Anda di halaman 1dari 3

Ya sori guys saya kali ini agak lama upload episodenya, dikarenakan saya beberapa hari ini sibuk

mengikuti acara pelantikan profesi saya. Hore sudah dapat gelar baru. Sejujurnya episode kali ini murni
hanya berisi curhatan saya mengenai perasaan saya dan kota tempat saya mencari ilmu ini.

Kota Manado, Sulawesi Utara, saya masih ingat sekali 6 tahun yang lalu saya dinyatakan lulus sbmptn di
universitas ini, reaksi saya saat itu agak sedih, terutama mengingat kota asal saya, Makassar lebih maju
dibandingkan dengan kota Manado ini. singkat cerita akhirnya saya berangkat dan mencari kos-kosan
disini.

Kota ini memiliki khasnya sendiri, dan vibesnya sendiri, seperti julukannya, yaitu nyiur melambai, kota ini
memang memiliki sangat banyak pohon kelapa di sekitarnya, dari pertama kali teman-teman mendarat
di bandara internasional Sam Ratulangi, teman-teman sudah bisa melihat pohon kelapa di sekelilingnya.

Saya masih ingat 6 tahun lalu, kota ini masih belum ada apa-apa. Fasilitas 4G belum ada, bioskop XXI
belum ada, mcdonald baru buka, ga ada minimarket seperti indomaret dan alfamart. Intinya benar-
benar suram lah. Sinyal juga burik buat main game gitu.

Terus masuk ke ospek saya mengenal beberapa teman baru, dan sejujurnya saya adalah orang yang
sangat susah bergaul, mungkin karena efek selama saya sekolah dulu, saya merasa saya dicap aneh oleh
orang-orang tertentu.

6 tahun lalu saya memulai kuliah, belajar salah satu jurusan favorit di Indonesia, yaitu kedokteran. Saya
sama sekali tidak memiliki pemikiran bahwa ingin mencari teman, atau berekspektasi kuliah akan
menyenangkan, atau bagaimana. Di pikiran saya kuliah ini palingan akan sama dengan sekolah lalu,
teman-teman semua hanya superfisial.

Seiring berjalannya waktu, ternyata pertemanan kuliah disini lebih menyenangkan dari yang aku kira,
dan aku tanpa sadar sudah menjadi teman beberapa orang. Oia dulu pertama kali kesini, aku berpikir
logat Manado itu lucu ya, halus banget, marahin orang ga berasa marah gitu, padahal logat Makassar itu
ga pake marah pun udah kayak orang ngajak ribut.

Menjalani kuliah preklinik selama 3,5 tahun pun berjalan tanpa kurasa, seiring perjalanan kuliah, aku
belajar banyak hal dari teman-temanku. Selain belajar ilmu, aku ternyata bisa belajar bersosialisasi,
berkomunikasi dengan orang lain, dan belajar menghadapi orang lain.

Tentu saja dalam perjalanan preklinik tersebut aku tidak akan menyangka bahwa pada suatu titik aku
akan jatuh cinta, namun meskipun cinta tersebut kusut, tidak apa-apa karena pasti ada hal yang bisa
dipelajari dari hal tersebut, dan mungkin juga memang Tuhan tidak berkehendak kan?

Kuliah klinik atau yang lebih dikenal sebagai perkoasan selama kurang lebih 2-3 tahun mengajarkanku
banyak hal, sifat asli manusia, bagaimana berhadapan dengan supervisor? Bagaimana berbicara dengan
sopan? Bagaimana menjadi ketua yang baik? Bagaimana bernegosiasi yang baik?. Aku sangat bersyukur
dalam kehidupan kuliah klinik ini karena mengajarkanku soft skills dan membuka mataku sebagai dokter

Diriku dulu sangat tidak ingin menjadi dokter, dan hanya menjalankan tugas saya asal-asalan, hanya
datang kuliah terus pulang, ga belajar, main game doang, keluar, nongkrong, namun ketika perkoasan
tiba dan tenryata diharuskan berhadapan dengan keluarga pasien, disitu barulah saya menyadari,
meskipun mungkin saya tidak ingin menjadi dokter, at least jangan sampai merugikan pasien
dikarenakan ketidaktahuan diri saya. Jangan sampai saya menjadi orang egois yang hanya memikirkan
diri saya dan tidak memikirkan kondisi pasien. Dan untuk hal ini saya sangat berterima kasih kepada
pasien-pasien yang sudah lewat dalam kehidupan klinik saya dan mengajarkan saya banyak hal.

Kuliah disini juga mungkin dapat dikatakan sebagai jalan Tuhan. Tempat ini mungkin memang tidak
sempurna, namun untuk orang seperti saya, saya bersyukur dapat bertemu dengan senior-senior yang
saya panuti. Senior-senior tersebut mengajarkan saya banyak hal, dan akhirnya membuat saya lebih
terkagum lagi terhadap mereka.

Vibes di Manado juga sangat menyenangkan, setelah sudah kuliah disini selama beberapa tahun, ketika
saya harus pulang ke Makassar, aku merasakan vibesnya berbeda banget. Vibes di manado itu rasanya
lebih ringan, lebih tenang, lebih santai, sedangkan di Makassar vibesnya lebih berat, terkesan sendiri-
sendiri, dan pergaulannya lebih keras, well paling ga itu opini pribadi saya sih.

Makanan di manado juga enak-enak, soalnya makanan disini banyak variasinya, dan penuh dengan cabe,
atau di Manado lebih dikenal dengan nama Rica. Makanan disini juga bervariasi dari halal hingga non
halal. Dan hal ini sangat menyenangkan tentunya.

Toleransi di Manado sungguh tinggi dan ini yang saya senangi. Vibesnya bisa santai karena memang
orang-orangnya memiliki toleransi yang tinggi. Selama 6 tahun saya disini, sejujurnya saya belum pernah
melihat ada masalah mengenai agama, maupun suku dan ras.

Sejujurnya belajar di Manado adalah berkat, karena hal ini, aku bisa belajar banyak hal, dari perspektif
yang berbeda, dan mendewasakan diri saya dari aspek yang berbeda, mungkin hasilnya akan berbeda
jika saya belajar di tempat lain, dan diriku juga tidak akan mengetahui apakah hasilnya lebih baik di
tempat lain atau disini, tapi yang jelas, satu hal yang pasti adalah, diriku saat ini jauh lebih baik
dibandingkan diriku 6 tahun yang lalu.

Podcast ini saya buat sebelum saya berangkat dari Manado untuk kemabli ke Makassar, sejujurnya saya
bahkan tidak tahu kapan saya bisa balik lagi kesini. Ketika kuliah, tidak pernah ada maslaah mengenai
hal-hal seperti ini. pasti tau aja oia sudah mau balik, tapi sekarang ketika mengetahui bahwa ini mungkin
saat terakhir bisa berkumpul dengan teman lagi, dan sudah tidak bisa ketemu segampang ini, rasanya
sedih aja.

Tapi yam au gimana lagi, segala sesuatu yang dimulai, pasti ada akhirnya, dan demikian juga, ketika bab
ini dimulai dalam hidup saya, cepat atau lambat bab ini juga pasti akan berakhir. Hal yang bis akita
lakukan adalah belajar dari pengalaman, dan berterima kasih atas pelajaran yang telah diberikan oleh
hidup selama 6 tahun di kota Manado ini.

Sejujurnya saya sangat sedih mau meninggalkan kota ini, tapi saya tau kalau kota ini sudah menjadi zona
nyaman saya, dan untuk berkembang, kita perlu keluar dari zona nyaman kita. Ingatlah bahwa apabila
ada satu pintu yang ditutup, maka ada pintu baru yang akan terbuka.

Diri ini hanya ingin mengucapkan beberapa hal, terutama bagi teman-teman sejawat yang
mendengarkan podcast ini, ingatlah bahwa semua ini hanya menjadi batu loncatan bagi diri kita yang
lebih hebat di masa depan. Semoga di kemudian hari, apabila kita ditemukan lagi, semoga kita sudah
menjadi pribadi yang lebih baik.
Semoga kita bisa melakukan tugas kita sebagai dokter dengan baik, semoga masa depan kita dapat
berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan, dan bisa berguna bagi orang sekitar. Sukses internship dan
pekerjaannya, semoga juga mendapatkan teman baru selama internship yang baik.

Sepertinya curhatan saya kali ini bakal berakhir disini, dan saya Cuma ingin berkata yeah, this is a sad
moment indeed. But we will come back stronger. Semangat guys! Dan ingat, ke depannya

Don’t forget to have fun okay?

Cheers!

Anda mungkin juga menyukai