Disusun Oleh:
MIFTAHUL JANNAH
202007024
b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada
multi.10
1) Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.14 Gejala-
gejala Kala II adalah:
a) His, menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik,
datangnya tiap 2-3 menit.
b) Pasien mulai mengejan.
c) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di
dasar panggul perineum menonjol, vulva menganga dan
rektum terbuka.
2) Penanganan
a) Memberikan dukungan pada ibu secara terus menerus dengan
mendampingi ibu agar terhindar dari infeksi, menawarkan
minum, mengipasi dan memijat ibu.
b) Membantu ibu memilih posisi yang nyaman seperti jongkok,
menungging, tidur miring, setengah duduk.
c) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu dengan cara memberikan penjelasan tentang
proses dan kemajuan persalinan.
c. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.10 Waktu yang paling
kritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika plasenta
lahir dan segera setelah itu.
1) Manajemen aktif kala III mempercepat kelahiran plasenta dan
dapat mencegah atau mengurangi perdarahan postpartum.
2) Pengkajian awal pada kala III yaitu palpasi uterus untuk
menentukan apakah ada bayi yang kedua lalu melakukan
manajemen aktif kala III.
3) Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)
membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan,
meliputi:
a) Pemberian oksitosin dengan segera.
b) Pengendalian tali pusat terkendali.
c) Masase uterus.
d. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat plasenta lahir sampai dengan 2 jam pertama
postpartum.
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis
bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik
yang luar biasa. Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan
bayi dan memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil
dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
2) Penanganan
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus
akan menjepit pembuluh darah untuk mengehentikan
perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan
mencegah perdarahan pascapersalinan.
b) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
Tawarkan juga ibu untuk makan.
c) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan
ibu dan bayinya. Sebagai permulaan menyusui bayinya.
d) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa
fundus dan menimbulkan kontraksi, tanda-tanda bahaya bagi
ibu dan bayi.
B. Konsep Anemia
1. Defenisi dan Batasan Anemia
Anemia adalah suatu keadaan menurunnya kadar hemeglobin,
hemaktokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang
untuk individu (Arisman, 2004). Anemia juga berarti suatu keadaan
dimana darah tidak cukup mengandung hemoglobin yang mana
hemoglobin ini berfugsi untuk memproduksi sel darah merah (King &
Burges, 1995). Anemia juga difenisikan sebagai kadar hemoglobin (Hb)
yang rendah dalam darah yang disebabkan oleh beberapa faktor.beberapa
faktor tersebut di antaranya penyakit yang menyebabkan kehilangan darah
atau mengurangi produksi hemoglobin (Hb), Pola nutrisi kebanyakan
orang beberapa vitamin seperti B12, asam folat, dan riboflafin itu
berpengaruh terhadap pembentukan hb, akan tetapi faktor nutrisi yang
penting adalah kekurangan zat besi (Kraimer & Zimmermann, 2009).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan trimester III atau kadar
Hb<10,5gr% pada trimester III (Prawiharjo, 2006). Anemia dalam
kehamilan di definisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin < 10 g/dl
selama masa postpartum dan trimester II (Proverawati,2009). Anemia
merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada
organ tubuh.
Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan mencengah
anemia membutuhkan kerja sama antara ginjal, sumsum tulang, dan
nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tidak berfungsi, atau tubuh
kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin
sulit untuk dipertahankan. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari
proses penyakit bukan penyakit itu sendiri. Hal ini biasanya digolongkan
baik kronis atau akut. Anemia kronis terjadi selama jangka waktu yang
panjang. Anemia akut terjadi dengan cepat. Menentukan apakah anemia
telah terjadi untuk waktu yang lama atau apakah itu adalah sesuatu yang
baru, membantu dokter dalam mencari penyebabnya. Hal ini juga
membantu memprediksi seberapa parah gejala anemia mungkin.
Pada anemia kronis, gejala biasanya di mulai secara perlahan dan
bertahap, sedangkan pada gejala anemia akut dapat mendadak dan lebih
berat (Atikah Proverawati, 2011, Hal 1-2).
2. Fisiologi
Fisiologi pembentukan darah secara garis besar, hemasitoblas,
yang berasal dari sel-sel retikuloendotelial dalam sumsum tulang,
merupakan progenitor eritrosit, leukosit dan trombosit, dan dibawah
rangsangan eritopoitin serta faktor-faktor esensial lainnya, terjadi proses
maturasi yang berurutan menjadi proeritoblas, normoblast, retikulosit dan
sel-sel darah merah normal. Proses tersebut dapat terdapat atau bahkan
terhenti oleh defisiensi salah satu dari faktor-faktor esensial ini, atau oleh
kerja zat-zat toksin pada sumsum tulang. Keduanya dapat mempengaruhi
produksi leukosit dan trombosit di samping produksi eritrosit (Matingli &
Seward, 1996).
Sel darah merah yang matur menunjukkan bentuk cakram
bikonkaf. Tanpa inti yang fleksibel dan unik, sel ini dirancang untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dengan bantuan bentuk
dan kandungan hemoglobinnya. Setiap molekul hemoglobin disusun dari
dua pasang rantai polipeptida dan empat gugus heme yang mengandung
zat besi dan ditukar dengan karbodioksida di dalam pembuluh-pembuluh
kapiler. Anemia dapat dianggap sebagai penurunan kemampuan
pengangkutan oksegen pada darah. Keadaan anemia terjadi kalau
hemoglobin lebih rendah daripada batas bawah kisaran normalnya.
3. Faktor-Faktor Esensial
Menurut Matingli & Seward (1996), substansi ini menggalakkan
proses diferensiasi, poliferasi dan maturasi sel-sel prekusor eritrosit dalam
sumsumtulang. Sebagian diantaranya merupakan sekret alami tubuh,
seperti eritropoitin dan hormon tiroid, sedangkan sebagian lainnya adalah
konstituen normal dalam makanan. Yang terakhir ini mencakup zat besi
dan beberapa vitamin, khususnya vitamin B 12 dan asam folat.
a. Eritropoitin
Hormon ini merupakan glikoprotein yang terutama disekresi oleh
ginjal pada manusia skitar 10% berasal dari hati. Eritropoitin
diperkirakan bergabung dengan reseptor pada sel-sel prekusor eritrosit
dengan cara demikian merangsang proses proliferasi serta
maturasinya. Kandungan oksigen pada darah akteri merupakan faktor
terutamaan dalam pengaturan eritropoisis, dengan bekerja langsung
pada ginjal untuk mengendalikan pengeluaran eritropoitin. Produksi
hormon ini di tingkatkan oleh testosteron dan oleh keadaan hipoksia
akibat anemia, penyakit kardiopulmoner atau tinggal di dataran tinggi.
b. Hormon tiroid
Tiroksin atau triyodotironin harus di pertimbangkan sebagai faktor
asensial karena defisiensi kedua jenis hormon tiroid ini pada keadaan
hipotiroid kadang-kadang menimbulkan anemia nomokromik
normositer yang hanya bisa disembuhkan dengan pemberian kedua
hormon tersebut.
c. Zat besi
Secara kwantitatif zat besi merupakan unsur yang paling penting
pada manusia, dan juga menjadikan komponen penting pada molekul
hemoglobin. Mineral ini terjadi pada daging, khususnya ginjal dan
hati, merah telur, sayur hijau dan buah-buahan. Penyebab zat besi ini
berlangsung terutama pada pars proksimal jejunum setelah ion feri
diubah menjadi bentuk ferum di dalam lambung oleh zat-zat produksi
seperti asam askorbat dalam makanan. Besi merupakan mineral mikro
yang paling banyak terdapat pada manusia dan hewan. Besi
mempunyai beberapa fungsi asensial di dalam tubuh, yaitu sebagai
alat angkot oksigen dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai
reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Walaupun terdapat luas Dalam
makanan namun banyak penduduk manusia mengalami kekurangan
besi, termasuk Indonesia (Almatsier, 2003).
Total besi dalam tubuh rata-rata pada laki-laki 4gr dan pada
wanita 2,5 gr. Besi mengandung senyawa dalam tubuh yang di
kelompokan dalam dua kategori, yaitu kategori functional yang
digunakan untuk fungsi metabolisme atau fugsi enzim, dan storage
yang tersimpan digunakan sebagai cadangan dan transport besi. Kira-
kira 2/3 dari total besi dalam tubuh adalah functional iron, dimana
sebagian besar adalah dalam bentuk hemoglobin yang berfungsi
dalam sirkulasi eritrosit (Bowmen, et al, 2001). Tubuh menggunakan
besi untuk memproduksi hemoglobin untuk sel darah merah dan
membantu fungsi sel yang lain. Manusia memerlukan besi dari darah
untuk mengganti sel darah merah yang rusak, hilang dan untuk
membentuk jaringan yang baru. Tubuh menyimpan kelebihan besi
paling banyak di hati, limpa dan sumsum tulang (King and Burges,
1995).
d. Vitamin B12
Sianokobalain dijumpai dalam sebagian besar makanan hewani,
khususnya daging, hati dan ginjal. Dalam jumlah yang lebih kecil,
vitamin ini terdapat di dalam susu, keju dan telur. Dalam lambung
vitamin B. B12 berikatan dengan protein pembawa yang dinamakan
faktor intrinsik; faktor intrinsik disekresikan bersama sama asam
hidroklorida oleh sel sel parietal lambung. Masukan zat besi sebesar
2µg per hari biasanya sudah mencukupi, tetapi jumlah yang sangat
sedikit ini tidak akan terpenuhi dari makanan vegetarian yang tetap.
Dengan kebutuhan yang sangat sedikit ini, akibat tidak adanya
vitamin B12 baru menimbulkan anemia setelah beberapa tahun
kemudian (Matingli & Seword, 1996). Ribovlafin atau vitamin B12
berfungsi sebagai koenzim flavin, adenin dinukleotida (FAD) dan
flavin adenin mononukleotida (FMN). Kedua enzim flavorprotein
terlibat dalam reaksi oksida – reduksi berbagai jalur metabolisme
energi dan mempengaruhi respirasi sel (Almasir, 2003).
Anemia pernisiosa yang disertai dengan rasa letih yang parah
merupakan akibat dari defiensi B12. Vitamin ini sangat penting dalam
pembentukan RBC (sel darah merah). Anemia pernisiosa biasanya
tidak disebabkan oleh kekurangan B12 dalam makanan, melainkan
oleh ketiadaan faktor intrinsik, yaitu sekresi gaster yang diperlukan
untuk penyerapan B12.
7. Pathway
8. Faktor Risiko dalam Kehamilan
Menurut Proverawati (2011), tubuh berada pada risiko tinggi untuk
menjadi anemia selama kehamilan jika:
a. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan.
b. Hamil dengan lebih dari satu anak.
c. Sering mual-muntah karena sakit pagi hari.
d. Tidak mengkonsumsi cukup zat besi.
e. Mengalami menstruasi berat sebelum menikah.
f. Hamil saat masih remaja.
g. Kehilangan banyak darah (misalnya,dari cidera atau selama operasi).
10. Hemoglobin
Pemeriksaan dalam pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan Hb Sahli, hasil pemeriksaan hb ibu hamil dengan Hb Sahli
dapat di golongkan sebagai berikut:
a. Hb ≥ 11 gr% tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% anemia ringan
c. Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Hb kurang dari 7 gr% anemia berat
Pemerisaan darah darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester 1 dan trimester III. Dengan pertimbangan
bahwa sebagaian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan
pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil
dipuskesmas (Manuaba, 2005).
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, agama, suku, dll.
b. Keluhan utama
Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya gejala
penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Keluhan utama meliputi
letih, lesu, lemah, lelah, pandangan berkunang-kunang.
c. Rirwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang
terjadi. Pada pasien anemia masa kehamilan, pasien bisa
mengeluhkan pusing, lelah, dll.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia.
Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan
terjadinya anemia.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang
cenderung diturunkan secara genetik.
d. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas-istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : takikardia/ takipnae.
2) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
3) Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB).
4) Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidakmampuan berkonsentrasi
e. Pemeriksaan penunjang
1) Hitung kada Hb dalam darah.
2) Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil di lengan dinilai
untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin
lebih rendah daripada normal.
3) Feritin, jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah zat
besi dalam tubuh dan membantu mendeteksi anemia kekurangan
zat besi.
4) Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu
banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker
darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke
arah anemia kekurangan besi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksia sel dan jaringan.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar
hemoglobin dalam darah.
c. Nutrisi kurang dari kebtuhan berhubungan dengan peningkatan isi
lambung.
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
3. Intervensi Data
Data Etiologi Masalah
Ds: pasien mengatakan Kebutuhuan O2 tidak Intoleransi aktivitas
lemah, mudah lelah. tercukupi hipoksia
Do: pasien terlihat lesu jaringan kelelahan
dan pucat. Hb menurun.
Do: pasien terlihat Penurunan hemoatokrit Ketidakefektifan
pucat, CRT lebih dari 2 penurunan hemoglobin perfusi jaringan
detik. anemia
Ds: pasien mengatakan Aliran darah GIT Ketidakseimbangan
mual dan muntah. menurun regurgitasi nutrisi kurang dari
Do: pasien terlihat peningkatan isi kebutuhan tubuh
pucat dan lemah. lambung, mual dan
muntah.
Ds: pasien mengatakan Aliran darah GIT Konstipasi
BAB keras dan 1 kali menurun peristaltik
shari usus menurun
konstipasi
4. Implementasi keperawatan
Diagnosa NOC/ Tujuan Intervensi
NIC Aktivitas
Keperawatan Kriteria Hasil
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen a. Kaji TTV
aktivitas asuhan keperawatan energi pasien.
berhubungan ...x... jam klien b. Kaji penyebab
dengan hipoksia mampu menoleransi keletihan.
sel dan jaringan. aktivitas yang bisa c. Pantau asupan
dilakukan. nutrisi pasien.
KH: d. Ajarkan
a. Menyadari rentang
keterbatasan pengaturan
energi. aktivitas dan
b. Menyeimbangkan teknik
aktivitas dan manajemen
istirahat waktu untuk
c. Mengatur jadwal mencegah
aktivitas untuk kelelahan.
menghemat e. Bantu pasien
energi. untuk meng-
identifikasi
aktivitas
pasien
f. Bantu pasien
untuk
mengubah
posisi secara
berkala, jika
perlu.
Gangguan Setelah dilakukan Managemen a. Kaji TTv
perfusi jaringan asuhan keperawatn sirkulasi b. Kaji sirkulalsi
berhubungan ...x... jam status ke jaringan
dengan sirkulasi normal. perifer
menurunan KH: c. Berikan diet
kadar a. Tekanan systole tinggi Fe
hemoglobin dan diastole d. Informasikan
dalam darah. dalam rentang pasien untuk
yang diharapkan istirahat total.
b. Menunjukkan e. Kolaborasikan
konsentrasi yang kedokter untuk
baik pemberian
c. Tingkat oksigen
kesadaran baik f. Kolaborasikan
untuk transfusi
Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : spontan
2. Jenis kelamin bayi :P
BB/PB : 3440gram/50cm,
3. Pengeluaran darah per vagina : -
4. Masalah dalam persalinan : plasenta lahir secara spontan
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi: -
2. Riwayat KB : IUD
Kepala Leher
Kepala : tidak ada benjola dan nyeri tekan
Mata : simetris, tidak anemis
Hidung : simetris, tidak ada nyeri tekan
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada luka
Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan
Leher : simetris, tidak ada nyeri tekan
Masalah Khusus: tidak ada
Dada
Jantung : irama reguler
Paru : tidak ada tambahan bunyi nafas
Payudara : membesar
Puting susu : hiperpigmentasi
Pengeluaran ASI: baik
Masalah Khusus: tidak ada
Abdomen
Involusi Uterus
Fundus Uteri: 2 jr dibawah pusat
kontraksi: keras
Posisi:
Kandung kemih: normal
Fungsi pencernaan: DBN
Perineum dan Genital
Vagina: Normal
Perineum: Utuh
Tanda REEDA
R: Kemerahan: tidak
E: Edema: tidak
E: Ekimosis: tidak
D: Dischargeserum: tidak ada
A: Approximate: baik
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Edema: tidak
Varises: tidak
Ekstremitas Bawah
Edema: tidak
Varises: tidak
Eliminasi
Urin : kebiasaan BAK 3-4 x/ hari
BAK saat ini: nyeri
Fekal : kebiasaan BAB 1x/hari
BAB saat ini : 1x.hari
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur: lama 4 jam, frekuensi 2
Pola tidur saat ini: 2 jam
Keluhan ketidaknyamanan: ya, lokasi: luka jahitan
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi: Sudah dapat mobilisasi dengan bertahap
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi
Nafsu makan: baik
Asupan cairan: cukup
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis: Baik
Penerimaan terhadap bayi: Menerima
Kemampuan menyusui
Baik dan sudah mengerti karena sudah anak ke 3 dan ASI keluar dengan baik
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
- Cefadroxil
- BCOMC
- As.Mef
- As. Tranexamat
- Dexametasone
Radiologi
Thorax AP/PA
Pada pemeriksaan foto thorax
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Luka Jahitan Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri
pada luka jahitan
DO:
- Klien tampak menahan
nyeri
- Klien tampak meringis saat
berjalan
2. DO: Luka jahitan Resiko Infeksi
- Klien tampak menahan
nyeri
- Klien tampak meringis saat
berjalan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyari akut berhubungan dengan luka jahitan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka jahitan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi
No
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Nyari akut Tujuan: Tindakan
b.d luka Setelah dilakukan intervensi Observasi
jahitan. keperawatan diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
pasien membaik. durasi, frekuensi, intensitas nyeri.
Kriteria Hasil: - Identifikasi skala nyeri.
1. Mampu mengontrol nyeri. - Monitor efek samping penggunaan
2. Melaporkan bahwa nyeri analgetik.
berkurang dengan Terapeutik
menggunakan manajemen Berikan teknik nonfarmakologi
nyeri. untuk mengurangi nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri. Edukasi
4. Menyatakan rasa nyaman - Jelaskan strategi meredakan nyeri.
setelah nyeri berkurang. - Anjurkan memonitor nyeri secara
5. Tanda vital dalam rentang mandiri.
normal. - Anjurkan teknik nonfarmakologi
6. Tidak mengalami untuk mengurangi rasa nyeri.
gangguan tidur. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2 Resiko Tujuan: Tindakan
. infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
luka keperawatan diharapkan tidak - Observasi tanda-tanda vital.
jahitan ada infeksi pada pasien. - Monitor tanda dan gejala infeksi
Kriteria Hasil: sistemik dan local.
1. Klien bebas gejala dari - Monitor adanya luka.
gejala infeksi. Terapeutik
2. Menunjukkan - Cuci tangan sebelum dan sesudah
kemampuan untuk tindakan keperawatan.
mencegah timbulnya - Dorong istirahat.
infeksi. Edukasi
3. Jumlah leukosit dalam Ajarkan pasien dan keluarga tanda
batas normal. dan gejala infeksi.
4. Menunjukkan perilaku Kolaborasi
hidup sehat Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat, jika perlu.
1. Pengertian BBL
Bayi baru lahir (neonatus) normal adalah bayi dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr sampai dengan
4.000 gram. Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari.
Periode neonatal adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal
bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang amat manakjubkan (Mary
Hamilton, 1995: 217).
BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi melalui
jalan lahir dan dapat hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan usia
Kehamilan 36 – 42 minggu, menangis spontan dan bernafas spontan, teratur
dan tonus otot baik (Asuhan Persalinan Normal, 2003).
Umur :0
BB: 3440gram PB : 50 cm
Riwayat Kelahiran
BB : 3440 gr
Panjang badan : 50 cm
Suhu : 36,7 OC
Lingkar Kepala : 32cm
Lingkar dada : 35 cm
Masalah dalam proses kelahiran : tidak ada
Lanugo : tidak ada
Vernix kaseosa : tidak ada
Mekonium : (+)
Warna tubuh : Kemerahan
APGAR Score Menit I :9
Menit V : 10
Usia gestasi : 38-39 mgg
Pemeriksaan Reflek
Reflek Moro : ada
Reflek Menggenggam : ada
Reflek Menghisap : ada
Reflek Tonik Neck : ada
Tonus otot/aktivitas : ada
Kekuatan Menangis : ada
Pemeriksaan Fisik
a. Kep
ala
Bentuk kepala : Tidak ada caput succedenum, lingkar kepala: 32cm
Ubun-ubun : Ada
Mata : Mata simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran, sklera
putih dan konjungtiva merah muda, refleks kedip positif
Telinga : Simetris, terbentuk sempurna, tidak ada pengeluaran
Hidung : pernafasan spontan, sirkulasi baik tidak menggunaka o2
tambahan
Mulut : Reflek menelan dan menghisap (+) labioskhisis (-),
palatoskisis (-), sianosis (-)
b. Pun
ggung
Keadaan Punggung : Lecet (-), Lordosis (-), scoliosis (-), kiposis (-)
Fleksibilitas tulang :
punggung
c. Tho
rax
Bentuk dada : Simetris
Jenis pernapasan : Spontan
Frekuensi napas : 42x/menit
d. Abd
omen
Bentuk abdomen : Supel
Bising usus : 6-8x/menit
e. Ekst
remitas
Jari kaki dan jari : Sepuluh jari kaki dan tangan.
tangan
Pergerakan kaki dan : Rentang gerak penuh, punggung kuku berwarna merah
tangan muda, dengan sianosis sementara setelah lahir.
Warna ekstremitas : Sianosis sementara setelah lahir
Posisi ekstremitas : Fleksi ekstremitas atas dan bawah. Telapak biasanya
datar, Ekstremitas simetris, Tonus otot sama secara
bilateral, Nadi brakialis bilateral sama.
f. Alat
Reproduksi atau
Genitalia
laki-laki (penurunan : -
testis, ukuran)
perempuan (labia : Normal
minora, mayora,
keluaran)
g. Fun
gsi eliminasi
Fungsi miksi : Ada
Frekuensi BAK 1-3 kali, warna jernih
Anus : Ada
Frekuensi BAB 1-2 kali, lembek, berwarna kuning
Diagnosa Medis : NCB SMK Partus normal a/i anemia
Ballard’s Score :
Obat-obatan yang diberikan : Vaksin HB0
Pemeriksaan Lab : Bilirubin total (9.8) dan golongan darah (A+)
Kesimpulan:
Bayi Ny. M lahir dengan Spontan pada tanggal 26 Maret 2021, pukul
10.50 WIB dengan bugar, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan, warna kulit
kemerahan, tonus otot aktif dan pernafasan baik. Jenis kelamin perempuan, berat
badan 3440 gram, panjang badan 50 cm, ekstremitas lengkap, reflek bagus,
pergerakan aktif, anus (+). Hal ini sesuai dengan teori dimana bayi baru lahir
normal dan sehat apabila warna kulit merah, denyut jantung >100 x/m, menangis
kuat, tonus otot bergerak aktif, pernafasan baik dan tidak ada komplikasi pada
bayi tersebut (Tando, 2016)
Pada saat bayi berumur 2 jam, dilakukan pemeriksaan fisik bayi serta
memberikan penyuluhan kepada ibu tentang perawatan pencegahan hipotermi dan
pemberian ASI eksklusif. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir 1 jam
setelah lahir memberikan suntik imunisasi HB0 pada paha bagian luar untuk
imunisasi dasar, dan memberikan salep mata.
DAFTAR PUSTAKA