Anda di halaman 1dari 17

Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)

1) Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak


dan jarak kelahiran yang diinginkan, maka itu pemerintah mencanangkan
program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati,
2013). Program keluarga berencana (KB) merupakan upaya pemerintah
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesehatan
ibu dan anak, sehingga program keluarga berencana nasional tidak hanya
berorientasi kepada masalah pengendalian pertumbuhan penduduk tapi
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk Indonesia (IA
Ludmila, 2018).

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau “mencegah”


dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kotrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang
matang dengan sprema (Padila, 2014).

Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan


untuk membantu para pasangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka,
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi terjadinya
kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang
bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang
membutuhkan, meningkatan mutu informasi, edukasi, konseling dan
pelayanan meningkat partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB

2) Tujuan KB

Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang


bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Manuaba, 2014).
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

3) Sasaran KB
Menurut Suratun (2008) sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu
sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung tujuan yang ingin
dicapai, yakni:
a. Sasaran langsung
pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia
antara 15- 49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif
melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat
mengakibatkan kehamilan.
b. Sasaran tidak langsung
kelompok usia remaja 15- 19 tahun, remaja ini memang bukan
merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung
tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan
seksual akibat telah berfungsinya alat- alat reproduksinya.

4) Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB sebagai berikut :
a. Ibu / wanita
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat
yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
1) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang
terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama
kesehatan organ reproduksi.
2) Menghindari/mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
3) Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan
beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut
memang diinginkan.
b. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut.
1) Memperbaiki kesehatan fisik.
2) Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
c. Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental dan sosial setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta
kasih sayang orang tuanya.
5) Macam-macam Kontrasepsi
a. KB MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
atau minuman lainnya. MAL sampai saat ini kurang diminati ibu hamil
disebabkan kurangnya pengetahuan ibu, faktor dukungan dari keluarga
yang kurang, norma budaya karena anggapan masyarakat bayi tidak
kenyang bila hanya diberi ASI saja. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang Metode
Amenorea Laktasi (MAL) dengan minat melakukan Metode Amenorea
Laktasi (MAL).
1) Cara Kerja
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah
menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat
laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan
oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat
dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat
(inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen,
sehingga tidak terjadi ovulasi.
2) Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan
secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan
selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat
haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa
memberikan makanan atau minuman tambahan). Efektifitas dari
metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas
menyusui.
3) Manfaat
Metode Amenorea Laktasi (MAL) memberikan manfaat
kontrasepsi maupun non kontrasepsi.Manfaat kontrasepsi dari MAL
antara lain:
1. Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam
bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan
menyusui eksklusif.
2. Dapat segera dimulai setelah melahirkan
3. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat
4. Tidak memerlukan pengawasan medis.
5. Tidak mengganggu senggama
6. Mudah digunakan.
7. Tidak perlu biaya.
8. Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
9. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.
4) Keterbatasan Metode Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai
keterbatasan antara lain:
1. Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
2. Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah
melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
3. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk
Hepatitis B ataupun HIV/AIDS.
4. Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
5. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara
eksklusif.
5) Yang Dapat Menggunakan MAL Metode Amenorea Laktasi (MAL)
dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghindari kehamilan dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
6) Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), harus
menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Dilakukan segera setelah melahirkan.

2. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.

3. Pemberian ASI tanpa botol atau dot.

4. Tidak mengkonsumsi suplemen.


5. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi
sedang sakit.

7) Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:


1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti
metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif,
lithium atau anti koagulan.
7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
b. KB Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormone ovarium
selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasing-
factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian pil oral
bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-
gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah,
payudara membesar, dan terasa nyeri.
1) Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-99,9% dan
97% (Handayani, 2010).
2) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu :
1. Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progestin, dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan
setiap hari.
2. Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa
hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
3. Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7
tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
3) Cara Kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu :
1. Menekan ovulasi.
2. Mencegah implantasi.
3. Mengentalkan lender serviks.
4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan
terganggu.
4) Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu :
1. Tidak mengganggu hubungan seksual
2. Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia).
3. Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang.
4. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse.
5. Mudah dihentikan setiap saat.
6. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
7. Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
5) Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu :
1. Amenorhea, Disminorea
2. Perdarahan haid yang berat
3. Perdarahan diantara siklus haid
4. Kenaikan berat badan.
5. Mual dan muntah.
6. Perubahan libido.
7. Hipertensi.
8. Nyeri tekan payudara.
9. Pusing, sakit kepala
10. Kesemutan dan baal bilateral ringan.
11. Mencetuskan moniliasis.
12. Cloasma.

c. KB SUNTIK
KB SUNTIK KOMBINASI
Suntikan kombinasi disuntikkan secara IM , Diberikan setiap 1
bulan sekali dan mengandung 2 hormon , jenisnya ada 3 yaitu cyclofem
sebanyak 1cc , gestin F2 sebanyak 1,5cc , cyclogeston sebanyak 1cc

1) Cara kerja :
Suntikan kombinasi menekan ovulasi , mengentalkan lender
serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, perubahan pada
endometrium ( atrofi ) sehingga implantasi terganggu , dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba.
2) Efek Samping :
1. Perubahan pola haid ( haid jadi sedikit atau semakin pendek , haid
tidak teratur , haid memanjang , haid jarang atau tidak haid )
2. Sakit kepala atau pusing
3. Nyeri payudara
4. Kenaikan berat badan
3) Keuntungan :
1. Praktis , efektif , dan aman
2. Tidak mempengaruhi ASI , cocok untuk ibu menyusui
3. Tidak terbatas umur
4) Keuntungan non kontrasepsi :
1. Mengurangi jumlah perdarahan
2. Mengurangi nyeri saat haid
3. Mencegah anemia
4. Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker
endometrium
5. Mencegah kehamilan ektopik
6. Mengurangi risiko penyakit radang panggul
5) Kerugian
Penggunaanya begantung pada tenaga Kesehatan
6) Yang tidak boleh menggunakan KB Suntik Kombinasi
1. Ibu hamil
2. Tumor
3. Pendarahan di vagina yang tidak tahu sebabnya
4. Penyakit jantung , lever ( hati ) , darah tinggi dan kencing manis
5. Sedang menyusui bayi < 6 minggu
7) Yang boleh menggunakan KB Suntik Kombinasi
1. Usia reproduksi
2. Telah memiliki anak , ataupun yang belum , ingin mendapatkan
kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
3. Memberi ASI pasca persalinan > 6 bulan
4. Pasca persalinan dan tidak menyusui
5. Anemia
6. Nyeri haid hebat
7. Riwayat kehamilan ektopik
8. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
9. Perokok

KB SUNTIK PROGESTIN

Suntikan progestin disuntikkan secara IM , Diberikan setiap 3 bulan.


Jenisnya Depo Medroksiprogesteron Asetat ( depo proveta ) ,
mengandung 150 mg DMPA

1) Cara Kerja
Suntikan progestin mencegah ovulasi mengentalkan lender serviks
sehingga penetrasi sperma terganggu , manjadikan selaput Rahim tipis
dan atrofi dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
2) Efek Samping
1. Perubahan pola haid ( haid tidak teratur atau memanjang dalam 3
bulan pertama , haid jarang , tidak teratur atau tidak haid dalam 1
tahun )
2. Sakit kepala atau pusing
3. Kenaikan berat badab
4. Perut kembung atau tidak nyaman
5. Penurunan Hasrat seksual
6. Pada penggunaan jangka Panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang ( densitas )
7. Pada penggunaan jangka Panjang dapat menimbulkan kekeringan
vagina , dan menimbulkan jerawat
3) Efektivitas
Bila digunakan dengan benar , risiko kehamilan kurang dari 1
diantara 100 ibu dalam 1 tahun
4) Keuntungan :
1. Sangat efektif pencegahan kehamilan jangka Panjang
2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
3. Tidak mempengaruhi ASI
5) Keuntungan non kontrasepsi :
1. Mengurangi risiko kanker endometrium dan fibroid uterus
2. Mencegah beberapa penyebab terjadinyapenyakit radang
panggul
3. Menurunkan krisis anemia bulan sabit ( sickle cell )
4. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
6) Kerugian
1. Penggunaanya bergantung pada Tenaga Kesehatan
2. Harus Kembali ke tempat pelayanan Kesehatan
7) Yang tidak boleh menggunakan KB Suntikan Progestin :
1. Hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
3. Penderita diabetes melitus disertai komplikasi
4. Menderita kanker payudara atau Riwayat kanker payudara
8) Yang boleh menggunakan KB Suntikan Progestin :
1. Usia reproduksi
2. Nullipara yang telah memiliki anak
3. Menghendaki kontrasepsi jangka Panjang dan memiliki
efektivitas tinggi
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
5. Telah banyak anak dan belum menghendaki tubektomi
6. Perokok

d. KB Implan
Implan adalah kontrasepsi yang bersifat hormonal, dan
dimasukkan kebawah kulit. Ada beberapa jenis implant yang biasa
dipakai di indonesia adalah norplant. Implant merupakan salah satu
metode kontrasepsi yang efektif berjangka 2-5 tahun.
1) Jenis- Jenis Implan
1. Norplant terdiri 6 kapsul silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, diameter 2,4 mm yang beisi 36 mg levonorgestrel.
2. Implanon, tersiri satu batang putih lentur, pajangnya 40 mm,
diameter 2 mm, berisi 68 mg desogestrel.
3. Jadena dan Indoplant, terdiri dari 2 batang yang berisi 75 mg
levonorgestrel.
2) Mekanisme kerja implant
Menghambat ovulasi sehingga ovum tidak diproduksi,
membentuk secret serviks yang tebal untuk mencegah penetrASI
sperma, menekan pertumbuhan endometrium sehingga tidak siap
untuk nidASI, mengurangi sekresi progesteron selama fase luteal
dalam siklus terjadinya ovulasi
3) Keuntungan KB Implan
1. Daya guna tinggi
2. Cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan
3. Perlindungan jangka Panjang
4. Pengambilan tingkat kesuburan yang cepat setelahpencabutan
5. Bebas daripengaruh estrogen
6. Tidak menggangu kegiatan senggama dan tidak menggangu
ASI(Air Susu Ibu)
4) Kerugian KB Implan
1. Perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting)
2. Meningkatnya jumlah darah haid (hipermenorea) dan amenorea
3. Keluhan nyeri kepala dan nyeri payudara
4. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular
seksual termasuk AIDS
5. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian implant ini
sesuai dengan keinginan tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.
5) Kontra Indikasi
1. Kehamilan atau disangka hamil
2. Kangker payudara
3. Kelainan jiwa
4. Penyakit hati akut, jantung, hipertensi, diabettes mellitus, trombo
emboli
5. Riwayat kehamilan etropik (28)

e. KB IUD
Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan
yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR mengubah
transportasi tubal dan rahim dan mempengaruhi sel telur dan sperma
sehingga pembuahan tidak terjadi.
1) Efek Samping
a) Efek samping pemasangan AKDR termasuk diantara : Rasa
tidak enak di perut, perdarahan per vaginam atau spotting, dan
infeksi.
b) Efek samping dari penggunaan AKDR termasuk : perdarahan
yang banyak, kram, infeksi, kemandulan dan kebocoran rahim.
2) Indikasi
Wanita usia subur dan tidak bisa menggunakan kontrasepsi lain.
3) Kontra indikasi
a) Kehamilan
b) Gangguan perdarahan
c) Peradangan pada alat kelamin
d) Kecurigaan tumor ganas
e) Tumor jinak pada rahim
f) Kelainan bawaan pada Rahim

f. Tubektomi
Pembedahan untuk menghilangkan patensi tuba falopi. Tindakan
ini dilakukan sebagai metode kontrasepsi mantap (permanen) untuk
wanita. Prosedurnya dapat dilakukan dengan memotong, mengablasi,
atau mengikat tuba, sehingga gamet tidak dapat melewati tuba falopi.
Tubektomi dapat dilakukan segera setelah persalinan, segera setelah
abortus, atau kapanpun sebagai pembedahan elektif.
1) Indikasi tubektomi
1. Kontrasepsi permanen untuk wanita yang yakin ingin mengakhiri
fertilitasnya dan tidak ingin menggunakan metode kontrasepsi
reversibel.
2. Wanita yang dapat mengalami masalah medis serius bila hamil.
3. Kandidat tubektomi harus bebas dari penyakit ginekologis lain
yang mungkin mengganggu prosedur
4. untuk kontrasepsi mantap (permanen) bagi wanita yang ingin
mengakhiri fertilitasnya secara irreversible atas dasar keinginan
sendiri.
2) Kontraindikasi utama tubektomi
1. Pasien yang ambivalen atau tidak yakin tentang sterilisasi.
2. Pasien yang sedang hamil,
3. Pasien yang tidak mampu membuat keputusan sendiri,
4. Pasien yang memiliki keganasan ginekologi,
5. Pasien yang memiliki infeksi pelvis aktif juga menjadi
kontraindikasi.
3) Teknik tubektomi
1. Laparotomi
2. minilaparotomi,
3. laparoskopi, tidak dianjurkan pada pasien dengan obesitas atau
riwayat bedah abdomen yang berisiko adhesi.
4. histeroskopi, tidak dianjurkan pada wanita yang memiliki
hipersensitivitas terhadap agen anestesi local.
Metode untuk menghilangkan patensi tuba juga dapat bervariasi,
misalnya dengan oklusi tuba, salpingektomi parsial, atau
salpingektomi lengkap.
4) Komplikasi umum dari tubektomi
1. Perdarahan dan infeksi.
2. Kehamilan ektopik
3. Postablation tubal sterilization syndrome.
5) Kriteria menentukan tubektomi harus ditunda.
1. kondisi postpartum
2. postabortus tertentu
3. kondisi kardiovaskular
4. infeksi saluran reproduksi
g. Vasektomi
Vasektomi merupakan prosedur yang sangat efektif untuk
mencegah terjadinya kehamilan karena bersifat permanen. Dalam
kondisi normal, sperma diproduksi dalam testis. Pada saat ejakulasi,
sperma mengalir melalui 2 buah saluran berbentuk pipa (vas deferens),
bercampur dengan cairan semen (cairan pembawa sperma), dan keluar
melalui penis. Bila sperma masuk dan bergabung dengan sel telur
wanita, maka terjadilah kehamilan. Prosedur vasektomi mempunyai
konsep bahwa saluran (vas deferens) tersebut dipotong dan kedua ujung
saluran diikat, sehingga sperma tidak dapat mengalir dan bercampur
dengan cairan semen. Dengan kata lain vasektomi adalah prosedur
klinik untuk menghentikan kapasitas pria dengan jalan melakukan
okulasi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat
dan proses fertilasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
1) Indikasi Vasektomi
Vasektomi dapat dilakukan kepada pasien yang tidak
berkeinginan memiliki anak lagi. Metode kontrasepsi ini realtif
membutuhkan waktu perawatan di rumah sakit lebih singkat. Meski
demikian, sebaiknya keputusan untuk melakukan vasektomi
merupakan kesepakatan bersama dengan pasangan. Hal tersebut
dikarenakan operasi membuka kembali saluran sperma tidak selalu
berhasil dilakukan.
2) Peringatan Vasektomi
Vasektomi dapat dilakukan pada pria usia berapa saja. Meski
demikian, dokter biasanya tidak menganjurkan metode ini untuk pria
berusia di bawah 30 tahun dan belum memiliki anak. Pertimbangan
khusus juga perlu diberikan pada pria dengan kondisi medis tertentu,
seperti:

1. Sedang mengonsumsi obat antikoagulan dan antiplatelet, seperti


warfarin atau aspirin.
2. Menderita infeksi kulit akut akibat kecelakaan atau memiliki luka
parut pada skrotum.
3. Memiliki kelainan anatomi pada organ reproduksi,
seperti varikokel atau hidrokel yang besar.
4. Menderita kelainan darah atau perdarahan yang berlebihan
5. Memiliki alergi atau sensitif terhadap anastesi lokal atau antibiotic
6. Pernah menjalani operasi pada alat kelamin
7. Mengalami infeksi saluran kemih atau infeksi kelamin yang
berulang
8. Vasektomi tidak dapat mencegah penyakit infeksi menular
seksual.
3) Sebelum Vasektomi
Dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh
kepada pasien. Dokter akan menanyakan alasan pasien ingin
melakukan vasektomi dan kesiapan pasien terhadap prosedur
tersebut, guna mencegah penyesalan di kemudian hari. Selain itu,
dokter juga akan menjelaskan seputar prosedur vasektomi, mulai
dari persiapan hingga komplikasi yang mungkin terjadi. Dokter akan
meminta pasien untuk melakukan beberapa hal berikut:
1. Tidak mengonsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin atau
warfarin, selama 7 hari sebelum vasektomi.
2. Membersihkan alat kelamin dan mencukur bulu kelamin di
seluruh skrotum 1 hari sebelum vasektomi dilakukan
3. Menghindari konsumsi makanan berat dan mengganti dengan
kudapan ringan sebelum vasektomi.
4. Membawa pakaian dalam yang ketat untuk dipakai setelah
vasektomi, guna menopang skrotum dan mengurangi
pembengkakan yang terjadi.
5. Mengajak seseorang untuk menemani dan mengantar pulang
setelah vasektomi
4) Teknik dan Prosedur Vasektomi
1. Teknik konvensional
Berikut ini adalah tahapan prosedur vasektomi menggunakan
teknik konvensional:
a) Pasien akan dibius terlebih dahulu dengan bius lokal di area
testis dan skrotum.
b) Dokter akan membuat sayatan 1–2 sayatan kecil di sisi
skrotum, sehingga dokter dapat menjangkau saluran sperma
(vas deferens).
c) Setelah itu, kedua saluran sperma dipotong dan ujung
masing-masing saluran dijahit atau ditutup
menggunakan diathermy (alat perekat dengan pemanasan
suhu tinggi).
d) Kemudian, masing-masing sayatan akan dijahit dengan
benang yang dapat diserap kulit.
2. Teknik tanpa pemotongan saluran sperma
Pada vasektomi dengan teknik tanpa pemotongan saluran
sperma, tahapan prosedurnya adalah sebagai berikut:
a) Pasien akan dibius terlebih dahulu dengan bius lokal di area
testis dan skrotum.
b) Dokter akan menjepit saluran sperma (vas deferens) di
bawah kulit skrotum dari luar dengan klem (penjepit).
c) Setelah itu, dokter akan membuat lubang kecil pada kulit di
atas saluran sperma.
e) Dokter akan membuka lubang tersebut dengan menggunakan
sepasang alat penjepit khusus untuk menjangkau saluran
sperma.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani,Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.


Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Padila. 2014. Keperawatan Maternitas : Sesuai dengan Standart Kompetensi
(PLO) dan Kompetensi Dasar (CLO). Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, I., Manuaba, I.& Manuaba, I.F. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB. 2 ed. Jakarta : EGC.
Ludmila, I. A. 2018. Asuhan Kebidanan Continuity Of Care pada Ny M Masa
Hamil sampai dengan Keluarga Berencana di BPM Muryati SST. Keb Sukorejo
Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Medika.
Suratun, dkk,. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Rihama
Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Saifuddin, AB . 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sinclair. 2010. Buku Saku Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Matahari, Ratu dkk. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Yogyakarta:CV Pustaka Ilmu Group Yogyakarta.
Yulizawati dkk. 2019. Asukan Kebidanan Keluarga Berencana.
Sidoarjo:Indomedia Pustaka
Prijatni, Ida dan Sri Rahayu. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Mayaseri, Reni dkk. 2017. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam Pelayanan Safari KB Implant
( Studi Pada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di Dinas Sosial
Kabupaten Pati. Udergraduete Thesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Anda mungkin juga menyukai