NIM : PO7120121012
Kelas : 1A
MK : Pancasila
Tugas
1. Jelaskan mengapa bagian pembukaan UUD NKRI 1945 dinyatakan sebagai grandnorm (norma dasar)
Jawab : Pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI 1945 dapat dinyatakan sebagai norma dasar
(grandnorm) dikarenakan pembukaan UUD 1945 tersebut mengandung makna yang dapat dijadikan
sebagai patokan dan acuan, dan juga sebagai norma dengan posisi / kedudukan paling tinggi di
bandingkan dengan norma yang lainnya.
2. Jelaskan macam2 konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia serta jelaskan latar belakang
berubahnya konstitusi Indonesia dari periode satu ke yg lainny!
Undang-Undang Dasar 1945 dirancang oleh BPUPKI sebelum proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia. Rancangan tersebut kemudian disahkan oleh PPKI menjadi konstitusi Negara Republik
Indonesia.
UUD 1945 disahkan sebagai langkah untuk meneruskan proklamasi kemerdekaan RI. Setelah proklamasi
kemerdekaan, Indonesia lahir sebagai negara.
Indonesia sebagai negara harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraannya,
sehingga UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi.
Sejak akhirn tahun 1949 terjadi pergantian konstitusi di Inoensia. Hal ini karena situasi politik dalam
negeri Indonesia akibat campur tangan Belanda.
Nama Republik Indonesia berganti menjadi Republik Indonesia Serikat, akibat dari perundingan damai
Indonesia dan Belanda. Sebagai undang-undang dasar digunakan Konstitusi RIS yang dibuat pada 1949.
3. UUDS 1950
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, saat RIS ternyata
menimbulkan banyak ketidakpuasaan di kalangan rakyat Indonesia.
Apalagi diyakini ada pembentukan negara bagian lewat RIS merupakan rencana Belanda untuk
memecah belah Indonesia.
Untuk memenuhi tuntutan rakyat yang tidak setuju dengan bentuk negara serikat, melalui sebuah
pemerintah RI dan pemerintah RIS pada 19 Mei 1950 dibuat Piagam Persetujuan.
Negara kesatuan yang akan dibentuk merupakan hasil pengubahan Konstitusi RIS dengan prinsip-prinsip
pokok dalam UUD 1945. Kemudian terbentuk undang-undang dasar bersifat sementara, yang terkenal
disebut Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
Konstitusi permanen sebagai pengganti UUDS 1950 ternyata tidak berjalan dengan baik. Sehingga
Presiden Sukarno mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945.
Untuk menyelamatkan Indonesia, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 yang
berisi tiga hal
Adapun periode berlaku UUD 1945 hingga Periode Perubahan UUD 1945 :
Pada 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena Indonesia disibukkan dengan
perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X, pada 16 Oktober 1945
memutuskan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada Komite Nasional Indoesia Pusat (KNIP),
karena MPR dan DPR belum terbentuk. Pada 14 November 1945, dibentuk Kabinet Semi-Presidensial
(Semi Parlementer) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan pertama dari sistem
pemerintah Indonesia terhadap UUD 1945.
Pada masa ini, sistem pemerintahan Indonesia adalah parlementer. Bnetuk pemerintahan dan bentuk
negaranya federasi yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara, yang masing-masing
memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. Hal ini merupakan perubahan
UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah Negara Kesatuan.
Rakyat Indonesia kemudian sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok
karena aturan pokok itu mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan sistem pemerintahan
Indonesia.
Pada Sidang Konstituante 1959, banyak kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD
baru. Maka pada 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya,
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-undang Dasar
Sementara 1950.
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta wakil ketua DPA menjadi Menteri
Negara.
5. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 66 - 21 Mei 1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945, dan Pancasila
secara murni dan konsekuen.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 menjadi konstitusi yang sangat 'sakral', di antara melalui sejumlah
peraturan :
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila
MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui
referendum.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan Ketetapan
MPR Nomor IV/MPR/1983.
Tujuan perubahan UUD 1945 adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan
rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum. Perubahan UUD
1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan
susunan kenegaraan kesatuan, serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 1-4 kali amandemen yang ditetapkan dalam
Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR :
Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999 = Perubahan Pertama UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2002 = Perubahan Kedua UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001 = Perubahan Ketiga UUD 1945
Sidang Tahun MPR 2002, 1-11 Agustus 2002 = Perubahan keempat UUD 1945