Kelas : SA701
RESUME
KEWAJIBAN
Definisi Kewajiban
-Karakteristik Pendukung
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu keharusan membayar kas,
identitas terbayar jelas, dan terpaksakan secara atau berkekuatan hukum.
1. Keharusan membayar kas.
Adanya pengeluaran kas merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi kewajiban
karena dua hal, yaitu. :
- Sebagai bukti adanya suatu kewajiban, dan
- Sebagai pengukur atribut atau besarnya kewajiban yang cukup objektif.
2. Indentitas terbayar jelas.
Yang terpenting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di
masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar. Akan tetapi, pada saat
pelunasan kewajiban, terbayar dengan sendirinya harus teridentifikasi.
3. Berkekuatan hukum.
Memang pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat
ekonomik timbul akibat klaim yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Adanya daya paksa
yuridis hanya menunjukkan bahwa kewajiban tersebut memang ada dan dapat dibuktikan secara
yuridis material. Meskipun demikian, daya paksa yang melekat pda klaim- klaim hukum bukan
merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya kewajiban. Keharusan melakukan
pengorbanan manfaat ekoomik masa datang tidak harus timbul dari desakan pihak eksternal
tetapi dari minat atau kebijakan internal manajemen. Itulah sebabnya kewajiban mencakupi
pengorbanan sumber ekonomik masa depan yang timbul akibat keharusan konstraktif dan demi
keadilan.
Karakteristik pendukung hanya menegaskan adanya kewajiban tetapi tidak membatalkan
suatu objek untuk disebut sebagai kewajiban
B.Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian
Kalau asset yang direpresentasi oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan,
pengolahan, dan penyerahan), kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlaukan yaitu :
penangguhan (pengakuan terjadinya), penelusuran, dan pelunanasan (penyelesaian). Dalam hal
kewajiban, penelusuran berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos) kewajiban setiap saat.
Penentuan kos setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat disebut dengan penilaian
kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban akan tetap menjadi kewajiban
sampai kesatua usaha menyelesaikannya, atau sampai adanya traksaksi atau kejadian yang
membatalkannya atau yang membebaskan kesatuan usaha daru keharusan untuk melunasinya.
• Pengakuan
Kam mengajukan 4 kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu :
1. Ketersediaan dasar hukum.
Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karakteristik
pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat
diakui bila terdapat bukti substantive adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.
2. Keterterapan konsep dasar konservatisma.
Kaidah ini merupakan penjabaran tekhnis criteria keterandalan. Keadaan- keadaan
tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban.
Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian
dengan untung.
3.Ketertentuan substansi ekonomik transaksi.
Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban yang timbul ketika
transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara
berkala pada saat keharusan sekarang timbul. Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi
informasi.
FASB memberi contoh keadaan- keadaan kebergantungan rugi (loss contingencies) yang
berpotensi memicu pengakuan kewajiban sebagai berikut:
a.Ketertagihan piutang usaha
b.Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk
c.Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat kebakaran, ledakan, dan
bahaya lainnya.
d.Ancaman pengambilalihan asset oleh pemerintah.
e.Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan
f.Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin terjadi.
g.Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransu kerugian dan kecelakaan
dan perusahaan reasuransi.
h.Jaminan atas utang pihak lain.
i.Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau asset yang terkait yang telah dijual.
j.Keharusan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit
• Pengukuran.
Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saa terjadinya
adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi- transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah
pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah
rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik
(kas) msa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan atau kos
penundaan dianggap tidak material.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang
kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi
pada saat terjadinya.
-Kewajiban dalam pembelian kredit.
Dasar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit.
Karena kewajiban merupakan bayangan cermin asset, pengukuran juga mengikuti pengukura
asset.Pada umumnya,atas dasar kepraktisan,perusahaan tidak berusaha untuk menentukan kos
tunaiimplisit baik dengan cara menanyakan langsung ketoko penjual barang ataupun dengan cara
mendiskusikan nilai kontrak dengan tarif bunga yang berlaku.
-Diskon dan premium utang obligasi
Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah
kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar pengukuran
demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan pembayaran
bunga periodik dan pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran jumlah rupiah (kos)
utang dan aset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah kos tunai implisit.
Dalam hal obligasi jangka panjang,jumlah rupiah uang yang diterima oleh penerbit dan
yang dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian kecil dari jumlah
rupiah total yang terlibat dalam kontrak obligasi.Jumlah rupiah total ini adalah sseluruh jumlah
rupiah pembayaran-pembayaran masa datang.
-Makna harga efektif obligasi
Selisih nominal dengan penghargaan sepakatan merupakan diskun obligasi. Bagi penerbit
obligasi, perhitungan biaya bunga menjadi tidak lengkap (tepat) apabilatidak memperhatikan
perhitungan bunga periodik dan akumulasi diskun. Jumlahrupiah utang obligasi tiap saat
(keharusan saat itu) sebelum jatuh tempo akanterlalu besar apabila dinyatakan sebesar
nominalnya
-Diskon obligasi
Diskon utang obligasi pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang
menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo. Dengan demikian,
diskon tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh tempo)
utang obligasi.
-Premium obligasi
Mengartikan premium obligasi sebagai “pendapatan tangguhan” (deferredincome) jelas tidak
tepat karena secara konseptual pendapatan atau laba tidak timbul dari proses pemerolehan utang.
-Kewajiban Moneter dan Nonmoneter
Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa
datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti (baik jumlah tunggal maupun
beberapa pembayaran secara berkala)
Kewajiban Nonmoneter keharusan untuk menyediakan barang dan jasadengan jumlah dan saat
yang cukup pasti yang biasanya timbul karena timbul karena penerimaan pembayaran di muka
untuk barang dan jasa tersebut.
• Penilaian
Kalau pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the valueof current
obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang
pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampa dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat
jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal. Jadi,penilaian kewajiban pada
saat tertentu adalah penentu jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut
kewajiban harus dilunasi.Dengan kata lain,penilaian adalah penentu nilai sekarang kewajiban
- Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha untuk
memenuhi (to satisfy) kewajiban pada saatnya dan dalam kondisi normal usaha (in due course of
business) sehingga dia terbebas dari kewajiban tersebut.Pada mulanya FASB menetukan kriteria
lenyapnya suatu kewajiban dalam SFAC No. 76 (prg. 3) sebagai berikut :
1. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan dengan
utang.
2.Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama baik
oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa kreditor tidak akan
diharuskan untuk melakukan pembayaran dimasa datang yang berkaitan dengan utang dengan
penjaminan dalam bentuk apapun.
3. Debitur menaruh kas atau asset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwalian yang semata- mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok suatu
pinjaman tertentu dan sagat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi melakukan
pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinajaman tersebut.
Ketentuan diatas telah diganti melalui SFAS No.125, yaitu :
1. Debitor membayar kreditor dan terbebaskan dari keharusan yang melekat pada kewajiban.
2.Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama baik
oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor.
-Transfer asset financial
Untuk melunasi kewajiban, suatu entitas dapat mentransfer asset financial (termasuk kas),
barang, atau jasa. Pada umumnya, bila kewajiban telah dilunasi dengan mentransfer secara penuh
kas, barang, atau jasa ke debitor, maka pada saat itu pelunasan dianggap tuntas. Debitor tidak
lagi terlibat dengan asset atau kreditor secara financial. Pelunasan kewajiban dengan asset
financial juga dapat bersifat tuntas bila penyerahan asset financial bersifat tak bersyarat dan
dianggap sebagai penjualan. Artinya, asset financial dianggap dijual secara tunai dan kas yang
diterima seketika itu pula dianggap untuk melunasi kewajiban.
-Pelunasan sebelum jatuh tempo
Bila kewajiban dilunasi pada saat jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan
sendirinya merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih antara
jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Nilai jatuh tempo juga akan sama dengan nilai
buku atau nilai bawaan kewajiban karena proses amortisasi selisih antara nominal dan npasar
pada saat penerbitan utang (misalnya obligasi). Selama beredar, nilai pasar atau nilai sekarang
kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang berlaku tetapi pada umumnya fluktiasi
tersebut tidak diakui dalam pembukuan debitor. Dengan kata lain, debitor tidak mengakui adanya
untuk atau rugi fluktiasi harga. Oleh karena itu, bila utang dilunasi sebelum jatuh tempo, debitor
harus menebus utang tersebut dengan harga pasarnya sehingga dapat terjadi selisih antara nilai
bawaan dan nilai penebusan.
-Utang terkonversi
Instrument financial pada dasarnya merupakan alat pembayaran atau penjaminan
sehingga dapat digunakan oleh pemegangnya untuk melunasi utang. Utang terkonversi atau
konvertibel merupakan salah satu instrument financial tersebut. Sekuritas utang semacam ini
biasanya mempunyai status sebagai kewajiban dan ekuitas sekaligus. Artinya pemegang
instrument mempunyai hak istimewa untuk mengubah status hutang menjadi ekuitas setiap saat
selama hak tersebut masih berlaku (belum habis). Instrument semacam ini merupakan salah satu
bentuk dari apa yang disebut hibrida.
Contoh yang paling sering dijumpai dalam praktik adalah obligasi terkonversi (convertible bond).
Obligasi terkonversi pada umumnya diterbitkan untuk menarik para investor karena mereka
dapat menggeser resiko atau mengubah status sekuritas menjadi lebih menguntungkan. Hak
konversi digunakan untuk menarik investor untuk mengimbangi tingkat bunga nominal yang
terlalu rendah dibanding tingkat bunga umum.Oleh karena itu harga perdana biasanya jauh lebih
tinggi dari obligasi biasa dengan tingkat risiko yang sama. Kelebihan ini dapat dipandang
sebagai harga hakn konversi yang setara dengan hak opsi atay waran (options) seandainya saham
diterbitkan secara terpisah,
Hendriksen dan Van Breda menunjukkan bahwa obligasi terkonversi biasanya mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1.Tingkat bunga nominal jauh dibawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasa yang setara.
2.Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa,
3.Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali karena penyesuaian
yang diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada saham biasa seperti dalam hal
terjadi pemecahan saham atau dividen saham.
-Pembebasan Substansif
Bila Debitor membentuk dana pelunasan utang obligasi,pada saat debitur sudah tidak
perlu lagi membayar kas kedana tersebut karena kas yang telah disetor dan pendapatan dari dana
tersebut sudah pasti akan cukup untuk menutupi utang pada saaat jatuh tempo,maka pada saat itu
kewajiban debitor secara subtantif dianggap lenyap meskipun kewajiban belum jatuh
tempo.jadi,pada saat tidak ada lagi keharusan membayar,telah terjadi pembebasan substansif.
Dalam standar SFAS No.125.FASB menegaskan bahwa saat terjadi pembebasan
substansif,kewajiban tidak dapat dihapus karena kejadian tersebut tidak memenuhi karakteristik
sebagai berikut :
1.Debitur tidak dengan sendirinya menjadi bebas dari kewajiban secara hukum hanya karena
perusahaan menempatkan aset kedalam suatu perwakilan.
2.Untuk pelunasan kewajiban,sumber dana tidak dibatasi hanya dari dana yang ditempatkan
dalam perwakilan.
3.Kreditor tidak mempunyai kekuasaan untuk menggunakan secara bebas aset dalam perwalian
dan juga tidak dapat menghentikan atau membatalkan perwalian tersebut.
4.Kalau ternyata aset dalam perwalian melebihi apa yang diperlukan untuk membayar pokok dan
bunga pinjaman,debitur dapat menggunakan kelebihan tersebut.
5.Kreditur atau agennya bukan merupakan pihak yang terikat dalam kontrak pembentukan dana
pembebasan utang.
6.Debitur tidak menyerahkan kendali atas manfaat aset karena manfaat aset tersebut masih
melekat pada debitor meskipun debitor telah mengakuinya.
C. PENYAJIAN
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya sejalan
dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa asset lancar disajikan
menurut likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti
kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan.Dari segi
urutan perlindungan dan jaminan (sequence of protection), utang yang dijamin pada umumnya
disajikan lebih dahulu untuk menunjukkan bahwa dalam hal terjadi likuidasi utang ini harus
dibayar lebih dahulu. Juga, dari sudut urutan perlindungan, kewajiban disajikan lebih dahulu
daripada ekuitas. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi
kriteria sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. Suatu kewajiban diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek bila :
-Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau
-Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.