Anda di halaman 1dari 12

Nama : Kevin Maitri (1821018)

Stanly Vinco (1821023)

Kelas : SA701

Mata Kuliah : Teori Akuntansi

Dosen Pengampu : Ming Chen.,SE.,M.Si

RESUME
KEWAJIBAN

Definisi Kewajiban

FASB mendefinisikan kewajiban dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC


No. 6, prg.35) :
“Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul
dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer asset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu”.
A. Karakteristik Utama Kewajiban
Definisi FASB ini cukup lengkap secara semantik. Artinya definisi tersebut telah
mencakup berbagai gagasan atau kata kunci. Secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban
mempunyai tiga karakteristik utama yaitu :
- Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas (duty) atau
tanggung jawab (responbility) kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik
yang cukup pasti di masa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk
transfer atau penggunaan asset kesatuan usaha. Cukup pasti dimasa datang mengandung makna
bahwa jumlah rupiah pengorbanan dapat ditentukan dengan layak. Secara umum,keharusan
mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat menjadi kewajiban kalau keharusan
tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kewajiban ekonomik harus dikaitkan dengan pihak lain
berarti bahwa kewajiban hanya dapat terjadi antar kesatuan usaha yang lain.
- Keharusan Sekarang untuk Mentransfer Aset, terdiri dari;
• Keharusan kontraktual
Adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang didalamnya
kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit atau implicit dan mengikat.
Kewajiban ini muncul karena aspek hukum sebagai lingkungan eksternal yang tidak dapat
dihindari (unavoidable) dan yang dapat memaksakan secara hukum untuk mememnuhinya
(legally enforceable). Penghindaran kewajiban dari keharusan kontraktual menimbulkan sanksi
atau hukuman (penalty)
• Keharusan konstruktif
Adalah keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan
atau memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika
bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
• Keharusan demi keadilan
Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata- mata
karena panggilan etis atau moral daripada karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.
Keharusan ini muncul dari tugas kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu yang dipandang
wajar, dan benar menurut hati nurani dan rasa keadilan (sense of justice). Tidak ada sanksi
hukum untuk tidak memenuhi keharusan ini tetapi kewajiban ini mengikat lantaran sanksi sosial
atau moral
• Keharusan bergantung atau bersyarat
Keharusan yang pemenuhannya (jumlah rupiahnya atau jadi – tidaknya dipenuhi) tidak pasti
karena bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat- syarat tertentu di masa
datang. Kebergantungan (contingency) adalah suatu kondisi, situasi atau serangkaian keadaan
yang melibatkan ketidakpastian (uncertainty) yang menyangkut laba (gain contingency) atau rugi
(loss contingency) yang mungkin terjadi. Munculan (outcome) yang harus dikonfirmasi dengan
kejadian atau syarat masa datang untuk kedua kebergantungan tersebut adalah :
1. Yang berkaitan dengan kebergantungan laba.
2. Yang berkaitan dengan kebergantungan rugi.
Keharusan bergantung merupakan salah satu bentuk ketergantungan yang berkaitan dengan rugi
(loss contigency). FASB menjelaskan bila terdapat ketergantungan rugi, kemungkinan bahwa
suatu kejadian masa datang akan memastikan munculnya (2) yang diatas dapat berkisar :
a.Cukup pasti (probable)
Suatu atau beberapa kejadian masa datang boleh jadi terjadi.
b. Agak pasti (reasonablypossible).
Kemungkinan bahwa suatu kejadian mendatang terjadi adalah lebih dari jauh dari,tetapi kurang
dari cukup pasti.
c. Jauh dari pasti (remote).
Kemungkinan suatu kejadian mendatang terjadi adalah kecil atau tipis.

- Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu


Tranksaksi masa lalu yang dimaksud disini adalah transaksi yang menimbulkan
keharusan sekarang telah terjadi. Sebagai contoh : karena perusahaan mendapat pinjaman bank
(dengan kontrak), keharusn sekarang berupa keharusan kontraktual timbul pada akhir perioda
akuntansi (berupa pokok pinjaman dan bunga) yang menuntut pengorbanan sumber ekonomik
masa datang (suatu saat setelah akhir perioda tersebut). Dalam hal ini, penandatanganan kontrak
merupakan peristiwa yang telah terjadi yang menimbulkan keharusan. Akan tetapi, tidak semua
penandatanganan kontrak dengan sendirinya menimbulkan keharusan. Sebelum salah satu pihak
melaksanakan apa yang diperjanjikan, kontrak akan bersifat eksekutori.
- Hak-Kewajiban Tak Bersyarat
Konsep ini menyatakan bahwa walaupun kontrak telah ditandatangani, salah satu pihak
tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain memenuhi apa yang menjadi hak pihak
lain. Suatu pihak tidak mempunyai kewajiban kalau tia tidak mendapatkan hak atas sesuatu yang
nyata dari pihak lain (misalnya penguasaan aset). Jadi, konsep hak-kewajiban tak bersyarat
menyatakan “tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya tidak kewajiban tanpa hak”. Secara
tekhnis, konsep ini diartikan bahwa hak atau kewajiban timbul bila salah satu pihak telah berbuat
sesuatu (to perform). Kontrak- kontrak semacam ini dikenal dengan nama saling- mengimbangi
tak bersyarat atau kontrak eksekutori.
Tranksaksi atau kejadian yang dapat dijadikan dasar untuk menandai pengakuan hak dan
kewajiban dalam suatu kontrak menurut Most:
1. Tanggal kontrak ditandatangani
2. Tanggal objek kontrak telah diperoleh salah satu pihak
3. Tanggal objek kontrak telah siap digunakan oleh salah satu pihak
4. Tanggal objek kontrak telah dipisahkan untuk digunakan oleh pihak lain.
5. Tanggal objek kontrak telah diserahkan
6.Tanggal telah diterima/dibayarnya uang muka, kalau ada.
7. Dalam kasus kontrak kontruksi jangka panjang.
Saat penentuan transaksi masa lampau perlu dipertimbangkan dengan seksama dengan
memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu kontrak. Most mengemukakan hal yang harus
dipertimbangkan untuk memilih saat yang tepat yaitu :
1.Pemenuhan definisi asset dan kewajiban
2.Berkekuatan mengikat yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan kontrak tidak dapat dibatalkan.
3.Kebermanfaatan bagi keputusan.

-Karakteristik Pendukung
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu keharusan membayar kas,
identitas terbayar jelas, dan terpaksakan secara atau berkekuatan hukum.
1. Keharusan membayar kas.
Adanya pengeluaran kas merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi kewajiban
karena dua hal, yaitu. :
- Sebagai bukti adanya suatu kewajiban, dan
- Sebagai pengukur atribut atau besarnya kewajiban yang cukup objektif.
2. Indentitas terbayar jelas.
Yang terpenting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di
masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar. Akan tetapi, pada saat
pelunasan kewajiban, terbayar dengan sendirinya harus teridentifikasi.
3. Berkekuatan hukum.
Memang pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat
ekonomik timbul akibat klaim yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Adanya daya paksa
yuridis hanya menunjukkan bahwa kewajiban tersebut memang ada dan dapat dibuktikan secara
yuridis material. Meskipun demikian, daya paksa yang melekat pda klaim- klaim hukum bukan
merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya kewajiban. Keharusan melakukan
pengorbanan manfaat ekoomik masa datang tidak harus timbul dari desakan pihak eksternal
tetapi dari minat atau kebijakan internal manajemen. Itulah sebabnya kewajiban mencakupi
pengorbanan sumber ekonomik masa depan yang timbul akibat keharusan konstraktif dan demi
keadilan.
Karakteristik pendukung hanya menegaskan adanya kewajiban tetapi tidak membatalkan
suatu objek untuk disebut sebagai kewajiban
B.Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian
Kalau asset yang direpresentasi oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan,
pengolahan, dan penyerahan), kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlaukan yaitu :
penangguhan (pengakuan terjadinya), penelusuran, dan pelunanasan (penyelesaian). Dalam hal
kewajiban, penelusuran berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos) kewajiban setiap saat.
Penentuan kos setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat disebut dengan penilaian
kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban akan tetap menjadi kewajiban
sampai kesatua usaha menyelesaikannya, atau sampai adanya traksaksi atau kejadian yang
membatalkannya atau yang membebaskan kesatuan usaha daru keharusan untuk melunasinya.
• Pengakuan
Kam mengajukan 4 kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu :
1. Ketersediaan dasar hukum.
Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karakteristik
pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat
diakui bila terdapat bukti substantive adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.
2. Keterterapan konsep dasar konservatisma.
Kaidah ini merupakan penjabaran tekhnis criteria keterandalan. Keadaan- keadaan
tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban.
Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian
dengan untung.
3.Ketertentuan substansi ekonomik transaksi.
Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban yang timbul ketika
transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara
berkala pada saat keharusan sekarang timbul. Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi
informasi.

4.Keterukuran nilai kewajiban.


Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan informasi.
Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti yang mengacu tidak hanya pada terjadinya
pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.
Yang menjadi masalah tekhnis adalah kapan keempat kaidah diatas dipenuhi. Hendriksen
dan van Breda menunjukkan saat- saat untuk mengakui kewajiban yaitu :
a.Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat.
b.Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat
sebagai asset sebelumnya
c.Bersamaan dengan pengakuan asset.
d.Pada akhir perioda karena penggunaan asa actual melalui proses penyesuaian.

FASB memberi contoh keadaan- keadaan kebergantungan rugi (loss contingencies) yang
berpotensi memicu pengakuan kewajiban sebagai berikut:
a.Ketertagihan piutang usaha
b.Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk
c.Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat kebakaran, ledakan, dan
bahaya lainnya.
d.Ancaman pengambilalihan asset oleh pemerintah.
e.Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan
f.Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin terjadi.
g.Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransu kerugian dan kecelakaan
dan perusahaan reasuransi.
h.Jaminan atas utang pihak lain.
i.Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau asset yang terkait yang telah dijual.
j.Keharusan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit

• Pengukuran.
Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saa terjadinya
adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi- transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah
pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah
rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik
(kas) msa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan atau kos
penundaan dianggap tidak material.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang
kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi
pada saat terjadinya.
-Kewajiban dalam pembelian kredit.
Dasar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit.
Karena kewajiban merupakan bayangan cermin asset, pengukuran juga mengikuti pengukura
asset.Pada umumnya,atas dasar kepraktisan,perusahaan tidak berusaha untuk menentukan kos
tunaiimplisit baik dengan cara menanyakan langsung ketoko penjual barang ataupun dengan cara
mendiskusikan nilai kontrak dengan tarif bunga yang berlaku.
-Diskon dan premium utang obligasi
Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah
kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar pengukuran
demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan pembayaran
bunga periodik dan pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran jumlah rupiah (kos)
utang dan aset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah kos tunai implisit.
Dalam hal obligasi jangka panjang,jumlah rupiah uang yang diterima oleh penerbit dan
yang dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian kecil dari jumlah
rupiah total yang terlibat dalam kontrak obligasi.Jumlah rupiah total ini adalah sseluruh jumlah
rupiah pembayaran-pembayaran masa datang.
-Makna harga efektif obligasi
Selisih nominal dengan penghargaan sepakatan merupakan diskun obligasi. Bagi penerbit
obligasi, perhitungan biaya bunga menjadi tidak lengkap (tepat) apabilatidak memperhatikan
perhitungan bunga periodik dan akumulasi diskun. Jumlahrupiah utang obligasi tiap saat
(keharusan saat itu) sebelum jatuh tempo akanterlalu besar apabila dinyatakan sebesar
nominalnya
-Diskon obligasi
Diskon utang obligasi pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang
menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo. Dengan demikian,
diskon tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh tempo)
utang obligasi.
-Premium obligasi
Mengartikan premium obligasi sebagai “pendapatan tangguhan” (deferredincome) jelas tidak
tepat karena secara konseptual pendapatan atau laba tidak timbul dari proses pemerolehan utang.
-Kewajiban Moneter dan Nonmoneter
Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa
datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti (baik jumlah tunggal maupun
beberapa pembayaran secara berkala)
Kewajiban Nonmoneter keharusan untuk menyediakan barang dan jasadengan jumlah dan saat
yang cukup pasti yang biasanya timbul karena timbul karena penerimaan pembayaran di muka
untuk barang dan jasa tersebut.
• Penilaian
Kalau pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the valueof current
obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang
pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampa dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat
jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal. Jadi,penilaian kewajiban pada
saat tertentu adalah penentu jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut
kewajiban harus dilunasi.Dengan kata lain,penilaian adalah penentu nilai sekarang kewajiban
- Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha untuk
memenuhi (to satisfy) kewajiban pada saatnya dan dalam kondisi normal usaha (in due course of
business) sehingga dia terbebas dari kewajiban tersebut.Pada mulanya FASB menetukan kriteria
lenyapnya suatu kewajiban dalam SFAC No. 76 (prg. 3) sebagai berikut :
1. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan dengan
utang.
2.Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama baik
oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa kreditor tidak akan
diharuskan untuk melakukan pembayaran dimasa datang yang berkaitan dengan utang dengan
penjaminan dalam bentuk apapun.
3. Debitur menaruh kas atau asset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwalian yang semata- mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok suatu
pinjaman tertentu dan sagat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi melakukan
pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinajaman tersebut.
Ketentuan diatas telah diganti melalui SFAS No.125, yaitu :
1. Debitor membayar kreditor dan terbebaskan dari keharusan yang melekat pada kewajiban.
2.Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama baik
oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor.
-Transfer asset financial
Untuk melunasi kewajiban, suatu entitas dapat mentransfer asset financial (termasuk kas),
barang, atau jasa. Pada umumnya, bila kewajiban telah dilunasi dengan mentransfer secara penuh
kas, barang, atau jasa ke debitor, maka pada saat itu pelunasan dianggap tuntas. Debitor tidak
lagi terlibat dengan asset atau kreditor secara financial. Pelunasan kewajiban dengan asset
financial juga dapat bersifat tuntas bila penyerahan asset financial bersifat tak bersyarat dan
dianggap sebagai penjualan. Artinya, asset financial dianggap dijual secara tunai dan kas yang
diterima seketika itu pula dianggap untuk melunasi kewajiban.
-Pelunasan sebelum jatuh tempo
Bila kewajiban dilunasi pada saat jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan
sendirinya merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih antara
jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Nilai jatuh tempo juga akan sama dengan nilai
buku atau nilai bawaan kewajiban karena proses amortisasi selisih antara nominal dan npasar
pada saat penerbitan utang (misalnya obligasi). Selama beredar, nilai pasar atau nilai sekarang
kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang berlaku tetapi pada umumnya fluktiasi
tersebut tidak diakui dalam pembukuan debitor. Dengan kata lain, debitor tidak mengakui adanya
untuk atau rugi fluktiasi harga. Oleh karena itu, bila utang dilunasi sebelum jatuh tempo, debitor
harus menebus utang tersebut dengan harga pasarnya sehingga dapat terjadi selisih antara nilai
bawaan dan nilai penebusan.
-Utang terkonversi
Instrument financial pada dasarnya merupakan alat pembayaran atau penjaminan
sehingga dapat digunakan oleh pemegangnya untuk melunasi utang. Utang terkonversi atau
konvertibel merupakan salah satu instrument financial tersebut. Sekuritas utang semacam ini
biasanya mempunyai status sebagai kewajiban dan ekuitas sekaligus. Artinya pemegang
instrument mempunyai hak istimewa untuk mengubah status hutang menjadi ekuitas setiap saat
selama hak tersebut masih berlaku (belum habis). Instrument semacam ini merupakan salah satu
bentuk dari apa yang disebut hibrida.
Contoh yang paling sering dijumpai dalam praktik adalah obligasi terkonversi (convertible bond).
Obligasi terkonversi pada umumnya diterbitkan untuk menarik para investor karena mereka
dapat menggeser resiko atau mengubah status sekuritas menjadi lebih menguntungkan. Hak
konversi digunakan untuk menarik investor untuk mengimbangi tingkat bunga nominal yang
terlalu rendah dibanding tingkat bunga umum.Oleh karena itu harga perdana biasanya jauh lebih
tinggi dari obligasi biasa dengan tingkat risiko yang sama. Kelebihan ini dapat dipandang
sebagai harga hakn konversi yang setara dengan hak opsi atay waran (options) seandainya saham
diterbitkan secara terpisah,
Hendriksen dan Van Breda menunjukkan bahwa obligasi terkonversi biasanya mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1.Tingkat bunga nominal jauh dibawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasa yang setara.
2.Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa,
3.Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali karena penyesuaian
yang diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada saham biasa seperti dalam hal
terjadi pemecahan saham atau dividen saham.
-Pembebasan Substansif
Bila Debitor membentuk dana pelunasan utang obligasi,pada saat debitur sudah tidak
perlu lagi membayar kas kedana tersebut karena kas yang telah disetor dan pendapatan dari dana
tersebut sudah pasti akan cukup untuk menutupi utang pada saaat jatuh tempo,maka pada saat itu
kewajiban debitor secara subtantif dianggap lenyap meskipun kewajiban belum jatuh
tempo.jadi,pada saat tidak ada lagi keharusan membayar,telah terjadi pembebasan substansif.
Dalam standar SFAS No.125.FASB menegaskan bahwa saat terjadi pembebasan
substansif,kewajiban tidak dapat dihapus karena kejadian tersebut tidak memenuhi karakteristik
sebagai berikut :
1.Debitur tidak dengan sendirinya menjadi bebas dari kewajiban secara hukum hanya karena
perusahaan menempatkan aset kedalam suatu perwakilan.
2.Untuk pelunasan kewajiban,sumber dana tidak dibatasi hanya dari dana yang ditempatkan
dalam perwakilan.
3.Kreditor tidak mempunyai kekuasaan untuk menggunakan secara bebas aset dalam perwalian
dan juga tidak dapat menghentikan atau membatalkan perwalian tersebut.
4.Kalau ternyata aset dalam perwalian melebihi apa yang diperlukan untuk membayar pokok dan
bunga pinjaman,debitur dapat menggunakan kelebihan tersebut.
5.Kreditur atau agennya bukan merupakan pihak yang terikat dalam kontrak pembentukan dana
pembebasan utang.
6.Debitur tidak menyerahkan kendali atas manfaat aset karena manfaat aset tersebut masih
melekat pada debitor meskipun debitor telah mengakuinya.

C. PENYAJIAN
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya sejalan
dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa asset lancar disajikan
menurut likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti
kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan.Dari segi
urutan perlindungan dan jaminan (sequence of protection), utang yang dijamin pada umumnya
disajikan lebih dahulu untuk menunjukkan bahwa dalam hal terjadi likuidasi utang ini harus
dibayar lebih dahulu. Juga, dari sudut urutan perlindungan, kewajiban disajikan lebih dahulu
daripada ekuitas. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi
kriteria sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. Suatu kewajiban diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek bila :
-Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau
-Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

Kewajiban tidak selayaknya disajikan di neraca dengan mengkompensasinya atau mengontranya


dengan aset yang dianggap berkaitan, kecuali dalam keadaan khusus yang di dalamnya pihak
pelapor mempunyai hak mengontra. Definisi dari hak mengontra sebagai dijelaskan oleh FASB
adalah hak yuridis debitor, lantaran kontrak atau lainnya, untuk menghapus semua atau
sebagaian utang kepada pihak lain dengan cara mengkompensasi utang tersebut dengan jumlah
yang pihak lain berutang kepada debitor.
-Hak Mengkompensasi
Telah disinggung sebelumnya bahwa kewajiban tidak selayaknya disajikan di neraca
dengan mengkompensasinya atau mengkontraknya dengan aset yang dianggap berkaitan. Ada
kalanya hak mengkompensasi diperbolehkan bila kondisi tertentu dipenuhi. Kondisi ini biasanya
berkaitan dengan apa yang disebut sebagai kontrak bersyarat (conditional contracts) dan kontrak
pertukaran.
-Kontrak bersyarat.
Kontrak yang hak dan kewajibannya bergantung pada timbulnya kejadian masa datang
tertentu yang belum tertentu terjadi dan dapat mengubah saat penerimaan, penyerahan, atau
pertukaran jumlah rupiahatau instrumen keuangan. Contoh kontrak semacam ini misalnya adalah
futures contactsdan forward purchase-sale contract . Kontrak pertukaran adalah kontrak yang
mewajibkan adanya pertukaran aset dan kewajiban di masa datangdan bukan hanya transfer aset
dari satu pihak saja. Contoh kontrak semacam ini misalnya adalah interest rate swaps dan
currency swaps.
-Hak mengkompensasi
Secara umum pengkompensasian aset dan kewajiban dalam neraca adalah tidak layak
kecuali terdapat hak mengontra (where a right of setoff exists). Dalam FASB Interpretation No.
39, FASB mendefinisikan hak mengontra sebagai berikut
-Hak mengontra
adalah hak yuridis debitor, lantaran kontrak atau lainnya,untuk menghapus semua atau
sebagian utang kepada pihak lain dengan cara mengkompensasi utang tersebut dengan jumlah
yang pihak lain berutang kepada debitor. Hak mengontra dikatakan ada bilamana semua kondisi
berikut dipenuhi:
1.Tiap pihak dari dua pihak yang berkontrak utang kepada yang lain suatu jumlah rupiah tertentu.
2.Pihak pelapor (reporting party) mempunyai hak mengkompensasi jumlah yang diutangnya
dengan jumlah yang diutang pihak lain.
3.Pihak pelapor memang berniat untuk mengkompensasi.
4.Hak mengkompensasi terpaksakan secara hukum

Anda mungkin juga menyukai