PENDAHULUAN
belum memadai, tetapi bila dikorelasikan dengan ilmu (science) tentu terdapat
muncullah suatu pertanyaan apakan filsafat itu juga merupakan ilmu atau bukan?
Dengan melihat definisi tersebut apakah kita melihat bahwa filsafat berasal dari
kehendak sadar manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu tentang sesuatu dan
memperoleh sifat ilmiah maka ia juga dikatakan ilmu, sebab dengan sadar
Tetapi ada hal yang mendasar yang memberikan perbedaan antara filasafat dan
ilmu, yaitu dari sisi sudut pandang pembahasan. Ilmu melihat objek cukup dalam
tetapi tidak sedalam filsafat yang radikal, filsafat membahas objek sedalam-
dalamnya. Contoh: apabila ilmu bertanya tentang bagaimana dan apa sebabnya?
Maka filsafat lebih dari itu, ia bertanya apa itu sesungguhnya (esensinya)? Dari
mana awalnya? Dan kemana akhirnya? Jika ilmu dalam membahas objek kajian
sendiri, oleh karena itu dalam filsafat terdapat epistimology, yaitu filsafat
1
pengetahuan yang membicarakan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dari
pengalaman tersebut.
mendalam. Filasat ilmu adalah bagian dari epistimology yang secara spesifik
terhadap beberapa pertanyaan mendasar akan hakikat ilmu itu sendiri . Banyak
para filosof mengemukakan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu, dari
4. Bersifat objektif.
5. Adanya metodologi.
2
Dari paparan diatas dapat kita lihat adanya kesamaan arti antara Ilmu dan
pengertian Filsafat Ilmu secara umum adalah sebuah kajian yang secara
mendalam tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan yang ada. Jadi filsafat ilmu ialah
memperolehnya,
kata Pengetahuan. Adapun kata Pengetahuan menurut Drs. Sidi Gazalba adalah
apa yang diketahui atau hasil pekerjaan yang berasal dari kenal, sadar, insaf,
mengerti, dan pandai. Dengan demikian arti Pengetahuan adalah hasil dari proses
Dari pengertian Filsafat Pengetahuan itu sendiri adalah cabang ilmu yang
mempelajari tentang kedalaman suatu teori tentang ilmu yang ada untuk mencari
Secara bahasa, ilmu pengetahuan dan ilmu tidak ada perbedaan secara
prinsip karena ilmu pengetahuan hanya memberikan tekanan pada ilmu, ialah
dalam sisi sistematika, reliabilitas dan validitas. Akan tetapi, memang perlu untuk
ialah usaha mencapai serta merumuskan sejumlah pendapat yang tersusun sekitar
persoalan.
berFilsafat, atau orang yang berfilsafat disebut sebagai Filosof. Lalu dalam
3
pembahasan ini kita melihat kaitan antara kata Filsafat dan kata Ilmu, serta
membahas tentang kata Ilmu. Adapun penertian kata Ilmu secara bahasa adalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
yaitu:
1. Filsafat ilmu terapan, yaitu filsafat ilmu yang mengkaji pokok pikiran
ilmiah dan serangkaian nilai yang bersifat etis yang terkait dengan
2. Filsafat ilmu murni, yaitu bentuk kajian filsafat ilmu yang dilakukan
5
kefilsafatan, membuka cakrawala terhadap berkembangnya
pengetahuan dan filsafat ilmu. Objek material filsafat pengetahuan yaitu gejala
ilmu menurut sebab terpokok. Dalam epis temologi yang dibahas adalah objek
1989: 3).
filsafat ilmu tidak terpaku pada ragam objek material ilmu, pertanyaan dari
ontology “apakah karakter pengetahuan kita tentang dunia?” adalah aspek dari
adalah pertanyaan “apakah sesuatu yang berada didunia ini ?” pertanyaan ontologi
6
dan epistemologi tidak di jawab dengan penyelidikan empiris yang terkait
akan didapat pemahan hakiki tentang karakter dari objek ilmu. Misal: terdapat
karakter yang berbeda antara ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial-humaniora dalam
dalam hal objek material, yakni bahwa ilmu alam memiliki karakter objek yang
bukan yang lain?”, “apa jaminannya, bila ada, metode itu membuktikan yang
prosedur yang di pergunakan penelitian sosial dari disiplin sosial apapun yang
Relevansi problem filsafat muncul dari fakta bahwa setiap perangkat riset
tentang dunia. Tidak ada tehnik atau metode penyelidikan ilmiah yang
dari teori, sebagai peralatan riset, mereka bekerja hanya bersama-sama dengan
memepelajari sesuatu yang objektif, tidak hidup, dunia fisik. Masyarakat, hasil
7
akal manusia, adalah subjektif, emotif sebaik intelektual. Apa yang kita tunjuk
adalah tidak memadai, karena kesadaran manusia tidak ditentukan oleh kekuatan
alam. Tingkah laku masyarakat manusia adalah selalu mengandung nilai, dan
mengisolasi ide-ide umum, opini, atau tujuan khusus sejarah masyarakat. Itu
secara historis berkaitan dengan disiplin. Missal: debat metodologis ilmu sosial
tidak dapat dipahami secara bebas dari tempat budaya yang lebih luas dari
terhadap objek. Demikian juga telah dalam filsafat ilmu, sarana dan alat untuk
memproses ilmu harus selaras atau konsisten dengan karakter objek material ilmu.
Disini timbul perbedaan peradigma yang disebabkan oleh karakter objek yang
berbeda. Misal antara ilmu alam dan ilmu sosial-humaniora terdapat perbedaan
adalah benar secara epistemologis bukanlah sesuatu yang didatangkan dari luar,
melainkan ia adalah hasil atau konsekuensi dari metode penyelidikan dan hasil
(reliable) atau tidak itu tergantung pada metode dan karakter objek. Sehingga jenis
8
ilmu yang satu dan lainnya tidak sama. Dengan kata lain kita tidak bisa menguji
metode dan hasil ilmu yang satu dari teropong ilmu lainnya. Misal: ilmu-ilmu
empiris validitas untuk produk ilmunya harus-lah empiristis (Hindes Barry, 1977:
5-6)
mengenal banyak bentuk ilmu, jenis ilmu, dan paradigma ilmu. Dari
berbagai bentuk, jenis dan paradigma ilmu tersebut maka kita dapat
9
hanya pada kejadian yang bersifat empiris, dimana objek-ojek yang
sama lain, yaitu dalam hal: bentuk, struktur, dan sifat, sehingga
kelas tertentu.
b. Ilmu Abstrak
bahwa objek ilmu adalah bersifat abstrak, tidak kasat mata dan tidak
terikat oleh ruang dan waktu. Objek dapat berupa konsep dan bilangan, ia
10
c. Ilmu-ilmu Sosial dan Kemanusiaan
Objek material ilmu sosial adalah lain sama sekali dengan objek
dalam ilmu sosial adalah berupa suatu tingkah laku dalam tindakan yang
privat dan internal, konvensi, aturan, motif dan sebagainya, oleh karena
d. Ilmu Sejarah
Semuanya itu mirip dengan objek material ilmu kealaman, karena sama-
11
a. Evidensi
b. Objektivitas
menyangkut apa yang diberikan sebagai objek. Ilmu alam maupun ilmu
12
(penyimpulan yang benar), metodologi (konsep metode)dan filsafat kesusilaan
“ada” dan meliputi persoalan sebagai berikut : apakah artinya “ada”, apakah
golongan-golongan dari hal yang ada?, apakah sifat dasar kenyataan dan hal yang
ada yang terakhir ?, apa cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori
logis yang berlainan (objek fisik , pengertian universal, abstraksi dan bilanngan
telaahnya terhadap ilmu akan menyelidiki landasan ontologis dari suatu ilmu.
Landasan ontologis ilmu dapat di cari dengan menanyakan apa asumsi ilmu
terhadap objek materi maupun objek formal? apakah objek bersifat kejiwaan ?
dan sebagainya.
Ketiga, logika adalah cabang filsafat yang persoalannya begitu luas dan
penalaran guna mendapat pengertian baru dari satu atau lebih proposisiyang
diterima sebagai benar, dan kebenaran dari kesimpulan itu diyakini terkandung
13
Keempat, Metodologi yaitu berkaitan dengan suatu konsep metode.
Kelima, Etika yaitu cabang filsafat yang mempersoalkan baik dan buruk.
Dalam kaitannya dengan ilmu yaitu berkaitan dengan tujuan ilmu, tanggung
jawab ilmu terhadap masyarakat. Hubungan filsafat ilmu dengan etika dapat
pendekatannya lebih analitik dan deskriptif sedangkan filsafat lebih sintetik atau
14
2. Spesialisasi Ilmu
Dewasa ini setiap pengetahuan terpisah satu dari yang lainnya. Ilmu
terpisah dari moral, moral terpisah dari seni, dan seni terpisah dari ilmu. Kita tidak
menyebabkan jurang pemisah menjadi semakin lebar. Ilmu selain diperluas juga
yang akhirnya dapat menjadi disiplin yang berdiri sendiri. Sejajar dengan itu
arah mikro, sehingga orang semakin mengetahui lebih banyak tentang yang
subspesialisasi dapat bertemu dan bekerja sama, yaitu karena persamaan objek
penelitian, cara penelitian dan sistem yang sama (T. Jacob, 1992: 14-19)
masalah baru maka memungkinkan ilmu untuk dapat menjajagi daerah baru.
Dengan ditemukannya daerah baru, alat baru dan fenomena baru. Akibatnya ilmu
cabang-cabang baru yang selanjutnya dapat menjadi disiplin baru. Evolusi ilmu
kecepatan dapat berubah dari masa ke masa, sedang percepatan terjadi karena
mempunyai dasar ilmiah yang kuat atau teorinya dikalahkan oleh teori lain. Ilmu
dan cabangnya yang sudah mati dapat hidup kembali apabila ada penemuan baru
15
yang member sorotan dan wawasan baru. Sedangkan revolusi dalam ilmu adalah
spesialisasi tidak dapat dihindarkan lagi. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh
yang lebih besar. Namun gagasan ini sulit untuk dilaksanakan, karena
bertentangan dengan hakekat dan logika perkembangan ilmu itu sendiri. Dalam
integrasi ilmu guna mengatasi efek negatif spesialisasi dan ramifikasi ilmu maka
perlu adanya moral bagi ilmu dan pendukungnya. Namun untuk menjembatani
antara moral dengan ilmu tidak dengan cara mundur kebelakang dan menentang
arus spesialisasi ilmu, yaitu dengan menjadikan asas-asas moral sebagai landasan
ilmu dan moral, dimana ilmu yang mempermasalakan baik-buruk, sehingga benar
dikatakan baik dan salah dikatakan buruk (Ignas Kleden, 1987: 185)
yang erat dengan ilmu. Filsafat dan ilmu kedua-duanya memakai metode
16
Keduanya menunnjukkan sikap yang kritik, dengan pikiran terbuka dan kemauan
yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Tiap filsafat dari suatu periode
cek terhadap filsafat dengan membantu menghilangkan ide-ide yang tidak sesuai
pandangan hidup yang lebih sempurna dan terpadu. Dalam hubungan ini
kemajuan ilmu dan hubungan baru mendorong kita untuk meninjau kembali ide-
ide dan interpretasi kita baik dalam ilmu maupun dalam bidang-bidang lain.
pemikiran dalam segala bidang. sumbangan lebih jauh yang diberikan filsafat
terhadap ilmu yaitu kritik tentang asumsi dan postulat ilmu serta analisa kritik
ilmu adalah tanpa landasan yang kokoh kalau konsep-konsepnya tidak di jelaskan
mengatur hasil dari pelbagai ilmu khusus kedalam suatu pandangan hidup dan
organisme yang lebih tinggi tidak bersifat mekanis, tetapi perilakunya berarah
17
tujuan. Personal mekanis melawan teteologis telah ditangani filsuf-filsuf yang
pemikiran filsafati, dan suatu perubahan besar dalam hasil dan metode ilmu secara
masalah yang hidup bagi filsafat (Phil. Today, 1960: 160 – 1).
Interaksi antara imu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini
tidak dapat berkembang dengan baik apabila terpisah dari ilmu. Dan ilmu tidak
dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dan fisafat. Michael Whiteman
satu dari yang lain adalah tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati
argumentasinya tidak salah. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat:
bahan – bahan deskriptif – factual guna perkembangan gagasan filsafat yang tepat
sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah. (The Liang Gie, 1977: 156).
Hubungan antara filsafat dan ilmu lebih erat dalam bidang ilmu manusia
daripada dalam bidang ilmu alam , dimana ilmu alam berwatak agak netral
(Bertens, 1991:21).
18
Studi multidisipliner menciptakan adanya berbagai masalah yang dilihat
dari berbagai sudut, sehingga mendapat gambaran total, baik horisontal maupun
vertikal, dengan kata lain dalam kaitannya dengan bidang lain dan berbagai
disiplin baru, ia diarahkan oleh minat teoritis, bukan oleh maksud-maksud praktis,
58-63).
19
BAB III
KESIMPULAN
tuntas. Analis filsafati tentang hakekat ilmu harus ditekankan kepada upaya
keilmuan dalam mencari kebenaran, yang selanjutnya terkait secara erat dengan
aspek-aspek moral, seperti kejujuran. Analisis filsafat imu tidak boleh berhenti
Filsafat ilmu mempunyai wilayah lebih luas dan perhatian lebih transenden
daripada ilmu-ilmu. Maka dari itu filsafat pun mempunyai wilayah lebih luas
baik secara moral, intelektual, maupun sosial. Filsafat ilmu harus mencakup
bukan saja pembahasan mengenai ilmu itu sendiri beserta segenap perangkatnyas
yang bersifat analitis dari tiap unsur bahasan harus diletakkan dalam kerangka
20
Setelah kita mengenal dan mempelajari tentang teori filsafat. Maka kita
akan melihat bahwa betapa luasnya kajian Filsafat itu sendiri, bukan hanya
sebatas teori besar tentang kehidupan ini. Akan tetapi mencakup segala aspek
yang ada, walau kajian Filsafat tidak terkait dan masuk dalam kajian Agama.
Karena Agama tidak bisa kita filsafati dan hanya kehidupan yang berkaitan
ilmu lain.
21
2) Peran filsafat ilmu
22
DAFTAR PUSTAKA
Wacana, Yogyakarta.
Ignas Kleden, 1987, Sikap Ilmiah Dan Kritik Kebudayaan, LP3ES, Jakarta
Integrasi” dalam Jurnal Filsafat, seri: 11, Fak. Filsafat, UGM, Yogyakarta.
The Liang Gie, 1977, Suatu Konsepsi Penertiban Kearah Bidang Filsafat,
Gramedia, Jakarta.
F.A Widjaya.
Bakhtiar, Prof. Dr. Amsal, M.A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarat: PT. Raja
Grafindo Persada.
23
Nata, Prof. Dr. H. Abuddin, M.A. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta:
24