Salsabila Zahira - Makalah PKW Head Line
Salsabila Zahira - Makalah PKW Head Line
KEWIRAUSAHAAN (PKW)
Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan dan
Pengembangan Masyarakat oleh dosen Dr. H. Safuri Musa, M.Pd.
Disusun oleh :
Kelas 4B
Salsabila Zahira (1910631040051)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
tidak lupa saya panjatkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa manusia dari zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang.
Di dalam makalah yang telah saya selesaikan ini menjelaskan mengenai kebijakan
satuan PLS, khususnya adalah untuk Program Keterampilan Kewirausahaan (PKW). Dan
terdapat analisis pada setiap kebijakan untuk menambah pengetahuan saya mengenai mata
kuliah “Analisis Kebijakan Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat”. Selain itu,
pembuatan makalah ini juga untuk memenuhi tugas saya. Diharapkan pula makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen saya, dosen mata kuliah analisis kebijakan pendidikan dan pengembangan
masyarakat yang telah membimbing saya dalam penulisan makalah ini.
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi khalayak banyak, Terima kasih.
Penulis
A. PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui angka kemiskinan dan penganggura di Indonesia cukup
tinggi. Kemiskinan dan pengguran terjadi di suatu negara karena dua faktor, yang pertama
karena sumber daya alam (SDA) yang terbatas untuk diolah, yang kedua karena sumber daya
manusianya (SDM) yang kurang terampil dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam
memanfaatkan peluang dari sumber daya alam yang dimiliki. Di Indonesia sumber daya alam
(SDA) sangat melimpah dan berpotensi untuk memiliki harga jual yang tinggi di pasar dunia,
seperti rempah-rempah, hasil perikanan, hasil hutan, dan lain sebagainya. Namun kekurangan
yang dimiliki Indonesia terdapat pada sumber daya manusianya (SDM) yang kurang pandai
mengolah sumber daya alam (SDA) menjadi produk pemenuhan kebutuhan manusia yang
bernilai jual tinggi. Dan sumber daya manusianya (SDM) juga ada yang kurang keterampilan
atau pengetahuan yang berpeluang untuk menjadi jasa yang bernilai di kehidupan manusia.
Rata-rata pengganguran di Indonesia tidak mendapat pekerjaan karena pendidikannya yang
rendah dan tidak mempelajari keterampilan lain. Dengan SDM yang kurang berkualitas
bersamaan dengan kondisi pandemi, tahun 2021 diketahui tingkat pengguran naik menjadi
dua kali lipat sebesar 7,8 persen atau sebanyak 10,4 juta jiwa. Maka dari itu, lembaga satuan
pendidikan masyarakat sangat berperan dalam rangka membantu masyarakat meningkatkan
keterampilan mereka, yang diharapkan kedepannya dapat mengurangi pengangguran dan
angka kemiskinan di Indonesia. Salah satu program satuan pendidikan masyarakat yang
membantu adalah Program Keterampilan Kewirausahaan (PKW). Diharapkan program ini
mampu menciptakan manusia dengan jiwa kewiraushaan, dan memiliki kemampuan untuk
berwirausaha sehingga meningkatkan ekonomi manusia tersebut. Jika semua masyarakat
meningkatkan keterampilan mereka maka aka nada peluang penurunan tingkat pengguran dan
kemiskinan di Indonesia. Maka dari itu satuan pendidikan masyarakat harus terus berlanjut
atau bahkan dikembangkan melalui dukungan dan perhatian dari pemerintah, seperti
pemenuhan fasilitas dan pengenalan kepada masyarakat akan keberadaan satuan pendidikan
masyarakat.
A.2 Rumusan Masalah
Apa itu Pelatihan Keterampilan Kewirausahaan (PKW)?
Bagaimana petunjuk teknis dari PKW?
Bagaimana petunjuk pelaksanaan PKW?
Apa saja peraturan yang mengatur program PKW?
A.3 Tujuan
Memahami dan mengerti program satuan PLS yaitu Pelatihan Keterampilan
Kewirausahaan (PKW).
Memahami dan mengerti petunjuk teknis satuan PLS yaitu Pelatihan Keterampilan
Kewirausahaan (PKW).
Memahami dan menegerti petunjuk pelaksanaan satuan PLS yaitu Pelatihan
Keterampilan Kewirausahaan (PKW).
Memahami dan mengerti peraturan satuan PLS yaitu Pelatihan Keterampilan
Kewirausahaan (PKW).
B. RINGKASAN
Ada jenis keterampilan dan peluang usaha program PKW yang paling
direkomendasikan dan disesuaikan oleh potensi lokal. Yang pertama jenis keterampilan
bidang kelautan dan perikanan, dengan memenuhi kebutuhan primer manusia berupa
makanan, budidaya dan pengelolaan perikanan dan hasil laut maupun darat lainnya yang
memiliki harga jual yang tinggi. Yang kedua ada jenis keterampilan bidang kuliner,
memenuhi kebutuhan primer manusia berupa makanan ringan, minuman, hingga makanan
pokok yang memiliki kualitas yang bagus, diolah dan dipasarkan dengan cara yang unik.
Yang ketiga jenis keterampilan bidang fashion, memenuhi kebutuhan sekunder manusia
seperti pakaian, tas, sepatu, dan lain-lain. Keterampilan bisnis fashion ini diperlukan
kemampuan untuk pemilihan model yang dapat membawakan produk sebagai selera yang
bagus, selain itu memaksimalkan sistem pemasaran dengan mencoba menjual secara online
atau bahkan bisa menarik reseller atau dropshiper. Yang keempat jenis keterampilan bidang
otomotif, sekarang manusia sudah tidak bisa lepas dari transportasi, maka membuka peluang
bagi para wirausaha untuk membuka usaha seperti bengkel, jasa cuci kendaraan, atau uasaha
aksesoris kendaraan. Yang kelima jenis keterampilan agrobisnis, bisnis ini bukan hanya
tentang budidaya tetapi juga pengolahan hasil pertanian dan peternakan seperti beras, sayur-
sayuran, buah-buahan, ikan, dan lain-lain, kemudian sumber daya itu dapat diekspor. Yang
keenam jenis keterampilan bidang kerajinan tangan, ukiran, dan industri kreatif lainnya,
misalnya membatik, menenun, menyablon, membordir, dan lain sebagainya. Hasil dari
kerajinan tangan harus bersifat unik sehingga bila masuk pasaran internasional, memiliki nilai
jual yang tinggi. Yang ketujuh jenis bidang kesehatan dan kecantikan, seperti membuka
usaha spa, salon, akupunktur, dan pengobatan tradisional, atau juga dengan membuat produk
kecantikan dan kesehatan. Yang kedelapan jenis keterampilan bidang internet marketing,
Indonesia memiliki banyak pengguna internet, menurut Global Web Index ada sekitar 58 juta
orang Indonesia menggunakan internet. Jika pengguna internet terus meningkat, Indonesia
bisa menjadi pasar internet yang penting dan berpotensi di sektor usaha internet dunia.
Banyak peluang usaha yang dapat dipasarkan melalui pemasaran digital. Jenis keterampilan
ini tidak mengajarkan caea membuat website untuk internet marketing, tetapi bagaimana
Teknik memasarkan produk/jasa melalui media internet tanpa harus mempunyai produk/jasa.
Yang terakhir jenis keterampilan bidang desain grafis, dengan melatih cara membuat desain
melalu media digital yang menarik dan diimplementasikan ke barang seperti kaos, tas,
interior, dan produk lainnya untuk menambah nilai jual produk.
Pada program PKW (Program Keterampilan Kewirausahaan) ini mencakup beberapa hal
yang saling berkaitan dengan melihat kondisi nyatanya, yaitu kondisi perekonomian
masyarakat, pendidikan, dan kewirausahaan. Hal pertama yang perlu diketahui, bagaimana
kondisi perekonomian masyarakat di Indonesia?. Kondisi perekonomian di Indonesia bisa
dikatakan belum maju, karena tingkat kemiskinan yang relatif masih tinggi, dan juga
banyaknya pengangguran. Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar
minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan.
Penduduk miskin adalah penduduk yang berada di bawah suatu batas atau disebut sebagai
garis kemiskinan. Sedangkan pengagguran atau tuna karya adalah istilah untuk angkatan
kerja yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, sedang menunggu proyek
pekerjaan selanjutnya, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Karena adanya kondisi pandemi covid-19 yang menyebabkan melonjaknya angka
kemiskinan dan pengguran di Indonesia. Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui
angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia melonjak sejak dihamtam pandemi Covid-
19 dalm 7 bulan terakhir. Angka kemiskinan dan pengangguran naik ke taraf tertinggi. Di
Indonesia sendiri sudah meningkat 9,4 persen dari sejarah Indonesia dan sekarang meningkat
hingga 9,78 persen, ungkapnya. Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, tingkat
kemiskinan tahun lalu pada September 2019 mencapai 9,22 persen. Namun sejak covid-19,
angka kemiskinan kembali bertambah. Bila tanpa intervensi, kemisinan bisa capai 10,63
persen yaitu naik sekitar hampir 4 juta orang dari 24 juta kemiskinan ke 28 juta. Dengan
intervensi bisa kita tekan jadi 9,7 persen -10,2 persen atau kita tekan 2 juta dan mudah-
mudahan secara rasio masih bisa satu digit dan di 2021 ditarget 9,2 persen-,9,7 persen,
tuturnya. Sementara itu untuk tingkat pengangguran tingkat pengangguran terbuka 7,7
persen-9,1 persen, karena 2020 pengangguran bertambah 4 juta sampai 5,5 juta
Penyebab terjadinya kemiskinan dan pengguran secara umum adalah karena tingkat
pendidikan dan keterampilan masyarakat yang rendah, dan sempitnya lapangan pekerjaan.
Pada zaman sekarang, tingkat pendidikan sangat berpengaruh dengan kualitas pekerjaan yang
didapat, jika tidak memilki pendidikan yang tinggi setidaknya masyarakat harus memiliki
skill atau keteramplan sebagai nilai tambahnya. Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan sistematis untuk
mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik. Berdasarkan Education Index yang
dikeluarkan oleh Human Development Reports, pada 2017, Indonesia ada di posisi ketujuh di
ASEAN dengan skor 0,622. Menurut data, Indonesia rata-rata lama sekolahnya adalah 8
tahun. Di bawah Indonesia adalah Thailand (7,6 tahun), Laos (5,2 tahun), Myanmar (4,9
tahun), dan Kamboja (4,8 tahun). Bila dilihat berdasarkan provinsi, DKI Jakarta menempati
peringkat tertinggi dengan rata-rata lama sekolah 11,06 tahun, disusul Kepulauan Riau (10,01
tahun), dan Maluku (9,78 tahun). Sementara itu, provinsi dengan peringkat rata-rata lama
sekolah paling rendah adalah Papua (6,66 tahun), Kalimantan Barat (7,65 tahun), dan NTB
(7,69 tahun). Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan di Indonesia
belum merata, adanya ketimpangan antara pendidikan di kota dan di desa, yang
mengakibatkan rendahnya daya saing masyarakat desa saat mencari pekerjaan.
Di masa sekarang, pendidikan sudah mudah didapat. Pendidikan bukan hanya semata-
mata bentuk dari sekolah formal, tetapi ada bentuk non-formal dan informal. Jika masyarakat
kesulitan mengikuti sekolah formal, masyarakat bisa mengikuti pelatihan-pelatihan dari
lembaga pendidikan non-formal. Seperti halnya PKW (Program Keterampilan
Kewirausahaan), PKW adalah layanan pendidikan melalui kursus dan pelatihan untuk
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan menumbuhkan sikap mental wirausaha
dalam mengelola potensi diri dan lingkungan yang dapat dijadikan bekal untuk berwirausaha.
Lalu apa yang dimaksud dengan berwirausaha?. Menurut Richard Cantillon Kewirausahaan
adalah sebagai pekerjaan seseorang pengusaha yang membeli barang pada harga tertentu
kemudian menjualnya kembali dengan harga yang belum pasti. Dan menurut Drs. Joko
Untoro, kewirausahaan adalah adalah suatu keberanian untuk melakukan berbagai upaya
dalam memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan seseorang. Upaya berdasarkan
kemampuan dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki, sehingga menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Di program PKW, peserta didik
diajarkan keterampilan berwirausaha, mulai dari perencanaan, pengorganisasain, pelaksanaan
berwirausa, serta ditanamkan sikap-sikap para wirausaha. Dilansir dari buku Kewirausahaan
dan UMKM (2020) karya Puji Hastuti dan kawan-kawan, beberapa ciri-ciri kewirausahaan,
yakni:
Memiliki keberanian dan daya kreasi yang tinggi
Pebisnis sukses adalah seseorang yang memiliki keberanian yang tinggi untuk berkreasi.
Orang yang memiliki keberanian untuk memulai sesuatu, akan menghadapi risiko dengan
bijaksana.
Mempunyai semangat tinggi dan kemauan keras
Dalam membangun bisnis harus diikuti dengan semangat tinggi dan kemauan keras.
Tujuannya untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa apa yang akan dikerjakan pasti
membawa hasil.
Memiliki daya analisa yang baik
Seorang Wirausaha harus memiliki daya analisis terhadap apa yang sedang dikerjakan.
Misalnya dalam menghitung laba-rugi, persaingan, nilai jual barang atau jasa, serta
kemampuan menganalisis pasar.
Berjiwa pemimpin dan tidak konsumtif
Seorang pebisnis harus memiliki jiwa kepemimpinan, baik untuk dirinya sendiri maupun
karyawannya. Selain itu juga tidak memiliki sifat konsumtif, karena pengeluaran harus
lebih kecil daripada pemasukan.
Membuat keputusan dan melaksanakannya
Mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat untuk menghasilkan sesuatu. Seorang
pebisnis memiliki perhitungan dalam setiap mengambil keputusasn dan harus disepakati
oleh timnya.
Memiliki pengabdian yang besar terhadap usahanya
Seorang pebisnis harus mengabdikan dirinya terhadap pekerjaanya. Dapat memilah dan
memilih kepentingan mana yang harus didahulukan ataupun ditunda untuk keberhasilan
usahanya.
Melihat dari kondisi faktual masyarakat yaitu adanya pendidikan yang rendah dan
kurangnya keterampilan sehingga sulit mendapat pekerjaan, program PKW ini membantu
peserta didik (masyarakat yang mengikuti program) untuk meningkatkan keterampilan yang
mereka miliki. Selain itu, prinsip program PKW ini bukanlah membantu lulusan untuk
menjadi pekerja di suatu perusahaan. Tetapi menyiapkan lulusannya menjadi pengusaha yang
mandiri dan mungkin kedepannya bisa membuka lapangan kerja sendiri. Di program PKW
ini ada banyak jenis keterampilan kewirausahaan, ada yang menggeluti bidang fashion,
kuliner, transportasi, pertanian, perikanan, dan lain sebaginya. Sehingga peserta didik dapat
benar-benar melatih keterampilannya dan menemukan peluang usaha di bidang
keterampilannya. Sebagai contoh ada peserta didik yang memilki keterampilan menjahit,
ketika ia mengikuti PKW, ia akan memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan
keterampilannya, selain juga diberikan pengetahuan dalam berwirausaha. Keteki peserta
didik itu lulus dari PKW, ia memilki kesempatan membuka usaha di bidang yang sesuai
keterampilannya seperti membuka usaha menjahit, atau bahkan bisa membuka butik dan
membuat brand sendiri apabila ia terus meningkatkan skillnya.
Secara langsung sebenarnya program PKW ini membantu kondisi perekonomian
masyarakat Indonesia. Yang sebelumnya pengangguran, tetapi setalah mengikuti pelatihan
dan memilki keterampilan mampu membangun usaha atau bahkan membuka lapangan kerja
bagi orang lain, apabila usahanya berkembang. Mereka yang telah mengikuti pelatihan dan
membuka usaha, mampu meningkatkan kondisi perekonomiannya. Dengan begitu
pengangguran dan tingkat kemiskinan di Indonesia menurun. Terlebih lagi PKW bekerjasama
dengan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri), sehingga melatih para peserta didik
beradaptasi dengan pasaran umum di dunia, apa-apa saja yang sedang dibutuhkan
masyarakat. Hal tersebut membuka peluang para lulusannya untuk membuka usaha, bisa saja
produk usahanya masuk kepasar dunia dan terjadinya ekspor dalam jangka Panjang yang
mendatangkan devisa untuk negara. Dengan dukungan kemajuan teknologi semakin
mendukung para pengusaha dalam pelaksanaan wirausahanya. Bantuan teknologi di bidang
wirausaha adalah sebagai sarana pemasaran, yaitu melalui sosial media seperti facebook,
Instagram, twitter. Di zaman sekarang para pengusaha juga dipermudah karena adanya e-
commerce. E-commerce (Elektronik Commerce) atau dalam bahasa indonesia Perdagangan
Secara Elektronik adalah aktivitas penyebaran, penjualan, pembelian, pemasaran produk
(barang dan jasa), dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi seperti internet, televisi,
atau jaringan komputer lainnya. Contoh e-commerce yang sedang terkenal saat ini adalah
shoppe, tokopedia, Lazada, Zalora, dan lain-lain. Dengan bantuan teknologi, para pengusaha
juga mampu melihat kualitas produk luar negeri dan membandingkan kualitas produknya
dengan produk luar negeri. Perbandingan produk tersebut memicu para pengusaha untuk
meningkatkan kualitas produknya agar tidak kalah saing dengan yang lain. Sudah banyak
produk lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan brand luar negeri, contohnya di bidang
fashion dan kecantika. Make-up produk lokal sangat digemari masyarakat saat ini karena
kulitasnya yang bagus tetapi harganya terjangkau.
Dari pembuktian-pembuktian diatas menyatakan bahwa PKW sangat dibutuhkan
untuk perkembangan kualitas perekonomian masyarakat. Jika kualitas perekonomian
meningkat di Indonesia, maka harapan hidup di Indonesia juga akan meningkat. Seseorang
yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara tidak langsung dapat menjamin
kelangsungan hidupnya. Contoh kecilnya apabila ia sakit, ia bisa membayar biaya rumah
sakit dan membeli bahan makanan yang bergizi untuk menjaga kesehatannya. Maka dari itu,
program keterampilan kewirausahaan ini harus terus dijalankan atau bahkan ditingkatkan
demi kemajuan masyarakat Indonesia.
D. LANDASAN YURIDIS
Secara umum dasar pemberian bantuan bagi peserta didik kursus dan pelatihan sesuai dengan
amanat:
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada
tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di
Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak
1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an
banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada
tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan
kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah
atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun
pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
Menurut fakta sejarah, sejak ratusan tahun lalu sebagian besar atau mayoritas
masyarakat Indonesia hidup dari pertanian. Hanya mereka yang hidup di daerah pantai sering
terlibat dengan perdagangan kecil-kecilan dan belum pernah memasuki tingkat perdagangan
internasional dengan ukuran skala ekonomis. Menurut mereka bahwa pada zaman dahulu
para pedagang Indonesia telah aktif berdagang rempah-rempah sampai Gujarat, Teluk Arab,
dan Madagaskar. Namun, kalau dikaji secara teliti berdagang rempah-rempah sampai
Gujarat, Teluk Arab, dan Madagaskar. Namun, kalau dikaji secara teliti kegiatan
perdagangan ini lebih mengarah pada kegiatan petualangan tanpa kesinambungan bisnis
dalam ukuran dagang modern. Kegiatan ini pun terbatas pada beberapa suku tertentu
penghuni pantai laut Jawa, Bugis, pantai Barat Sumatera, dan Aceh. Fakta ini, secara umum
kurang berarti dalam kehidupan ekonomi Indonesia.
Pada dasarnya, seorang wirausaha atau wiraswasta harus mampu melihat suatu peluang
dan memanfaatkannya untuk mencapai keuntungan atau manfaat bagi dirinya dan dunia
sekelilingnya serta kelanjutan usahanya. Mereka harus mampu mengambil risiko dengan
mengadakan pembaruan (innovation). Wirausaha harus pandai melihat ke depan dengan
mengambil pelajaran dari pengalaman di waktu yang lampau, ditambah dengan kemampuan
menerima serta memanfaatkan realitas atau kenyataan yang ada di sekelilingnya. Realitas ini
bukan saja di bidang ekonomi, akan tetapi mencakup juga bidang sosial, pendidikan, bahkan
agama. Mereka harus mampu mengoordinasi dan mendayagunakan kekuatan modal,
teknologi, dan tenaga ahli untuk mencapai tujuan secara harmonis. Singkatnya, mereka harus
seorang manajer dan menggunakan manajemen untuk mencapai tujuan.
Dari sejarah, kita mencatat lahirnya Serikat Islam, yang asal-usulnya ditujukan untuk
mendobrak monopoli (seperti yang disebut di atas), terutama di dunia perdagangan.
Kemudian, setelah kemerdekaan pemerintah RI menyadari bahwa dalam mengisi
kemerdekaan harus juga ditopang dengan perkembangan dunia usaha yang dikelola oleh
orang Indonesia sendiri. Dalam mewujudkan hal ini hingga 1965 kita amati adanya usaha
pemerintah mendorong tumbuhnya pengusaha Indonesia terutama di kalangan pribumi lewat:
Dari sekian banyak usaha tersebut di atas ternyata tidak semua berhasil. Hal itu
disebabkan:
Di bidang pendidikan persoalannya ternyata lebih rumit serta menjadi untaian mata
rantai yang paling lemah dalam pembinaan dan pertumbuhan dunia wirausaha di Indonesia
selama ini. Di zaman penjajahan hampir tidak ada sekolah atau perguruan tinggi yang
mendorong timbulnya wirausaha. Setelah kemerdekaan, sekolah kejuruan baru seperti STM,
SMEA, sekolah kejuruan lain dan beberapa Akademi dibangun, tetapi kurang berhasil karena
kekurangan guru, siswa yang berbakat, pengalaman berikut hambatan struktur nilai di
masyarakat, maupun karena peraturan atau ketentuan pemerintah yang simpang siur.
Kelemahan dunia pendidikan ini lebih terasa lagi dengan belum adanya pola kurikulum
yang jelas dan pengarahan terhadap mereka yang lulus sekolah kejuruan. Alasan kekurangan
guru, minat masyarakat, dan pengalaman juga ikut menghambat. Hal ini berbeda dengan
kenyataan yang ditemui di Jerman Barat, Belanda, Jepang, dan negara kapitalis lainnya dari
dahulu hingga sekarang. Di negara-negara maju ini peranan dan proporsi sekolah kejuruan
sangat dominan dan meliputi hampir 60% dari jumlah sekolah yang ada.
Peran media dan lembaga-lembaga terkait pun tak kalah penting. Kerjasama media
dalam kegiatan-kegiatan penghargaan, ekspo, pameran bagi wirausaha membuat topik ini
menjadi selalu hangat sepanjang tahun. Perusahaan Konsultan Manajemen sekelas Earns &
Young (EY) misalnya setiap tahun selalu memberikan penghargaan EY Entrepreneurs of The
Year kepada wirausaha yang dinilai berhasil dalam bidangnya. Ditambah lagi dengan
beragam penghargaan lain yang diberikan baik oleh pemerintah secara langsung memberikan
daya ungkit yang terus mengangkat kemajuan kewirausahaan di Indonesia. (AA). Saat ini,
pengembangan kewirausahaan dan ekonomi digital menjadi prioritas Presiden, dan Indonesia
membuka diri terhadap kerjasama dan investasi dari pihak swasta termasuk dari Amerika
Serikat. Indonesia sedang mempersiapkan infrastruktur seperti Palapa Ring untuk internet
cepat dan akses finansial untuk UKM dan wirausaha melalui KUR, bahkan dalam hal
finansial akan mengarah ke transaksi tanpa uang tunai (cashless). Untuk transaksi di pulau
terpencil telah tersedia Bank Kapal. Selain itu Indonesia tengah mempersiapkan RUU
Kewirausahaan Nasional untuk mendukung pengembangan Kewirausahaan Sosial dan
Pemula. Para pengusaha tersebut menjajaki kerjasama lebih jauh, dan diarahkan oleh Teten
untuk berkomunikasi dengan Kementrian teknis terkait, seperti Kemenkominfo, Kemendag
dan Bekraf agar dapat segera terealisir.
F. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARA
F.1 Perencanaan
Jalin UMKM
Untuk penyelenggara PKW harus mengadakan Pergantian Kerjasama (PKS) atau
Memorandum of Understanding (MoU) dengan UMKM yang sesuai dengan
keterampilannya. Tanda pengikat kerjasama dengan menggunakan surat yang
diberikan materai, misal untuk pihak kedua maka pihak kesatu melampirkan materai,
atau sebaliknya. Jangan sampai tanda kerjasama itu tidak dilampirkan oleh materai.
Kemudia di surat tersebut harus ada nomor (MoU) baik dari lembaga PKW dan dari
UMKM. Di dalam surat tersebut juga harus tertera lambing dari kedua pihak.
2. Pembukaan
Contoh rangkaian acara pembukaan pelatihan sebagai berikut:
a. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipandu dirigen
b. Laporan ketua panitia pelatihan
c. Sambutan ketua satuan pendidikan PAUD/Dikmas sekaligus membuka
kegiatan pelatihan
d. Pembacaan doa, sekaligus menutup kegiatan pembukaan.
3. Penjelasan teknis
Penjelasan teknis disampaikan oleh panitia pelatihan. Penjelasan teknis ini
dilakukan dalam rangka memberikan informasi awal tentang kegiatan-kegiatan
yang akan dijalani oleh peserta dan fasilitator selama mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan.
4. Melaksanakan pre-test
Pre-test penting dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran/pelatihan, dengan
maksud untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan dan pemahaman awal
peserta terhadap materi-materi yang akan dipelajari pada kegiatan pelatihan.
6. Melaksanakan post-test
Pada akhir pembelajaran/pelatihan, untuk mengetahui tingkat daya serap peserta
khususnya pengetahuan dan pemahaman, peserta mengikuti kegiatan post test.
F.4 Supervisi/Pembinaan
Laporan Pertanggungjawaban
Bantuan lembaga penyelenggara program PKW wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban ke Direktorat Kursus dan Pelatihan dengan cara:
1. Online/Daring.
Lembaga penyelenggara program PKW wajib mengunggah laporan
pertanggungjawaban ke dalam sistem e-banper dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Laporan Awal : Laporan awal disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak dana masuk ke rekening lembaga penyelenggara,
dengan melampirkan:
2) Laporan keuangan
Laporan keuangan pelaksanaan program PKW yang harus diunggah
ke dalam sistem e-banper terdiri dari:
Target penerima bantuan PKW adalah warga masyarakat usia 15 sampai dengan 30
tahun dengan prioritas usia 15 sampai dengan 25 tahun yang memiliki kriteria:
1. Putus sekolah atau lulus tidak melanjutkan.
2. Belum memiliki pekerjaan tetap atau menganggur.
3. Prioritas dari keluarga kurang mampu.
G.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan penyelenggaraan Program (PKW) sebagaiberikut:
1. Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan pola pikir berwirausaha
melalui kursus dan pelatihan kepada peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan
DU/DI dan atau pasar.
2. Memotivasi dan menciptakan rintisan usaha baru serta pendampingan untuk dapat
berkembang dan mampu bermitra dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)/Dunia Usaha, Permodalan, dan Pemasaran serta instansi terkait
G.3 Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Kecakapan Wirausaha disusun oleh satuan
pendidikan/Lembaga penyelenggara bersama UMKM/Dunia Usaha yang akan
membimbing rintisan usaha. Kurikulum PKW minimal mencakup:
a. Pendidikan karakter kewirausahaan
b. Pendidikan bidang keterampilan yang akan diusahakan
c. Pemasaran dan akses permodalan
d. Pengelolaan hasil usaha
Adapun isi kurikulum seperti pada tabel berikut :
G.4 Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan secara teori dan praktik, serta menggunakan
sarana dan prasarana yang sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Proses
pembelajaran dapat dilaksanakan di lembaga penyelenggara dan/atau di
UMKM/Dunia Usaha. Sebelum memulai proses pembelajaran, para peserta pelatihan
harus menyesuaikan terlebih dahulu minat mereka. Menentukan suatu jenis usaha
yang akan dijalani, berawal darimengenali minat seseorang. Karena, setiap manusia
pasti memiliki bakatdan minat akan suatu hal. Menurut Musrofi (2010), ada tujuh
alasan suatu bisnis akan sukses jika berawal dari hobi atau minat:
1) Pertama, menggeluti bisnis yang terkait dengan hobi merupakanekspresi bakat.
Aktivitas bisnis yang merupakan ekspresi bakat atau talentaalami memiliki
kemungkinan besar untuk sukses. Hasil penelitian Stanleytahun 2003 (dalam
Musrofi, 2010) menunjukkan bahwa 81% pengusahadan profesional yang sukses
memilih profesi yang memungkinkanpenggunaan kemampuan atau bakat mereka
sepenuhnya.
2) Kedua, menggeluti bisnis yang terkait dengan hobi membuat orangmenjadi tekun.
Biasanya sifat tekun semakin tidak terukur ketika seseorang merasa senang
dengan aktivitas yang dilakukan. Jadi, salah satu faktor penting agar orang bisa
tekun adalah mencintai apa yang dilakukan.
3) Ketiga, menggeluti bisnis terkait membuat orang menjadi kreatif. Tanpa
kreativitas, tidak akan muncul gagasan atau ide yang baru dan cemerlang. Tanpa
ide baru, tidak akan lahir cara, produk ataupunjasa yang baru. Dan tanpa itu
semua, orang akan kesulitan untuk meraihkemajuan di dalam hidupnya. Salah satu
faktor untuk melahirkan kreativitasadalah mencintai usahanya.
4) Keempat, menggeluti usaha yang terkait hobi merupakan cara termudah
menguasai dunia bisnis. Orang yang mencintai pekerjaannya cenderung memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi. Saat melakukan aktivitas yang disukainya, ia dapat
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk aktivitas tersebut. Hal itu bisa
memacu orang untuk terus belajarten tang objek yang sedang dilakukan. Semangat
yang tinggi melahirkan keinginan untuk terus meneliti dan mencoba, sehingga
dengan sendirinya akan mampu menguasai proses-proses yang terjadipada obyek
yang ditekuni.
5) Kelima, menggeluti bisnis yang terkait dengan hobi akan menghasilkan barang
atau jasa yang unik. Jika tadi disebutkan bahwa rasa cinta terhadapaktivitas usaha
membuahkan ketekunan dan kreativitas. Begitu halnya pula, ketekunan dan
kreativitas adalah syarat pokok terciptanya keunikan usaha. Orang yang kreatif
hampir pasti mencetuskan ide bisnis yang unik.
6) Keenam, menggeluti yang terkait hobi bisa mempengaruhi orang berfikir
keuntungan jangka panjang. Artinya, ia lebih mementingkan usahanya bisa
berjalan dulu, tanpa menghitung untung atau rugi, padaawalnya. Karena bukan
keuntungan jangka pendek yang dia cari, tetapi lebih kepada kepuasan diri
melakukan aktivitas yang dicintainya
7) Ketujuh, menggeluti bisnis yang terkait dengan hobi bisa menghasilkan produk
yang berkualitas. Orang yang yang menjalankan bisnisnya berdasarkan hobi atau
minatnya akan menghasilkan produk atau jasa yang bermutu. Hal itu karena
mereka melakukannya dengan senang hati, tekun, kreatif dan benar-benar
menguasai proses bisnis yang dijalankannya.
Musrofi (2010) memberikan contoh yang jelas bagaimana mengubah minat menjadi
sebuah ide bisnis, sebagaimana dapat dilihat dalam gambar di bawah:
Selanjutnya setelah menentukan minat peserta pelatihan adalah memperkenalkan
desain model pendidikan pelatihan kewirausahaan. Adapun contoh desain model pendidikan
kewirausahaan seperti Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu strategi pelatihan yang berorientasi pada contectual teaching and
learning process (Jones, Rasmussen dan Moffit, 1997). Contectual Teaching and Learning
(CTL) merupakan konsep pelatihan yang membantu pelatih mengaitkan antara materi
pelatihan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta pelatihan untuk menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya dapat diterapkan dalam kehidupan mereka sebagai
anggotamasyarakat. PBL adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan
problema utentik yang terjadi sehari-hari (John, 2008:374).
Pada pelatihan model PBL tersebut peserta belajar melalui situasi dan setting pada
masalah-masalah yang nyata atau kontekstual. Karena itu, semua dijalankan dengan cara-
cara: (1) dinamika kerja kelompok, (2) investigasi secara independen, (3) mencapai tingkat
pemahaman yang tinggi, (4) mengembangkan keterampilan individual dan sosial. Peran
pelatih pada model PBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan
memfasilitasi penyelidikan dan dialog. PBL tidak akan terjadi tanpa keterampilan pelatih
dalam mengembangkan lingkungan pelatihan yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
dan dialog secara terbuka antara pelatih dan peserta pelatihan. Levin (2001:1) menyatakan
bahwa PBL adalah metode pembelajaran yang mendorong peserta pelatihan untuk
menerapkan cara berfikir kritis, keterampilan menyelesaikan masalah, dan memperoleh
pengetahuan mengenai problem dan isu-isu riil yang dihadapinya. Pada PBL ini pelatih akan
lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu peserta pelatihan menjalani proses
pembelajaran.
Adapun langkah-langkah berlatih kewirausahaan dengan metode Problem Based
Learning (PBL)adalah sebagai berikut:
a. Peserta pelatihan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-masing
kelompok disodori permasalahan bisnis yang nyata (connecting the problem).
b. Masing-masing kelompok diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab
(setting the structure) yang harus dilakukan oleh kelompoknya dalam mempelajari
permasalahan yang dihadapi
c. Peserta pelatihan di masing-masing kelompok berusaha maksimal untuk
mengidentifikasikan masalah bisnis (visiting the problem) yang diajukan dengan
pengetahuan yang dimiliki, seperti:
a) Mengidentifikasi masalah dengan seksama untuk menemukan inti problem
bisnis yang sedang dihadapi
b) Mengidentifikasi cara untuk memecahkan masalah bisnis tersebut.
d. Peserta pelatihan di masing-masing kelompok mencari informasi dari berbagai
sumber (buku, pedoman dan sumber lain) atau bertanya pada pakar (kader) yang
mendampingi untuk mendapatkan pemahaman tentang masalah (re-visiting the
problem).
e. Berbekal informasi yang diperoleh peserta kembali ke masing-masing
kelompoknya untuk bekerjasama dan berdiskusi dalam memahami masalah dan
bertanggung jawab untuk menciptakan solusi (produce the product) yang
profesional terhadap masalah dihadapi. Pelatih bertindak sebagai pengamat dan
penasehat.
f. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya kepada kelompok
kecil lainnya untuk disiskusikan dan mendapatkan masukan dan penilaian
(evaluation) dari kelompok lainnya.
Adapun prosedur kerja dalam pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dengan metode
proble based learning, dapat digambarkan melalui siklus sejak mulai daripenyampaian
masalah kepada peserta pelatihan sampai dengankegiatan evaluasi kinerja yang dicapai
mereka sebagai berikut:
Metode pembelajaran dan pelatihan dengan PBL ini memiliki keunggulan-keunggulan
sebagai berikut:
a. Melatih peserta pelatihan untuk menggunakan “reasoning” dalam mengatasi
permasalah bisnis.
b. Melatih peserta pelatihan untuk membuat hipotesis dalam pemecahan masalah
berdasarkan konsep-konsep dan prinsip bisnis yang sederhana.
c. Melatih kemampuan berfikir kritis dan kontekstual dengan masalah riil.
d. Melatih peserta pelatihan melakukan uji coba dalam pembuktian hipotesise.
e. Melatih kemampuan mengambil keputusan solusi tepat dari permasalahan.
f. Melatih peserta pelatihan untuk bekerjasama secara teamwork dengan anggota
kelompoknya.
g. Melatih peserta untuk melakukan dialog dalam memahami permasalahan dan upaya-
upaya pemecahan masalah dengan diskusi aktif.
h. Melatih peserta untuk fleksibel dan toleran dengan orang lain.
i. Melatih rasa percaya diri dalam melakukan tindakan karena telah didasari oleh
keputusan yang rasional dan mantap.
j. Meningkatkan motivasi bisnis karena hal-hal yang dipelajari riil dan kontekstual
dengan kerja yang akan dilakukan di kemudian hari. (Linda Torp dan Sage, 2002).
Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pelatih dalam pelatihan dengan metode PBL adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan materi pelatihan dengan pemilihan masalah riil yang nyata.
b. Menyusun daftar keinginan peserta pelatihan agar proses pelatihan menyenangkan.
c. Merancang penyajian masalah untuk dapat memandu peserta pelatihand.
d. Menentukan alokasi waktu dan jadwal pelatihan.
e. Mengorganisir kelompok-kelompok belajar.
f. Merancang sumber belajar.
g. Merancang lingkungan belajar.
h. Merancang format penilaian proses dan hasil belajar.
Peran pelatih dan kader dalam pembelajaran metode PBL agar diperoleh hasil
pembelajaran yang optimal, maka pelatih harus mampu melakukan peran dalam proses
pelatihan sebagai berikut:
G.5 Pendidik/Instruktur
Pendidik atau instruktur dalam program keterampilan kewirausahaan yaitu:
Instruktur bidang kewirausahaan prioritas adalah para instruktur di satuan
pendidikan/Lembaga penyelenggara yang didukung oleh pelaku-pelaku usaha.
Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi hasil belajar dan
membimbing rintisan usaha.
Pendidik atau instruktur juga diusahakan memiliki keterampilan di bidang
kewirausahaan tertentu sesuai dengan ketermapilan yang akan dilatih kepada
peserta.
G.6 Pengelola
Yang menjadi penyelenggara dan pengelola program keterampilan kewirausahaan
(PKW), yaitu :
1. Satuan Pendidikan Nonformal.
2. Satuan Pendidikan Formal (SMK, Politeknik, Akademi Komunitas dan Perguruan
Tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan vokasi).
3. UPT Ditjen Pendidikan Vokasi.
4. Lembaga Diklat milik Pemerintah, Organisasi dan Masyarakat yang memiliki izin
yang sah.
G.7 Sarana dan Prasarana Pendukung
Lembaga penyelenggara dan/atau UMKM/Dunia Usaha menyediakan sarana dan
prasarana yang relevan dengan jenis keterampilan yang diajukan dan yang dibutuhkan
oleh DU/DI atau pasar. Sebagai contoh, misalnya di pasar dunia atau industri sedang
memerlukan barang penjualan di bidang fashion, karena penawarannya sangat tinggi.
Artinya lembaga penyeleanggara atau UMKM menyediakan sarana dan prasarana
sesuai di bidang fashion, seperti bahan untuk dijadikan barang seperti baju, tas,
sepatu, alat menjahit, dan alat-alat pendukung lainnya sampai proses packaging.
Tetapi ada sarana dan prasana umum untuk seluruh peserta pelatihan kewirausahaan,
seperti kantor administrasi, ruang kelas, mushola, ruang makan, ruang pertemuan
termasuk juga toilet.
G.8 Penilaian
Penilaian atau Evaluasi pembelajaran keterampilan kewirausahaan terdiri dari:
1. Evaluasi kemampuan dalam menguasai kewirausahaan, pemasaran, dan
pengelolaan hasil usaha
2. Evaluasi kompetensi/kemampuan menguasai bidang keterampilan yang akan
diusahakan.
3. Kesiapan dalam merintis usaha.
G.9 Biaya
Pemberi Bantuan Pemerintah
Pemberi bantuan pemerintah program PKW adalah Direktorat Kursus dan
Pelatihan, Ditjen Pendidikan Vokasi melalui DIPA Tahun 2020 dengan alokasi
dana sebesar Rp.6.000.000,- per peserta didik dengan sasaran 16.676 orang yang
dikelola oleh penyelenggara program yang telah ditetapkan.
Ketentuan Perpajakan
Kewajiban perpajakan yang terkait dengan dana bantuan dikenakan pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah 100/110
dikalikan jumlah yang tertera dalam kuitansi.
A. Pembayaran barang/jasa
Pembelanjaan barang sampai Rp 1.000.000,-tidak dikenakan pajak,
pembelanjaan barang di atas Rp 1.000.000,-dikenakan PPN 10%, sedangkan
pembelanjaan barang di atas Rp 2.000.000,-dikenakan PPN 10% dan PPh
pasal 22 sebesar 1,5%, jika penjual atau lembaga tidak ada NPWP maka pajak
yang dibayarkan sebesar 3%.
B. Pembayaran Konsumsi
1. Jika membeli makanan di toko atau restoran, maka akan dikenakan PPN
10% secara langsung oleh took atau restoran.
2. Jika menggunakan jasa boga atau katering, maka akan dikenakan PPh
Pasal 23
Contoh : Pembelian kain untuk sarana pembelajaran kursus menjahit
Rp2.200.000,-dari Toko Serba Ada yang sudah memiliki NPWP. Atas
pembelian tersebut Toko Serba Ada berkewajiban membayar Pajak PPN
dan PPh.Ps.22 dengan nilai sebagai berikut:
H. Syarat-Syarat Pendirian/Penyelenggaraan
Syarat Pendirian
Syarat-syarat pendirian lembaga non formal seperti PKW, diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81
Tahun 2013, Tentang Pendirian Satuan Pendidikan Non-formal, yang terdapat di
bab III pasal 5, dan berisikan :
I. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Arif, A. (2020). Angka Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia Melonjak
hingga Level Tertinggi. https://ayosemarang.com/read/2020/09/16/63780/angka-
kemiskinan-dan-pengangguran-di-indonesia-melonjak-hingga-level-tertinggi.
(Diaksse pada tanggal 9 April 2021).
Baroroh, K. (2012). Kurikulum Pelatihan Kewirausahaan.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309684/pengabdian/1pelatihan-
kewirausahaan.pdf. (Diakses pada tanggal 25 Maret 2021)
Business Marketing. (2020). Pengertian E-Commerce dan Contohnya, Komponen,
Jenis, dan Manfaat E-Commerce. https://idcloudhost.com/pengertian-e-commerce-
dan-contohnya-komponen-jenis-dan-manfaat-e-commerce/. (Diakses pada tanggal
9 April 2021).
Gerintya, S. (2019). Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing pun
Lemah. https://tirto.id/indeks-pendidikan-indonesia-rendah-daya-saing-pun-
lemah-dnvR. (Diakses pada tangal 9 April 2021).
Haryanto, A. (2020). Kewirausahaan Adalah: Pengertian, Manfaat, Ciri-Ciri,
Tujuan, Karakteristik. https://www.jojonomic.com/blog/kewirausahaan-adalah/.
(Diakses pada tanggal 19 Maret 2021)
Himayaturrohmah, E. (2020). Model Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Minat.
Jakarta. Litbangdiklat Press
Indriyatni, L., Wahyuningsih, P., Purwanto, Agus B. (2014). Pengembangan
Model Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan Pengangguran di Kabupaten
Demak. file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/1196-2503-1-SM.pdf.
(Diakses pada tanggal 25 Maret 2021.
Kompas.com. (2020). Kemiskinan: Definisi, Jenis, dan Faktor Penyebabnya.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/24/172143169/kemiskinan-definisi-
jenis-dan-faktor-penyebabnya?page=all. (Diakses pada tanggal 9 April 2021).
Kompas.com. (2021). Pengertian Kewirausahaan dan Ciri-Cirinya.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/05/192551369/pengertian-
kewirausahaan-dan-ciri-cirinya?page=all. (Diakses pada tanggal 6 April 2021)
Mojo. (2017). BAB II Landasan Teori. http://eprints.stainkudus.ac.id/1826/5/BAB
%20II.pdf. (Diakses pada tanggal 19 Maret 2021)
Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahan Sosial Berbasis Masalah
Lingkunga bagi Kelompok Usia Produktif
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81
Tahun 2013 Tentang Pendirian Satuan Pendidika Non-formal
Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Program Kecakapan Wirausaha (PKW)
Tahun 2020
Rizkinanda, Y. A. (2016). Sejarah dan Perkembangan Wirausaha di Indonesia.
http://blog.ub.ac.id/adindayr/2016/09/10/sejarah-dan-perkembangan-wirausaha-di-
indonesia/. (Diakses pada tanggal 19 Maret 2021)
Salinan Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang bantuan penyelenggaraan
program pendidikan kecakapan wirausaha tahun 2017
Video Pembelajaran (YouTube) dari Bapak Dr. H. Safuri Musa, M.Pd. dengan
judul 10 Tips Sukses Menyelenggarakan Pendidikan Kecakapan Wirausahan
(PKW).
Wedan, M. (2016). Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Secara Umum.
https://silabus.org/pengertian-pendidikan/. (Diakses pada tanggal 9 April 2021).