Anda di halaman 1dari 11

1.

Rumah Adat Joglo (Jawa Tengah)

Bentuk arsitektur rumah ini sangat unik dan sarat akan nilai-nilai kebudayaan masyarakat
Jawa. Dibangun dari kayu jati, menjadikan struktur rumah ini tahan lama dan juga kuat.
Bangunan ini juga memiliki arsitektur unik yaitu berbentuk persegi panjang dengan atap
rumah dibuat tinggi. 

Tari Gambyong

Tari Gambyong berasal dari daerah Surakarta. Awalnya, tarian ini hanya sebuah tarian
rakyat dan diadakan ketika memasuki musim panen padi. Sekarang, tarian tersebut
diadakan saat acara sakral dan sebagai penghormatan pada tamu.
Sejarahnya nama Gambyong pun diambil dari salah satu penari tempo dulu, dimana penari
tersebut memiliki suara merdu dan tubuh yang lentur, dengan kedua bakat tersebut
Gambyong yang memiliki nama lengkap Sri Gambyong cepat terkenal dan dapat memikat
banyak orang.
Hingga akhirnya nama penari itu terdengar ke telinga Sunan Paku Buwono IV, membuat Sri
Gambyong diundang untuk menari ke dalam Istana. Ia pun berhasil memikat orang-orang di
Istana, hingga akhirnya tariannya pun dipelajari dan dikembangkan hingga dinobatkan tarian
khas Istana.
Untuk jumlah penari tidak disyaratkan, namun untuk kostum yang biasa digunakan adalah
kostum kemben yang sebahu dilengkapi dengan selendang. Pada dasarnya tarian ini sangat
identik dengan warna kuning dan hijau. Namun seiring zaman, warna pun tidak menjadi
patokan.
2. Rumah Adat Gadang (Sumatera Barat)

Rumah tradisional Minangkabau ini memiliki ciri khas unik, yaitu atap berbentuk melengkung
dengan ujung lancip. Disebut rumah Gadang karena memang rumah ini berukuran besar.
Jumlah kamar di rumah ini tergantung dari jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya.

Tari Piring

Tarian tradisional pertama adalah tari piring, dimana jumlah penari biasanya bersifat ganjil
antara 3-7 orang, penari pun bisa laki-laki atau perempuan, bahkan bisa berpasang-
pasangan.

 
3. Rumah Adat Kebaya (DKI Jakarta)

Rumah adat Suku Betawi ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu bentuknya seperti kubus serta
teras luas yang berfungsi untuk menjamu tamu dan sekaligus tempat berkumpul keluarga.
Secara arsitektur, bangunan ini memiliki makna filosofis yakni karakter suku Betawi yang
selalu mengedepankan prinsip kekeluargaan, keterbukaan, keramahan dan keharmonisan.

Tari Topeng Betawi

Tari Topeng Betawi adalah seni hasil gabungan dari seni drama, nyanyian dan tarian. Kalau
dilihat sih seperti pertunjukan teater, namun dia bernuansa tarian. Hmmm… bingung ya?
Dulunya Tari Topeng adalah salah satu pertunjukan teather tradisional, namun diselipkan
unsur seni tari didalamnya hingga akhirnya seperti sekarang.

 
4. Rumah Adat Limas (Sumatera Selatan)

Sesuai namanya, rumah ini berbentuk limas dengan bangunan bertingkat-tingkat di mana
masing-masing tingkat memiliki filosofi budaya tersendiri. Tingkatan di rumah ini memiliki
lima ruangan yang menjadi simbol dari lima jenjang kehidupan masyarakat yaitu usia, jenis,
bakat, pangkat dan martabat. 

Tari Tanggai

Tari Tanggai juga merupakan tarian yang dibawakan untuk menyambur para tamu
terhormat. Namun, tari ini dibawakan oleh 5 orang saja dengan mengenakan pakaian khas
daerah seperti songket, pending, kalung, sanggul, dodot, sanggul, kembang goyang dan
tentu saja tanggai.

Tanggai adalah sebuah benda yang di pasang di jari yang menyerupai kuku biasanya
berasal dari bahan tembaga.
5. Rumah Adat Tongkonan (Sulawesi Selatan)  

    
Atap dari rumah ini berbentuk melengkung seperti perahu dengan struktur rumah panggung
yang memiliki tiang penyangga bulat berdiri berjajar menopang bangunan. Rumah ini juga
dicirikan melalui adanya susunan tanduk kerbau di depan rumah sebagai hiasan yang
menunjukkan tingkat strata sosial dari pemilik rumah. 

Tari Pakarena

Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang diiringi oleh 2 (dua)
kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik
6. Rumah Adat Baduy (Banten)

Rumah adat Baduy adalah rumah panggung yang hampir seluruh bagian rumahnya
menggunakan bahan dari bambu. Sifat kekeluargaan Suku Baduy yang sangat kental
sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan rumah adat ini. 

Tari Cokek

Dahulu tari Cokek hanya dimainkan oleh tiga orang penari wanita. Kini, pertunjukan Cokek
seringkali dimainkan oleh 5 hingga 7 orang penari wanita dan beberapa orang lelaki sebagai
pemain musik. Setiap kali pertunjukan, penampilan penari Cokek disesuaikan dengan ciri
khas wanita Banten yakni mengenakan kebaya dan kain panjang sebagai bawahan.
Biasanya, warna kebaya yang dikenakan para penari Cokek relatif berkilau ketika terkena
sinar lampu, seperti hijau, merah, kuning, serta ungu. Yang tak pernah ketinggalan dari
penari Cokek yakni sehelai selendang.
7. Rumah Adat Mandar (Sulawesi Barat)

Rumah adat Mandar merupakan rumah adat khas Mamuju, Sulawesi Barat. Rumah ini
berstruktur panggung yang disusun dengan tiang-tiang dari kayu balok berukuran setinggi
dua meter. Dinding rumah ini menggunakan material papan yang pada umumnya
merupakan papan ukir sesuai motif khas dari Suku Mandar. 

Tari Toerang Batu.

Tari Toerang Batu adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang berasal
dari Sulawesi Barat. Tarian ini biasanya dilakukan oleh para penari pria sebagai para
prajurit dan penari wanita sebagai pendukung tari. Tari Toerang Batu ini merupakan tarian
perang yang hampir punah dan mulai dihidupkan kembali oleh masyarakat disana sebagai
salah satu seni budaya masyarakat Mandar di Poliwali Mandar, Sulawesi Barat.
8. Rumah Adat Honai (Papua)

Bentuk rumah ini sangat unik yakni berbentuk seperti kerucut dan dibangun dari material
alam. Rumah honai dibedakan menjadi tiga kategori yaitu rumah untuk pria (Honai), wanita
(Ebei), dan kandang hewan atau babi (wamai). Rumah honai bagi masyarakat Papua bukan
saja menjadi tempat tinggal semata, melainkan juga sebagai tempat pengajaran kehidupan
untuk mendidik para pria maupun wanita.

 Tari Sajojo

Tari Sajojo dibuat untuk mencerminkan budaya warga Papua yang senang bergaul.
Tarian ini dapat ditarikan dengan jumlah penari yang sangat banyak, tidak terpatok dengan
jenis kelamin dan dapat ditarikan oleh anak muda ataupun tua.
9. Rumah Panggung Minahasa (Sulawesi Utara)

                       

Rumah adat ini dikenal dengan sebutan "wale" atau "bale". Rumah ini ditopang oleh
beberapa kayu agar dapat berdiri kokoh dan memiliki dua tangga di serambi bagian
depannya. Sesuai dengan filosofi masyarakat Minahasa, dua tangga tersebut bermakna
khusus pada saat peminangan. Rumah panggung ini bisa dihuni oleh enam hingga delapan
keluarga. 

Tarian Pisok 

Tarian dari Tanah Minahasa Sulawesi Utara ini menceritakan kehidupan masyarakat
Minahasa yang selalu hidup rukun, bekerja secara gotong royong, energik dan lincah. Yang
menarik dari Tarian Pisok ini adalah namanya. Kata Pisok sendiri didapat dan terinspirasi
dari kehidupan burung pisok. Burung Pisok merrupakan burung yangsangat langka di Tanah
Minahasa, sempat dijadikan filateli Indonesia.

10. Rumah Adat Bolon (Sumatera Utara)

Zaman dahulu, rumah adat Suku Batak ini merupakan tempat tinggal 13 raja di Sumatera
Utara. Rumah ini memiliki beberapa kekhasan, di antaranya berbentuk persegi empat dan
atapnya seperti pelana kuda. Ruangan dalam rumah ini terbagi menjadi beberapa ruangan
khusus, yaitu ruang tamu dan ruangan tempat para istri tamu yang datang.

Tari Tor-Tor

Tortor Batak Toba adalah jenis tarian purba dari Batak Toba yang berasal dari Sumatera
Utara yang meliputi daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir dan
Samosir.
Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik tortor
merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor
adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi
antara partisipan upacara.
Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara dilakukan
terbuka terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara khusus yang dinamakan
Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang sabangunan.

Anda mungkin juga menyukai