Anda di halaman 1dari 2

Pekarangan Pangan Lestari, Kegiatan Asyik Saat Isolasi

Oleh : Satria Anugra Pratama – Kelompok Garjita

Seantero dunia kini sedang berperang melawan Corona Virus Disease


2019 atau biasa dikenal dengan COVID-19. Virus yang berasal dari Wuhan ini
sangat ganas dan mengerikan. Hampir tidak ada satu pun negara yang tidak
disinggahi olehnya. Tidak terkecuali Indonesia. Hingga kini, kasus positif COVID-
19 di Indonesia kian meningkat. Menurut data Kementerian Kesehatan per tanggal
11 Juli 2021-18 Juli 2021 terjadi lonjakan kasus positif sebesar 44.1%. Pemerintah
telah mengeluarkan beberapa strategi untuk mengurangi dan memutus rantai
penyebaran virus ini. Yang terbaru ialah diberlakukannya PPKM di berbagai
daerah Indonesia.
Sesuai dengan instruksi Menteri Dalam Negeri, PPKM mengatur mobilitas
masyarakat seperti, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring
seluruhnya. Pada sektor non esensial diberlakukan 100 persen work from home
(WFH) Atau bekerja dari rumah. Pada sektor esensial dan kritikal berlaku
pengecualian WFO 100 persen. Hal ini tentu saja banyak mengurangi aktivitas di
luar rumah, sehingga berdampak terhadap sektor pangan. Bukan tidak mungkin
akan terjadi kelangkahan bahan makanan akibat berkurangnya ruang lingkup
publik dikarenakan kebijakan PPKM tersebut.
Luangnya waktu ketika diberlakukannya work from home akan sia-sia jika
tidak dimanfaatkan. Hal produktif yang bisa dilakukan ialah dengan memanfaatkan
pekarangan rumah. Masyarakat dapat menanam tanaman pangan antara lain : Ubi
jala, Kentang, Singkong, Jagung, dan tanaman holtikultura lainnya (Aslan Sari
Thesiwati, 2020). Tentunya hal ini diharapkan dapat memenuhi pangan keluarga,
dan meminimalkan krisis pangan akibat diberlakukannya PPKM.
Pemanfaatan pekarangan rumah sebagai lahan untuk bercocok tanam
juga merupakan salah satu program Kementerian Pertanian melalui Badan
Ketahanan Pangan (BKP). Oleh karena itu, di saat sulit seperti ini, kita harus dapat
memanfaatkan hal-hal yang berada di sekitar kita.
Selain krisis pangan, PPKM juga membuat hampir seluruh sistem berubah.
Adaptasi terhadap perubahan sistem dari luring menuju ke sistem daring tidak
jarang mengakibat depresi. Menurut hasil survei Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia terhadap 1.552 responden, sebanyak 63% responden
mengalami cemas dan 66% responden mengalami depresi akibat COVID-19. Oleh
karena itu, diperlukan kegiatan baru untuk menghindarkan pikiran dari depresi
akibat pekerjaan maupun tugas lainnya.
Kegiatan pekarangan pangan lestari, tentunya juga dapat menurunkan
risiko stres akibat COVID-19. Hal ini dikarenakan saat melakukan kegiatan
berkebun, kita langsung berinteraksi dengan makhluk hidup lain. Hal ini akan
membuat tubuh menjadi lebih rileks dan akan dapat membantu menjaga
kecemasan.
Pandemi tak semuanya berdampak buruk jika kita bisa memanfaatkan
kondisi di sekitar kita. Seperti mendapatkan skill baru dalam bercocok tanam,
memanfaatkan kondisi sekitar rumah, dan lainnya. Sudah seharusnya kita
melakukan pekarangan pangan lestari untuk menciptakan ketahanan pangan daro
tingkat keluarga.

Sumber Referensi
Satuan Tugas Penanganan Covid-19. 2020. Analisis Data Covid-19 Indonesia.
https://covid19.go.id/p/berita/analisis-data-covid-19-indonesia-
update-18-juli-2021.
Badan Ketahanan Pangan. 2020. Pekarangan Pangan Lestari Untuk
Ketahanan Pangan Keluarga.
http://bkp.pertanian.go.id/blog/post/pekarangan-pangan-lestari-
untuk-ketahanan-pangan-keluarga.
https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-15-I-P3DI-
Agustus-2020-217.pdf

Anda mungkin juga menyukai