetapi jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur
miring kiri, selain itu ajarkan kepadanya teknik bernapas
seperti ibu diminta untuk menarik napas panjang, menahan
napasnya sebentar kemudian lepaskan dengan cara meniup
udara ke luar sewaktu terasa kontraksi.
c) Penolong menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara
lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan
orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin ibu.
d) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi,
berikan cukup minum.
e) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.

b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada
multi.10
1) Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.14 Gejala-
gejala Kala II adalah:
a) His, menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik,
datangnya tiap 2-3 menit.
b) Pasien mulai mengejan.
c) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di
dasar panggul perineum menonjol, vulva menganga dan
rektum terbuka.
2) Penanganan
a) Memberikan dukungan pada ibu secara terus menerus dengan
mendampingi ibu agar terhindar dari infeksi, menawarkan
minum, mengipasi dan memijat ibu.
b) Membantu ibu memilih posisi yang nyaman seperti jongkok,
menungging, tidur miring, setengah duduk.
c) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu dengan cara memberikan penjelasan tentang
proses dan kemajuan persalinan.

c. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.10 Waktu yang paling
kritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika plasenta
lahir dan segera setelah itu.
1) Manajemen aktif kala III mempercepat kelahiran plasenta dan
dapat mencegah atau mengurangi perdarahan postpartum.
2) Pengkajian awal pada kala III yaitu palpasi uterus untuk
menentukan apakah ada bayi yang kedua lalu melakukan
manajemen aktif kala III.
3) Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)
membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan,
meliputi:
a) Pemberian oksitosin dengan segera.
b) Pengendalian tali pusat terkendali.
c) Masase uterus.

d. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat plasenta lahir sampai dengan 2 jam pertama
postpartum.
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis
bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik
yang luar biasa. Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan
bayi dan memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil
dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
2) Penanganan
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus
akan menjepit pembuluh darah untuk mengehentikan
perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan
mencegah perdarahan pascapersalinan.
b) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
Tawarkan juga ibu untuk makan.
c) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan
ibu dan bayinya. Sebagai permulaan menyusui bayinya.
d) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa
fundus dan menimbulkan kontraksi, tanda-tanda bahaya bagi
ibu dan bayi.

B. Konsep Anemia
1. Defenisi dan Batasan Anemia
Anemia adalah suatu keadaan menurunnya kadar hemeglobin,
hemaktokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang
untuk individu (Arisman, 2004). Anemia juga berarti suatu keadaan
dimana darah tidak cukup mengandung hemoglobin yang mana
hemoglobin ini berfugsi untuk memproduksi sel darah merah (King &
Burges, 1995). Anemia juga difenisikan sebagai kadar hemoglobin (Hb)
yang rendah dalam darah yang disebabkan oleh beberapa faktor.beberapa
faktor tersebut di antaranya penyakit yang menyebabkan kehilangan darah
atau mengurangi produksi hemoglobin (Hb), Pola nutrisi kebanyakan
orang beberapa vitamin seperti B12, asam folat, dan riboflafin itu
berpengaruh terhadap pembentukan hb, akan tetapi faktor nutrisi yang
penting adalah kekurangan zat besi (Kraimer & Zimmermann, 2009).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan trimester III atau kadar
Hb<10,5gr% pada trimester III (Prawiharjo, 2006). Anemia dalam
kehamilan di definisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin < 10 g/dl
selama masa postpartum dan trimester II (Proverawati,2009). Anemia
merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada
organ tubuh.
Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan mencengah
anemia membutuhkan kerja sama antara ginjal, sumsum tulang, dan
nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tidak berfungsi, atau tubuh
kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin
sulit untuk dipertahankan. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari
proses penyakit bukan penyakit itu sendiri. Hal ini biasanya digolongkan
baik kronis atau akut. Anemia kronis terjadi selama jangka waktu yang
panjang. Anemia akut terjadi dengan cepat. Menentukan apakah anemia
telah terjadi untuk waktu yang lama atau apakah itu adalah sesuatu yang
baru, membantu dokter dalam mencari penyebabnya. Hal ini juga
membantu memprediksi seberapa parah gejala anemia mungkin.
Pada anemia kronis, gejala biasanya di mulai secara perlahan dan
bertahap, sedangkan pada gejala anemia akut dapat mendadak dan lebih
berat (Atikah Proverawati, 2011, Hal 1-2).

2. Fisiologi
Fisiologi pembentukan darah secara garis besar, hemasitoblas,
yang berasal dari sel-sel retikuloendotelial dalam sumsum tulang,
merupakan progenitor eritrosit, leukosit dan trombosit, dan dibawah
rangsangan eritopoitin serta faktor-faktor esensial lainnya, terjadi proses
maturasi yang berurutan menjadi proeritoblas, normoblast, retikulosit dan
sel-sel darah merah normal. Proses tersebut dapat terdapat atau bahkan
terhenti oleh defisiensi salah satu dari faktor-faktor esensial ini, atau oleh
kerja zat-zat toksin pada sumsum tulang. Keduanya dapat mempengaruhi
produksi leukosit dan trombosit di samping produksi eritrosit (Matingli &
Seward, 1996).
Sel darah merah yang matur menunjukkan bentuk cakram
bikonkaf. Tanpa inti yang fleksibel dan unik, sel ini dirancang untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dengan bantuan bentuk
dan kandungan hemoglobinnya. Setiap molekul hemoglobin disusun dari
dua pasang rantai polipeptida dan empat gugus heme yang mengandung
zat besi dan ditukar dengan karbodioksida di dalam pembuluh-pembuluh
kapiler. Anemia dapat dianggap sebagai penurunan kemampuan
pengangkutan oksegen pada darah. Keadaan anemia terjadi kalau
hemoglobin lebih rendah daripada batas bawah kisaran normalnya.
3. Faktor-Faktor Esensial
Menurut Matingli & Seward (1996), substansi ini menggalakkan
proses diferensiasi, poliferasi dan maturasi sel-sel prekusor eritrosit dalam
sumsumtulang. Sebagian diantaranya merupakan sekret alami tubuh,
seperti eritropoitin dan hormon tiroid, sedangkan sebagian lainnya adalah
konstituen normal dalam makanan. Yang terakhir ini mencakup zat besi
dan beberapa vitamin, khususnya vitamin B 12 dan asam folat.
a. Eritropoitin
Hormon ini merupakan glikoprotein yang terutama disekresi oleh
ginjal pada manusia skitar 10% berasal dari hati. Eritropoitin
diperkirakan bergabung dengan reseptor pada sel-sel prekusor eritrosit
dengan cara demikian merangsang proses proliferasi serta
maturasinya. Kandungan oksigen pada darah akteri merupakan faktor
terutamaan dalam pengaturan eritropoisis, dengan bekerja langsung
pada ginjal untuk mengendalikan pengeluaran eritropoitin. Produksi
hormon ini di tingkatkan oleh testosteron dan oleh keadaan hipoksia
akibat anemia, penyakit kardiopulmoner atau tinggal di dataran tinggi.
b. Hormon tiroid
Tiroksin atau triyodotironin harus di pertimbangkan sebagai faktor
asensial karena defisiensi kedua jenis hormon tiroid ini pada keadaan
hipotiroid kadang-kadang menimbulkan anemia nomokromik
normositer yang hanya bisa disembuhkan dengan pemberian kedua
hormon tersebut.
c. Zat besi
Secara kwantitatif zat besi merupakan unsur yang paling penting
pada manusia, dan juga menjadikan komponen penting pada molekul
hemoglobin. Mineral ini terjadi pada daging, khususnya ginjal dan
hati, merah telur, sayur hijau dan buah-buahan. Penyebab zat besi ini
berlangsung terutama pada pars proksimal jejunum setelah ion feri
diubah menjadi bentuk ferum di dalam lambung oleh zat-zat produksi
seperti asam askorbat dalam makanan. Besi merupakan mineral mikro
yang paling banyak terdapat pada manusia dan hewan. Besi
mempunyai beberapa fungsi asensial di dalam tubuh, yaitu sebagai
alat angkot oksigen dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai
reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Walaupun terdapat luas Dalam
makanan namun banyak penduduk manusia mengalami kekurangan
besi, termasuk Indonesia (Almatsier, 2003).
Total besi dalam tubuh rata-rata pada laki-laki 4gr dan pada
wanita 2,5 gr. Besi mengandung senyawa dalam tubuh yang di
kelompokan dalam dua kategori, yaitu kategori functional yang
digunakan untuk fungsi metabolisme atau fugsi enzim, dan storage
yang tersimpan digunakan sebagai cadangan dan transport besi. Kira-
kira 2/3 dari total besi dalam tubuh adalah functional iron, dimana
sebagian besar adalah dalam bentuk hemoglobin yang berfungsi
dalam sirkulasi eritrosit (Bowmen, et al, 2001). Tubuh menggunakan
besi untuk memproduksi hemoglobin untuk sel darah merah dan
membantu fungsi sel yang lain. Manusia memerlukan besi dari darah
untuk mengganti sel darah merah yang rusak, hilang dan untuk
membentuk jaringan yang baru. Tubuh menyimpan kelebihan besi
paling banyak di hati, limpa dan sumsum tulang (King and Burges,
1995).
d. Vitamin B12
Sianokobalain dijumpai dalam sebagian besar makanan hewani,
khususnya daging, hati dan ginjal. Dalam jumlah yang lebih kecil,
vitamin ini terdapat di dalam susu, keju dan telur. Dalam lambung
vitamin B. B12 berikatan dengan protein pembawa yang dinamakan
faktor intrinsik; faktor intrinsik disekresikan bersama sama asam
hidroklorida oleh sel sel parietal lambung. Masukan zat besi sebesar
2µg per hari biasanya sudah mencukupi, tetapi jumlah yang sangat
sedikit ini tidak akan terpenuhi dari makanan vegetarian yang tetap.
Dengan kebutuhan yang sangat sedikit ini, akibat tidak adanya
vitamin B12 baru menimbulkan anemia setelah beberapa tahun
kemudian (Matingli & Seword, 1996). Ribovlafin atau vitamin B12
berfungsi sebagai koenzim flavin, adenin dinukleotida (FAD) dan
flavin adenin mononukleotida (FMN). Kedua enzim flavorprotein
terlibat dalam reaksi oksida – reduksi berbagai jalur metabolisme
energi dan mempengaruhi respirasi sel (Almasir, 2003).
Anemia pernisiosa yang disertai dengan rasa letih yang parah
merupakan akibat dari defiensi B12. Vitamin ini sangat penting dalam
pembentukan RBC (sel darah merah). Anemia pernisiosa biasanya
tidak disebabkan oleh kekurangan B12 dalam makanan, melainkan
oleh ketiadaan faktor intrinsik, yaitu sekresi gaster yang diperlukan
untuk penyerapan B12.

4. Penyebab Anemia dalam Kehamilan


Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu:
1. Kehilangan Darah Secara Kronis
Pada pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan
oleh proses perdarahan akibat penyakit (trauma), atau akibat
pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi kehilangan
darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama haid
sangat banyak (banyak wanita tidak sadar kalau darah haidnya terlalu
banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi.
Sepanjang usia reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan
darah akibat peristiwa haid. Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar
antara 20-25 cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar
12,5 – 15 mg/bulan, atau kira-kira sama dengan 0,4-0,5 mg sehari.
Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal, jumlah total
zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg per hari. Selain ulasan di atas,
kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi
parasit,seperti cacing tambang (ankilostoma dan nekator),
schistosoma, dan mungkin pula Trichuris Trichiura.
Kasus-kasus tersebut lazim terjadi di negara tropis (kebanyakan
negara tropis terklasifikasi sebagai negara belum dan sedang
berkembang), lembab serta keadaan sanitasi yang buruk. Darah yang
hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100 cc/hari,
bergantung pada beratnya infestasi. Jika jumlah zat besi dihitung
berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat pada tinja, jumlah
zat besi yang hilang per seribu telur adalah sekitar 0,8 mg (untuk
necator americanus) sampai 1,2 mg (untuk ancylostoma duodenale)
sehari.
2. Asupan dan Serapan Tidak Adekuat
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan
makanan yang bearasal dari daging hewan. Selain banyak
mengandung zat besi,serapan zat besi dari sumber makanan tersebut
di meja makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-
30%. Sayangnya sebagian besar penduduk di negara yang (belum)
sedang berkembang tidak (belum) mampu menghadirkan bahan
makanan tersebut di atas meja makan. Ditambah dengan kebiasaan
mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi
seperti: kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan
menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.
3. Peningkatan Kebutuhan
Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang
hilang melalui tinja,air kencing dan kulit.kehilangan basis ini,diduga
sebanyak 14 µg/kg BB/hari. Jika dihitung berdasarkan jenis kelamin,
kehilangan basis zat besi untuk orang pria dwasa mendekati 0,9 mg
dan 0,8 mg untuk wanita. Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan
meningkat. Peningkatan ini dimaksudkan untuk memasok kebutuhan
janin untuk bertumbuh (pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali
zat besi), pertumbuhan plasenta, dan peningkatan volume darah ibu:
jumlahnya sekitar 1.000 mg selama hamil. Kebutuhan akan zat besi
selama trimester I relatif sedikit,yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian
meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg sehari.
Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan zat
besi,serta peningkatan adaptif jumlah persentase zat besi yang terserap
melalui sakuran cerna. Namun, Jika cadangan zat besi sangat sedikit
atau (ekstremnya: tidak ada sama sekali) sedangkan kandungan dan
serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian
suplementasi pada masa-masa ini menjadi sangat penting.

5. Tanda dan Gejala Anemia dalam Kehamilan


Gajala awal biasanya tidak ada atau tidak spesifik (misalnya,
kelelahan, kelemahan, pusing, dipnea ringan dengan tenaga). Gejala dan
tanda lain mungkin termasuk pucat jika terjadi anemia berat,akan
mengalami takikardi atau hipotensi anemia meningkatkan risiko kelahiran
prematur dan infeksi ibu postpartum. Banyak gejala anemia selama
kehamilan juga gejala anda mungkin mengalami bahkan jika anda tidak
anemia,ini meliputi:
a. Merasa lelah atau lemah.
b. Kulit pucat progresif dari kulit.
c. Denyut jantung cepat.
d. Sesak napas.
e. Konsentrasi terganggu (Atikah Proverawati, Anemia dan
Kehamilan:134-135, 2011).
Menurut Prawirohardjo (2006) ada beberapa tanda dan gejala dari
anemia dalam kehamilan, antara lain:
a. Keluhan lemah.
b. Pucat.
c. Mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal.
d. Tubuh yang malnutrisi.

6. Diagnosa Anemia dalam Kehamilan


Untuk menegakkan diagnosa anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa didapatkan beberapa keluhan, yaitu keluhan
cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-
muntah lebih hebat pada hamil muda (Manuaba, 2005).

7. Pathway
8. Faktor Risiko dalam Kehamilan
Menurut Proverawati (2011), tubuh berada pada risiko tinggi untuk
menjadi anemia selama kehamilan jika:
a. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan.
b. Hamil dengan lebih dari satu anak.
c. Sering mual-muntah karena sakit pagi hari.
d. Tidak mengkonsumsi cukup zat besi.
e. Mengalami menstruasi berat sebelum menikah.
f. Hamil saat masih remaja.
g. Kehilangan banyak darah (misalnya,dari cidera atau selama operasi).

9. Pengaruh Anemia dalam Kehamilan dan Janin


a. Pengaruh anemia terhadap keahamilan
1. Bahaya selama kehamilan
2. Abortus
3. Persalinan Prematuritas
4. Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim
5. Mudah terjadi infeksi
6. Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g%)
7. Mola hidatidosa
8. Hiperemesis gravidarum
9. Pendarahan anterpartum
10. Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya saat persalinan
1. Gangguan His (kekuatan mengedan)
2. Kala I dapat berlangsung lama
3. Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
4. Kala III dapat diikuti retensio Plasenta
5. Perdarahan postpartum karena atonia uteri
6. Kala IV dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan antonia
uteri
c. Pada Masa Nifas
1. Subinvolusi Uteri menimbulkan perdarahan postpartum
2. Memudahkan infeksi puerperium
3. Pengeluaran ASI berkurang
4. Terjadi dekonpensasi kordis mendadak setelah persalinan,anemia
masa nifas,mudah terjadi infeksi mamae
d. Bahaya Anemia Terhadap Janin
1. Menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dan Rahim
2. Kematian intrauterine
3. Persalinan prematuritas tinggi
4. Berat badan lahir rendah
5. Kelahiran dengan anemia
6. Cacat bawaan
7. Mudah terinfeksi
8. Mudah perinatal
9. Inteligensia rendah
(Manuaba, 2005)

10. Hemoglobin
Pemeriksaan dalam pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan Hb Sahli, hasil pemeriksaan hb ibu hamil dengan Hb Sahli
dapat di golongkan sebagai berikut:
a. Hb ≥ 11 gr% tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% anemia ringan
c. Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Hb kurang dari 7 gr% anemia berat
Pemerisaan darah darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester 1 dan trimester III. Dengan pertimbangan
bahwa sebagaian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan
pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil
dipuskesmas (Manuaba, 2005).

11. Penggolongan Anemia


a. Anemia Defisiensi Besi (Kekurangan Zat Besi)
b. Anemia megaloblastik (Kekurangan asam folat atau vitamin B12).
c. Anemia hemolitik (Pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari
pembentukan) (Manuaba, 2005).

12. Pengobatan Anemia dalam Kehamilan


Menurut Proverawati (2009), pengobatan dilakukan sesuai dengan jenis
anemianya.
a. Anemia Defisiensi Besi
Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat,
fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari
dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Kebutuhan besi
untuk mengisi cadangan adalah 500 fig. Maka dosis Fe secara
keseluruhan 1200+500 = 1700 mg.
1) Fero sulfat :3 tablet/hari,a 300 mg mengandung 60 mg Fe.
2) Fero glukonat : 5 tablet/hari,a 300 mg mengandung 37 mg Fe.
3) Fero fumarat : 3 tablet/hari,a 200 mg mengandung 67 mg Fe.
b. Anemia Megaloblastik
Anemia disebabkan oleh kekurangan asam folik,jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12. Pengobatannya antara lain sebagai berikut:
1) Asam folik 15-30 mg per hari,vitamin B12 3x1 tablet per hari.
2) Sulfat ferosus 3x1 tablet per hari.
3) Pada kasus berat dan pngobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat di berikan tranfusi darah (Proverawati, 2009).
c. Anemia hemolitik
Asam folat penggantian besi,dan kartikosteroid dapat digunakan.
Dalam keadaan darurat,tranfusi darah mungkin diperlukan.pengobatan
ini sendiri bisa untuk mengurangi atau menghentikan penghancuran
sel darah merah, dan meningkatan jumlah RBC dan kadar hemoglobin
untuk mengurangi gejala (Proverawati, 2009).

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, agama, suku, dll.
b. Keluhan utama
Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya gejala
penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Keluhan utama meliputi
letih, lesu, lemah, lelah, pandangan berkunang-kunang.
c. Rirwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang
terjadi. Pada pasien anemia masa kehamilan, pasien bisa
mengeluhkan pusing, lelah, dll.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia.
Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan
terjadinya anemia.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang
cenderung diturunkan secara genetik.
d. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas-istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : takikardia/ takipnae.
2) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
3) Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB).
4) Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidakmampuan berkonsentrasi
e. Pemeriksaan penunjang
1) Hitung kada Hb dalam darah.
2) Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil di lengan dinilai
untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin
lebih rendah daripada normal.
3) Feritin, jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah zat
besi dalam tubuh dan membantu mendeteksi anemia kekurangan
zat besi.
4) Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu
banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker
darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke
arah anemia kekurangan besi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksia sel dan jaringan.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar
hemoglobin dalam darah.
c. Nutrisi kurang dari kebtuhan berhubungan dengan peningkatan isi
lambung.
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.

3. Intervensi Data
Data Etiologi Masalah
Ds: pasien mengatakan Kebutuhuan O2 tidak Intoleransi aktivitas
lemah, mudah lelah. tercukupi hipoksia
Do: pasien terlihat lesu jaringan kelelahan
dan pucat. Hb menurun.
Do: pasien terlihat Penurunan hemoatokrit Ketidakefektifan
pucat, CRT lebih dari 2 penurunan hemoglobin perfusi jaringan
detik. anemia
Ds: pasien mengatakan Aliran darah GIT Ketidakseimbangan
mual dan muntah. menurun regurgitasi nutrisi kurang dari
Do: pasien terlihat peningkatan isi kebutuhan tubuh
pucat dan lemah. lambung, mual dan
muntah.
Ds: pasien mengatakan Aliran darah GIT Konstipasi
BAB keras dan 1 kali menurun peristaltik
shari usus menurun
konstipasi

4. Implementasi keperawatan
Diagnosa NOC/ Tujuan Intervensi
NIC Aktivitas
Keperawatan Kriteria Hasil
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen a. Kaji TTV
aktivitas asuhan keperawatan energi pasien.
berhubungan ...x... jam klien b. Kaji penyebab
dengan hipoksia mampu menoleransi keletihan.
sel dan jaringan. aktivitas yang bisa c. Pantau asupan
dilakukan. nutrisi pasien.
KH: d. Ajarkan
a. Menyadari rentang
keterbatasan pengaturan
energi. aktivitas dan
b. Menyeimbangkan teknik
aktivitas dan manajemen
istirahat waktu untuk
c. Mengatur jadwal mencegah
aktivitas untuk kelelahan.
menghemat e. Bantu pasien
energi. untuk meng-
identifikasi
aktivitas
pasien
f. Bantu pasien
untuk
mengubah
posisi secara
berkala, jika
perlu.
Gangguan Setelah dilakukan Managemen a. Kaji TTv
perfusi jaringan asuhan keperawatn sirkulasi b. Kaji sirkulalsi
berhubungan ...x... jam status ke jaringan
dengan sirkulasi normal. perifer
menurunan KH: c. Berikan diet
kadar a. Tekanan systole tinggi Fe
hemoglobin dan diastole d. Informasikan
dalam darah. dalam rentang pasien untuk
yang diharapkan istirahat total.
b. Menunjukkan e. Kolaborasikan
konsentrasi yang kedokter untuk
baik pemberian
c. Tingkat oksigen
kesadaran baik f. Kolaborasikan
untuk transfusi

Nutrisi kurang Setelah dilakuan Managemen a. kaji faktor


dari kebtuhan asuhan nutrisi pencetus mual
berhubungan keperawatan ...x... dan muntah
dengan jam pasien b. kaji maknan
peningkatan isi memperlihatkan kesukaan
lambung. status gizi yang baik. pasien
KH: c. kaji riwayat
a. Pasien akan alergi pasien
mempertahankan d. berikan pasien
berat badan. makanan yang
b. Menoleransi diet hangat
yang di anjurkan. e. berikan pasien
c. Memiliki tingkat makanan
energi yang sedikit tapi
adekuat sering
f. minimalkan
faktor yang
dapat
menimbulkan
mual muntah.
g. Kolaborasikan
untuk pem-
berian obat
antiemetik
Konstipasi Setelah dilakukan Management Kaji dan
berhubungan asuhan konstipasi dokumentasikan
dengan keperawatan ...x... warna dan
penurunan jam konstipasi konsisten feses.
peristaltik usus. menurun. b. Kaji dan
KH: dokumentasi ada
a. Pola eliminasi atau tidak ada
dalam rentang bisisng usus dan
yang diharapkan distensi abdomen
feses lunak dan
berbentuk
b. Mengeluarkan b. Feses lunak
feses tanpa dan
bantuan. berbentuk
c.
Mengeluarkan
feses tanpa
bantuan.
c. Berikan
kepada pasien
tentang diet
tinggi serat
d. Instruksikan
kepada pasien
menghindari
mengejan selama
defekasi
e.
Konsultasikan
dengan dokter
untuk pemberian
obat untuk
bantuan
eleminasi.

LAPORAN KASUS ANEMIA DALAM KEHAMILAN

PENGKAJIAN POST PARTUM


Nama Mahasiswa : Miftahul Jannah
Tanggal Pengkajian : 26 Maret 2021
Ruangan : Vanda
DATA UMUM KLIEN

1. Inisial klien : Ny. M Inisial Suami


: Tn. T
2. Usia : 28 tahun Usia
: 33 tahun
3. Status perkawinan: menikah Status
perkawinan : menikah
4. Pekerjaan : Guru
Pekerjaan : Guru
5. Pendidikan terakhir : D3
Pendidikan terakhir : S1

Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

No Tahun Tipe Penolon Jenis BB Keadaa Masalah


. Persalinan g kelamin lahir n bayi kehamilan
waktu
lahir
1. 3 tahun Spontan Bidan Perempuan 3000g Baik Tidak ada
r
2. Kelahiran Saat ini

Pengalaman menyusui eksklusif: ya Berapa lama: 6 bulan

Riwayat Kehamilan saat ini


1. Berapa kali periksa kehamilan : 2 kali
2. Masalah kehamilan : tidak ada

Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : spontan
2. Jenis kelamin bayi :P
BB/PB : 3440gram/50cm,
3. Pengeluaran darah per vagina : -
4. Masalah dalam persalinan : plasenta lahir secara spontan
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi: -
2. Riwayat KB : IUD

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status obstetrik : P1A0 NH Bayi Rawat Gabung : Ya
Keadaan umum : TSS Kesadaran: CM BB/TB : 57,5Kg/160cm
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah:.106/68 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Suhu :36,6 ºC
Pernapasan :21 x/mnt
SpO2 :98%

Kepala Leher
Kepala : tidak ada benjola dan nyeri tekan
Mata : simetris, tidak anemis
Hidung : simetris, tidak ada nyeri tekan
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada luka
Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan
Leher : simetris, tidak ada nyeri tekan
Masalah Khusus: tidak ada
Dada
Jantung : irama reguler
Paru : tidak ada tambahan bunyi nafas
Payudara : membesar
Puting susu : hiperpigmentasi
Pengeluaran ASI: baik
Masalah Khusus: tidak ada

Abdomen
Involusi Uterus
Fundus Uteri: 2 jr dibawah pusat
kontraksi: keras
Posisi:
Kandung kemih: normal
Fungsi pencernaan: DBN
Perineum dan Genital
Vagina: Normal
Perineum: Utuh
Tanda REEDA
R: Kemerahan: tidak
E: Edema: tidak
E: Ekimosis: tidak
D: Dischargeserum: tidak ada
A: Approximate: baik
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Edema: tidak
Varises: tidak
Ekstremitas Bawah
Edema: tidak
Varises: tidak
Eliminasi
Urin : kebiasaan BAK 3-4 x/ hari
BAK saat ini: nyeri
Fekal : kebiasaan BAB 1x/hari
BAB saat ini : 1x.hari
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur: lama 4 jam, frekuensi 2
Pola tidur saat ini: 2 jam
Keluhan ketidaknyamanan: ya, lokasi: luka jahitan
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi: Sudah dapat mobilisasi dengan bertahap
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi
Nafsu makan: baik
Asupan cairan: cukup
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis: Baik
Penerimaan terhadap bayi: Menerima
Kemampuan menyusui
Baik dan sudah mengerti karena sudah anak ke 3 dan ASI keluar dengan baik
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
- Cefadroxil
- BCOMC
- As.Mef
- As. Tranexamat
- Dexametasone

Hasil Pemeriksaan Menunjang


Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.2 11.7 -15.5 gr/dL
Leukosit 8.5 3.6-11.0 10^3/uL
Hematokrit 30 35-47 %
Trombosit 328 150-400 10^3/uL

Radiologi
Thorax AP/PA
Pada pemeriksaan foto thorax

Cor tidak membesar


Sinoses dari diafragma normal
Pulmo
Hili normal
Corakan bronkovaskuler normal
Tidak terdapat bercak binak
Kesan
Cor dan pulmo saat ini dalam batas normal

Rangkuman Hasil Pengkajian


Masalah:
Saat melahirkan Hb ibu rendah.
Perencanaan Pulang:
Observasi selama 2x24 jam

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Luka Jahitan Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri
pada luka jahitan
DO:
- Klien tampak menahan
nyeri
- Klien tampak meringis saat
berjalan
2. DO: Luka jahitan Resiko Infeksi
- Klien tampak menahan
nyeri
- Klien tampak meringis saat
berjalan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyari akut berhubungan dengan luka jahitan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka jahitan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi
No
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Nyari akut Tujuan: Tindakan
b.d luka Setelah dilakukan intervensi Observasi
jahitan. keperawatan diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
pasien membaik. durasi, frekuensi, intensitas nyeri.
Kriteria Hasil: - Identifikasi skala nyeri.
1. Mampu mengontrol nyeri. - Monitor efek samping penggunaan
2. Melaporkan bahwa nyeri analgetik.
berkurang dengan Terapeutik
menggunakan manajemen Berikan teknik nonfarmakologi
nyeri. untuk mengurangi nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri. Edukasi
4. Menyatakan rasa nyaman - Jelaskan strategi meredakan nyeri.
setelah nyeri berkurang. - Anjurkan memonitor nyeri secara
5. Tanda vital dalam rentang mandiri.
normal. - Anjurkan teknik nonfarmakologi
6. Tidak mengalami untuk mengurangi rasa nyeri.
gangguan tidur. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2 Resiko Tujuan: Tindakan
. infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
luka keperawatan diharapkan tidak - Observasi tanda-tanda vital.
jahitan ada infeksi pada pasien. - Monitor tanda dan gejala infeksi
Kriteria Hasil: sistemik dan local.
1. Klien bebas gejala dari - Monitor adanya luka.
gejala infeksi. Terapeutik
2. Menunjukkan - Cuci tangan sebelum dan sesudah
kemampuan untuk tindakan keperawatan.
mencegah timbulnya - Dorong istirahat.
infeksi. Edukasi
3. Jumlah leukosit dalam Ajarkan pasien dan keluarga tanda
batas normal. dan gejala infeksi.
4. Menunjukkan perilaku Kolaborasi
hidup sehat Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat, jika perlu.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
26/ 03/2021 Nyari - Mengindentifikasi S: os mengatakan nyeri pada luka
13.00 akut b.d skala nyeri jahitan.
luka - Mengajarkan untuk O: KU: TSS, Kes: CM, akral hangat,
jahitan teknik relaksasi nyeri nadi kuat, o2 spontan. TFU 2jari
- Memberikan dibawah pusat, konut: keras P/V rubra
kolaborasi obat Skala nyeri 3
pereda nyeri: As.mef Tekanan Darah:.106/68 mmHg
3x1 Nadi : 84 x/mnt
Suhu :36,6 ºC
Pernapasan :21 x/mnt
SpO2 :98%

A: Masalah kep dx 1 belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai SAK
Resiko - Memonitor tanda S: os mengatakan nyeri pada luka
infeksi tanda vital. jahitan.
b.d - Mencuci tangan O: KU: TSS, Kes: CM, akral hangat,
luka sebelum dan sesudah nadi kuat, o2 spontan. TFU 2jari
jahitan tindakan keperawatan. dibawah pusat, konut: keras P/V rubra
- Memonitor adanya Skala nyeri 3
luka. Tekanan Darah:.106/68 mmHg
- Anjurkan untuk Nadi : 84 x/mnt
istrahat. Suhu :36,6 ºC
Pernapasan :21 x/mnt
SpO2 :98%

A: Masalah kep dx 2 belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai SAK
Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
27/ 03/2021 Nyari - Mengindentifikasi S: os mengatakan nyeri pada luka
10.00 akut b.d skala nyeri jahitan.
luka - Mengajarkan untuk O: KU: TSS, Kes: CM, akral hangat,
jahitan teknik relaksasi nyeri nadi kuat, o2 spontan. TFU 2jari
- Memberikan dibawah pusat, konut: keras P/V rubra
kolaborasi obat Skala nyeri 2
pereda nyeri: As.mef Tekanan Darah:.106/68 mmHg
3x1 Nadi : 84 x/mnt
Suhu :36,6 ºC
Pernapasan :21 x/mnt
SpO2 :98%

A: Masalah kep dx 1 belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai SAK
Resiko - Memonitor tanda S: os mengatakan nyeri pada luka
infeksi tanda vital. jahitan.
b.d - Mencuci tangan O: KU: TSS, Kes: CM, akral hangat,
luka sebelum dan sesudah nadi kuat, o2 spontan. TFU 2jari
jahitan tindakan keperawatan. dibawah pusat, konut: keras P/V rubra
- Memonitor adanya Skala nyeri 2
luka. Tekanan Darah:.106/68 mmHg
- Anjurkan untuk Nadi : 84 x/mnt
istrahat. Suhu :36,6 ºC
Pernapasan :21 x/mnt
SpO2 :98%

A: Masalah kep dx 2 belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai SAK
Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
28/ 03/2021 Nyari - Mengindentifikasi S: os mengatakan nyeri pada luka
15.00 akut b.d skala nyeri jahitan berkurang.
luka - Mengajarkan untuk O: KU: TSS, Kes: CM, akral hangat,
jahitan teknik relaksasi nyeri nadi kuat, o2 spontan. TFU 2jari
- Memberikan dibawah pusat, konut: keras P/V rubra
kolaborasi obat Skala nyeri 1
pereda nyeri: As.mef Tekanan Darah:.106/68 mmHg
3x1 Nadi : 84 x/mnt
Suhu :36,6 ºC
Pernapasan :21 x/mnt
SpO2 :98%

A: Masalah kep dx 1 teratasi


P: Intervensi dihentikan
Resiko - Memonitor tanda S: os mengatakan nyeri pada luka
infeksi tanda vital. jahitan berkurang.
b.d - Mencuci tangan O: KU: TSS, Kes: CM, akral hangat,
luka sebelum dan sesudah nadi kuat, o2 spontan. TFU 2jari
jahitan tindakan keperawatan. dibawah pusat, konut: keras P/V rubra
- Memonitor adanya Skala nyeri 1
luka. Tekanan Darah:.106/68 mmHg
- Anjurkan untuk Nadi : 84 x/mnt
istrahat. Suhu :36,6 ºC
Pernapasan :21 x/mnt
SpO2 :98%

A: Masalah kep dx 2 teratasi


P: Intervensi dilanjutkan sesuai SAK

BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian BBL
Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan
4.000 gram. Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari.
Periode neonatal adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal
bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang amat manakjubkan (Mary
Hamilton, 1995: 217).
BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi melalui
jalan lahir dan dapat hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan usia
Kehamilan 36 – 42 minggu, menangis spontan dan bernafas spontan, teratur
dan tonus otot baik (Asuhan Persalinan Normal, 2003).

2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal


Adapun karakteristik pada bayi baru lahir normal adalah :
a. Berat badan 2500 – 4000 gr
b. Panjang badan lahir 48 – 52 cm
c. LIDA 30 – 38 cm 
d. LIKA 33 – 35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 160x/menit, kemudian
menurun -120x/menit.
f. Pernafasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x.menit, kemudian
menurun kira-kira 40x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
h. Rambut lainnya telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Genetalia : ♀ : Labia mayora sudah menutupi labia minora.
      ♂ : Testis sudah turun
j. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Reflek morro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
l. Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda diatas telapak
tangan bayi akan menggenggam.
m. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.

3. Perubahan Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir


a. Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah,
untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari
metabolisme asam lemak.
b. Perubahan Suhu Tubuh
Ketika bayi baru lahir, bayi berada dalam suhu lingkungan yang lebih
rendah dari suhu didalam rahim ibu, akibatnya metabolisme jaringan
meningkat dan kebutuhan O2 juga.
c. Perubahan Pernafasan
Selama dalam uterus janin mendapat O2 dari plasenta, setelah lahir
melalui paru-paru bayi.
d. Perubahan Sirkulasi 
Dengan berkembangnya paru → tekanan O2 meningkat → CO2 menurun
mengakibatkan resistensi pembu;uh darah sehingga aliran darah
meningkat,  hal ini menyebabkan darah dalam uterus pulmonalis mengalir
ke paru → puctus arterosus  menutup. Dengan munculnya arteri dan vena
umbilikasi dan terpotongnya tapi pisat, aliran darah dalam plesenta
melalui vena kawa inferior dan foramen ovale ke atrium kiri terhenti,
sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar
badan ibu.
e. Perubahan alat pencernaan, hati ginjal mulai berfungsi.

4. Penanganan Bayi Baru Lahir


Menurut Prawirohardjo, (2002) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir, adalah:
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut:
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting
steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan
dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan
alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut
tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum
memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik,
untuk mencegah terjadinya perdarahan.
c. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
d. Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama
3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan
dosis 0,5 – 1 mg I.M
e. Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah
dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi
salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin
0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual).
f. Identifikasi Bayi
1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
2) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
4) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
g. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi
baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan
serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam pertama sesudah
lahir meliputi:
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemerahan atau biru

5. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Waktu pemeriksaan bayi baru lahir yaitu:
a. Baru lahir sebelum usia 6 jam
b. Usia 6-48 jam
c. Usia 3-7 hari
d. Minggu ke-2 pasca lahir
Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernafasan dan
tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut
c. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan
sesudah memegang bayi
Pemeriksaan Fisik yang Dilakukan Keadaan Normal
Lihat postur, tonus dan aktivitas  Posisi tungkai dengan lengan fleksi
 Bayi sehat dan bergerak aktif
Lihat kulit  Wajah, bibir dan selaput lender, dada
harus berwarna merah muda, tanpa
adanya kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat tarikan  Frekuensi normal 40-60x/menit
dinding dada bawah ketika bayi  Tidak ada tarikan dinding dada bawah
sedang tidak menangis yang dalam
Hitung denyut jantung dengan  Frekuensi denyut jantung normal 120-
meletakkan stetoskop di dada kiri 160x/menit
setinggi apeks kordis
Lakukan pengukuran suhu ketiak  Suhu normal adalah 36,5-37,5°C
dengan thermometer
Lihat dan raba bagian kepala  Bentuk kepala terkadang asimetris
karena penyesuaian pada saat proses
persalinan, umumnya hilang dalam 48
jam
 Ubun-ubun besar rata atau tidak
menonjol, dapat sedikit menonjol saat
bayi menangis
Lihat mata  Tidak ada kotoran/secret
Lihat bagian dalam mulut  Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak
ada bagian terbelah
Masukkan satu jari yang  Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
menggunakan sarung tangan ke mengisap kuat jari pemeriksa
dalam mulut, raba langit-langit
Lihat dan raba perut  Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat  Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali
pusat, atau kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba tulang  Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang lubang dan benjolan pada tulang
belakang
Pemeriksaan ekstremitas atas dan  Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
bawah siemenline, dan kelainan kaki (pes
equino varus da vagus)
Lihat lubang anus 
 Hindari memasukkan alat atau jari  Terlihat lubang anus dan periksa
dalam memeriksa anus apakah mekonium sudah keluar
 Tanyakan pada ibu apakah bayi  Biasanya mekonium keluar dalam 24
sudah BAB jam setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar  Bayi perempuan kadang terlihat cairan
Tanyakan kepada ibu apakah bayi vagina berwarna putih atau kemerahan
sudah BAK  Bayi laki-laki terdapat lubang uretra
pada ujung penis. Teraba testis di
skrotum
 Pastikan bayi sudah BAK dalam 24
jam setelah lahir
 Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, missal.hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda
Timbang bayi  Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan menggunakan  Dalam minggu pertama, BB mungkin
selimut, hasil peimbangan dikurangi turun dahulu (tidak melebihi 10%
berat selimut dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian
naik kembali
Mengukur panjang dan lingkar  Panjang lahir normal 48-52 cm
kepala bayi  Lingkar kepala normal 33-37 cm

6. Penilaian Bayi Baru Lahir Normal


APGAR SCORE
APGAR 0 1 2
Biru/pucat Badan merah, Seluruh tubuh
Appearance/ warna kulit
seluruh tubuh ekstremitas biru merah
Pulse/denyut jantung Tidak terdengar <100x/menit >100x/menit
Gerakan
Grimace/reflek irritability Tidak ada respon Gerakan sedikit
kuat/melawan
Activity/tonus otot Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
ekstremitas
Menangis
Respiration Tidak ada Menangis kuat
lemah/merintih
Interpretasi skor:
0–3 : asfiksia berat
4–6 : asfiksia sedang
7 – 10 : asfiksia ringan

Penilaian Untuk Tanda-Tanda Kegawatan

1. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu


atau beberapa tanda – tanda berikut:
a. Sesak nafas.
b. Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.
c. Gerak retraksi dada.
d. Malas minum.
e. Panas atau suhu badan bayi rendah.
f. Bayi kurang aktif.
g. Berat lahir rendah (1500 – 2500 gram).

2. Tanda – tanda bayi sakit berat


Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini:
a. Sulit minum.
b. Sianosis sentral ( lidah biru ).
c. Perut kembung.
d. Periode apneu.
e. Kejang / periode kejang – kejang kecil.
f. Merintih.
g. Perdarahan.
h. Sangat kuning.
i. Berat badan lahir < 1500 gram.
FORMAT PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR

Nama : By. Ny. M

Tempat Tgl. Lahir : 26-03-2021

Umur :0

Jenis kelamin : Perempuan

Kondisi Umum : Tampak Sehat

TTV : S: 36.7OC HR: 140x/mnt RR: 42x/mnt

BB: 3440gram PB : 50 cm

Riwayat Kelahiran
BB : 3440 gr
Panjang badan : 50 cm
Suhu : 36,7 OC
Lingkar Kepala : 32cm
Lingkar dada : 35 cm
Masalah dalam proses kelahiran : tidak ada
Lanugo : tidak ada
Vernix kaseosa : tidak ada
Mekonium : (+)
Warna tubuh : Kemerahan
APGAR Score Menit I :9
Menit V : 10
Usia gestasi : 38-39 mgg
Pemeriksaan Reflek
Reflek Moro : ada
Reflek Menggenggam : ada
Reflek Menghisap : ada
Reflek Tonik Neck : ada
Tonus otot/aktivitas : ada
Kekuatan Menangis : ada
Pemeriksaan Fisik
a. Kep
ala
 Bentuk kepala : Tidak ada caput succedenum, lingkar kepala: 32cm
 Ubun-ubun : Ada
 Mata : Mata simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran, sklera
putih dan konjungtiva merah muda, refleks kedip positif
 Telinga : Simetris, terbentuk sempurna, tidak ada pengeluaran
 Hidung : pernafasan spontan, sirkulasi baik tidak menggunaka o2
tambahan
 Mulut : Reflek menelan dan menghisap (+) labioskhisis (-),
palatoskisis (-), sianosis (-)

b. Pun
ggung
 Keadaan Punggung : Lecet (-), Lordosis (-), scoliosis (-), kiposis (-)
 Fleksibilitas tulang :
punggung
c. Tho
rax
 Bentuk dada : Simetris
 Jenis pernapasan : Spontan
 Frekuensi napas : 42x/menit
d. Abd
omen
 Bentuk abdomen : Supel
 Bising usus : 6-8x/menit
e. Ekst
remitas
 Jari kaki dan jari : Sepuluh jari kaki dan tangan.
tangan
 Pergerakan kaki dan : Rentang gerak penuh, punggung kuku berwarna merah
tangan muda, dengan sianosis sementara setelah lahir.
 Warna ekstremitas : Sianosis sementara setelah lahir
 Posisi ekstremitas : Fleksi ekstremitas atas dan bawah. Telapak biasanya
datar, Ekstremitas simetris, Tonus otot sama secara
bilateral, Nadi brakialis bilateral sama.
f. Alat
Reproduksi atau
Genitalia
 laki-laki (penurunan : -
testis, ukuran)
 perempuan (labia : Normal
minora, mayora,
keluaran)
g. Fun
gsi eliminasi
 Fungsi miksi : Ada
Frekuensi BAK 1-3 kali, warna jernih
 Anus : Ada
Frekuensi BAB 1-2 kali, lembek, berwarna kuning
Diagnosa Medis : NCB SMK Partus normal a/i anemia

Pola Fungsi Kesehatan bayi


1. Nutrisi dan metabolisme : Cukup
2. Istirahat dan tidur : Cukup
3. Aktivitas dan latihan :
4. Lainnya :

Ballard’s Score :
Obat-obatan yang diberikan : Vaksin HB0
Pemeriksaan Lab : Bilirubin total (9.8) dan golongan darah (A+)

Kesimpulan:
Bayi Ny. M lahir dengan Spontan pada tanggal 26 Maret 2021, pukul
10.50 WIB dengan bugar, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan, warna kulit
kemerahan, tonus otot aktif dan pernafasan baik. Jenis kelamin perempuan, berat
badan 3440 gram, panjang badan 50 cm, ekstremitas lengkap, reflek bagus,
pergerakan aktif, anus (+). Hal ini sesuai dengan teori dimana bayi baru lahir
normal dan sehat apabila warna kulit merah, denyut jantung >100 x/m, menangis
kuat, tonus otot bergerak aktif, pernafasan baik dan tidak ada komplikasi pada
bayi tersebut (Tando, 2016)
Pada saat bayi berumur 2 jam, dilakukan pemeriksaan fisik bayi serta
memberikan penyuluhan kepada ibu tentang perawatan pencegahan hipotermi dan
pemberian ASI eksklusif. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir 1 jam
setelah lahir memberikan suntik imunisasi HB0 pada paha bagian luar untuk
imunisasi dasar, dan memberikan salep mata.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: 2004. JNPK-KR


Sarwono, Prawiroharjo. 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta: 2002
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: 2004. YBP-SP
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marylinn E 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta: EGC
Doenges, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta:
EGC
Hamilton, Persis Marry.1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai