Anda di halaman 1dari 6

RUPTUR GINJAL

Bagian Terkait : Ilmu Bedah


Sistem Terkait : Ginjal dan Saluran Kemih
Tingkat Kemampuan : 3B
Penyusun Modul : dr. Pandu Ishaq Nandana, Sp.U
dr. Muhammad Bagus Syaiful Chaeruddin

SKENARIO KASUS
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS karena kecelakaan lalu lintas. Mobil
yang dikendarai pasien menabrak truk 2 jam sebelumnya. Pasien terjepit setir di bagian perutnya.
Pasien merasa nyeri pada perut dan pinggang kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita
sadar, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 100 x/menit, frekuensi nafas 24 x/menit, jejas
pada perut kanan atas dan pinggang kanan, nyeri tekan dan nyeri lepas perut kanan atas,
ballotement tidak ada.

PENDAHULUAN
Ruptur ginjal merupakan diskontinuitas jaringan ginjal yang biasanya disebabkan oleh
trauma. Ginjal merupakan organ saluran kemih yang paling rentan mengalami cedera, dengan atau
tanpa diikuti cedera organ intraabdomen lainnya.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran : Setelah menyelesaikan modul ini, maka peserta didik mampu
Umum (TIU) menguasai kompetensinya pada penyakit ruptur ginjal

Tujuan Pembelajaran : Setelah menyelesaikan modul ini, maka peserta didik mampu :
Khusus (TIK) 1. Memahami definisi, faktor risiko dan patogenesis ruptur
ginjal
2. Mengetahui manifestasi klinis ruptur ginjal melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang sesuai
3. Menegakkan diagnosis kerja ruptur ginjal dan diagnosis
bandingnya
4. Mengetahui penatalaksanaan ruptur ginjal, meliputi
medikamentosa maupun non medikamentosa
5. Mengetahui kriteria dan alur rujukan yang sesuai pada
kasus ruptur ginjal
6. Mengidentifikasi komplikasi ruptur ginjal
7. Mengetahui prognosis ruptur ginjal
8. Memahami dan menerapkan pencegahan ruptur ginjal

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


DEFINISI
Ruptur ginjal adalah diskontinuitas jaringan ginjal yang biasanya disebabkan oleh trauma,
baik trauma tumpul (blunt trauma) maupun trauma tembus (penetrating trauma).

ETIOLOGI
- Trauma tumpul (80-90%) : kecelakaan lalu lintas, jatuh, cedera olahraga, atau penyerangan
- Trauma tajam (10%) : luka tembak atau luka tusuk

FAKTOR RESIKO
- Usia
- Jenis kelamin
- Jenis aktivitas
- Riwayat kelainan ginjal sebelumnya (hidronefrosis atau kista)

PATOGENESIS
Pada trauma tumpul, mekanisme jejas ginjal diduga merupakan hasil kombinasi gaya yang
datang dan reaksi yang terjadi di kompartemen dalam yang berisi cairan. Selain itu, ginjal yang
bergeser dapat menyebabkan traksi arteri renalis, menyobek lapisan intima dan menimbulkan
perdarahan. Kompresi arteri renalis di antara dinding anterior perut dan korpus vertebra juga
dapat menyebabkan trombosis arteri renalis dekstra.
Pada trauma tembak, seperti peluru yang memiliki energi kinetik lebih besar, dapat
mendestruksi parenkim ginjal lebih hebat dan menyebabkan kerusakan di berbagai organ. Luka
tembak kecepatan rendah berhubungan dengan destruksi yang luas akibat efek ledakan, sementara
luka tembak kecepatan tinggi berkaitan dengan pengikisan jaringan yang luas dan tingginya jejas
lain.

DIAGNOSIS BANDING
- Trauma buli
- Trauma ureter
- Trauma urethra
- Acute tubular necrosis
- Chronic kidney disease

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
- Riwayat trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tajam
- Nyeri daerah pinggang (flank pain)
- Hematuria

Pemeriksaan Fisik
- Hemodinamik stabil atau tidak
- Hematuria (gross atau mikroskopis)
- Jejas pada pinggang
- Distensi abdomen, massa abdomen, abdominal tenderness

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


- Patah tulang iga
- Trauma yang menyertai (trauma thorax, abdomen, kepala, ekstremitas)

Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : darah rutin (DL), urinalisis, sedimen urin, RFT
- Foto polos : abdomen-pelvis
- Ultrasonography (USG)
- CT-Scan abdomen pelvis dengan kontras (Gold standard)
- IVP (Intravenous Pyelography) one shoot
- Angiografi
- IVP/MRI sebagai pengganti CT Scan yang tidak tersedia

KLASIFIKASI
Penentuan derajat trauma pada ginjal yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan
klasifikasi American Association for the Surgery of Trauma (AAST). Klasifikasi ini ditentukan
berdasarkan hasil CT scan ataupun eksplorasi.

Tabel 1. Derajat trauma ginjal menurut American Association for the Surgery of Trauma (AAST)

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


Gambar 1. Ilustrasi klasifikasi trauma ginjal derajat I hingga V dari American Association for the
Surgery of Trauma (AAST)

TATALAKSANA
- Stabilisasi hemodidamik
- Sekitar 90% merupakan trauma ringan yang hanya memerlukan tirah baring, analgesic, dan
observasi fungsi ginjal.
- Pembedahan eksplorasi ginjal jika perdarahan disertai syok yang tidak teratasi, atau
hematoma luas dengan pulsatil

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


Gambar 2. Evaluasi trauma tumpul ginjal pada pasien dewasa

KOMPLIKASI
Ruptur ginjal dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik yang segera (kurang dari
sebulan setelah trauma, contohnya perdarahan, infeksi, abses perinefrik, sepsis, fi stula, hipertensi,
ekstravasasi urin, dan urinoma) ataupun komplikasi tertunda (hidronefrosis, batu saluran kemih,
pielonefritis kronis, fistula arterivena, dan pseudoaneurisma).

PROGNOSIS
Prognosis ruptur ginjal bergantung pada jenis trauma, stabil tidaknya
hemodinamik, grade ruptur, dan tatalaksana pasien. Trauma tembus pada ruptur ginjal diketahui
meningkatkan tingkat keparahan cedera dibandingkan dengan ruptur ginjal yang disebabkan oleh
trauma tumpul. Trauma tembus dikaitkan dengan grading ruptur yang lebih tinggi. Ruptur ginjal
akibat trauma tembus juga dikaitkan dengan kegagalan tatalaksana nonoperatif dan kebutuhan
tindakan operatif lebih tinggi dibandingkan dengan trauma tumpul. 

LATIHAN SOAL (MCQ)


1. Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS karena kecelakaan lalu lintas. Mobil
yang dikendarai pasien menabrak truk 2 jam sebelumnya. Pasien terjepit setir di bagian
perutnya. Pasien merasa nyeri pada perut dan pinggang kanan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan penderita sadar, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 100 x/menit,

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


frekuensi nafas 24 x/menit, jejas pada perut kanan atas dan pinggang kanan, nyeri tekan
dan nyeri lepas perut kanan atas, ballotement tidak ada. Setelah dipasang kateter uretra
tampak hematuria makroskopik. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
a. Ruptur uretra pars posterior
b. Ruptur ginjal
c. Fraktur pelvis
d. Ruptur buli intraperitoneal
e. Ruptur ureter

KEPUSTAKAAN
1. Summerton DJ, Djakovic N, Kitrey ND, Kuehhas F, Lumen N, Serafetinidis E. Guidelines on
urological trauma. European Association of Urology. 2014.
2. The American Association for the Surgery of Trauma. Kidney injury scoring scale [Internet].
2015 [cited 2021 August 12] Available from: http://www.aast.org/library/traumatools/
injuryscoringscales.aspx#kidney
3. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced trauma life support for
doctors (Student Course Manual). 9th ed. 2012.
4. Kansas BT, Eddy MJ, Mydlo JH, et al. Incidence and management of penetrating renal trauma
in patients with multiorgan injury: extended experience at an inner city trauma center. J
Urol 2004; 172: 1355–1360.
5. McPhee M, Arumainayagam N, Clark M, Burfitt N, DasGupta R. Renal injury management in
an urban trauma centre and implications for urological training. Ann R Coll Surg Engl. 2015
Apr;97(3):194-7.

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6

Anda mungkin juga menyukai