Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nama : La Safril
Institut : Institut Teknologi Telkom Surabaya
Prodi : Teknik Komputer
Judul : Revolusi Industri 4.0 : Menjawab Tantangan Islamisasi Ilmu
Pengetahuan Artificial Intelligence Sebagai Teknologi Masa Depan
Pendahuluan :
Teknologi komputer terus Berkembang dengan kecepatan yang sungguh luar biasa.
Software dan hardware komputer saling berlomba untuk bisa saling melengkapi. Sehingga
software menuntut si hardware yang lebih canggih, demikian juga sebaliknya. Maka dari hal
tersebutlah, tak heran kalau saat kita ini Kita sering kali mendengar dan mengetahui
munculnya software dan hardware komputer dengan spesifikasi yang berbeda dari
sebelumnya. Dan pastinya dengan kemampuan yang lebih baik dan canggih pula. Dalam proses
perkembangannya, komputer sering difungsikan sebagai alat pengolah data dan penghasil
informasi. Bahkan komputer juga turut berperan dalam proses pengambilan keputusan. Tidak
puas hanya dengan fungsi tersebut, para ahli Teknologi masih terus mengembangkan
kecanggihan Teknologi agar dapat memiliki kemampuan seperti seorang manusia. Para ahli
Teknologi sering menyebutnya dengan istilah kecerdasan buatan.
Pembahasan :
Industri 4.0 sangat terkait dengan inovasi kreatif. Dalam beberapa dekade terakhir,
inovasi menambahkan kompilasi melalui mobile application cloud computing, dan big data
yang bersama-sama dapat membangun simbiosis yang sempurna, menciptakan konsep baru
untuk proses simbiosis yang sempurna, menciptakan konsep baru untuk proses industrialisasi,
dan menggeser model pasar ke era baru persaingan dan diferensiasi produk (Geiger & Sa,
2013). Industri 4.0 mewakili pergeseran menuju ekonomi berbasis inovasi dengan ilmu
pengetahuan, data, dan IoT sebagai konsep yang terpusat. Hal ini akan mempengaruhi struktur
model saat ini, pasar, dan proses bisnis zaman industri serta membuka jalan menuju era baru
digitalisasi, jaringan sistem, produksi yang “lebih pintar”, dan proses bisnis yang saling
berkaitan.
Abad 21 seakan baru saja kita masuki. Berbagai karakteristik abad 21 meliputi :
perkembangan teknologi yang begitu pesat, hubungan antarbangsa dan antarmanusia semakin
mudah, kompetensi sumber daya manusia harus jelas. Dalam surah Al-Hujurat ayat 13 Allah
SWT berfirman : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal".
Ayat ini jelas menggambarkan dan menjelaskan tentang globalisasi dan mendorong
manusia khususnya umat Islam agar mampu menghadapi arus globalisasi, harus dapat
menangkap peluang dan menghadapi tantangan abad 21. Perubahan dan perkembangan
berjalan terus begitu cepat dan kini telah muncul sebuah era revolusi industri 4.0.Revolusi
Industri 4.0 sebuah keniscayaan yang mesti harus dihadapi oleh umat Islam. Karakteristik
revolusi industri 4.0 yang mesti harus dipahami bagi kita semua adalah :
1). Munculnya inovasi disruptif (disruptive innovation) adalah inovasi yang memunculkan
kondisi baru yang kadang tidak banyak yang bisa menduga, mengganggu atau merusak kondisi
yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu yang sudah mapan.
2) Berkembang sangat pesat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence disingkat AI) adalah
kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah.
Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin komputer agar dapat melakukan
pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia.
3). Istilah Big Data atau data besar yang semula hanya dapat disimpan dalam memori besar
seperti mainframe atau server, saat ini dengan basis internet setiap orang dengan menggunakan
smartphone dapat memiliki big data dengan berbagai keterbatasannya. Seberapa besar
seseorang khususnya umat Islam memanfaatkan teknologi internet menunjukkan seberapa
besar seseorang sudah terlibat dalam revolusi industri 4.0.
Ilmuan komputer bukan sekedar mengadopsi kecerdasan manusia tetapi pada hari ini,
malah mengadopsi kecerdasan lebah, lalat, burung, semut, sifat elektromagnetik, keharmonian
musik dan sebagainya. Apa yang dikatakan oleh ahli Kecerdasan Buatan dari Negeri jiran ini
dapat membuat kita bahwa semakin kagumlah kita dengan kebesaran Allah dengan
memerhatikan kejadian-kejadian alam yang diatur oleh Sunnatullah, Bahkan yang lebih
menariknya, Ilmuan komputer menirunya dan dapat menyelesaikan masalah kompleks. Allah
SWT berfirman yang artinya :
Kehidupan sejahtera adalah kehidupan yang didambakan oleh semua manusia, tanpa
memandang perbedaan agama, suku, bangsa, dan lain-lain. Namun, tidak selalu kehidupan
sejahtera yang didambakan itu, dapat diraih oleh semua orang. Untuk itulah diperlukan ikhtiar
yang sungguh-sungguh dari setiap individu untuk menggapai kehidupan sejahtera yang
diidambakannya. Negara berperan memfasilitasi dan menjamin setiap warga secara adil untuk
dapat mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh warga negara. Hal inilah yang dicita-
citakan founding fathers bangsa Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam sila ke-3 dasar
negara, Pancasila, yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal itu juga termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 bahwa tujuan
negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dalam perkembangan AI yang begitu cepat saat ini, tentu saja itu selaras dengan apa
yang diberikan kemajuan teknologi ini kepada umat islam. Sebagai contoh nyata adalah proses
mengakses informasi serta pengetahuan keislaman melalui Internet, akses penerbangan untuk
ibadah haji dan umrah serta inovasi lain yang diberikan untuk kesejahteraan umat manusia.
Peran umat islam dalam perkembangan teknologi kecerdasan buatan sudah tidak bisa
dipungkiri lagi, banyaknya ilmuwan dari kalangan muslim telah membuktikan bahwa
kemajuan teknologi saat ini tidka terlepas dari penemu-penemu islam . Sebagai salah satu
contoh adalah Prof. Zakree Ahmad Nazri, Ketua Program Kedoktoran (S3) di Universiti
Kebangsaan Malaysia beliau sering mengaitkan kecerdasaan buatan dengan sunnatullah.
Bahkan beliau pernah memberikan contohnya. Prof. Zakree mencontohkan, pernahkah kita
berfikir bahwa cara semut mencari makanan digunakan oleh ilmuan barat untuk menyelesaikan
masalah yang kompleks seperti optimasi jadwal atau pengenalan pola? Masalah yang kompleks
yang dikategorikan oleh ahli matematika sebagai Non-deterministic Polynomial-time hard
(NP-hard) problem? Siapa yang mengatakan ciptaan Allah sia-sia? Bahkan lalat yang Allah
jadikan perumpaan pun dijadikan penelitian untuk menciptakan drone. Ini membuktikan bahwa
peran umat islam terkait perkembangan AI tetap akan ada.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmanniah maupun
rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan
alam semesta. (Majid, 2012: 47) Pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun
orang lain. Pendidikan Islam merupakan proses bimbingan dan pembinaan semaksimal
mungkin yang diberikan kepada seseorang melalui ajaran Islam agar orang tersebut tumbuh
dan berkembang sesuai tujuan yang diharapkan. (Idi dan Suharto, 2006: 51).
Kesimpulan :
Islam tidak menghambat kemajuan iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan
bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan
analisis-analisis yang teliti, obyekitf dan tidak bertentangan dengan dasar Al-Qur`an. Peran
Islam dalam perkembangan Iptek setidaknya ada dua yaitu: Pertama, menjadikan aqidah Islam
sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam (yang lahir dari aqidah
Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Ahmad, Khursid dalam M. Umer Chapra, What is Islamic Economics, (Jeddah: IRTI –
IDB, 1992).
Ghazali dan Syed Omar (eds.), Readings in The Concept and Methodology of Islamic
Ahmad, Abu. "Mengenal artificial intelligence, machine learning, neural network, dan deep
learning." no. October (2017).
Bagir, Zainal Abidin. Dkk. 2006. Ilmu, Etika, dan Agama. Menyingkap Tahir Alam dan
Manusia. Yogyakarta: Center for Religious and Crosscultural Studies (CRCS).