Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu pada waktu
itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-abad yang kacau. Pada
waktu itu ada perpidahan bangsa-bangsa, yang mengakibatkan adanya serangan-serangan bangsa-
bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan Romawi, sehingga kerajaan itu runtuh.
Bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Romawi itu runtuhlah juga segala peradabat Romawi, baik
peradaban yang bukan Kristiani maupun peradaban Kristiani yang sedang dibangun selama 5 abad
terakhir. Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap.
Filsafat dikuasai oleh pemikiran teologi dan kentalnya suasana keagamaan Kristen yang menghiasi
saat itu. Pada masa ini agama berkembang dan mendominasi hampir seluruh masyarakat Eropa
termasuk pemerintahan. Oleh karenanya, sains yang telah berkembang sebelumnya pada zaman
klasik dipinggirkan dan dianggap lebih sebagai suatu ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia
dari ketuhanan. Orang Romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah
duniawi dan ilmu pengetahuan. Golongan yang dipercarya terhadap ilmu pengetahuan adalah
mereka para teolog. Filsafat dikembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Para pastor
dan biarawan merangkap jadi filosof, hingga filsafat dan teologi Kristen menjadi tidak terpisahkan.
Bahkan menurut de Wulf (Scholastic Philosophy), pada periode ini filsafat menjadi bagian integral dari
teologi, karena keduanya saling melengkapi dan berjalan berbarengan. Pada masa ini ilmu
pengetahuan dan kesenian dimanfaatkan untuk kepentingan religi. Berdasarkan pada pendekatan
sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi
memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat
itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi terdapat pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya akan
mendapatkan hukuman berat.Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan
rasio terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan
mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja.
Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan
kemudian diadakan pengejaran (inkusisi). Abad Pertengahan merupakan pembalasan terhadap dominasi akal
yang hampir seratus persen pada zaman Yunani sebelumnya.
Salahsatu pemikir waktu itu mengatakan bahwa Tuhan bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan.
Tujuan filsafat (dan tujuan hidup secara umum) adalah bersatu dengan Tuhan. Sehigga, dalam hidup ini, rasa
itulah satu-satunya yang dituntut oleh kitab suci, pedoman hidup semua manusia. Filsafat rasional dan sains
tidak begitu penting; mempelajarinya merupakan usaha yang sia-sia.
Meskipun begitu, Aquinas menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap filsafat yang dikatakannya puncak
kemampuan akal-budi manusia. menurutnya dalam filsafat itu argumen yang paling lemah ialah argumen
kewibawaan (yang merupakan ciri berpikir keagamaan)7
Rasio itu adalah berpikir. Maka berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Dan
manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir
maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada
masa ini agama berkembang dan mendominasi hampir seluruh
masyarakat Eropa termasuk pemerintahan. Oleh karenanya, sains yang
telah berkembang sebelumnya pada zaman klasik dipinggirkan dan
dianggap lebih sebagai suatu ilmu sihir yang mengalihkan perhatian
manusia dari ketuhanan.
Pada masa ini ilmu pengetahuan dan kesenian dimanfaatkan
untuk kepentingan religi. Zaman pertengahan dimulai dari jatuhnya
kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya
Renaissance di Italia. Zaman Pertengahan (Middle Age) ditandai
dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap
kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Orang
Romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan
masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Golongan yang dipercarya
terhadap ilmu pengetahuan adalah mereka para teolog.
Para ilmuwan pada masa ini digantikan oleh para teolog, sehingga
aktivitas ilmiah berkaitan dengan aktivitas keagamaan. Atau lebih
tepatnya, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran
agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah
ancilla theologiae, abdi agama. Oleh karena itu sejak jatuhnya
kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa
tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu secara berarti. Periode ini
dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
Abad Pertengahan merupakan pembalasan terhadap dominasi akal
yang hampir seratus persen pada zaman Yunani sebelumnya,
terutama pada zaman Sofis. Plotinus pemikir waktu itu mengatakan
bahwa Tuhan bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan.
Tujuan filsafat (dan tujuan hidup secara umum) adalah bersatu
dengan Tuhan. Sehigga, dalam hidup ini, rasa itulah satu-satunya
yang dituntut oleh kitab suci, pedoman hidup semua manusia.
Filsafat rasional dan sains tidak begitu penting; mempelajarinya
merupakan usaha yang sia-sia.