Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah dengan berjudul “Hukum Pembunuhan dan Aborsi”.Adapun makalah ini dibuat
dengan tujuan memenuhi tugasdari Bpk. Dr Ahmad Faiq S.H, M.H pada mata kuliah Studi
Islam. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada
pembaca tentang pokok pokok ajaran islam
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bpk Dr Ahmad Faiq S.H, M.H
selaku dosen mata kuliah Studi Islam. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah. .............................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Akidah ................................................................................................................3
2.2. Syari’ah ..............................................................................................................6
2.3. Akhlak.................................................................................................................7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...........................................................................................................................10
Saran .....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pokok dan landasan agama Islam adalah akidah. Pendidikan akidah menjelaskan
tentang hakikat manusia yang sebenarnya dan tujuan diciptakannya manusia di
permukaan bumi ini. Potensi dan fitrah yang dimiliki manusia dalam beragama
menuntun pada kesadaran mereka untuk bertuhan atau menuhankan sesuatu. Banyaknya
bukti historis dan antropologis menunjukkan bahwa manusiamanusia terdahulu yang
tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Tuhan, ternyata mempercayai adanya
wujud Tuhan. Mereka menyembahnya, menjaganya dan mempercayai adanya kekuatan
dalam benda-benda alam tersebut, kepercayaannya disebut dengan dinamisme. Pada
perkembangan selanjutnya kekuatan misterius dari benda-benda alam itu tergantikan
oleh istilah roh yang memiliki karakter, yang kepercayaannya disebut dengan animisme.
Lalu masih ada lagi kepercayaan politeisme, yaitu suatu kepercayaan ketika roh-roh itu
dipersonifikasikan berbentuk dewa yang berjumlah banyak dan masing-masing memiliki
kekuatan khusus1
1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm. 16-19
2
Rosihon Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 115
1
2
Pokok-pokok ajaran Islam terdiri dari tiga macam, diantaranya sebagai berikut:
2.1. Akidah
Dalam Islam akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah
alquran. Iman ialah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala
sesuatu untuk dipercaya dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh
keraguraguan.3 Tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang
itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akidah atau menunjukkan
kualitas iman yang ia miliki. Karena iman itu bersegi teoritis dan ideal yang hanya dapat
diketahui dengan bukti lahiriah dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Manusia hidup
atas dasar kepercayaannya. Tinggi rendahnya nilai kepercayaan memberikan corak
kepada kehidupan. Atau dengan kata lain, tinggi rendahnya nilai kehidupan manusia
tergantung kepada kepercayaan yang dimilikinya. Sebab itulah kehidupan pertama dalam
Islam dimulai dengan iman.
1. Pengertian Akidah
Kata akidah dalam bahasa arab adalah aqidah yang diambil dari kata dasar aqidatan
yang berarti simpul, ikatan, perjanjian. Setelah berbentuk menjadi Aqidah maka bermakna
keyakinan. Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Aqidah mempunyai arti yang di
percayai atau diyakini oleh hati.
Akidah Secara Terminologis berarti Credo, Creed, keyakinan hidup iman dalam arti
khas, pengikraran yang bertolak dari hati. Dengan demikian Akidah adalah urusan yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak
bercampur dengan keraguan.
Dalil Al-Qur’an yang membahas tentang Aqidah, surat An-Nisa’ ayat 80:
3
4
Makna akidah secara etimologis ini akan lebih jelas apabila dikaitkan dengan
pengertian terminologisnya, seperti diungkapkan oleh Syekh Hasan al Banna dalam
Majmu’ar Rasaail: “Aqaid (bentuk jamak dari ‘aqidah) adalah beberapa perkara yang
wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.” Dikemukakan pula
oleh Abu Bakar al Jazairi dalam kitab Aqidah al-Mukmin: yang dinukil oleh Tim Depag
RI, Pendidikan Agama Islam, 2000:102 bahwa “Akidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, (yang didengar) dan
fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran itu”. Dari dua pengertian tersebut ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam memahami akidah secara tepat dan jelas, yaitu:
a. Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran dengan potensi yang
dimilikinya. Indra dan akal digunakan untuk memahami dan mengerti kebenaran,
sedangkan wahyu menjadi pedoman untuk menentukan mana yang baik dan mana yang
buruk. Dalam berakidah hendaknya manusia menempatkan fungsi alat tersebut pada
posisinya masing-masing. Sejalan dengan hal ini Allah Swt berfirman: “Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-
Nahl 16:78).4
b. Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan kesamaran dan
keraguan. Oleh karena itu, untuk sampai kepada keyakinan, manusia harus memiliki ilmu
sehingga ia dapat menerima kebenaran dengan sepenuh hati setelah mengetahui dalil-
dalilnya, Allah Swt., berfirman: Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, menyakini
bahwasannya al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk
hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-
orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj 22:54).5
4
Alquran, 16 (An-Nahl): 78
5
Alquran, 22 (Al-Hajj): 54
5
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian”. Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orangorang yang beriman. (QS. Al-
Baqarah 2:8).
Akidah Islamiyah dibangun di atas enam dasar keimanan yang lazim disebut dengan
rukun iman. Rukun iman itu meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat
Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, dan iman kepada
hari akhir serta iman kepada qada’ dan qadar.
Iman kepada hari akhir adalah masalah yang paling berat dari segala macam akidah
dan kepercayaan manusia. Sejak dari zaman purba, manusia telah membicarakan dan
mendiskusikannya sampai ke zaman modern kita. Persoalan ini sebagai pokok
pembahasan kami, sebab iman kepada akhirat akan membawa manusia kepada keyakinan
adanya suatu hidup lagi di alam lain sesudah hidup duniawi, adanya hidup kembali bagi
manusia sesudah matinya. Dan hidup yang kedua itulah yang menjadi tujuan akhir dari
perputaran roda kehidupan.
2.2. Syari’ah
1. Pengertian Syari’ah
Istilah Syariah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan norma-
norma hukum yang merupakan hasil dari proses”tasyri”. Tasyri yakni bentuk masdar dari
syarra’a yang berarti menciptakan atau menetapkan syariah. Sedangkan para ulama fiqh
mengatakan “Menetapkan norma-norma hukum untuk menata kehidupan manusia baik
dalam hubungannya dengan Tuhan ataupun dengan sesamanya.7
Kata Syariah menurut pengertian hukum islam berarti hukum-hukum dan tata
aturan yang disampaikan Allah agar ditaati oleh hamba-hambanya, atau dapat diartikan
pula sebagai satu sistem norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, dan
hubungan antar sesama manusia.
Syariah dalam arti sempit pengertiannya adalah hukum yang ditunjukkan dengan
tegas oleh Al-Quran atau As-Sunnah.
7
https://edureads.blogspot.com/2014/10/pokok-pokok-ajaran-islam-pengantar.html?m=1
7
2.3. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq, yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluq, yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kesamaan akar kata seperti ini mengisyaratkan bahwa salam akhlak tercakup
pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (tuhan) dengan perilaku
makhluk (manusia).9
8
Habanakah, Pokok-pokok Akidah Islam, 550.
9
https://azizahchoeriyah.blogspot.com/2017/02/pokok-pokok-ajaran-islam.html?m=1
8
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dapat
dikategorikan akhlak apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: Pertama, perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat didalam jiwa seseorang sehingga telah
menjadi sebuah kepribadian orang tersebut. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran tetapi masih dalam keadaan sadar. Ketiga,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan sesungguhnya, bukan main main, berpura-pura atau
karena bersandiwara.
Adapun ayat yang menjelaskan tentang Akhlak yang terdapat dalam Surat Al-
Qalam: 4
ٍ ُك لَ َع ٰل ُخل
ق َع ِظي ٍْم َ َّ َواِن
“dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
Pokok-pokok ajaran Islam ada tiga, yang pertama iman atau akidah yaitu
keyakinan atau percaya, yang kedua syari’ah adalah suatu tatacara pengaturan atau
undang-undang tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah Swt,
yang ketiga akhlak kondisi mental, hati, batin seseorang yang mempengaruhi perbuatan
dan perilaku lahiriyah, jika kondisi batin yang baik maka akan teraktualisasikan menjadi
akhlak mahmudah, jika kondisi mental yang buruk maka akan teraktualisasikan menjadi
akhlak yang mazmumah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Syariah menurut pengertian hukum islam berarti hukum-hukum dan tata aturan
yang disampaikan Allah agar ditaati oleh hamba-hambanya, atau dapat diartikan pula
sebagai satu sistem norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, dan
hubungan antar sesama manusia.
Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila telah tertanam
kuat didalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi sebuah kepribadian orang tersebut,
dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran tetapi masih dalam keadaan sadar, dan
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
3.2. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm. 16-19
Rosihon Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 115
Alquran, 16 (An-Nahl): 78
Alquran, 22 (Al-Hajj): 54
Sumber Internet :
https://edureads.blogspot.com/2014/10/pokok-pokok-ajaran-islam-pengantar.html?m=1
https://azizahchoeriyah.blogspot.com/2017/02/pokok-pokok-ajaran-islam.html?m=1
11